Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SIMKES

SISTEM INFORMASI KESEHATAN


PUSKESMAS MANDOR KABUPATEN LANDAK

DI SUSUN
OLEH:
LINA MONIKA
NIM 20163124055

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,karena atas rahmat dan karunia-Nya
lah saya dapat menyelesaikan makalah Simkes.
Dalam kesempatan ini tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu, selaku
dosen mata kuliah Simkes yang telah banyak memberikan bimbingan kepada kami.
Kami menyadari, bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna serta
masih banyak kesalahan untuk itu saya harapkan kritik maupun saran oleh Bapak/ Ibu dalam
penyampaian tugas ini.
Akhir kata saya berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembacanya.Atas perhatian dari
semua pihak kami mengucapkan terima kasih.

Landak,januari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan umum, dapat dipastikan
membutuhkan keberadaan sistem informasi yang akurat dan handal, serta cukup
memadai untuk meningkatkan pelayanan puskesmas kepada para pengguna (pasien)
dan lingkungan terkait. Dengan lingkup pelayanan yang begitu luas, tentunya banyak
sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam proses pelayanan di puskesmas.
Banyaknya variabel di puskemas turut menentukan kecepatan arus informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan puskesmas.
Selama ini banyak puskesmas yang masih mengelola data-data kunjungan
pasien, data-data arus obat, dan juga membuat pelaporan dengan menggunakan cara-
cara yang manual. Selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratan dari
pengelolaan data juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan sangat
besar. Beberapa puskesmas mungkin sudah memakai komputer sebagai alat bantu
untuk pengelolaan data, hanya saja sampai sekarang belum banyak program komputer
yang secara khusus didesain untuk manajemen data di puskesmas. Maka dri itu.
Maka dari itu saya ingi menulis makalah tentang sistem informasi dipuskesmas
Mandor Kab.landak untuk mengetahui bagaimana sitem informasi dipuskesmas
sanggau ledo kab,bengkayang
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Tindakan – Tindakan Yang Dilakukan Di Poli Gigi Puskesmas mandor
kab.landak ?
2. Apa Pelaksanaan Program Khusus Gigi ?
3. Bagaimana Sistem Informasi Kesehatan Di Puskesmas ?
4. Apakah Ada Permasalahan Atau Kendala Implementasi Pada Sistem Informasi
Kesehatan Di Puskesmas ?
5. Bagaimana arsip dipuskesmas mandor ?
6. Bagaimanagambaran Sitem Dipuskesmas mandor kab.landak ?
C. TUJUAN
1. Mengahui Tindakan – Tindakan Yang Dilakukan Di Poli Gigi Puskesmas
mandor kab.landak ?
2. Mengahui Pelaksanaan Program Khusus Gigi ?
3. Mengahui Sistem Informasi Kesehatan Di Puskesmas ?
4. Mengahui Ada Permasalahan Atau Kendala Implementasi Pada Sistem
Informasi Kesehatan Di Puskesmas ?
5. Mengetahui arsip dipuskesmas mandor ?
6. Mengahui Gambaran Sitem Dipuskesmas mandor kab.landak ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. TENTANG SIK
A. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat,
prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara
sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam
literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan
informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan
terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Informasi kesehatan selalu diperlukan
dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan
prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan
pemantauan hingga proses evaluasi terhadap pelaksanaan program-program
kesehatan.
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di
seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan
yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor
004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya
hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen
kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak
berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi
juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak tepat dan
tidak tepat waktu. Berikut adalah beberapa definisi dari system informasi
manajemen, yaitu :
1. Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang biasanya diterapkan
dalam suatu organisasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan informasi
yang dihasilkan dibutuhkan olehsemua tingkatan manajemen (Kristianto,2003).
2. SIM adalah sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu (integrated) untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002).
3. SIM adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama
antara satu bagian dengan lainnya menggunakan cara tertentu untuk melakukan
fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian
mengolahnya (processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi
sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna danmempunyai nilai nyata
yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun dimasa
mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi
dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dantersedia bagi fungsi
tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta,2004)

B. Peranan Manajemen Sistem Informasi Kesehatan


Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6
“building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara.
Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
1. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan
teknologi kesehatan)
3. Health worksforce (tenaga medis)
4. Health system financing (system pembiayaan kesehatan)
5. Health information system (sistem informasi kesehatan)
6. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)

Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program


kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif
solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses
evaluasi. Subsistem dalam system informasi kesehatan secara umum meliputi :
a. Survailans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi
lingkungan dan factor resiko)
b. Pelaporan rutin dari puskemas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah,
gudang farmasi, praktek swasta.
c. Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi,
HIV/AIDS, yang biasanya bersifat vertical
d. System administrative, meliputi system pembiayaan, keuangan, system
kepegawaian, obat dan logistic, program pelatihan, penelitian dan lain-lain
e. Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun imigrasi

Jika dicermati, komponen tersebut tidak hanya tanggung jawab sektor


kesehatan semata, tetapi juga lintas sector lainnya seperti statistik vital
kependudukan, data kelahiran, data kematian. Sistem pelaporan informasi
kesehatan rutin dari fasilitas kesehatan pun tidak berjalan dengan baik. Teknologi
informasi memberi berbagai kemudahan dalam proses manajemen di segala
bidang. Dengan teknologi Informasi, data dan informasi dapat diolah dan
didistribusikan secara lebih mudah, cepat, akurat, dan fleksibel. Hal ini
mendorong semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi dalam
berbagai kegiatan.
World Health Organization menilai bahwa investasi sistem informasi
menuai beberapa keuntungan, antara lain :
 Membantu pegambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan
masalah kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
 Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif,
evaluasi, dan inovasi melalui penelitian.
 Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru dan akuntabilitas,
cara yang digunakan

Data yang diperlukan dalam system informasi kesehatan yang komprehensif


berkisar dari data kelahiran, morbiditas, dan mortalitas untuk jenis dan lokasi
tenaga kesehatan, dengan jenis dan kualitas pelayanan klinis yang diberikan di
tingkat nasional dan sub-nasional dan akhirnya dengan indokator penduduk,
seperti sebaai demografi dan status social ekonomi. Sebagaimana gambar
diatas, informasi kesehatan dapat dibagi menjadi lima domain yang berbeda,
yaitu :
1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku, keturunan,
lingkungan, social ekonomi dan demografi.
2. Input system kesehatan, yang meliputi kebijakan, pembiayaan, sumber
daya, dan organisasi.
3. Output system kesehatan meliputi, informasi kemampuan pelayanan
dan kualitas.
4. Hasil system kesehatan meliputi, pemanfaatan pelayanan.

Status kesehatan meliputi, angka kematian, kesakitan atau


ketidakmampuan, dan kesejahteraasn. Sedangkan di dalam tatanan Sistem
Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu pada
sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Sub sistem
manajemen dan informasi kesehatan merupakan subsistem yang mengelola
fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi
kesehatan dan hokum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang
penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berhasil guna, berdaya guna,
dan mendukung penyelenggaraan ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai
satu kesatuan yang terpadu.
Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia,
yaitu:
1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat.
Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun
komitmen setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem
Informasi kesehatan berjalan dengan baik dan yang lebih terpenting
menggunakan teknologi komputer dalam mengimplementasikan Sistem
Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System).
Melalui hasil pengembangan sistem informasi ini maka diharapkan dapat
menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan
standar yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan
bersifat interoperable dengan jaringan lain.
3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan
mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di
dalam kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta
sebagai komponen sistem di masa depan.
4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan
kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel
universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien
sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan,
mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi
yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari,
menganalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara
elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders.
7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website
dan access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat
dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka
memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat
dicapai sebaik-baiknya.
8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan
pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen,
penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian
dan pengembangan karir.
9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit
organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang
berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan
dan kedokteran.
10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan
organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan
kompetitif.
11. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.

C. Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan


Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan
sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasaryang harus dipahami
oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer).
Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan
teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi
komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi
Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Pada
pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi
adalah sistem informasi yang berbasis komputer.
Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau
teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis. Dinamika
sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa
pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah
menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki
umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi
tersebut ditentukan diantaranya oleh perkembangan organisasi tersebut
dan perkembangan teknologi informasi.
4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas
sistem informasi itu sendiri. Sistem informasi yang terpadu (integrated)
mempunyai daya guna yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem
informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem
yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh
merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan harus
dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada
dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat
mendapatkan sistem informasi yang terpadu. Sistem informasi, pada
dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras,
yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer).
Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan
mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem
informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek
komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di
akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari
pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para
pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait
dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.
5. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada
strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut. Strategi yang
dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantung kepada
besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi
tersebut. Untuk sistem informasi yang cakupannya luas dan tingkat
kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan seperti:
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan
Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi.
6. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan
pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik). Pada
banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka
mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang
mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai
pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam
mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi
tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-
fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural yang ada di dalam
organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari pimpinan
organisasi tersebut.
7. Informasi telah menjadi aset organisasi. Dalam konsep manajemen
modern, informasi telah menjadi salah satu aset dari suatu organisasi,
selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan informasi internal
dan eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif
(competitive advantage),
Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang mudah
dipahami. Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya dikenal
istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan
B. KEARSIPAN
Definisi Arsip
a. Menurut Undang – undang No.7 tahun 1971, arsip adalah
1) Naskah – naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga – lembaga dan badan –
badan pemerintahan dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun
berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan;
2) Naskah – naskah yang dibuat dan diterima oleh badan – badan swasta ataupun
perorangan, dalam bentuk corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun
berkelompok dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.
b. George R. Terry dalam bukunya “Office Management and Control” mengatakan
kearsipan (Filing) penempatan kertas – kertas dalam tempat – tempat penyimpanan yang
baik dan menurut aturan yang telah ditentukan terlebih dahulu sedemikian rupa sehingga
setiap kertas (Surat) apabila diperlukan dapat di temukan kembali dengan mudah dan
cepat.
3. Penangan surat masuk dan keluar
a. Surat masuk
Penanganan surat masuk adalah semua kegiatan yang dilakukan sejak penerimaan surat
masuk, pengelolahan/penyelesaian hingga surat tersebut tersimpan salah satunya
Penanganan surat masuk sistem buku agenda
Buku agenda adalah suatu buku yang dipergunakan untuk mencatat surat-surat
masuk dan keluar dalam satu tahun. Petugas yang mengagendakan surat disebut agendaris.
Prosedur penanganan surat masuk sistem buku agenda adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan surat.
b. Penyortiran surat.
c. Pencatatan surat.
d. Pengarahan surat.
e. Penyampaian surat.
f. Penyimpanan arsip surat.

b. Surat Keluar
Surat keluar adalah surat yang dibuat/dikirimkan oleh suatu instansi/kantor kepada pihak
lain, baik perseorangan, kelompok maupun suatu lembaga.
Prosedur penanganan surat keluar sistem buku agenda adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan konsep
b. Persetujuan konsep
c. Pencatatan Surat
d. Pengetikan Konsep Surat
e. Pemeriksaan Pengetikan
f. Penandatanganan Surat
g. Pemberian Cap Dinas
h. Melipat surat dan Penyampulan surat (dengan Kop dan nomor surat).
i. Pengiriman surat.
j. Penyimpanan arsip surat.

4. Peralatan dan Perlengkapan kearsipan


Untuk dapat menata arsip dengan kecepatan tinggi dan sedikit kesalahan di perlukan
peralatan dan perlengkapan yang sanggup menjalankan fungsi setiap sistem dan metode
dengan sebaik –baiknya.
a. Kriteria Pemilihan peralatan
Yang perlu di pertimbangkan untuk pengadaan suatu peralatan adalah :
1) Bentuk alami dari arsip yang akan disimpan.
2) Frekuensi penggunaan arsip.
3) Lama arsip di simpan (Aktif /Inaktif).
4) Lokasi fasilitas penyimpanan.
5) Besar ruangan penyimpanan.
6) Tipe dan letak penyimpanan.
7) Bentuk orgnisasi.
8) Tingkat perlindungan terhadap arsip.

b. Tipe peralatan penyimpanan


Alat penyimpanan arsip yang berjumlah banyak dapat di kelompokan dalam 3 jenis alat
penyimpanan, yaitu :
1) Alat penyimpanan tegak (vertical file)
Merupakan jenis yang dipergunakan dalam kegiatan pengurusan arsip. Contoh : Almari
arsip / filing cabinet.
2) Alat penyimpanan menyamping (lateral file)
Merupakan cara penyimpanan Arsip yang vertikal tetapi tetap dikatakan literal karena
letak map – mapnya menyamping. Contoh : penyimpanan arsip dalam laci.
3) Alat penyimpanan berat (power file)
Sering di sebut juga alat penyimpanan elektrik adalah penggunaan tenaga mesin dan
mengurangi tenaga manusia dalam urusan kearsipan.
c. Perlengkapan penyimpanan (filing supplies)
Kebanyakan kantor atau organisasi saat ii menyediakan perlengkapan untuk penyimpanan
arsip, yaitu :
1) Penyekat dan Guide
Penyekat adalah lembaran yang digunakan sebagai pembatas dari arsip – arsip yang di
simpan. Dan guide adalah label yang berisikan kata tangkap sebagai penunjuk yang di
tempelkan pada penyekat.
2) Map (Folder)
Tempat penyimpanan jenis – jenis dokumen dengan jumlah tertentu.
3) Kata tangkap
Judul yang terdapat pada tonjolan disebut kata tangkap baik dalam bentuk abjad,nama,
maupun subjek.
4) Alat bantu kearsipan
Peralatan pelengkap yang membantu memudahkan proses kearsipan seperti Label pada
laci,penyekat, dan folder.

5. Sistem penyimpanan
Merupakan sistem yang digunakan pada penyimpanan warkat agar kemudahan
kerja penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan warkat yang sudah di simpan dapat
dilakukan dengan cepat bilamana warkat tersebut sewaktu – waktu diperlukan.

6. Klasifikasi Sistem penyimpanan


a. Sistem abjad
Merupakan penyimpanan yang di dasarkan atas urutan abjad, jadi pemberian kode warkat
yang akan di simpan dalam arsip dengan menggunakan abjad dari A – Z

C. SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI PUSKESMAS


Puskesmas mandor merupakan salah satu puskesmas yang ada di kab,landak.pada
saat ini dipuskesmas mandor sudah menggunakan computer sebagai media
penggolahan data baik secara ofline maupun online tatapi sering juga digunakan untu
mendata masih menual tanpa computer kerana keterbatasan alat,tenaga,biaya dan
waktu

D. APAKAH ADA PERMASALAHAN ATAU KENDALA IMPLEMENTASI


PADA SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI PUSKESMAS ?
Belum adanya pengadaan dari Dinas Kesehatan Kota yang memayungi puskesmas
mandor,secara menyuluruh sebagian sudah terealisasi.
E. KEARSIPAN PUSKESMAS MANDOR
buku panduan dan agenda manual, tetapi cara manual menghabiskan waktu yang
cukup lama dan memperlabat antrian dan pelayanan kesehatan. Puskesmas Mandor
juga menggunakan sistem penyimpanan Rekama medis dengan sistem Nomor
langsung tepatnya Straight Numeric. Kendala yang berkaitan dengan SIG merupakan
masalah yang bisa di tanggulangi dengan sebuah jaringan yang bagus atau
memperbaiki jaringan dan puskesmas pasti memiliki pencatatan manual guna
mengantisipasi tersebut sepeti di mandor sehingga itu teratasi. .

F. GAMBARAN SITEM DIPUSKESMAS MANDOR


a. alat sik dipuskemas mandor kab.sambas
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat, prosedur
dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis
untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh
dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
 Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan antara lain:
a. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
b. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
c. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus
hidup sistem
d. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat
integritas sistem informasi itu sendiri.
e. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat
bergantung pada strategi yang dipilih untuk pengembangan
sistem tersebut.
f. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan
pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik).
g. Informasi telah menjadi aset organisasi.
h. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur
hirarkis yang mudah dipahami.
B. SARAN
1. Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan SIK dipuskesmas
2. Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya SIK
yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik daerah
DAFTAR PUSTAKA

Kapita, selekta. 2006. Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta:


Unioversitas Gadja Mada Wulandari, R. 2009.

Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Berbasis Komputer.


Semarang: Universitas Diponegoro Website : Prposal

simkahttp://kgm.bappenas.go.id/document/makalah/20_makalah.pdf final.pdf
http://kamerad69.blogspot.com/2010/04/simkes-sistem-informasimanajemen.html

Anda mungkin juga menyukai