TK IB
Oleh:
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit diare sering disebut dengan Gastroenteritis, yang masih merupakan masalah
masyarakat indonesia. Dan diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
anak di negara berkembang.
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (Mansjoer Arief
dkk, 1999)
Diperkirakan angka kesakitan berkisar antara 150-430 per seribu penduduk
setahunnya. Dengan uapaya yang sekaranag telah dilaksanakan, angka kematian di RS dapat
ditekan menjadi kurang dari 3%. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya. Sebagian besar antara 70-80% dari
penderita adalah anak dibawah umur 5 tahun (kurang lebih 40 juta kejadian). Sebagian dari
penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan apabila tidak segera ditanggulangi dengan
benar akan berakibat buruk. Untuk itu saya tertarik membuat Asuhan Keperawatan Kepada
Ny.’’S’’ umur 78 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari diare?
b. Apa penyebab diare
c. Apa saja macam-macam diare?
d. Bagaimana cara menangani diare?
e. Apa diagnosa dari diare?
f. Bagaimana asuhan keperawatan diare?
1.3 Tujuan
a. Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan
Keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada
Ny.”S” dengan Gastroenteritis atau diare
b. Untuk mengetahui gambaran tentang kasus Gastroenteritis yang dialami oleh pasien
Ny.”S”.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (Mansjoer Arief
dkk, 1999)
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan
oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen (Whaley dan wang’s,
1995)
2.2 Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :
a) Faktor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare meliputi :
1) Infeksi Bakteri : vibrio E.coli Salmonella, Shigella, Campyio bacter, Aeromonas
2) Infeksi virus : Enteriviru ( virus echo, coxsacle, poliomyelitis ), Adenovirus,
Astrovirus, dll
3) Infeksi parasit : Cacing (ascaris, trichuris, oxyguris) Protozoa (entamoeba histoticia,
trimonas hominis), Jamur (candida albacus)
Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA), Bronco pneumonia, dan sebagainya.
b) Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi Lema
c) Faktor Makanan
Makanan yang tidak bersih, basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
2
kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat adanya rangsangan toksin pada dinding uterus sehingga akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Bila peristaltik menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh
berlebihan, sehingga timbul diare juga.
3
2.4 Cara Menangani Diare
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat
lain (gula,air tajin, tepung beras dan sebagainya).
1) Obat anti sekres
a) Asetosal, dosis 25 mg/th,dengan dosis minimum 30 mg
b) Klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hr
2) Obat spasmolitik
Seperti papaverin, ekstrak beladona, opinum loperamid, tidak untuk mengatasi diare
akut lagi.
3) Antibiotik
Tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas, bula penyebab kolera, diberikan
tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hr. Juga diberikan bila terdapat penyakipenyerta seperti : OMA,
faringitis, bronkitis, atau bronkopneumonia ( Ngastiyah, 1997 : 149)
Medik
Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan, dietetik (cara pemberian makanan) dan
obat-obatan.
Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan mempertahankan derajat dehidrasi dan keadaan
umum.
1) Cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral beberapa cairan
yang berisikan NaCL,NaHCO3,KCL dan Glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak
diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang, kadar Natrium 50-60 mEg/1 formula
lengkap sering disebut oralit. Sebagai pengobatan sementara yang dibuat sendiri (formula
tidak lengkap) hanya air gula dan garam (NaCL dan sukrosa) atau air tajin yang diberi garam
dan gula.
2) Cairan parental
Pada umumnya digunakan cairan Ringel laktat (RL) yang pemberiannya bergantung pada
berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai umur dan
berat badannya (Ngastiyah, 1997 : 146)
4
BAB III
Seorang perempuan berumur 78 tahun datang ke UGD dengan keluhan buang air besar lebih
dari 5 hari dengan konsistensi cair sejak kemarin, disertai dengan muntah. Pasien tidak
mampu mengkonsumsi makanan per oral. Tanda-tanda vital TD 90/60 mmHg, suhu 38,6 C.
Frekuensi nafas 30 x/menit . turgor kulit kembali dengan lambat, pasien lemah
3.1.1 PENGKAJIAN
No Ruangan :5
A.Identitas Pasien
Umur : 78 Tahun
Agama : islam
Pekerjaa : Swasta
5
cowong.
3.4 INTERVENSI
No.
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah Dilakukan
1. pantau tanda kekurangan
1. Menentukan intervensi
Tindakan Keperawatan cairan selanjutnya
2x24 Jam dengan Tujuan2.: observasi/catat hasil
2. Mengetahui keseimbangan
volume cairan dan intake output cairan cairan
elektrolit dalam tubuh
3. anjurkan klien untuk
3. Mengurangi kehilangan cairan
seimbang (kurangnya banyak minum 4. Meningkatkan partisipasi
cairan dan elektrolit
4. jelaskan pada ibu tanda dalam perawatan
terpenuhi) kekurangan cairan 5. mengganti cairan yang keluar
Dengan KH : 5. berikan terapi sesuai dan mengatasi diare
- Turgor kulit cepat advis :
kembali. - Infus RL 15 tpm
- Mata kembali normal
- Membran mukosa basah
- Intake output seimbang
2 Setelah Dilakukan
1. Mengobservasi TTV 1. kehilangan cairan yang aktif
Tindakan Keperawatan
2. Jelaskan pada pasien secar terus menerus akan
2x24 Jam dengan Tujuan : tentang penyebab dari mempengaruhi TTV
Konsistensi BAB lembek, diarenya 2 Klien dapat mengetahui
frekwensi 1 kali perhari
3. Pantau leukosit setiap penyebab dari diarenya.
dengan KH : hari 3 Berguna untuk mengetahui
6
- Tanda vital dalam batas
4. Kaji pola eliminasi klien penyembuhan infeksi
normal (N: 120-60 x/mnt, setiap hari 4 Untuk mengetahui konsistensi
S; 36-37,50 c, RR : < 40
5. Kolaborasi dan frekuensi BAB
x/mnt ) - Konsul ahli gizi untuk
5 Metode makan dan kebutuhan
- Leukosit : 4000 – 11.000 memberikan diet sesuai kalori didasarkan pada
- Hitung jenis leukosit : 1- kebutuhan klien. kebutuhan.
3/2-6/50-70/20-80/2-8 - Antibiotik: cefotaxime
3x1 amp (500mg/ml)
3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. “ S “ No.ruangan :5
Umur : 78 tahun
TGL/ NO.
IMPLEMENTASI RESPON PS TTD
JAM Dx
Selasa, 10/5 1,2,3- Mengkaji keluhan pasien DS : Klien mengatakan
11 - Mengobservasi TTV bahwa BAB berkali-
16.00 setiap 8 jam kali, muntah, dan perut
kembung.
DO : Turgor kulit
menurun, mulut kering,
mata cowong, dan
menahan kesakitan
TD = 80/50 mmHg, S =
390 C, N= 112, tampak
16.15 1- Menentukan tanda-tanda lemah ,RR 22x/mnt
kekurangan cairan
- Memasang infus RL 15 DS : klien mengatakan
tpm akan minum yang
banyak
DO :Turgor kulit
16.25 1,2 berkurang, mukosa
Memberikan obat: mulut kering,disertai
Injeksi Novalgin 1 amp muntah.
Injeksi Ulsikur 1 amp
7
Injeksi Cefotaxime 1 DS : expesi wajah klien
amp sedikit rileks
- Menganjurkan untuk DO : keluarga
klien banyak minum kooperatif,dan akan
21.00 1,2 memberikan banyak
minum agar klien tidak
- dehidrasi
Menganjurkan klien
Rabu11/5/11 1,3 untuk istirahat
06.30 - Mengobservasi TTV
- Mengganti infus RL 15 DS : -
tpm DO : Ny. “ S “ keluarga
- Mengkaji pola eliminasi kooperatif
klien
07.30 2,3 DS : -
Memberikan obat: DO : TD = 100/70, S =
Injeksi Novalgin 1 amp 380, N = 100x/mnt, RR =
Injeksi Cefotaxime 1
08.50 1,3 amp
Observasi/catat hasil DS : -
intake output cairan DO : Keluarga
8
DS : pasien mengatakan
Memberikan obat: akan minum sesering
Kamis, 1,2,3 Injeksi Dexa 1 amp mungkin
12/5/11 Injeksi Ulsikur 1 amp DO : Ny. “S” keluarga
06.00 Injeksi Cefotaxime 1 kooperatif
amp
06.30 3 DS : -
DO : Ny. “ S “ keluarga
Menganjurkan makan DS : -
dalam porsi dikit tapi DO : TD = 100/70, S =
sering 370, N = 100x/mnt, RR =
22x/mnt
10.00 3 DS : -
DS :pasien mengatakan
nyeri saat disuntik
Observasi leukosit
DO : Obat masuk tidak
9
ada tanda alergi
DS : -
DO : Leukosit :
8600/mm3
Hitung jenis leukosit : 1-
3/2-6/50-70/20-80/2-8
No.
Hari/tgl Catatan Perkembangan TTD
Dx
1. Selasa S : Kien mengatakan bahwa masih merasa lemas
10/5/2011 O : - Klien masih tampak lemas
- Aktifitas klien masih dibantu keluarganya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-4 dilanjutkan
10
- Klien merasa mual sehingga tidak
menghabiskan porsi makannya
- Klien tidak muntah
A : Masalah gangguan pola eliminasi BAB
teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi 1-4 dilanjutkan
- Kaji intak output cairan setiap 8 jam
- Pantau tanda-tanda dehidrasi
11
2
3. A : Masalah tertasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
12
P : Intervensi dihentikan
Pelaksanaan pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parenteral.
Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat
menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang, bila diare profus
dengan pengeluaran air tinja yang hebat ( > 100 ml/kg/hari ) atau mutah hebat ( severe
vomiting ) dimana penderita tak dapat minum samasekali, atau kembung yang sangat hebat (
violent meteorism ) sehingga rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan
rehidrasi panenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk
dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi.
Tahap rehidrasi
Mengganti defisit. Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan
pemberian oralit sesuai dengan defisit yang terjadi :
Tahap rumatan
Dalam tahap rumatan ini meliputi untuk memenuhi kebutuhan cairan rumatan dan
kebutuhan perubahan cairan rumatan yang disebabkan oleh kehilangan cairan yang
sedang berjalan ( ongoing losses )
Kebutuhan Rumatan.
13
Terdapat beberapa model untuk menghitung kebutuhan cairan rumatan : berdasarkan
berat badan, luas permukaan, atau pengeluaran kalori yang seperti kita ketahui bahwa 1
ml air diperlukan setiap 24 jam bagi setiap kalori yang dikeluarkan dan bahwa kebutuhan
metabolik menentukan penggunaannya dari cadangan tubuh. Kalori yang dikonsumsi
setiap kesatuan berat badan, atau tingkat metabolik menurun dengan bertambah besarnya
dan usia anak ( Tabel 1,2 )
Tabel 1. Kebutuhan Rumatan Kalori dan air per kesatuan berat badan.
Rumatan
Berat badan K cal / kg / 24jam ml air/kg/24jam
10 kg pertama 100 100
10 kg ke-dua 50 50
Setiap kg penambahan BB 20 20
Untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berjalan ( ongoing losses ) karena
diare : 10 ml/kg bb (untuk diare infantile) dan 25 ml/kg bb (untuk kholera) untuk setiap diare
cair yang terjadi disamping pemberian makanan dan minuman sebagaimana biasanya
sebelum diare. Oralit merupakan cairan elektrolit–glukosa yang sangat esensial dalam
pencegahan dan rehidrasi penderita dengan dehidrasi ringan–sedang.
14
Secara sederhana, rehidrasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1 th – 5 th 3 gelas 1 gelas
Gangguan sirkulasi RL
Sedang ( 6-9% ) + 70 ml/kg/jam NaCl 0,9% IV/3 jam
RL IG/3 jam
½ Darrow ( oralit )
Ringan ( 5% ) + 50 ml/kg/3jam ½ Darrow IV/3 jam
Oralit IG / Oral
Tanpa dehidrasi 10-20 ml/kg Oralit / oral
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan keperawatan pada Ny. “S” dengan didapatkan kesimpulan
bahwa dalam pengkajian telah dilakukan anamnesa yang meliputi data subjektif dan obyektif.
Dari pengkajian tersebut diambil suatu diagnosa dan masalah berdasarkan data yang
menunjang untuk diambil suatu diagnosa. Setelah melakukan pengkajian pada Ny. “S “
didapatkan diagnosa bahwa Ny. “S “ dengan masalah gangguan keseimbangan cairan dan
resiko kerusakan integritas kulit.
Intervensi yang diberikan disesuaikan dengan ketentuan yang ada, sedangkan dalam
penerapannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Evaluasi dilakukan setelah
implementasi dilakukan. Dalam evaluasi Ny. “S “ masalah belum teratasi, dehidrasi dapat
ditangani, resiko kerusakan integritas kulit yang lebih parah karena turgor kulit kembali
dengan lambat.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan. Maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaa penulisan
askep yang akan datang. Terima kasih
16
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Jilid II Edisi 3. Media Aesculapius : Jakarta
http://asuhankeperawatangastroenteritis.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-ny-
s-dengan.html
Dongoes , Mariliynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakart
17