Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kata yang sangat diagungkan dalam suatu
peradaban bangsa. Pendidikan telah memberikan banyak manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Pendidikan merupakan usaha
manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui
proses pembelajaran di sekolah, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU), maupun
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), maupun Madrasah aliyah (MA) serta
Perguruan Tinggi (PT), yang masing-masing memiliki visi, misi dan
tujuan yang spesifik. Proses pendidikan itulah yang akan banyak dinilai
karena proses pendidikan sebagai salah satu titik tolak keberhasilan dan
kemajuan suatu bangsa. Proses pendidikan yang bermutu akan
membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan
pembangunan.
Pemerintah Indonesia menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
dan pengajaran nasional yang diatur dalam undang-undang. Terkait
dengan itu maka telah diterapkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
pendidikan nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk menggembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang kreatif, mandiri, serta mempersiapkan
siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap
professional serta tanggung jawab (Depdiknas, 2003:8).
Beberapa komponen yang mempengaruhi kualitas pembelajaran di
kelas antara lain adalah siswa, guru, kurikulum, strategi, metode, media
mengajar, fasilitas, lingkungan, dan saranan prasarana. Disini faktor guru
merupakan salah satu faktor utama dalam hubungannya dengan kegiatan
belajar mengajar. Guru di sini berperan sangat strategis sebab guru yang
mengelola komponen-komponen lain sehingga tercipta pembelajaran yang
berkualitas.
Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan
adalah proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor
penting untuk efektivitas pembelajaran adalah faktor evaluasi baik
terhadap 5 proses maupun hasil pembelajaran. Evaluasi dapat mendorong
siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong
guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta
mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas
manajemen sekolah. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil
belajar, tetapi juga perlu penilaian terhadap input, output, maupun kualitas
proses pembelajaran itu sendiri.
Dalam Undang-Undang No.20/2003 tentang sistem pendidikan
nasional Bab 1 pasal 1 ayat (21) dikemukakan bahwa evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan
terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan.dalam bab XVI tentang Evaluasi, Akreditasi dan
sertifikasi, bagian kesatu tentang Evaluasi, pasal 57, dijelaskan: Ayat (1):
evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Ayat (2): evaluasi dilakukan terhadap
peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan
nonformal untuk semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan.
Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa pendidikan
merupakan upaya memberikan satu perlakuan pembelajaran kepada
peserta didik. Pembelajaran bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan
dalam mencapai prestasi belajar.
Ada hal lain yang berpengaruh dan menentukan tinggi rendahnya
prestasi belajar peserta didik, yaitu proses belajar mengajar. Peranan dan
fungsi evaluasi sangat penting terutama dalam proses belajar mengajar.
Fungsi evaluasi dalam pendidikan disini yaitu mengenai tujuan evaluasi
pendidikan adalah untuk mendapat data pembuktian yang akan
menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dalam keberhasilan
peserta didik dalam pencapaiaan tujuan. Disamping itu dapat digunakan
oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur/menilai
sampai dimana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-
kegiatan belajar dan metode-metode mengajar yang digunakan ( Ngalim,
Purwanto, 2004:5). Ada beberapa model evaluasi yang sering digunakan
untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran, model evaluasi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu evaluasi CIPP (Context, Input,
Process, Product) (Ernawati,2012).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep Evaluasi dalam pendidikan?
2. Bagaimana pembuatan evaluasi Materi pertumbuhan dan
perkembangan manusia, human growth and development sesuai
dengan K1?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep Evaluasi dalam pendidikan?
2. Bagaimana pembuatan evaluasi Materi pertumbuhan dan
perkembangan manusia, human growth and development sesuai
dengan K1?
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai penunjang tugas dalam perkuliahan khususnya pada materi
Evaluasi dan Asessment Pembelajaran Biologi
2. Sebagai pedoman dalam menyusun atau membuat Evaluasi dan
Asessment Pembelajaran Biologi
3. Sebagai referensi dalam menyusun makalah terkait Evaluasi dan
Asessment Pembelajaran Biologi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Evaluasi dalam Pendidikan


1. Pengertian Evaluasi Pendidikan
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam
bahasa Arab; al-taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti; penilaian. Akar
katanya adalah value; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai.
Beberapa pengertian tentang evaluasi sering dikemukakan oleh
beberapa ahli seperti: Lessinger (Gibson, 1981: 374), mendefinisikan
evaluasi adalah proses penilaian dengan jalan membandingkan antara
tujuan yang diharapkan dengan kemajuan/prestasi nyata yang dicapai.
Wysong (1974), mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses untuk
menggambarkan, memperoleh atau menghasilkan informasi yang berguna
untuk mempertimbangkan suatu keputusan. Uman, (2007: 91),
mengemukakan bahwa proses evaluasi adalah untuk mencoba
menyesuaikan data objektif dari awal hingga akhir pelaksanaan program
sebagai dasar penilaian terhadap tujuan program.
Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): evaluation refer to
the act or process to determining the value of something. Menurut definisi
ini, istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian:
suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu.
Apabila definisi evaluasi yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan
Gerald W. Brown itu untuk memberikan definisi tentang Evaluasi
Pendidikan, maka Evaluasi Pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai;
suatu tindakan atau kegiatan atau suatu proses menetukan nilai dari segala
sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan
dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Dengan kata lain,
evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai
pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Berbicara
tentang pengertian evaluasi pendidikan, Lembaga Administrasi Negara
(1987), memberika batasan mengenai Evaluasi Pendidikan, antara lain
sebagai berikut:
a. Evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan perestasi belajar siswa.
Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini
menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan
data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana
tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum
dan apa sebabnya.
b. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang, yakni Cronbach
dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses
evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi
digunakan untuk membuat keputusan”. Pendidikan hendaknya
diarahkan pada dua dimensi, yaitu: Pertama, dimensi dialektikal
horizontal. Kedua, dimensi ketundukan vertikal.
1) Pada dimensi dialektikal horizontal pendidikan hendaknya dapat
mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrit yang
terkait dengan diri, sesamamanusia dan alam semesta.
2) Pada dimensi pendidikan sains dan teknologi, selain menjadi alat
untuk memanfaatkan, memelihara dan melestarikan sumber daya
alami, juga hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai hubungan
yang abadi dengan Sang Pencipta, Allah SWT.

2. Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Evaluasi Pendidikan


Fungsi Evaluasi Pendidikan Anas Sudijono (2003), memposisikan
fungsi evaluasi pendidikan, kepada dua fungsi, yaitu; fungsi umum dan
fungsi khusus, kedua fungsi tersebut, antara lain:
a. Fungsi Umum Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau
proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, menurut
Anas Sudijono (2003: 8) yaitu:
1) Mengukur kemajuan;
2) Penunjang penyusunan rencana; dan
3) Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.
Selanjutnya Anas Sudijono (2003: 14), menyatakan, bahwa jika
dilihat dari fungsi diatas setidaknya ada dua macam kemungkinan hasil
yang diperoleh dari kegiatan evaluasi, yaitu:
1) Hasil evaluasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi itu ternyata
mengembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega bagi
evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai
dengan yang direncanakan.
2) Hasil evaluasi itu ternyata tidak mengembirakan atau bahkan
mengkhawatirkan, dengan alasan bahwa berdsar hasil evaluasi
ternyata dijumpai adanya penyimpangan, hambatan, atau kendala,
sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap waspada. Ia perlu
memikirkan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana
yang telah disusun, atau mengubah dan memperbaiki cara
pelaksanaannya.
3) Berdasar data hasil evaluasi itu selanjutnya dicari metode-metode
lain yang dipandang lebih tepat dan lebih sesuai dengan keadaan
dan keperluan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pungsi
evaluasi itu memiliki fungsi: menunjang penyusunan rencana.

b. Fungsi Khusus
Secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat
dilihat dari tiga segi:
1) Segi Psikologis Apabila di lihat dari segi psikologis, kegiatan
evaluasi dalam dunia pendidikan disekolah dapat disoroti dari dua
sisi, yaitu sisi peserta didik dan dari sisi pendidik. Bagi peserta
didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan
pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal
kapasitas dan status dirinya masingmasing ditengah-tengah
kelompok atau kelasnya. Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan
memberikan kapasitas atau ketepatan hati kepada diri pendidik
tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah
dilakukannya selama ini yang telah membawa hasil, sehingga
secara psikologis ia memiliki pedoman guna menentukan langkah-
langkah apa saja perlu dilakukan selanjutnya.
2) Segi Didaktik Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara
didaktik(khususnya evaluasi hasil belajar) akan dapat memberikan
dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki,
meningkatkan, dan mempertahankan prestasinya. Bagi pendidik,
evaluasi pendidikan secara didaktik itu setidak-tidaknya memiliki
lima macam fungsi, yaitu:
a) Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang
telah dicapai oleh peserta didiknya.
b) Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui
posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah
kelompoknya.
c) Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian
menetapkan status peserta didik.
d) Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan
keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.
e) Memberikan petunjuk tentang sejauh manakah program
pengajaran yang telah ditetukan dapat dicapai.
3) Segi Administratif Dilihat dari segi administratif, evaluasi
pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi.
Kegunaan Hasil Evaluasi Pendidikan Informasi evaluasi dapat
digunakan untuk kegiatan, diantaranya
a) Membantu memutuskan kesesuaian dan keberlangsungan dari
tujuan pembelajaran, kegunaan materi pembelajaran,
b) Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari strategi
pengajaran (metode dan teknik belajar-mengajar) yang
digunakan
B. Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia, Human Growth and
Development.
Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara berbeda.
Namun jika waktunya tiba, setiap manusia akan menjadi dewasa. Sejak dari
dalam kandungan ibu sampai menjadi orang dewasa, manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Di dalam kandungan di mulai dengan sel
zigot yang terus tumbuh dan berkembang menjadi janin sampai saat lahir.
Penimbangan badan bayi dilakukan secara teratur untuk memantau
pertumbuhannya. Berat dan ukuran badan bayi bertambah seiring berjalannya
waktu.

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia.


Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik
volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat
kembali ke asal). Sedangkan, perkembangan adalah perubahan atau
diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan memiliki arti yang sangat penting
bagi makhluk hidup. Dengan tumbuh dan berkembang dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melestarikan keturunannya.
Sewaktu masih bayi, balita, dan anak kecil, manusia memiliki daya tahan
tubuh yang masih lemah sehingga mudah terserang penyakit. Tetapi,
setelah tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, daya tahan tubuhnya
semakin kuat sehingga kelangsungan hidupnya lebih terjamin.
Pertumbuhan dan perkembangan membawa manusia kepada
kedewasaan. Setelah dewasa, manusia dapat menghasilkan keturunan
sehingga populasi manusia akan terjaga kelestariannya.
Dalam kehidupannya, manusia mengalami tahap-tahap
pertumbuhan dan perkembangan. Pada tahap-tahap itu, tampak adanya
ciri-ciri yang menunjukkan tahap-tahap tersebut. Bila kamu perhatikan,
akan tampak dengan jelas ciri-ciri pada bayi, remaja, orang dewasa, dan
orang yang telah lanjut usia.

2. Tahapan perkembangan dan pertumbuhan manusia


Proses pertumbuhan dan perkembangan pada manusia secara
umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tahap embrionik dan
pascaembrionik.

a. Tahap embrionik pada Manusia.


Tahap embrionik adalah tahap pertumbuhan dan perkembangan
janin selama berada dalam kandungan ibu. Tahap embrionik tersusun
oleh beberapa fase pertumbuhan dan perkembangan yaitu zigot,
morula, blastula, gastrula, dan fase pembentukan organ
(organogenesis).
Zigot, tahap embrionik dimulai setelah terjadi peleburan antara
sel sperma dan sel telur membentuk zigot.
Morula, zigot membelah secara mitosis dari 1 sel menjadi 2 sel
yang lebih kecil, 2 sel menjadi 4 sel yang lebih kecil, 4 sel menjadi 8
sel yang lebih kecil, demikian terjadi secara terus-menerus.
Pembelahan mitosis pada fase ini hanya menambah jumlah sel tanpa
diikuti oleh pertambahan volume dan massa sel. Sekumpulan sel-sel
tersebut memiliki ukuran yang sama dengan ukuran zigot.
Blastula, sel-sel membelah dan terjadi pembagian sitoplasma.
Pembelahan ini terjadi terus-menerus hingga terbentuk rongga
blastocoels yang berisi cairan.
Gastrula, sel-sel terus membelah. Terdapat 2 kutub pembelahan
yaitu kutub animal dan kutub vegetal. Sel-sel pada kutub animal lebih
aktif membelah daripada kutub vegetal, sehingga terjadi lipatan ke
arah dalam (invagasi) yang akan membentuk jaringan embrional.
Selanjutnya jaringan embrional ini akan membentuk 3 lapisan luar
(ectoderm), lapisan tengah (mesoderm) dan lapisan dalam
(endoderm).
Organogenesis, jaringan embrional selanjutnya akan mengalami
perubahan bentuk dan terdeferensiasi membentuk organ berdasarkan
lapisannya. Lapisan ectoderm akan berkembang menjadi epidermis,
rambut, gigi, alat indra, dan saraf. Lapisan mesoderm akan
berkembang menjadi rangka, otot, dan organ peredaran darah. Lapisan
endoderm akan berkembang menjadi organ pernapasan, organ
pencernaan, hati, dan pancreas. Proses pembentukan organ ini disebut
organogenesis. Setelah semua organ terbentuk, janin akan tumbuh
dalam uterus hingga usia 9 bulan dan siap untuk dilahirkan.

b. Tahap pascaembrionik pada manusia.


Masa balita, balita (bayi usia 0-5 tahun) mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi sangat cepat.
Pertumbuhan bayi dapat dilihat dari ukuran dan berat badannya yang
semakin hari semakin bertambah. Dan ini diikuti juga dengan proses
perkembangan, yaitu bayi mulai tengkurap, duduk, merangkak,
berdiri, berbicara, berjalan, dan berlari. Pada saat akan tumbuh dan
berkembang menjadi anak-anak.
Masa anak-anak, yaitu usia 6 tahun hingga 10 tahun. Pada masa
anak-anak, pertumbuhan fisik dan mental mulai meningkat.
Pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat badan disertai
perkembangan koordinasi otot-otot, dan kemampuan mental.
Masa remaja/masa pubertas, merupakan masa penghubung
antara masa anak-anak dengan dewasa. Pertumbuhan dan
perkembangan pada masa remaja sangat pesat; baik fisik maupun
psikologis. Perkembangan yang pesat ini berlangsung pada usia 11-16
tahun pada laki-laki dan 10-15 tahun pada perempuan. Anak
perempuan lebih cepat dewasa dibandingkan anak laki-laki. Pada
masa pubertas mulai ada rasa tertarik terhadap lawan jenisnya.
Pesatnya perkembangan pada masa puber dipengaruhi oleh hormone
seksual.organ-organ reproduksi pada masa puber telah mulai
berfungsi. Salah satu cirri masa puber adalah mulai terjadinya
menstruasi pada perempuan. Adapun pada laki-laki mulai mampu
menghasilkan sperma.
Dewasa, tubuh manusia mencapai puncak pertumbuhan dan
perkembangan sempurna pada usia lebih 20 tahun. Pada masa tersebut
otot-otot dan otak telah mecapai kekuatan maksimal. Perkembangan
cara berpikir telah matang. Demikian juga emosinya. Organ
reproduksi pada masa dewasa telah berkembang dengan sempurna.
Manula, ketika manusia memasuki usia 40 sampai 50 tahun
mulai terjadi banyak perubahan pada tubuh. Pada masa tua organ-
organ mengalami penurunan fungsi karena proses penuaan. Penurunan
fungsi organ tubuh antara lain persendian menjadi kaku, tulang
menjadi lemah, lenda mata mengeras, kulit kehilangan elastisitasnya.
Selain itu, juga terjadi pengurangan kepekaan alat indera, baik
pendengaran, penglihatan, maupun peraba. Orang yang sudah tua
lebih cepat letih, reaksinya semakin lamban, dan daya tahan terhadap
penyakit semakin lemah. Maskipun demikian, perubahan ini terjadi
sangat lambat sehingga orang tidak menyadarinya selama bertahun-
tahun.

c. Pubertas pada remaja.

Semua remaja mengalami pubertas. Pubertas adalah perubahan


menjadi dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik dan emosional
(psikis). Pubertas secara fisik dapat dilihat dari perubahan tubuh
meliputi perubahan tanda kelamin primer dan sekunder. Pada masa ini
telah tercapai kematangan seksual, yaitu sistem reproduksi telah
mampu membuat sel-sel kelamin (gamet). Perkembangan tubuh
remaja laki-laki dan perempuan berbeda karena pengaruh hormone
yang dihasilkan. Laki-laki menghasilkan hormone androgen,
sedangkan perempuan menghasilkan hormone estrogen.
1) Ciri-ciri kelamin primer pada Manusia.
a) Organ kelamin telah mampu memproduksi sel-sel kelamin.
Laki-laki menghasilkan sperma di dalam testis, sedangkan
perempuan mulai menghasilkan sel telr di dalam indung telur
(ovarium).
b) Organ kelamin mulai berfungsi, pada remaja laki-laki
ditandai dengan pertama kali mengalami “mimpi basah” yang
mengeluarkan sperma atau air mani. Pada perempuan
ditandai dengan mengalami menstruasi yang pertama kali.
2) Ciri - ciri kelamin sekunder pada Manusia.
Seorang anak yang mengalami pubertas tidak lagi disebut
anak, namun disebut sebagai remaja. Pubertas ditandai dengan
penampakan cirri-ciri kelamin sekunder. Ciri-ciri kelamin
sekunder ini tampak pada remaja laki-laki maupun perempuan.
a) Pada laki-laki

 Mulai tumbuh jakun.


 Perubahan suara menjadi lebih besar dan berat.
 Tumbuh kumis atau jenggot.
 Tumbuh rambut di dada, kaki, ketiak, dan sekitar organ
kelamin.
 Mulai tampak otot-otot yang berkembang lebih besar dan
menonjol.
 Bahu melebar melebihi bagian pinggul.
 Perubahan jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori-
pori tampak membesar.
 Kadang-kadang diikuti dengan munculnya diikuti dengan
munculnya jerawat di daerah muka.

b) Pada perempuan

 Membesarnya payudara dan putting susu mulai timbul.


 Pinggul melebar.
 Tumbuh rambut di ketiak dan sekitar organ kelamin.
 Suara lebih nyaring.
 Kadang-kadang diikuti munculnya jerawat di daerah
muka.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan
1. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai
pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Fungsi
Evaluasi Pendidikan, memposisikan fungsi evaluasi pendidikan, kepada
dua fungsi, yaitu; fungsi umum dan fungsi khusus.
2. Pembuatan evaluasi Materi pertumbuhan dan perkembangan manusia,
human growth and development sesuai dengan K1 dengan membuat soal
dari C1-C6.

B. Saran

Hendaknya para guru dapat menggunakan evaluasi dan asessment


pembelajaran dengan tepat, baik, dan benar karena hal ini dapat berpengaruh
pada tingkat kecerdasan perilaku dan emosional peserta didik sehingga dapat
menentukan baik tidaknya hasil belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai