Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur
seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia,
masih banyak bahkan sangat benyak anggota-anggotanya dan juga sistem
pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila
Pancasila. Padahal jika membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia
mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami kembali sejarah perumusan dan
penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan
pembentuk negara Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-
nilai Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan
Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila.
Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan
yang merugikan bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan
Indonesia berantakan dan begitupun dengan bangsanya sendiri.
Untuk itulah makalah ini dibuat dengan judul “Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia”
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu :
1. Apa pengertian dari pancasila sebagai konteks ketatanegaraan NKRI?
2. Bagaimana struktur ketatanegaraan Republik Indonesia?
3. Bagaimana sistem ketatanegaraan menurut Pancasila?
4. Bagaimana kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia ?
5. Bagaimana dinamika pelaksanaan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik
Indonesia ?
6. Apakah definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara?

1
2

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian pancasila dalam kontek ketatanegaraan NKRI
2. Mengetahui bagaimana sistem ketatanegaraan menurut Pancasila?
3. Mengetahui bagaimana kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik
Indonesia ?
4. Mengatahui bagaimana dinamika pelaksanaan Pancasila dalam ketatanegaraan
Republik Indonesia ?
5. Mengetahui definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara?
1.4 Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, manfaat penulisannya yaitu:
1. Agar dapat memahami dan mempelajari pengertian pancasila dalam kontek
ketatanegaraan NKRI
2. Agar dapat memahami dan mempelajari bagaimana sistem ketatanegaraan
menurut Pancasila?
3. Agar dapat memahami dan mempelajari bagaimana kedudukan Pancasila
dalam ketatanegaraan Republik Indonesia ?
4. Agar dapat memahami dan mempelajari bagaimana dinamika pelaksanaan
Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia ?
5. Agar dapat memahami dan mempelajari definisi UUD dan Konstitusi serta
fungsinya bagi negara?

2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian pancasila dalam kontek ketatanegaraan NKRI


Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan suatu asas kerohanian dalam
ilmu kenegaraan. Pancasila merupakan sumber nilai dan norma dalam setiap
aspek penyelenggaraan negara maka dari itu semua peraturan perundang-undangan
serta penjabarannya berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, yang berdasarkan atas hukum, oleh
karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam
suatu sistem peraturan perundang-undangan. Pancasila dalam kontek ketatanegaraan
Republik Indonesia adalah pembagian kekuasaan lembaga lembaga tinggi negara, hak
dan kewajiban, keadilan sosial, dan lainnya diatur dalam undang undang dasar
negara. Pembukaan undang- undang dasar 1945 dalam kontek ketatanegaraan,
memiliki kedudukan yang sangat penting merupakan staasfundamentalnom dan
berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
2.2 Ketatanegaraan RI Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
Pada umunya struktur ketatanegaraan suatu negara meliputi dua suasana, yaitu
: supra struktur politik dan infra struktur politik. Yang dimaksud supra struktur politik
dan infra struktur di sini adalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan apa yang
disebut alat-alat perlengkapan negara termasuk segala hal yang berhubungan
dengannya. Hal-hal yang termasuk dalam supra struktur politik ini adalah : mengenai
kedudukannya, kekuasaan dan wewenangnya, tugasnya, pembentukannya, serta
hubungan antara alat-alat perlengkapan itu satu sama lain. Adapun infra struktur
politik meliputi lima macam komponen, yaitu : komponen Partai Politik, komponen
golongan kepentingan, komponen alat komunikasi politik, komponen golongan
penekan, komponen tokoh politik.
Praktek ketatanegaraan Negara Republik Indonesia sebelum amandemen
UUD 1945 dapat diuraikan mengenai pendapat-pendapat secara umum yang

3
4

berpengaruh berpendapat, UUD 1945 dan Pancasila harus dilestarikan. Upaya


pelestarian ditempuh dengan cara antara lain tidak memperkenankan UUD 1945
diubah. Secara hukum upaya tersebut diatur sebagai berikut : MPR menyatakan
secara resmi tidak akan mengubah UUD 1945 seperti tercantum dalam TAP MPR
No. I/MPR/1983, pasal 104 berbunyi sebagai berikut “Majelis berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945 tidak berkehendak dan tidak akan melakukan perubahan
serta akan melaksanakan secara murni dan konsekuen.” Diperkenalkannya
“referendum” dalam sistem ketatanegaraan RI. Kehendak MPR untuk mengubah
UUD 1945 harus terlebih dahulu disetujui dalam sebuah referendum sebelum
kehendak itu menjelma menjadi perubahan UUD. Referendum secara formal
mengatur tentang tata cara perubahan UUD 1945 secara nyata.
Lembaga ini justru bertujuan untuk mempersempit kemungkinan mengubah
UUD 1945, hal ini dapat diketahui pada bunyi konsideran TAP MPR No.
IV/MPR/1983 yang berbunyi “Bahwa dalam rangka makinmenumbuhkan kehidupan
demokrasi Pancasila dan keinginan untuk meninjau ketentuan pengangkatan 1/3
jumlah anggota MPR perlu ditemukan jalan konstitusional agar pasal 37 UUD 1945
tidak mudah digunakan untuk merubah UUD 1945.” Kata “melestarikan” dan
“mempertahankan” UUD 1945 secara formal adalah dengan tidak mengubah kaidah-
kaidah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 diakui bahwa UUD 1945 seperti
yang terdapat di dalam penjelasan adalah sebagai berikut : “Memang sifat auran itu
mengikat, oleh karena itu makin “supel” (elastic) sifatnya aturan itu makin baik. Jadi
kita harus menjaga supaya siatem UUD jangan sampai ketinggalan jaman.”
Dari penjelasan di atas dapat diketahui adanya dua prinsip yang berbeda yaitu
: yang pertama, berkeinginan mempertahankan, sedangkan prinsip yang kedua,
menyatakan UUD jangan sampai ketinggalan jaman, yang artinya adanya
“perubahan”, mengikuti perkembangan jaman. Dalam hal ini perlu dicari jalan keluar
untuk memperjelas atas kepastian hukum dalam ketatanegaraan. Jalan keluar salah
satu diantaranya bentuk ketentuan yang mengatur cara melaksanakan UUD 1945
adalah konvensi. Konvensi merupakan keadaan sesungguhnya untuk melaksanakan
UUD 1945. Untuk melestarikan atau mempertahankan UUD 1945 yaitu agar UUD

4
5

1945 dapat dilihat sebagai aspek statis dari upaya mempertahankan atau melestarikan
UUD 1945. Selain alasan-alasan di atas, kehadiran konvensi dalm sistem
ketatanegaraan RI, didorong pula oleh: Konvensi merupakan sub sistem konstitusi
yang selalu ada di setiap negara. Republik Indonesia adalah negara yang
berkedaulatan rakyat. Konvensi merupakan salah satu sarana untuk menjamin
pelaksanaan kedaulatan rakyat.
Ketatanegaraan di Indonesia, pada UU 1945 sebelum amandemen dapat
dilihat pada bagan lampiran tersendiri, dan setelah UUD 1945 dilakukan amandemen
yang pertama disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999, kedua pada tanggal 18
Agustus 2000, ketiga pada tanggal 9 November 2001 dan keempat pada tanggal 10
Agustus 2002, dari amandemen UUD 1945 tampak terlihat adanya perubahan
struktur ketatanegaraan RI yang selanjutnya di dalam struktur setelah amandemen
adanya lembaga baru yaitu Mahkamah Konstitusi dalam hal ini diatur ke dalam UUD
1945 yang diamandemen pasal 7B ayat 1-5 yang intinya adalah menyangkut jabatan
Presiden dan Wakil Presiden. Apabila Presiden dan Wakil Presiden melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, seperti melakukan
korupsi, penyuapan, dan lainlain harus diajukan terlebih dahulu ke Mahkamah
Konstitusi untuk diperiksa, diadili dan diputuskan seadil-adilnya. Dalam hal ini, DPR
mengajukan masalahnya ke Mahkamah Konstitusi selanjutnya diserahkan kepada
MPR untuk diambil langkah-langkah selanjutnya dalam sidang istimewa.
2.3 Kedudukan Pancasila dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia
2.3.1 Kedudukan Pancasila sebagai Sumber dari Segala Hukum
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber
tertib hukum Indonesia maka setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu
Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam
pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada

5
6

akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD 1945, serta hukum positif
lainnya. Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta
idiologi bangsa dan negara, bukanlah hanya untuk sebuah rangkaian kata- kata yang
indah namun semua itu harus kita wujudkan dan di aktualisasikan di dalam berbagai
bidang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. konsep negara
yang digunakan di Indonesia popular dengan nama rechtsstaat, Sementara itu untuk
memberikan ciri “ ke Indonesianya”, juga dikenal dengan istilah Negara hukum
dengan menambah atribut “pancasila’ sehingga menjadi “negara hukum Pancasila”.
Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu sebagai
sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib hukum yang ada di
negara RI. Berarti semua sumber hukum atau peraturan-peraturan mulai dari
UUD`45, Tap MPR, Undang-Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang), PP (Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan
seluruh peraturan pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada Pancasila sebagai
landasan hukumnya. Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak
boleh bertentangan dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka seluruh
produk hukum yang ada di negara RI sejak tahun 1945 sampai sekarang, secara
otomatis produk hukum itu tidak berlaku lagi. Atau dengan kata lain, semua produk
hukum sejak awal sampai akhir, semuanya, ‘Batal Demi Hukum’. Karena sumber
dari segala sumber hukum yaitu Pancasila, telah dianulir. Oleh sebab itu Pancasila
tidak bisa diubah dan tidak boleh diubah.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan telah
membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu tertanam
dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku serta kegiatan lembaga-lembaga
masyarakat. Dengan perkataan lain, Pancasila telah menjadi cita-cita moral bangsa
Indonesia, yang mengikat seluruh warga masyarakat baik sebagai perorangan maupun
sebagai kesatuan bangsa. Namun demikian, nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
harus diimplementasikan sebagai sumber dari semua sumber hukum dalam negara
dan menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara.

6
7

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara ditunjukkan pada alinea keempat


Pembukaan UUD 1945, yang secara nyata merupakan lima sila Pancasila. Hal itu
merupakan dasar negara yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dapat dianggap sebagai penjelmaan
kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka. Lebih spesifik lagi Pancasila
sebagai sumber hukum dinyatakan dalam Ketetapan No.XX/MPRS/1966 Ketetapan
MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan
kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari
tertib hukum di Indonesia. Lebih lanjut, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara dinyatakan dalam pasal 2 Undang-Undang (UU) No. 10 Tahun 2004
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pengertian pembentukan
peraturan perundang- undangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-
undangan yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik
penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan,
penyebarluasan. Rumusan UU tersebut selain memenuhi pertimbangan dan salah
satu syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional, juga sekaligus
menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara telah
memiliki landasan aturan formal. Dalam pasal 7 dinyatakan ruang lingkup hirarki
peraturan perundang-undangan meliputi:
(i) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
(ii) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
(iii) Peraturan Pemerintah;
(iv) Peraturan Presiden; dan
(v) Peraturan Daerah.
Upaya mengurai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara memiliki cakupan
yang luas sekaligus dinamis. Luas dalam arti mencakup seluruh aspek kehidupan
sosial, ekonomi dan lingkungan.Dinamik mengandung arti memberi ruang reaksi
terhadap perubahan lingkungan strategis. Dengan kata lain, upaya mengurai nilai-
nilai Pancasila adalah hal yang tidak pernah selesai sejalan dengan perjalanan bangsa
Indonesia mencapai tujuan nasional. Keluasan dan kedinamikan tersebut dapat

7
8

ditarik melalui pancaran nilai dari kelima sila Pancasila. Implementasi nilai-nilai
tersebut ditunjukkan dengan perilaku dan kualitas SDM di dalam menjalankan
kehidupan nasional menuju tercapainya tujuan negara.
2.3.2 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Nilai-nilai Pancasila yang telah diwariskan oleh pendiri bangsa Indonesia
merupakan intisari dan puncak dari sosoial budaya yang senantiasa melandasi tata
kehidupan sehari-hari. Tata nilai budaya yang telah berkembang dan dianggap baik,
serta diyakini kebenarannya ini dijadikan sebagai pandangan hidup dan sumber nilai
bagi bangsa Indonesia. Sumber nilai tersebut antara lain adalah:
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dari nilai-nilai inilah kemudian lahir adanya sikap yang mengutamakan
persatuan, kerukunan, keharmonisan, dan kesejahteraan yang sebenarnya sudah lama
dipraktekkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Pandangan hidup bagi suatu bangsa
seperti pancasila sangat penting artinya karena merupakan pegangan yang mantap,
agar tidak terombang ambing oleh keadaan apapun, bahkan dalam era globalisasi.
Pancasila sebagai penyaring budaya yang masuk ke Indonesia. Jadi, Pancasila
menyaring dan memilah mana yang sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia dan
sesuai dengan norma yang ada dan hidup sejak lama di Indonesia. Pancasila sebagai
tembok kokoh penghalang pelindung bangsa dan Pancasila sebagai tiang kokoh
penyangga negara untuk berdiri melawan segala ancaman dan bahaya dari luar
lingkup Indonesia. Pancasila juga sebagai jalan kehidupan dan kelangsungan
ketatanegaraan bangsa Indonesia.
2.3.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dasar negara adalah hal yang paling utama bagi sebuah negara, dikarenakan
dasar negara adalah pondasi, landasan cita-cita harapan dan hal pokok bagi sebuah

8
9

bangsa. Di setiap negara memiliki dasar negaranya masing-masing,


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang tercantum pada alinea IV pembukaan
UUD 1945 yang merupakan landasan yuridis konstitusional dan dapat disebut sebagai
ideologi negara. Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat
secara hukum sehingga semua peraturan hukum / ketatanegaraan yang bertentangan
dengan pancasila harus dicabut. Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara, dalam bentuk peraturan perundang undangan bersifat imperative (mengikat)
bagi :
a) Penyelenggaraan negara
b) Lembaga kenegaraan
c) Lembaga kemasyarakatan
d) Warga negara Indonesia dimana pun berada, dan
e) Penduduk di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia
Dalam tinjauan yuridis konstituisi, Pancasila sebagai dasar negara
berkedudukan sebagai norma objektif dan norma tertinggi dalam negara, ketetapan
MPRS No.XX/MPRS/ 1966,jo. Tap. MPR No. V/MPR/ 1973,jo. Tap. MPR No.IX/
MPR / 1978. Penegasan kembali Pancasila sebagai dasar negara, tercantum dalam
Tap.MPR No.XVIII / MPR / 1998. Sebagai dasar negara Pancasila dipergunakan
untuk mengatur seluruh tatanan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, artinya
segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem ketatanegaraan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus berdasarkan Pancasila. Hal ini berarti
juga bahwa semua peraturan yang berlaku di negara Republik Indonesia harus
bersumberkan kepada Pancasila.
Hal ini tidak serta-merta memutuskan pancasila sebagai dasar negara.
Pemilihan pancasila didapati oleh pendiri negara dengan cara yang istimewa dan
dengan perjuangan yang luar biasa. Ada beberapa aspek yang mendasari pendiri
bangsa menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Aspek yang mendasari dipilihnya
pancasilah adalah sebagai berikut:
1. Aspek pluralisme kehidupan masyarakat Indonesia.
2. Aspek alamiah ketahanan nasional

9
10

3. Aspek budaya
4. Aspek agama
5. Aspek persamaan nasib
Maka Pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi
keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya
perbedaan. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan
perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan
empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”.
2.4 Dinamika Pelaksanaan Pancasila dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia
2.4.1 Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar ini disahkan pada sidang PPKI sehari setelah
Indonesia merdeka yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.Undag-Undang Dasar ini
terdiri atas Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh yang mencakup 37 Pasal 4 Aturan
Peralihan atau Peraturan Tambahanserta penjelasan yang dibuat oleh Prof.
Mr.Soepomo.
Pada awal kemerdekaan UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik karena
kondisi Indonesia dalam suasana mempertahankan kemerdekaan. Sedang mengenai
keadaan pemerintahnya sebagai berikut:
• Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945berlaku yaitu sebelum MPR, DPR dan
DPA dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
• Sistem kabinetnya, Kabinet Presidensil dimana para menteri bertanggung
jawab pada presiden bukan pada DPR.
• Dikeluarkannya Maklumat No. X pada tanggal 16 Oktober 1945, yang
merubah kedudukan KNIP yang tadinya sebagai pembantu Presiden menjadi
badan legislative (DPR)
• Dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang
merubah kabinet presidensil menjadi parlementer, ini berarti menyimpang dari
UUD 1945.sistem kabinet ini diikuti dengan Demokrasi Liberal
Akibat dari kondisi diatas menimbulkan, pemerintah tidak stabil seiring pergantian
kabinet, Terjadinya pemberontakaan PKI Madiun, karena keadaan genting maka

10
11

kabinet kembali ke presidensil lagi, diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB)


sehingga Indonesia harus menerima berdirinya Republik Indonesia Serikat (RIS).
2.4.2 Konstitusi RIS
Hasil dari KMB pada 27 Desember 1945 mengharuskan pada Indonesia
untuk menerima berdirinya negara RIS. Secara otomatis UUD yang digunakan pun
berganti, dan yang digunakan adalah Konstitusi RIS. Pada masa ini seluruh wilayah
Indonesia tunduk pada Konstitusi RIS. Sedangkan UUD 1945 hanya berlaku untuk
negara bagian Indonesia yang meliputi sebagian jawa dan sumatera dengan ibukota
Yogyakarta. Sistem pemerintahannya adalah Parlementer yang berdasarkan
Demokrasi Liberal. Bentuk Negara RIS adalah federasi (serikat) dan pemerintahanya
bersifat demokrasi. Negara Federasi RIS tidak berlangsung lama. Berkat kesadaran
para pemimpin kita maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS kembali lagi menjadi
NKRI dengan Undang-Undang yang lain yang disebut Undang-Undang Dasar
Sementara 1950.
2.4.3 Undang-Undang Dasar Sementara
Mulai tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali lagi menjadi NKRI dengan
Undang-Undang Dasar Sementara atau disebut juga UUD 1950 serta dengan bentuk
pemerintahanya ialah republik dengan sistem pemerintahan yang digunakan adalah
parlementer dan presiden tidak bisa diganggu gugat dan menteri bertanggung jawab
pada presiden. Pada masa ini berlaku demokrasi liberal dan telah berhasil
melaksanakan pemilu dan membentuk badan konstituante.
Karena kabinet yang dgunakan adalah parlementer maka presiden dan wakil
presiden adalah presiden konstitusional yang tidak bisa diganggu gugat.Yang
bertanggung jawab adalah menteri kepada parlemen.Akibat dari sistem pemeritah ini
maka pemerintahan tidak stabil, sebab sering terjadi pergantian kabinet, ekonomi dan
keamanan sangat kacau, badan konstitusituante macet tidak dapat melaksanakan
tugasnya untuk membuat Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai ganti UUDS
1950. Pada waktu itu beruntung rakyat Indonesia mempunyai rasa persatuan dan
kesatuan yang tinggi, terbukti dengan banyaknya negara bagian RIS yang melebur
kembali pada negara Republik Indonesia. Kenyataan ini yang membuat RIS dan

11
12

Republik Indonesia untuk mengadakan perundingan dan menghasilkan kesepakatan


untuk membuat negara kesatuan.
2.5 UUD dan Konstitusi serta Fungsinya
Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah
konstitusi dalam pengertian yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara
harfiah, istilah konstitusi dari bahasa Perancis “konstituer” yang berarti membentuk ,
dan diartikan sebagai “pembentuk suatu negara”. Sedangkan Indonesia menggunakan
istilah UUD yang disejajarkan dengan istilah Grondwet dari belanda yang
mempunyai pengertian suatu undang-undang yang menjadi dasar (Grond) dari segala
hukum dalam suatu negara. Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering
disejajarkan, namun istilah konstitusi dimaknai dalam arti yang luas (materiil) yang
lebih luas dari UUD. Konstitusi yang dimaksudkan adalah hukum dasar, baik yang
tertulis (UUD) maupun yang tidk tertulis (convensi). Dengan demikian konstitusi
memuat peraturan pokok yang fundamental mengenai sendi-sendi yang pertama dan
utama dalam menegakan bangun yang disebut “negara”.
UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma sumber dari
semua hukum yang belaku dalam negara di Indonesia, ia berisikan pola dasar dalam
berkehidupan di Indonesia. Negara dengan segala fungsi dan tujuannya berusaha
untuk dapat mewujudkannya dengan berbagai cara, oleh karena itu sebagai
pengintegrasian dari kekuatan politik, negara mempunyai bermacam-macam sifat,
seperti memaksa, memonopoli, dan mencakup semuanya. Dengan sifat memaksa,
negara dapat menggunakan kekerasan fisik secara sah untuk ditaatinya semua
keputusan. Walaupun alasannya untuk mewujudkan tujuan bersama, sifat memaksa
yang dimiliki oleh negara dapat disalahgunakan ataupun melampaui batas yang
mungkin dapat menyengsarakan rakyatnya. Untuk mencegah adanya kemungkinan
tersebut, konstitusi atau UUD disusun dan ditetapkan.

12
13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia sebagai
sumber hukum yang berarti segala hukum yang mengatur kehudupan berbangsa dan
bernegara harus sesuai dan selaras dengan Pancasila. Sein sebagai dasar negara
Pancasila juga sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Masing masing berarti
Pancasila sebagai penyaring, yang menyaring semua rencana yang menjadi
pandangan langkah kedepan agar sesuai dengan pandangan pancasila dan Pancasila
pondasi dasar dari bangunan bangsa Indonesia yang menopang kehidupan dan
keberlansungan bangsa Indonesia. Pelaksanaan dinamika Pancasila dalam menegakan
ketatanegaraan bukan semata mata dilihat dengan mata awam pancasila, tetapi
pancasila di uraikan menjadi undang-undang yang terperinci yang sesuai dengan
aspek dan tujuan bangsa. Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan yang hanya
dimiliki Indonesia. Karena hanya cocok dengan budaya Indonesia, seperti
pemerintahan otonom yang cocok dengan keadaan geogerafis Indonesia. Indonesia
memiliki daerah
3,2 Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia, harus mampu mencermati nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,
sebagai masyarakat madani, yaitu masyarakat yang tidak buta akan posisi dasar
negara, hendaknya kita bisa mengaplikasikan semua aspek-aspek yang terkandung
dalam Pancasila kedalam kehidupan sehari-hari. Penyimpangan-penyimpangan
terhadap nilai-nilai hukum, baik itu yang sudah tertulis dan tertuang dalam kitab
perundang-undangan maupun yang sudah mengalir dalam konvensi, perlu adanya
suatu evaluasi untuk menciptakan suasana masyarakat yang kondusif.

13

Anda mungkin juga menyukai