Bahari 4
Bahari 4
Snorkeling(Skin Diving)
Snorkeling merupakan kegiatan dasar yang harus dikuasai seorang calon penyelam. Ini bertujuan untuk melatih
pernapasan menggunakan mulut dan gerakan kaki yang berguna pada saat penyelam.
Pada umumnya snorkel yang dipakai penyelam tidak lebih dari 30 cm panjangnya. Hal ini untuk menghindari Dead
Air Space atau volume ruang udara mati yang mengakibatkan udara hanya bergerak di daerah itu saja dan tidak ke
lingkungan bebas. Sehingga bertambah panjang snorkel akan bertambah besar ruang udara mati.
2. Kekurangan Oksigen (Hypoksia)
Seorang penyelam skin yang berusaha menahan napas untuk dapat berada di dalam air lebih lama, apabila
dipaksakan mengakibatkan penyelam akan mengalami kekurangan oksigen (anoksia) sehingga jaringan tubuh tidak
mendapat O2.
Pingsan di air dangkal. Hal ini dikarenakan penyelam melakukan hiperventilasi berlebih sehingga kadar
karbondioksida menurun tajam dan selama penyelaman tubuh mengalami hipoksia sedangkan respon/keinginan
Hiperventilasi adalah upaya penyelam untuk memperpanjang tahan napas pada skin diving dengan bernapas dalam
dan berlebihan. Hal ini dilakukan penyelam skin untuk bertahan napas lebih lama dengan mengurangi/membuang
gas CO2. Sebenarnya cara ini berbahaya karena jika kadar CO2 turun, maka tidak akan terjadi perangsangan untuk
bernapas ke permukaan.
Penyelam skin yang melakukan over hiperventilasi di permukaan dan kemudian menyelam pada kedalaman 10 feet
(10 m) akan mengalami peningkatan tekanan parsial O2 dalam darah dari 3 psi ke 6 psi. Bila diteruskan ke yang
lebih dalam lagi sehingga melewati batas dimana CO2 telah memberikan peringatan untuk muncul. Dikarenakan
CO2 kurang saat hiperventilasi, sedangkan O2 yang digunakan sudah pada titik rendah ½ psi yang pada akhirnya
CO2 menumpuk hingga batasnya dan penyelam akan muncul ke permukaan.
Sesampainya di permukaan, peredaran darah menurun dan O2 menjadi nol, maka akibatnya akan pingsan dekat
permukaan. Biasanya penyelam pingsan karena anoxia (kehabisan O2).
Gejalanya yaitu denyut nadi dan tekanan darah meningkat, biru pada bibir, jari dan kaki, serta pingsan.
Segera berikan udara segar/O2 murni dan jika pingsan berikan pernapasan mulut ke mulut.
Untuk itu bila penyelam melakukan snorkeling/ skin diving, bernapas dalam dua kali sudah cukup untuk menyelam
secara efisien. Jangan melakukan hiperventilasi dan hindari menahan napas melewati peringatan CO2. Untuk
penyelam scuba jangan melakukan hiperventilasi.
4. Squeeze Paru
Merupakan barotrauma yang sangat jarang yang bisa terjadi pada breath hold diving/skin diving. Penyelam
mengalami sesak napas setelah mencapai permukaan dari kedalaman > 100 FSW. Dapat disertai dengan batuk
berdarah/berbuih dan harus diberikan oksigen. Gejala tersebut menurun dalam beberapa hari.
Hal ini terjadi ketika penyelam turun ke kedalaman dimana Volume Total Paru (TLV) berkurang kurang dari Volume
Residu (RV), pada poin itu tekanan transpulmonal melebihi tekanan alveoli, hal ini akan menyebabkan pengeluaran
cairan dan darah membuat penyelam sesak napas.
Penyelam normal dengan TLV 6 liter dan RV 1,2 L hanya dapat menyelam hingga tekanan 5 ATA (132 FSW) , lebih
dalam dari itu akan mengalami squeeze paru. Akan tetapi beberapa penyelam dapat menyelam lebih dari itu tanpa
masalah.
SCUBA Diving
Efek dan Bahaya Perubahan Tekanan
pada Tubuh
Karena adanya perbedaan tekanan di kedalaman air, maka penyelam yang menyelam ke dalam akan mengalami
efek langsung tekanan air. Untuk itu diperlukan equalisasi yaitu penyesuaian tekanan.
Ketidakseimbangan tersebut akan menyebabkan barotrauma yang dapat berupa squeeze, kerusakan organ, atau
minimal menimbulkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman. Squeeze adalah pengerutan jaringan tubuh akibat dari tidak
dapatnya jaringan tubuh menyamakan tekanan atau equalisasi.
Mask Squeeze
Terjadi pada saat penyelam lupa mengeluarkan udara ke dalam masker pada saat equalisasi sehingga terbentuk
tekanan negatif pada ruangan masker. Hal ini mengakibatkan kapiler darah di muka rusak dan menyebabkan
pendarahan ke dalam kulit (ecchymosis) dan pendarahan konjungtiva.
Gejalanya yaitu rasa sakit di wajah, kening, atau pipi selama menyelam.
Tipe yang jarang yaitu reverse sinus squeeze yang terjadi pada saat naik ke permukaan. Kondisi ini diakibatkan
karena tingginya tekanan udara dalam sinus. Ini biasanya terjadi pada penyelam yang mengalami infeksi saluran
pernapasan atas atau alergi berat yang minum obat dekongestan (mengurangi produksi cairan) sesaat sebelum
menyelam, tetapi efek obat tersebut hilang setelah menyelam di kedalaman.
Pencegahan barosinusitis atau squeeze sinus yaitu dengan tidak menyelam pada saat terkena infeksi saluran napas
atas atau hal-hal lain yang dapat mengakibatkan penutupan saluran sinus.
Jika terdapat sekumpulan udara tertangkap di gigi pada tekanan permukaan laut, tekanan di luar gigi akan meningkat
pada penyelaman, maka gigi akan pecah ke arah dalam, dan ruangnya akan terisi darah.
Kebalikannya, jika kumpulan udara terbentuk selama di kedalaman, jika bergerak ke permukaan volumenya akan
meningkat sesuai hukum Boyle yang mengakibatkan gigi pecah ke arah luar.
Untuk mencegah barodontalgia, setiap penyelam harus menunda penyelaman sedikitnya 24 jam setelah
terapi/tindakan pada gigi.
Manuver Valsalva yaitu meniup udara melawan dengan bibir dan hidung tertutup dan lidah ke arah belakang untuk
meningkatkan tekanan rongga faring yang diteruskan ke dalam telinga tengah melalu tuba eustachius. Manuver ini
juga dapat membuka tuba eustachius yang tertutup. Biasa disebut mengedan.
Manuver Frenzel yaitu dengan menelan dengan lidah ke belakang dimana bibir ditutup dan lubang hidung di tekan
(memencet hidung).
Biasanya penyelam sudah mengalami sedikit rasa sakit pada perbedaan tekanan 60 mmHg. Manuver ini baik
dilakukan pada kedalaman 4 feet. Jika penyelam tidak melakukan equalisasi dengan manuver ini pada perbedaan
tekanan lebih dari 100-400 mmHg (4,3-17,4 feet) maka akan terjadi squeeze yang dapat mengakibatkan robek
gendang telinga. Air dingin kemudian masuk ke telinga tengah dan menyebabkan vertigo.
Gejalanya terjadi sesaat penyelam turun dari permukaan air. Penyelam juga mengeluh rasa sakit dan rasa penuh
dalam telinga atau mengalami vertigo. Sakitnya semakin parah sehingga penyelam dapat meneruskan atau
menghentikan penyelaman.
Pencegahannya dengan selalu equalisasi setiap turun ke kedalaman.
Merupakan barotaruma yang sangat jarang. Terjadi pada saat naik ke permukaan yang disebabkan karena
perubahan tekanan tiba-tiba pada telinga tengah yang menyebabkan perangsangan ke telinga dalam dan
menyebabkan vertigo. Vertigo ini hanya sebentar dan tidak memerlukan penanganan dapat membuat penyelam
panik, yang dapat mengakibatkan tenggelam, kerusakan paru, atau emboli udara, atau trauma lain yang sangat
serius.
Gejalanya yaitu kehilangan orientasi terhadap sekeliling dan tiba-tiba mual sekali. Pencegahannya yaitu:
Bila mengalami hal ini berhenti atau berpegang pada sesuatu sampai perasaan itu hilang. Jangan muncul
kepermukaan selama masih ada reaksi dan bernapas dengan wajar.
Manuver Valsava yang berlebihan, atau yang berulang-ulang terutama pada posisi kepala di bawah yang
mengakibatkan udara terdorong ke lambung.
Mengunyah permen karet selama penyelaman.
Memakan banyak ubi-ubian atau minum minuman berkarbonasi sesaat sebelum menyelam.
Gejalanya yaitu rasa penuh pada perut, sakit pada perut, sering bersendawa, atau buang angin. Hal yang serius jika
terjadi perangsangan saraf yang menyebabkan jantung lemah berkontraksi dan penekanan pada vena oleh usus,
tapi hal ini jarang.
Squeeze Kulit
Squeeze kulit jarang terjadi. Jika pada area kulit penyelam ada kumpulan udara yang terperangkap pada
lipatan/lekukan dry suit. Selama penyelaman tekanan negatif terjadi pada area tersebut, sehingga menyebabkan
pembuluh darah kapiler kulit pecah dan darah keluar mengisi ruang tekanan negatif. Kulit berwarna kemerahan.
Tidak memerlukan perawatan dan sembuh dalam beberapa hari/minggu.
Mediastinal emphysema
Subcutaneous emphysema
Pneumothorax
Emboli udara
Biasanya penyelam melakukan hal ini karena kehabisan udara, panik, mengalami bouyancy positif secara tiba-tiba
seperti melepas sabuk pemberat atau inflasi BC secara cepat.
Hal ini mengingatkan penyelam untuk bernapas secara wajar dan tidak boleh menahan napas saat muncul ke
permukaan dan ini berlaku untuk penyelam yang memakai peralatan scuba.
Mediastinal Ephysema
Manifestasi pengembangan paru yang melewati batas yang paling sering yaitu mediastinal emphysema. Gelembung
dari paru-paru yang pecah, masuk ke rongga antara paru-paru di dekat jantung dan tenggorokan.
Gejalanya yaitu sakit di daerah dada karena udara menekan jantung, sesak napas, atau sakit pada saat makan.
Dapat pula pingsan.
Penanganannya yaitu konservatif, meliputi istirahat, pemberian oksigen, sedangkan rekompressi dilakukan jika
sangat parah. Hindari penerbangan selama fase penyembuhan.
Subcutaneus Emphysema
Dari daerah mediastinum gelembung-gelembung udara bergerak naik ke daerah leher, di bawah kulit di sekitar leher,
kalau dipegang maka kulit terasa pecah.
Gejalanya yaitu sakit dan sulit bernapas pada bagian yang terkena, napas pendek dan cepat, udara dapat menekan
jantung dan pembuluh darah menyebabkan kebiruan.
Penanganan sama dengan diatas. Udara dibung dengan memasukkan jarum dibawah pengawasan ahli.
Pneumothorax
Jarang sekali terjadi, jika terjadi berarti paru-paru pecah, seperti meletus dan gelembung udara langsung memenuhi
rongga udara antara paru-paru dan selaput paru (pleura).
Gejalanya yaitu sakit dada, karena udara menekan paru-paru yang terkena.
Dalam kasus yang parah dapat terjadi tension pneumothorax, yaitu pneumothorax yang sangat besar dan membuat
paru-paru yang terkena kolaps karena tekanan yang tinggi. Ini merupakan keadaan darurat. Gejalanya yaitu sakit
dada yang berat, pengembangan dada tidak sama yaitu paru yang terkena agak tertinggal, dan adanya penekanan
ke trakea menjadi tidak lurus. Biasanya terjadi penekanan jantung sehingga cepat pingsan.
Penangan yaitu sama dengan emboli udara. Tetapi sebelum dilakukan rekompressi maka udara yang ada di rongga
dada harus dikeluarkan dengan memasukkan jarum oleh atau dengan pengawasan ahli.
Emboli Udara
Adalah pecahnya dinding alveoli yang menyebabkan udara masuk dalam peredaran darah, akibatnya terjadi
penyumbatan peredaran darah oleh gelembung-gelembung udara langsung dari paru-paru.
Misalnya, jika penyelam naik ke permukaan dari 100 FSW, udara dalam paru mengembang 4 kali volume awal. Jika
tidak dikeluarkan, maka menekan paru dan alveoli pecah bersaamaan dengan pecahnya pembuluh darah. Udara
terbawa ke kapiler paru dan dibawa ke ventrikel kiri, kemudian di pompa kesuluruh tubuh lewat arteri. Adanya
kumpulan udara dalam arteri akan membentuk sumbatan sehingga jaringan kekurangan oksigen. Jika otak
mengalami hal tersebut maka akan berakibat kematian.
Gejalanya yaitu lemas, pusing, kelumpuhan/ kelemahan yang hebat, gangguan penglihatan, nyeri dada, kejang-
kejang dan pingsan, terkadang disertai busa bercampur darah di mulut.
Penanganannya adalah sebagai berikut.
Tempatkan korban dengan posisi kepala dibawah, miring 15o pada bagian kiri badannya.
Gunakan oksigen, bila tersedia. Hal ini membantu mengecilkan gelembung-gelembung udara dan memberikan suplai
oksigen ke otak.
Masukkan ke ruangan rekompressi jika tersedia, hal ini untuk mengurangi besarnya gelembung-gelembung sehingga
melancarkan peredaran darah ke otak.
Pencegahan emboli udara yaitu penyelam harus bernapas secara wajar saat memakai peralatan scuba dan tidak
menahan napas saat muncul ke permukaan, keluarkan napas secara terus menerus. Napas harus dikeluarkan
minimal 10 feet terakhir dari permukaan.
Penanganan dengan cara memberikan udara yang segar, dan bila ada O2 murni. Untuk menghindari bernapaslah
secara wajar, hindari suplai udara yang tidak bersih serta peralatan yang tidak baik.
Berbeda dengan emboli udara, Decompression sickness terjadi dimana terbentuknya gelembung udara di dalam darah tanpa
mengalami pecahnya alveoli paru.
Gejalanya lambat dibanding emboli, karena gas ini terbentuk di pembuluh darah yang menyebabkan matinya sel-sel di jaringan
secara perlahan.
Pencegahannnya: Menyelam menggunakan tabel dekompressi . Angkatan Laut dan penyelam komersil seluruh dunia telah
membuat tabel selam berdasarkan kalkulasi. Oleh karena itu setiap penyelam harus bisa membac tabel selam. Yang dipakai
umumnya adalah U.S. Navy Standard Air Decompression Tables.
Fungsi tubuh manusia berfungsi dengan baik dalam suhu internal dengan kisaran pendek. Suhu tubuh normal 98.6°F (37°C) dan
dipertahankan oleh tubuh, ditambah dengan pakaian dan mengatur suhu udara di lingkungan bila cuaca terlalu panas atau dingin.
Sebelum melakukan selam ulang sebaiknya tubuh dipanasakan karena absorpsi nitogen meningkat bila suhu tubuh turun.
Terutama perairan yang dingin, penyelam dapat menggigil dan dapat terjadi hipotermia yaitu kehilangan panas badan.
Pemakaian pakaian selam yang sesuai sangat diperlukan, apalagi daerah perairan yang dingin atau penyelaman dalam.
Kedinginan yang amat sangat akan berakibat kelelahan karena metabolisme tubuh banyak dipakai untuk menghasilkan
panas.
Bila terjadi dalam air, hentikan penyelaman dan naik ke permukaan lalu istirahat. Pulihkan suhu badan dengan
menghangatkan tubuh.
Mabuk Laut. Mabuk laut terjadi sebagai akibat dari hilangnya keseimbangan tubuh karena kondisi yang tidak sehat. Gejalanya
mual, lemas, berkeringat dingin, pusing dan muntah. Pencegahannya jika kondisi tidak sehat jangan menyelam, istirahat yang
cukup, tempat yang tenang, dan udara segar.
Dehidrasi. Dehidrasi biasanya terjadi pada penyelam di zona daerah tropis. Dehidrasi adalah hilangnya air dari tubuh yang
disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit darah seperti natrium, kalium, dan klorida. Penyebabnya yaitu banyaknya keringat
yang keluar atau lama bernapas dengan udara kering/tidak lembab. Berat tubuh dan gradien tekanan hidrostatik yang diimbangi
tekanan air sekitar penyelam mebuat darah banyak terkumpul di vena kaki. Hali ini menyebabkan urinasi yang berlebihan dan
berakibat dehidrasi. Udara yang digunakan merupakan udara kering sehingga penguapan air diparu-paru semakin
besar. Dehidrasi dapat menyebabkan penyelam rentan terhadap decompression sickness. Penyelam harus banyak minum selama
penyelaman.
Kepanikan adalah hal yang biasa bagi penyelam baru. Terbiasa di lingkungan kolam dengan suasana nyaman kemudian berganti
lingkungan laut luas dengan dalam tidak terukur dan gelap.
Bila mengalami masalah apapun di dalam penyelaman jangan panik, tetap melakukan sesuatu sesuai prosedur dan jangan
mengambil langkah pintas. Bila patner dive kita panik bicaralah dengan isyarat tangan supaya tidak panik dan membantu masalah
yang dialami. Kenali medan penyelaman sebelum memulai penyelaman.
Kram
Pemanasan yang kurang sebelum menyelam dapat menyebabkan kram. Otot terasa tertarik dan sakit. Lakukan pemanasan yang
cukup untuk memulai suatu penyelaman. Untuk mengatasi kram perlahan-lahan kendorkan otot yang terkena dan bergerak
perlahan. Jangan panik jika hal ini terjadi.
Pernapasan Memburu
Bentuk pernapasan yang berbahaya yang timbul karena memaksakan diri, kelelahan, kedinginan, takut dan panik. Semua itu
menimbulakan pernapasan yang cepat dan pendek-pendek, sehingga udara yang masik dan keluar hanya di jalur atas pernapasan.
Akibatnya pergantian O2 dan CO2 tidak efisien karena sirkulasi yang tidak baik, penyelam akan kesulitan mengambang dan
berenang bahkan pingsan.
Setiap penyelam harus menguasai keadaan dan bernapas secara wajar serta mampu untuk dapat beristirahat di permukaan atau
mengapung. Disini di perlukan water trafen dan floating.
Hipoglikemia adalah kadar gula darah yang rendah di dalam darah. Dengan membiasakan makan secara teratur sebelum
menyelam dapat menghindari kekosongan perut, yang menyebabkan hipoglikemia.
Gejalanya yaitu pusing, mual muntah. Bisa disertai rasa lapar, mati rasa, menggigil, pingsan dan kejang.
Kondisi Fisik Penyelam
Kondisi fisik yang sehat merupakan keharusan bagi penyelam dalam melakukan penyelaman. Bila badan terasa sakit tundalah
menyelam.
Selalu tingkatkan daya tahan tubuh dengan olahraga lari dan berenang dengan fins yang merupakan kebutuhan individu
penyelam. Olahraga tersebut harus dilakukan secara rutin sehingga tercapai kondisi prima.
Minuman Alkohol
Seorang penyelam yang minum alkohol dapat mengganggu pertukaran gas pada jaringan tubuh. Sebaiknya hindari minuman
beralkohol.
Penerbangan
Tekanan kabin pesawat komersial (pressurized cabin) sama dengan tekanan di ketinggian 5000 to 8000 feet, dimana nitrogen
yang terlarut di dalam darah menjadi kumpulan udara dalam pembuluh darah. Tekanan kabin juga tergantung umur dan
pemeliharaan pesawat.
Penyelam boleh terbang walaupun dengan pesawat pressurized cabin sedikitnya 12 jam setelah penyelaman tanpa dekompresi
(no-decompression diving). Pada penyelaman dekompresi hindari penerbangan sedikitnya 24 jam setelahnya.
Hindari penerbangan yang melebihi 8000 feet (jika tanpa pesawat pressurized cabin), dan tunggu 24 jam untuk semua penyelam
yang menggunakan udara kompresi.
Apabila melihat rekan selam yang mengalami kesulitan di dalam air sesegera mungkin memberikan pertolongan dengan terlebih
dahulu mengamati kesulitannya. Yang perlu diperhatikan adalah penyelam yang mengalami kepanikan. Untuk itu lakukan teknik
mendekati penyelam sebagai berikut:
Mendekati korban dengan isyarat/teriakan agar tenang.
Setelah dekat dengan korban katakan pesan yang menenangkan. Seperti “ Oke saya akan membantu, kamu tenang dulu”.
Meraih power inflator house dan kembangkan BCD.
Tarik korban dari arah posis belakang dengan tetap memberikan pesan yang menenangkan.
Setelah dekat kapal/pantai lepaskan peralatannya.
Berikan bantuan untuk naik ke kapal/pantai.
Resusitasi Jantung Paru dan P3K
Untuk pertolongan orang tenggelam diperlukan kemahiran dalam pertolongannya. Latihan dan pengetahuan ahli medis sangatlah
dibutuhkan untuk dapat mengatasi hal tersebut.
Bila korban tenggelam tindakan pertama adalah membawa korban ke tempat yang aman (dapat dilakukan dalam air jika jarak ke
kapal/darat jauh) dan periksa pernapasan. Bila tidak bernapas lakukan bantuan napas mulut ke mulut. Berikan awalan dua
hembusan kemudian satu hembusan tiap lima detik. Panggil orang lain untuk menolong/ memanggil ambulan.
Setelah memberikan bantuan napas, periksa denyut nadi. Bila tidak terdapat denyut nadi maka harus dilakukan kompresi jantung
cari luar.
Kompresi jantung dari luar harus dilakukan harus dilakukan oleh orang ahli/mengetahui cara. Seorang penyelam diharuskan
mengetahui hal ini. Kompresi jantung dikombinasikan dengan pemberian napas mulut ke mulut. Berikan awalan dua hembusan
dengan 30 kompresi. untuk penolong dua orang, awalan dua hembusan, dan 15 kompresi kemudian diulang sampai 3 siklus
(hembusan + napas). Cek keefektifan kompresi dengan meraba nadi.
Pendarahan
Seorang yang mengalami pendarahan apabila tidak segera mendapatkan pertolongan berakibat fatal. Penyelam yang melihat
korban karena pendarahan harus melakukan pertolongan awal .
Caranya yaitu:
Menekan luka dengan kapas dan pakaian. Dapat dilakukan di darat karena di air akan sia-sia.
Menekan pembuluh darah dengan jari sehingga darah berhenti keluar.
Dengan torniquet (melilitkan kain/apa saja) terutama pada daerah yang disebabkan pendarahan arteri yang besar.
Dengan itu penyelam harus tahu letak pembuluh darah arteri sehingga darah yang keluar berhenti. Setelah di darat, tekan
pendarahan dengan kapas atau pakaian yang kering.
Shock
Shock disebabkan kurangya aliran darah ke jaringan. Kurangnya darah bisa disebabkan karena pendarahan atau dehidrasi.
Tandanya yaitu penderita apatis, gelisah, muka pucat dengan bibir kebiruan, keringat dingin, lemas, napas lambat, nadi cepat dan
tidak teratur dan tekanan darah rendah dan beda sistol diastol < 20 mmHg.
Penanganannya yaitu:
Pastikan mendapat udara segar/oksigen yang cukup.
Kontrol pendarahan
Naikkan kaki dan paha sehingga darah yang mengalir ke otak dan jantung meningkat walaupun sedikit. Tidak boleh menaikkan
perut karena korban akan sulit bernapas. Pada trauma kepala dan dada lebih baik, bagian tubuh atas dinaikkan. Tetapi posisi yang
baik adalah tetap telentang.
Korban jangan terlalu banyak bergerak. Fiksasikan.
Segera kirim ke petugas untuk mendapat perawatan lanjut.
P3K
Setiap penyelaman sebaiknya kotak P3K selalu ditempatkan dekat dengan posisi penyelaman, sehingga bila sewaktu terjadi
kecelakaan dapat segera memberikan P3K kepada korban. Keberadaan dokter sangat disarankan.
Sebelum menyelam kenali lingkungan setempat dan lokasi layanan kesehatan terdekat.
Survival di Laut
Survival berasal dari kata “ SURVIVE ” artinya perjuangan untuk tetap hidup, secara global survival adalah tindakan yang
paling awal bagi makluk hidup, untuk mempertahankan hidupnya dari berbagai ancaman, kejadian dimana makluk hidup,
melakukan suatu tindakan untuk melindungi dirinya dari berbagai ancaman agar tetap hidup, makluk hidup yang berada dalam
situasi survival disebut SURVIVOR (orangnya).
1. Membutuhkan tingkat ketahanan emosi dan kepercayaan sehingga dapat menyelesaikan problem mempertahankan hidup.
2. Menyadari akan kepentingan hidup, sehingga dapat mempertahankan hidup, maka perlu mengatasi beberapa problem dalam
situasi survival.
C. Motivasi survival
Setiap problem pada situasi survival, harus dapat dihadapi dengan tenang dan disertai dengan sikap yang positip.
F. Prioritas untuk menentukan tindakan dalam survival sangat penting karena kematian dapat terjadi
1. Tiga menit tanpa oksigen
2. Tiga jam pada kasus hypothermia dan pendarahan hebat.
3. Tiga hari tanpa air dan terjadi dehydrasi
4. Tiga minggu tanpa makanan yang berarti bagi tubuh kita
Pentingnya seorang penyelam mengetahui hal ini adalah untuk mengantisipasi kecelakaan seperti kapal tenggelam atau situasi
yang menyebabkan penyelam tidak bisa kembali cepat ke daratan.
Jika situasi kapal tenggelam akan tenggelam hal yang harus dilakukan adalah:
Jangan Panik.
Siapkan sekoci atau perahu karet sebagai perahu pengganti. Jika tidak ada gunakan pelampung/ban karet. Minimal menggunakan
sesuatu yang dapat mengambang diatas air seperti botol air minum/papan kayu/tong, dll.
Tidak membawa barang yang banyak. Jika terdapat alat komunikasi beritahu pihak yang berwenang bahwa kapal akan segera
tenggelam dan diminta melakukan penyelamatan. Bawa makanan dan air seadanya, membawa minuman lebih baik karena botol
setelah kosong dapat digunakan sebagai pelampung.
Sebelum kapal tenggelam di permukaan, harus telah berada di air dan berenang menjauh, karena kapal yang tenggelam
membawa arus yang dapat membawa benda dari permukaan masuk ke dalam air.
Jika sudah bisa mengontrol diri dan merasa mampu, lakukan penyelamatan terhadap orang lain. Utamakan orang muda karena
harapan hidup masih tinggi.
Bertahan di perahu/mengambang dengan bantuan pelampung. Jika hanya dengan menggunakan pelampung carilah sesuatu yang
dapat membantu mengambang atau sebagai cadangan. Jika daratan sudah dekat cobalah berenang.
Untuk menghindari hipotermia. Pada perahu karet dapat dilakukan dengan saling mendekat membentuk kumpulan. Orang yang
paling luar harus bergantian. Jika masih di dalam air yang dingin lakukan heat escape lessening posture (HELP) atau huddle
position sehingga panas tubuh lambat dilepaskan.
Jika terjadi trauma atau pendarahan, segera lakukan penanganan.
Jangan meminum air laut karena nilai osmolaritasnya tinggi (1000 mOsmol/L), yang dapat menyebabkan tubuh semakin
dehidrasi. Minumlah air tawar yang dibawa sedikit-sedikit atau es yang mengapung jika di kutub. Jika hujan minum dengan air
hujan dan jangan lupa di tampung. Makan seadanya, dengan bekal yang dibawa atau makanan yang ditemui. Jangan memakan
ikan yang mati terapung di tengah laut karena mungkin disebabkan racun. Hindari makan tanpa minum.
Rakit memberi bayangan di bawah laut, dan biasanya dapat menarik lumba-lumba sehingga dapat ditombak untuk dimakan.
Berikan tanda pada penyelamat dengan mengayunkan tangan atau dengan mengibarkan baju. Jika malam gunakan senter.
Dilakukan sambil berteriak.
Untuk mengetahui arah gunakan matahari sebagai patokan dan bintang pada malam hari.
Aspek Pria
Perbedaan jenis kelamin membuat perbedaan fisiologi dan berpengaruh pada penyelaman.
Tubuh pria memiliki lemak kulit tipis dibanding wanita sehingga mudah menjadi kedinginan.
Tubuh pria lebih panas dibanding wanita, sehingga jika di air yang dingin lebih banyak panas yang dikeluarkan.
Konsumsi udara lebih banyak karena volume paru besar.
Pria lebih membutuhkan banyak kalori daripada wanita.
Tubuh pria banyak berkeringat sehingga resiko dehidarasi meningkat.
Air terlalu panas atau dingin mempengaruhi fertilitas. Produksi sperma optimal sedikt di bawah suhu tubuh.
Lemak tubuh pria cenderung banyak di simpan di bagian atas tubuh, hal ini menyebabkan kaki agak tenggelam dan
memperlambat gerakan.
Aspek Wanita
Banyak wanita menjadi pionir dalam penyelaman. Beberapa peralatan selam ada yang khusus untuk wanita dengan perancangan
khusus.
Ada beberapa aspek medis pada wanita yang berkaitan dengan penyelaman yang perlu diperhatikan:
Menarke.
Pada saat menstruasi awal, tubuh wanita telah mencapai 95 % tinggi maksimal, dan mencapai tinggi akhir pada 1-2 tahun
kemudian. Deposisi lemak sangat cepat pada umur 13-15 tahun. Kekuatan tubuh mencapai puncak umur 13 tahun kemudian tetap
dan turun. Pada penyelaman hal yang menjadi masalah adalah peralatan selam yang berat.
Adanya kumpulan gas nitrogen pada pusat pertumbuhan tulang dapat menyebabkan tulang tidak tumbuh lagi.
Penyelam terlalu muda terlalu cepat menjadi hipovolemik (volume darah rendah). Anak perempuan lebih cepat kedinginan
daripada wanita dewasa. Oleh karena itu pemakaian pakaian selam sangat dianjurkan.
Menstruasi
Hiu bukan ancaman, tidak ada bukti meningkatnya serangan hiu karena menstruasi. Jika mengalami peningkatan darah yang
keluar (menorrhagia) sebaiknya jangan menyelam karena resiko anemia meningkat. Anemia menurunkan suplai oksigen tubuh.
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa resiko terjadi DCS meningkat pada wanita menstruasi yang diterapi
hiperbarik. Tapi belum diketahui apakah dalam penyelaman sama atau tidak karena masih dalam penelitian.
Penggunaan tampon selama menstruasi tidak akan memberikan efek buruk tekanan pada tubuh. Tapi di Indonesia penggunaan
tampon terutama pada gadis jarang.
Jika ingin menyelam pada waktu menstruasi perhatikan apakah terjadi anemia dan lihat medan penyelaman bersih atau berpolusi.
Perhatikan higienitas, privasi dan kenyamanan. Sebaiknya hindari menyelam.
Hamil
Tidak ada data yang menyimpulkan diving pada ibu hamil dapat menyebabkan cacat lahir, hal ini dikarenakan penelitian untuk
mengetahui efeknya tidak etik. Janin dalam kandungan punya resiko besar, terutama dapat terjadi DCS, hipoksia, dan
peningkatan karbondioksida.
Tidak ada penelitian yang menentukan kedalaman yang aman dan profil waktu selam yang aman. Semakin besar kehamilan maka
resiko yang terjadi semakin besar. Sebaiknya jangan menyelam. Jika kehamilan baru diketahui setelah beberapa saat menyelam,
kontrol kehamilan sebaik mungkin.
Setelah Melahirkan
Setelah melahirkan leher rahim menutup sekitar 21 hari sesudahnya, pada minggu-minggu lain tonus otot rahim mulai baik
tergantung aktivitas ibu. Hal lain yang berpengaruh yaitu luka jalan lahir. Setelah melahirkan pervagina sebaiknya tunda
penyelaman paling sedikit 4 minggu.
Setelah operasi cesar, biasanya dokter menyarankan beristirahat selama 4 minggu sebelum aktivitas penuh. Hal ini untuk
mempercepat penyembuhan luka operasi dan bertambahnya darah. Jika dengan operasi cesar jangan menyelam paling sedikit 8
minggu.
Sebelum menyelam lakukan cek Hb, boleh menyelam jika Hb sudah di atas 10.
Menyusui
Di dalam air susu sesudah menyelam, dapat terbentuk gelembung gas nitrogen, tapi hal ini tidak akan membahayakan bayi karena
akan segera masuk saluran pencernaan yang banyak gas.
Pembesaran payudara karena belum menyusui bayi dapat mengganggu dan terasa tidak nyaman ketika memakai peralatan selam.
Hal ini dapat dihindari dengan memompa air susu sebelum menyelam. Air susu yang dipompa dapat disimpan di kulkas.
Dalam medan penyelaman banyak terdapat bakteri yang dapat menyebabkan luka pada puting susu yang lecet. Oleh karena itu
jaga kebersihan puting.
Beberapa ahli berpendapat tidak menyelam selama bayi diberikan ASI eksklusif.
Payudara
Sebuah studi pada silikon untuk payudara yang ditempatkan dalam tekanan hiperbarik yang diseseuaikan dengan profil waktu
selam dapat meningkatkan gelembung gas sekitar 1-4 %, tapi belum cukup untuk memecahkan silikon. Hal ini belum diketahui
pada payudara yang disuntik silikon.
Silikon lebih berat dari air sehingga mempengaruhi bouyancy. Hal lain yang dapat menjadi masalah adalah jika tidak cocok
dengan peralatan selam, maka penyelaman menjadi tidak nyaman.
Sumber :
USN Diving Manual 6th edition. Revised 2008
NOAA Diving Manual. Diving For Science and Technology
Pengetahuan Akademis Penyelaman SCUBA Diver. POSSI Jawa Tengah.
Wilderness Medicine. Paul S Auerbach. 2002.
Drowning and Resuscitation. American Heart Association. 2005.
Scubadoc.com