Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA BERMAIN

TERAPI BERMAIN MEWARNAI

Oleh:

Mahasiswa DIII Keperawatan Lawang

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

RUANG 7B IRNA IV RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR

MALANG

2019
SATUAN ACARA BERMAIN

TERAPI BERMAIN MEWARNAI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Keperawatan Klinik


Departemen Anak di R.7B IRNA IV RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Oleh:

Yosi Apriliani P17220174053


Yuyun Dianita P17220174054
Qurrotul Ainiyah L P17220174055

PRODI DIII KEPERAWATAN LAWANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

PAKET TERAPI BERMAIN MEWARNAI


Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik Keperawatan Anak

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG


RUANG 7B IRNA IV
Kamis, 14 Maret 2019

Oleh :

Yosi Apriliani P17220174053


Yuyun Dianita P17220174054
Qurrotul Ainiyah L P17220174055

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi
anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah
agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak
usia toddler (1-3 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia
toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan
warna, oleh karena itu bermain dengan mewarnai bisa menjadi alernatif untuk
mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada
anak selama dirawat. Mewarnai dapat menjadi salah satu media bagi perawat
untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang diwarnai sesuai dengan imajinasi anak akan membantu anak
untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motoric
halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh
kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan
dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan cara membuat kreasi
dengan mewarnai gambar.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari terapi bermain dengan mewarnai ini adalah
meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Anak dapat lebih mengenali bentuk dan warna.
2. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak.
3. Mengembangkan imajinasi pada anak.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bermain


Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua
yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak
menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena
beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil
akhir (Suhendi, 2001). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat
melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap
pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku
dewasa (Aziz A, 2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk
memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

2.2 Kategori Bermain


1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak
sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan
aktivitas (hanya melihat)
Contoh: Memberikan support.

2.3 Ciri-Ciri Bermain


1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

2.4 Klasifikasi Bermain Menurut Isi


1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di
sekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat,
misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah
atau ibu.

2.5 Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak
balita Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas
yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada
pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya
dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

2.6 Fungsi Bermain


Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,
misalnya meraih pensil.
2. Perkembangan Kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun
balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan
mempelajari belajar dalam kelompok.
5. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah
laku terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran
7. Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan
yang tidak enak, misalnya : marah, takut, benci.
8. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum
dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar,
bermain peran.

2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit  perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan  lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan  senang dapat mengguanakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.8 Tahap Perkembangan Bermain


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.

2.9 Tahap Tumbuh Kembang dan Karakteristik Bermain Anak Usia


Toddler (1-3 Tahun)
1. Tahap Pertumbuhan
Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2
Perhitungan panjang badan : Umur 1 tahun : 75 cm
: Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x 6 – 77
2. Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :
Fase anal (1 – 3 tahun) : daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja
menjadi sumber kepuasan libido yang penting. Menunjukkan
keakuannya, sikap narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egoistik.
Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan
bahasa meniru dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal
anak sangat terbatas, bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak
lain.
b. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :
Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang
tua terlalu melindungi, menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu.
c. Stimulasi dan perkembangan anak
a) Anak umur 12 – 18 bulan :
 Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil
benda kecil dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan
secara sedehana, minum sendiri dari gelas tidak tumpah.
 Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan
anak melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil,
melatih anak menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh,
memberi kesempatan anak melepas pakaian sendiri.
b) Anak umur 18-24 bulan:
 Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret
dengan alat tulis, menunjukkan bagian tubuh dan menyebut
namanya, meniru melakukan pekerjaan rumah tangga.
 Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari
anak menggambar bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah,
melatih anak mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau
ditinggalkan ibunya sementara waktu.
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak
bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan
kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan,
anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan
maupun dalam aktivitas bermiannya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang
besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di bongkar-pasang, bahkan
dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan
cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah
“sollitary play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas
terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan
pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan
permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya
walaupun belum begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu lancer.
Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin
warna-warni yang dapat dibentuk benda macam-macam.

2.10 Bermain di Rumah Sakit


A. Tujuan
1. Melanjutkan tumbuh kembang selama perawatan
2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
B. Prinsip
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama
4. Melibatkan keluarga/orangtua
C. Upaya perawatan dalam pelaksanaan bermain
1. Lakukan saat tindakan keperawatan
2. Sengaja mencari kesempatan khusus
D. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
1. Alat bermain
2. Tempat bermain
E. Pelaksanaan bermain di RS dipengaruhi oleh:
1. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan
keluarga
2. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

2.11 Mewarnai Gambar


Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk
mengurangi stres dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada
anak.(www.pediatric.com). Manfaat dari terapi bermain mewarnai adalah:

1. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat


terapeutik (sebagai permainan penyembuh/ ”therapeutic play”).
2. Dengan menggambar berarti anak dapat mengekspresikan ”feelingnya” atau
memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan
kata.
3. Sebagai terapi kognitif, pada saat anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan sterss, kognitifnya tidak akurat
dan negatif.
4. Mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi
emosional anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.
5. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah
sakit.(www.pediatric.com).
BAB 3
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN MEWARNAI

Judul : Terapi bermain mewarnai


Tanggal pelaksanaan : Kamis , 14 Maret 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Di Ruang Bermain Irna IV
Peserta : Anak usia 4 hingga 10 tahun

3.1 Sasaran
1. Anak yang dirawat di ruang 7B RSSA Malang.
2. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang
dapat menghalangi proses terapi bermain.
3. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.

3.2 Media
1. Buku gambar
2. Crayon/pensil warna
3. Lembar penilaian

3.3 Setting Tempat


Keterangan :
: leader

: co-leader

: fasilitator

: observer
3.4 Srategi Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.  Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri  Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi  Memperhatikan
bermain
4. Kontrak waktu anak dan orang tua
2. 15 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan  Memperhatikan
terapi bermain kepada anak
2. Memberikan kesempatan kepada  Bertanya
anak untuk bertanya jika belum jelas
3. Membagikan bahan buku gambar dan  Antusias saat
crayon menerima
4. Fasilitator mendampingi anak dan peralatan
memberikan motivasi kepada anak  Memulai untuk
5. Menanyakan kepada anak apakah mewarnai
telah selesai membentuk sebuah  Menjawab
benda pertanyaan
6. Memberitahu anak bahwa waktu  Mendengarkan
yang diberikan untuk mewarnai telah  Memperhatikan
selesai
7. Memberikan pujian terhadap anak
yang mampu mewarnai sampai
selesai

3. 10 menit Evaluasi :
1. Memotivasi anak untuk menyebutkan  Menceritakan
warna yang digunakan untuk
mewarnai  Gembira
2. Mengumumkan nama anak yang
dapat mewarnai sesuai contoh  Gembira
3. Membagikan reward kepada seluruh
peserta
4. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan pujian  Memperhatikan
kepada seluruh anak yang telah  Gembira
mengikuti program terapi bermain  Mendengarkan
2. Mengucapkan terima kasih kepada
anak dan orang tua  Menjawab salam
3. Mengucapkan salam penutup

3.5 Kriteria Evaluasi


1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 6 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang bermain irna IV.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai.
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir.
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai.
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira.
b. Kecemasan anak berkurang.
c. Mewarnai sesuai dengan contoh.
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai.

3.7 Pengorganisasian
1. Leader : Yuyun Dianita
2. Fasilitator : Yosi Apriliani, Qurrotul Ainiyah L
3. Observer : Yosi , Yuyun , Qurrotul
3.8 Tugas Masing-Masing
1. Leader : Memimpin jalannya program terapi.
2. Fasilitator : Mendampingi dan mengarahkan saat anak terapi.
3. Observer : Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan.
4. Anak : Mengikuti jalannya terapi bermain.

LEMBAR PENILAIAN

No Indikator Penilaian Skor (%)


1 Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan
83,3%
hingga akhir.
2 Jumlah anak yang mengikuti kegiatan
100%
dengan antusias.
3 Jumlah anak yang rewel selama kegiatan. 16,6%
4 Jumlah anak yang menyebutkan dengan
100%
benar warna pada gambar.
5 Jumlah anak yang menyelesaikan
83,3%
mewarnai gambarnya.
6 Jumlah anak yang tampak rileks dan
100%
gembira selama kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada
: (http://info. balitacerdas.com)
Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB
sauders Company, Philadelpia USA
Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta
L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC :
Jakarta. (www.Pediatrik.com)
Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta
Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta
Whaley and Wong, 1991, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition.
Mosby Year Book. Toronto Canada

Anda mungkin juga menyukai