NIC NOC
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan bilirubin. Sedangkan
hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya
kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin yang tidak dikendalikan ( Markum, A.H 1991).
Ikterus adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke 2-3 setelah lahir, yang tidak
mempunyai dasar patologis dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke 10. ( Nursalam,2005).
Ikterus adalah gejala kuning pada sclera kulit dan mata akibat bilirubin yang berlebihan di dalam darah dan
jaringan. Normalnya bilirubin serum kurang dari 9µmol/L (0,5 mg%). Ikterus nyata secara klinis jika kadar
bilirubin meningkat diatas 35 µmol/L (2 mg%) (Wim de Jong et al. 2005).
B. ETIOLOGI IKTERIK NEONATUS
Peningkatan produksi Billirubin dapat menyebabkan:
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan
darah ibu dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada bayi
Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol (steroid).
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat
misalnya pada berat lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion yang dapat
langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi, Toksoplasmosis, Siphilis.
Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
b. Kepala leher
Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi
ikterus dengan melakukan Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih (
kuning)
c. Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia
d. Dada : Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan frekuensi nafas.
e. Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi
f. Perut
Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal ni berhubungan
dengan indikasi penatalaksanaan photo terapi.
Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi. Perut membuncit, muntah , mencret
merupakan akibat gangguan metabolisme bilirubun enterohepatik
g. Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella
h. Urogenital : Urine kuning dan pekat, adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul atau kapur
merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu
j. Kulit : Tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang jelek. Elastisitas menurun, perdarahan baah kulit
ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.
k. Pemeriksaan Neurologis adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain – lain menunjukkan adanya tanda –
tanda kern – ikterus
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake tidak adekuat dan kemapuan menghisap
turun
Tujuan: Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan status gizi bayi
Kriteria hasil :
1) Menerima nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan sesuai dengan umur dan kebutuhan
2) Mendemonstrasikan peningkatan ketrampilan dalam cara makan yang sesuai dengan kemampuan
perkembangannya
INTERVENSI RASIONAL
1. Mulai pemberian makan sementara 1. Pemberian makan perselang mungkin
dengan menggunakan selang sesuai perlu untuk memberikan nutrisi adekuat
indikasi pada bayi yang telah mengalami
koordinasi, menghisap yang buruk dan
reflek menelan atau yang menjadi lelah
selama pemberian makan
2. Pemasukan makanan ke dalam lambung
yang terlalu cepat dapat menyebabkan
2. Masukkan ASI atau formula dengan respons balik cepat dengan regurgitasi
perlahan selama 10 menit pada kecepatan peningkatan resiko aspirasi dan distensi
1 ml/mnt abdomen, semua ini menurunkan status
pernafasan
3. Stress dingin hypoxia, dan penanganan
yang berlebih meningkatkan laju
metabolisme dan kebutuhan kalori bayi,
3. Pertahankan termonetral lingkungan dan kemungkinan memperlambar pertumbuhan
oksigenasi jaringan dengan dan peningkatan berat badan
tepat.Gangguan pada bayi harus 4. Pertumbuhan dan peningkatan BB adalah
seminimal mungkin kriteria untuk penentuan kebutuhan kalori
untuk menyesuaikan formula dan untuk
menentukan frekuensi pemberian
4. Catat pertumbuhan dengan membuat makan. Pertumbuhan
pengukuran BB setiap hari dan setiap mendorong peningkatan kebutuhan kalori
minggu dari panjang badan dan lingkar dan kebutuhan energy
kepala 5. Bayi kurang dari 1250 gr (2 bl 12 OZ)
diberi makan setiap jam, bayi antara 1500
dan 1800 (3 bulan OZ sampai 4 bl) diberi
makan setiap 3 jam
Kriteria hasil:
1) Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
2) Orang tua akan mengidentifikasi faktor yang tepat
INTERVENSI RASIONAL
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah 1. Meminimalkan introduksi bakteri dan
merawat bayi penyebaran infeksi
2. Observasi bayi terhadap abnormalitas kulit2. Abnormaliotas ini mungkin merupakan
(misal : lepuh, pethiciae, pustule, pucat) tanda-tanda infeksi
3. Pakai sarung tangan saat bersentuhan
dengan secret 3. Membantu mencegah kontaminasi silang
terhadap bayi
4. Jauhkan bayi dari sumber infeksi 4. Mencegah terjadi penularan infeksi pada
5. Lakukan perawatan tali pusat secara bayi
aseptik dan mempertahankan tetap bersih5. Menjaga tidak terjadi infeksi
dan kering
Kriteria Hasil :
1) bayi tidak sesak napas
2) Leukosit dalam batas normal.
3) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam. 1. Untuk mengetahui perubahan tanda-tanda
2. Monitor kedalaman dan frekuensi vital
pernapasan 2. Untuk evaluasi derajat distress
3. Observasi kulit dan membran mukosa
3. Untuk mengetahui sianosis perifer ( pada
kuku) dan sianosis sentral ( pada sekitar
4. Atur posisi tidur semi fowler/ nyaman bibir)
menurut pasien 4. Menurunkan tekanan diafragma dan
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam melancarkan O2
pemberian O2 5. Memperbaiki / mencegah memburuknya
6. Kolaborasi dengan dokter dalam hipoksia
pemberian terapi TBC 6. Mencegah perkembangbiakan dan
mematikan mikrobakterium tuberkulosis
INTERVENSI RASIONAL
1. Pemberian cairan dan elektolit sesuai 1. Memenuhi kebutuhan cairan sehingga
protokol. tubuh akan terpenuhi untuk menjamin
keadekuatan
2. Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, 2. Dapat menentukan tanda-tanda dehidrasi
turgor, membran mukosa. dengan tepat
3. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan 3. Mengetahui keseimbangan antara
masukan dan pengeluaran
4. Monitor TTV 4. Mengetahui status perkembangan pasien
5. Perpindahan cairan atau elektrolit,
5. Kaji hasil test elektrolit penurunan fungsi ginjal dapat
meluas mempengaruhi penyembuhan
pasien
e. Risiko tinggi hipotermia dan hipertermia berhubungan dengan sistem pengaturan suhu tubuh yang
belum matang
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan suhu tubuh normal 36 – 37 5 o C
2) Akral hangat
3) Tidak sianosis
4) Badan berwarna merah
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi suhu dengan sering, ulangi 1. Hipotermia membuat bayi cenderung pada
setiap 5 menit selama penghatan ulang stress dingin, penggunaan simpanan lemak
coklat yang tidak dapat diperbaiki bila ada
dan penurunan sensitivitas untuk
meningaktkan kadarCO2 (hiperkapnea dan
penurunan kadar O2 (hipoksia)
2. Tanda-tanda ini menandakan stress dingin
yang meningkatkan O2dan kalori serta
2. Perhatikan adanya takipnea atau apnea, membuat bayi cenderung pada asidosis
cyanosis, umum, akrosianosi atau kulit berkenaan dengan metabolic anaerobic
belang, bradikardia, menangis buruk, 3. Mempertahankan lingkungan termometral,
letargi, evaluasi derajat dan lokasi icterik membantu mencegah stress dingin
3. Tempatkan bayi pada penghangat,
isolette, incubator, tempat tidur terbuka
dengan penyebar hangat, atau tempat tidur
bayi terbuka dengan pakaian tepat untuk
bayi yang lebih besar atau lebih tua 4. Menjaga suhu tubuh bayi dalam batas
4. Gunakan lampu pemanas selama normal
prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi
dengan penutup plastic atau kersta
aluminum bila tepat. Objek panas
berkontak dengan tubuh bayi seperti
stetoskop
5. Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila 5. Menurunkan kehilangan panas melalui
basah. Pertahankan kepala bayi tetap evaporasi
tertutup
DAFTAR PUSTAKA
Wong. 1999. Nursing Care of Infants Children. Mosby Year Boodc Philadelphia.
Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. JiliI. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta.
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Terjemahan Tim PSIK Unpad.
Jakarta: EGC.
Klaus and Forotaff. 1998. Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Wim de Jong et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA dan NIC-NOC: Jilid 2. Yogyakarta : Media
Action