Anda di halaman 1dari 25

Makalah

Synthesis And Characteristics Of Polyaniline/Zirconium


Oxide Conductive Nanocomposite For Dye Adsorption
Application

Di Susun oleh :

1. Luluk Fatchiyah (081411531036)


2. Dewi Fidatur Rohmawati (081411531038)
3. Sella Nur Rista (081411531042)
4. Putri Bintang Dea F. (081411531043)

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2017

1
Abstrak

Penelitian telah menunjukkan bahwa nanokomposit hibrida anorganik organik dari


polianilin / zirkonium oksida disintesis melalui metode kimia, menggunakan amonium
persulfat sebagai oksidan. Penyerap yang dikembangkan dicirikan dengan menggunakan
berbagai teknik analisis seperti pemindaian mikroskop elektron, difraksi sinar-X dan
spektroskopi inframerah transformasi Fourier. Nanokomposit yang dikembangkan yaitu
polianilin yang dimodifikasi dengan ZrO2 dan polianilin digunakan sebagai adsorben
efektif untuk penghilangan cepat metilen biru dari fase pelarut. Efek dari variabel sistem
yang berbeda seperti konsentrasi pewarna awal, suhu dan waktu kontak dipelajari dan
diselidiki dengan baik. Dari hasil parameter yang dioptimalkan diperoleh ditemukan
bahwa seiring dengan meningkatnya waktu kontak, efisiensi penyisihan pewarna juga
meningkat. Selain itu seiring dengan kenaikan suhu, jumlah adsorpsi juga meningkat.
Hasilnya menunjukkan bahwa polianilin yang dimodifikasi dengan ZrO2 dan nanosipit
polianilin memiliki potensi yang cukup besar untuk menghilangkan metilen biru dari
larutan berair. Kapasitas adsorpsi (qmax) polianilin yang dimodifikasi dengan ZrO2 (PANI
/ ZrO2) dan polianilin (PANI) untuk metilen biru dalam hal adsorpsi monolayer masing-
masing adalah 77,51 dan 192,30 mg / g.

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan pada jaman modern ini terus


mengalami kemajuan. Penemuan-penumuan terbaru mengenai material,
bagaimana cara mendapatkannnya, sifat dan karakteristik yang membedakannya
dengan material lain hingga aplikasinya pada suatu bidang menjadi hal yang
perlu untuk diteliti lebih dalam. Salah satu hal yang menarik perhatian adalah
bidang nanoteknologi. Nanoteknologi merupakan ilmu rekayasa dalam
penciptaan suatu fungsional material dalam skala nanometer. Salah satu bidang
nanoteknologi yang menjadi perhatian dan daya tarik para peneliti adalah
nanopartikel (Grigoras M., et al., 2012).

Nanopartikel sebagai salah satu bagian dari nanoteknologi menjadi


sesuatu yang menarik perhatian para ilmuan untuk diteliti. Hal tersebut
dikarenakan nanopartikel memiliki sifat yang terkenal dan potensial serta
karakteristik unik yang berbeda dengan nanomaterial lain. Sifat dan karakteristik
nanopartikel ini lebih unggul jika dibandingkan dengan bentuk kasarnya atau
bulk. Oleh sebab itu, nanopartikel banyak dikembangkan di beberapa aplikasi
pada bidang biomedis seperti drug delivery, diagnosa medis dan bidang industri
seperti keramik, katalis, energy storage, dan ferofluida (Roosta M., et al., 2011).

Pada sintesis nanopartikel, untuk mengontrol ukuran partikel dan


membuatnya menjadi seragam perlu dilakukan pelapisan terhadap partikel
nanopartikel dengan zat tertentu. Zat yang sering digunakan diantaranya adalah
polyethylene glycol (PEG), polyvinyl alcohol (PVA), polyvinyl pyrrolidone
(PVP), polyaniline (PANI) dan zat lain. PANI menjadi zat yang banyak
digunakan karena dapat membentuk dan mengontrol ukuran dan struktur pori
dari suatu partikel.

Sekitar 30 tahun yang lalu polimer dianggap sebagai konduktor dan juga
polimer dan plastik yang memiliki daya konduksi listrik tidak ada artinya.

3
Setelah penemuan beberapa polimer yang bersifat konduktif dan elektrikal, ide
ini berubah. PANI memiliki sifat seperti stabilitas lingkungan yang baik,
prosedur sintesis murah, stabilitas udara dan kelembaban, dan fleksibilitas yang
tinggi. Ini memiliki beragam aplikasi potensial termasuk lapisan anti korosi,
baterai dan sen-sor, sel penuh, dan chip komputer.

Polianilin atau polyaniline (PANI) merupakan salah satu bahan polimer


yang sering diteliti karena mudah disintesis dan mudah dalam proses doping.
Polianilin memiliki sifat yang sangat unik yaitu dapat mengalami perubahan
sifat optik dan listrik yang dapat balik (reversible) melalui reaksi redoks dan
doping-dedoping atau protonasi-deprotonasi.

Polianilin bisa dianggap sebagai sebuah polimer konduktif di bawah


kondisi tertentu, seperti pada saat dikenai cahaya UV, panas atau penambahan
dopant yang cocok pada polimer. Perlakuan dibuat untuk memperbaiki sifat
mekanik yang lemah dan dapat digunakan sebagai campuran pada polimer yang
lain atau sebagai pengganti dan kopolimerisasi. Pencampuran PANI dengan
polimer yang lain akan menurunkan konduktivitas listrik, tetapi memperbaiki
sifat mekanik yaitu kekuatannya.

Diperkirakan sekitar 40.000 ton pewarna dari sekitar 450.000 ton total
produksi tidak digunakan namun dibuang ke perairan limbah. Berbagai macam
zat warna tersedia di bawah kategori pewarna asam, dasar, reaktif, langsung,
menyebar, belerang dan metalik. Pewarna adalah senyawa aromatik sintetis,
yang memiliki berbagai gugus fungsi . Beberapa pewarna dan produk degradasi
mungkin bersifat karsinogen dan beracun, dan akibatnya pengobatan tersebut
tidak dapat bergantung pada biodegradasi saja. Sebagai contoh Konsumsi
kacang metilen dalam jumlah tinggi menyebabkan beberapa penyakit
kardiovaskular seperti hipertensi dan nyeri prekordial, pada penyakit
dermatologis yang menyebabkan pewarnaan kulit dan nekrosis, pada penyakit
gastrointestinal, menyebabkan perubahan warna tinja, mual, dan sakit perut saat
berada dalam penyakit hematologi yang ditimbulkannya. anemia dan masalah
genitourinari menyebabkan iritasi kandung kemih.

4
Pelepasan limbah beracun berwarna ini tidak hanya merusak sifat estetik aliran
penerima, tapi juga beracun bagi kehidupan akuatik. Adsorpsi adalah salah satu
proses fisik yang paling efektif untuk menghilangkan warna dan perlakuan
limbah tekstil. Saat ini, karbon aktif adalah adsorben yang paling efektif, namun
memiliki dua kelebihan utama: biaya tinggi dan kesulitan dalam regenerasi. Ini
termasuk fosfat, ampas ampas tebu, bunga matahari, abu layang, gambut,
melihat debu, ganggang laut, biomassa jamur, terbuang lumpur teroksidasi,
lumpur yang dicerna, lumpur merah, coir empulur, daun nimba, kulit organik
limbah dan pakis pohon. Namun, potensi adsorpsi sebagian besar penyerap
biaya rendah ini umumnya rendah.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya :

1. Bagaimana sintesis nanokomposit polyaniline dan polyaniline / ZrO2


untuk mengadsorpsi metilen biru?
2. Bagaimana menentukan kapasitas polyaniline dan polyaniline / ZrO2
yang tepat untuk mengadsorpsi metilen biru?
3. Bagaimana pengaruh berbagai faktor seperti waktu kontak, konsentrasi
awal dan suhu pada efisiensi penyisihan polyaniline dan polyaniline /
ZrO2?
4. Bagaimanana potensi nanokomposit polyaniline dan polyaniline/ZrO2
sebagai penghilang metilen biru?

5
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui sintesis nanokomposit polyaniline dan polyaniline / ZrO2


untuk mengadsorpsi metilen biru.
2. Menentukan kapasitas polyaniline dan polyaniline / ZrO2 yang tepat
untuk mengadsorpsi metilen biru.
3. Mengetahui pengaruh berbagai faktor seperti waktu kontak, konsentrasi
awal dan suhu pada efisiensi penyisihan polyaniline dan polyaniline /
ZrO2
4. potensi nanokomposit polyaniline dan polyaniline/ZrO2 sebagai
penghilang metilen biru

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan baru


mengenai sintesis nanokomposit polyaniline (PANI) khususnya dengan metode
polimerisasi oksidatif yang efisien untuk menghilangkan pewarna berbahaya
metilen biru dari larutan. Dan mengetahui pengaruh nanokomposit polyaniline
(PANI) dan ZrO2 sehingga kedepannya dapat dikembangkan lebih jauh dan
diterapkan dalam bebagai bidang teknologi, biomedis serta bidang-bidang lain.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Zirconium Dioxide (ZrO2)

Zirkonium dioksida (ZrO2), atau dikenal sebagai zirkonia adalah kristal


putih oksida dari zirkoniumIts most naturally occurring form, with a crystalline
structure, is the rare , .5. Zirkonium adalah logam putih keabuan yang jarang
dijumpai di alam bebas. Ia memiliki lambang kimia Zr dan nomor atom 40.

Zirconia atau Zirconium dioksida (ZrO 2) merupakan bahan semikonduktor


keramik yang mempunyai sifat tahan korosi, memiliki titik lebur yang sangat
tinggi (>2000 °C), dan sensitif terhadap gas oksigen. Sifat-sifat ini membuat ZrO2
banyak dipakai sebagai sensor gas oksigen di industri otomotif. Zirconium
dioksida atau Zirconium Oxide (ZrO2) adalah bubuk halus yang digunakan
sebagai bahan pemoles dalam pasta gigi. Seperti yang terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Bubuk Zirconia Dioxide (ZrO2)

Zirconia sebagai oksida murni tidak ditemukan di alam, akan tetapi zirconia
biasa ditemukan dalam baddeleyite and zircon yang merupakan sumber utama dari
material ini. Dari kedua sumber zirconia tersebut, zircon yang didapat memiliki
kemurnian yang rendah, dan harus melaliu proses-proses tertentu untk
menghasilkan zirconia. Dalam memproses zirconia dilakukan pemisahan dan
penghilangan material-material yang tidak diinginkan serta impurities yang ada,
yaitu zircon – silica.

7
Keberadaan zircon di Indonesia telah dikenal sejak lama di perairan
Bangka-Belitung sebagai endapan alluvial bersama pasir timah dan mineral ikutan
lainnya. Disamping itu, zircon juga terdapat di sepanjang aliran sungai pedalaman
Kalimantan Tengah bersama endapan alluvial emas. Zircon dari daerah Bangka-
Belitung hingga awal tahun 2000 masih dianggap sebagai sisa pengolahan bijih
timah yang tidak diperhatikan namun secara rutin dapat memberikan hasil yang
cukup. Sejak penelitian-penelitian di ITB yang dilakukan kemudian, sisa
pengolahan sebagai zircon (kadar < 20 %) tersebut dapat ditingkatkan kadarnya
hingga diatas 98% dengan mengubah flowsheet pemisahan yang lama diadopsi
sejak zaman Belanda. Sementara itu potensi zircon di Kalimantan Tengah baru
dilakukan eksplorasi pada tahun 2007 dengan potensi yang cukup signifikan,
sehingga dapat diharapkan sebagai sumber bahan baku jangka panjang.
Percontohan proses melalui pilot plant untuk produksi zircon opacifier telah
dibangun dengan kapasitas 5 ton/bulan, menghasilkan produk antara yang lebih
siap diserap pasar. Perancangan proses plant pembuatan zirconia dan PSZ dapat
ditingkatkan dari skala laboratorium.Zirconia (ZrO2) merupakan oksida logam
yang memiliki sifat polimorfi yaitu tiga macam struktur Kristal antara lain :
monoklinik (m-ZrO2), Tetragonal (t-ZrO2) dan kubik (c-ZrO2).

2.2. Karakteristik Zirconia

Zirconium adalah sebutan untuk logam berwarna putih abu-abu, berbentuk


Kristal (amorf), lunak, dapat ditempa dan diulur bila murni juga tahan terhadap
udara bahkan api. Logam yang ditemukan oleh M.H. Kalaproth dalam bentuk
mineral zircon ini tidak ditemukan di alam dalam bentuk bebas tetapi sebagi oksida
atau silikat dalam kerak bumi dan bebatuan dalam kadar kecil. Pada keadaan
normal zirconium tidak dapat bereaksi dengan air. Namun dengan udara zirconium
dapat bereaksi sehingga dapat menghasilkan ZrO2. Adapun reaksi zirkonium
dengan udara yaitu sebagai berikut:

Zr(s) + O2 (g)  ZrO2 (g)

8
Zirconia oksida merupakan senyawa bentukan dari zirconium yang berada
dengan udara. Adapun syarat dari penggunaan zirconium oksida yaitu sebagai
berikut:
 Digunakan pada suhu sampai 2400oC
 Kepadatan tinggi
 Konduktifitas termalnya rendah
 Kimia inertness
 Perlawanan terhadap logam cair
 Ionic konduksi listrik
 Ketahanan aus
 Ketangguhan perpatahan tinggi
 Kekerasan tinggi

2.3. Nanokomposite

Nanokomposit adalah bahan padat multiphase dimana salah satu fase


memiliki satu, dua atau tiga dimensi kurang dari 100 nanometer (nm), struktur
nanokoposit memiliki jarak ulangi nano berkisar antara fase berbeda yang
membentuk material. Ide di balik Nanokomposit adalah dengan menggunakan blok
bangunan dengan dimensi dalam kisaran nanometer untuk merancang dan
menciptakan material baru dengan fleksibilitas dan perbaikan sifat fisiknya yang
belum pernah terjadi sebelumnya.

2.4. Polianilin atau polyaniline (PANI)

Polianilin berdasarkan sifat listriknya dibagi menjadi dua yaitu polianilin


konduktif dan polianilin isolatif. Berdasarkan tingkat oksidasinya, polianilin dapat
disintesis dalam beberapa bentuk isolatifnya yaitu leucomeraldine base (LB) yang
tereduksi penuh, emeraldine base (EB) yang teroksidasi setengah dan pernigranilin
base (PB) yang teroksidasi penuh. Dari tiga bentuk ini, EB yang paling stabil dan
juga paling luas diteliti karena konduktivitasnya dapat diatur dari 10-10 S/cm hingga
100 S/cm melalui proses doping, sedangkan bentuk LB dan PB tidak dapat dibuat
konduktif. Bentuk EB dapat dibuat konduktif dengan proses doping asam protonik

9
seperti HCl, dimana proton-proton ditambahkan ke situs- situs –N=, sementara
jumlah elektron pada rantai tetap.

Polianilin bisa disintesis dengan menggunakan metode kimia polimerisasi


oksidatif dan elektrokimia. Sintesis lain dengan kebalikan polimerisasi emulsi,
polimerisasi plasma dan polimerisasi autokatalis. Sintesis kimia bisa dilakukan
dengan menggunakan monomer anilin, asam dan oksidan. Asam yang biasa
digunakan adalah asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4). Sebagai oksidan
biasa digunakan ammonium persulfate ((NH4)2S2O8).

Tabel 1. Perbedaan Bentuk Polianilin (PANI)

Bentuk konduktif dari EB disebut emeraldine salt (ES). Bentuk dasar EB


berubah menjadi ES melalui reaksi oksidasi dengan asam-asam protonik seperti
HCl, sebaliknya bentuk ES dapat dikembalikan menjadi bentuk EB melalui reaksi
reduksi dengan agen reduktan seperti NH4OH. Kedua proses ini disebut juga proses
protonasi-deprotonasi atau doping-dedoping (Gambar 2). Kedua bentuk meraldine
memiliki sifat listrik yang berkebalikan dimana EB merupakan bentuk isolatif dan
ES merupakan bentuk konduktif. Derajat konduktivitas emeraldine ini bergantung
pada tingkat/konsentrasi dopant yang diberikan, yaitu jumlah proton (H+) yang
dimasukkan ke dalam struktur emeraldine.

10
Gambar 2. Reaksi Protonasi-deprotonasi Polianilin

Pada saat protonasi, terjadi perubahan pada atom nitrogen imine (pada
cincin quinoid), terjadi secara cepat relaksasi geometri, menghasilkan transisi
dalam quinoid menjadi benzenoid (Gambar 3), peristiwa ini dikenal dengan
bipolaron. Pembawa muatan bipolaron memiliki energi yang tinggi dan terjadi
dalam waktu yang singkat. Penyebaran kembali muatan dan spin menghasilkan
sebuah polaron sebagai pembawa muatan yang lebih stabil.

Gambar 3. Transisi bipolaron dan Polaron

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan Penelitian

3.1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kontainer, timbangan analitis,
oven, dan peralatan gelas yang umumnya digunakan di laboratorium. Instrumen untuk
karakterisasi berupa: Fourier transform infrared (FTIR) , spektrofotometer Nicolet 380, X-
ray difractometer (XRD) Philips X’Pert dan scanning electron microscope (SEM) JEOL
JSM-5600 Digital Scanning electron Microscope.

3.1.2. Bahan

Pada penelitian ini digunakan bahan antara lain aniline (99,5%), asam klorida
(HCl) dan ammonium persulfat ((NH4)2S2O8), Zirkon oksida dan Metilen biru (Cl
52015), semua didapatkan dari Merck, aseton, etanol, aquades, es batu.

3.2. Prosedur Penelitian

3.2.1. Sintesis polianilin dan komposit PANI/ZrO2

3.2.1.1. Sintesis polianilin

Sintesis polianilin dilakukan dengan campuran 1 yangdihasilkan dari penambahan


1 mL anilin ke dalam 50 mL larutan HCL 1 M dan diaduk selama 15 menit di dalam
kontainer berisi es. Campuran II disiapkan dengan 2.45 mg ammonium persulfat yang
ditambahkan ke dalam 10 ml larutan HCl 1 M. Campuran II yang dihasikan akan berupa
larutan tidak berwarna yang kemudian dicampurkan tetes demi tetes ke campuran I.
Larutan campuran akan berubah warna menjadi merah muda cerah pada awalnya dan
setelah 24 jam direndam dalam kontainer es berubah menjadi berwarna hijau gelap.
Larutan yang dihasilkan merupakan garam emeraldine. Larutan tersebut kemudian disaring
dan dicuci menggunakan aseton dan etanol beberapa kali, selanjutnya dikeringkan dengan
oven menggunakan suhu 60 ⁰C selama 1 jam.

12
3.2.1.2 Sintesis komposit PANI/ ZrO2

Komposit PANI/ZrO2 disintesis menggunakan 1 gram polianilin hasil sintesis


sebelumnya yang dilarutkan dalam HCl 0.5 M, larutan yang dihasilkan diambil 25 mL dan
ditambahkan 0.3 gram zirkonium oksida. Selanjutnya larutan campuran di sonikasi selama
30 menit. Tahap selanjutnya yaitu penyaringan dan pencucian dengan aquades dan etanol.
Tahap terakhir yaitu pengeringan pada suhu 70 ⁰C selama 45 menit.

3.2.2 Karakterisasi adsorben

Karakterisasi pada nanokomposit polianilin dan PANI/ZrO2 dilakukan dengan


menggunakan Fourier transform infrared (FTIR) , spektrofotometer Nicolet 380, X-ray
difractometer (XRD) Philips X’Pert dan scanning electron microscope (SEM) JEOL JSM-
5600 Digital Scanning electron Microscope.

3.2.3 Studi adsorpsi

Studi isotherm efek konsentrasi awal metilen blue MB (10 dan 40 mg/L) dilakukna
dengan penambahan 0.01 gram PANI dan PANI/ZrO2 ke dalam setiap 20 mL larutan MB.
Campuran tersebut kemudian dielektrospinning dengan kecepatan 100 rpm selama 10
menit untuk proses pemeramannya. Studi efek kontak dilakukan dengan penambahan 0.01
gram PANI dan PANI/ZrO2 ke dalam 20 mL larutan MB (30mg/L) dengan variasi waktu
pemeraman dari 5 menit hingga 60 menit pada temperatur kamar. Sedangkan untuk studi
efek temperatur, pemeraman dilakukan pada temperatur yang berbeda yakni antara 299 K
hingga 319 K. Konsentrasi akhir larutan MB dianalisis menggunakan spektrofotometer
UV-VIS (JASCO V-530, JASCO, USA). qe atau jumlah MB yang teradsorbsi pada
kesetimbangan (mg/g) dikalkulasi menggunakan rumus:

( Ci−Ct ) V
qe=
W

dimana Ci dan Ct merupakan konsentrasi awal MB (mg/L) pada tempertatur tertentu, V


merupakan volume larutan MB (L), dan W merupakan berat sorben (g).

13
3.3. Diagram alir penelitian

3.3.1. Sintesis polianilin

1 ml anilin+ 50 mL HCl 1 10 mL HCl 1 M + 2.45 mg


M ammonium persulvat

Diaduk 15 menit dalam


container es

Garam emeraldine

Dicuci degan aseton dan


etanol , disaring

Dikeringkan 60C, 1
jam

Polianilin (PANI)

3.3.2. Sintesis komposit PANI/ ZrO2

1 g PANI + HCl 0.5 M

25 mL + 0.3 g zirconium oksida

Sonikasi , 30 menit

Penyaringan, pencucian dengan


aquades dan etanol
Pengeringan , 70 ⁰C selama
45 menit.

PANI/ ZrO2

14
3.3.3. Studi efek konsentrasi awal MB

larutan MB 20 mL (10-40 mg/L)


+ 0.01 g PANI/ PANI ZrO2

Elektrospinning (100 rpm, 10 menit) = pemeraman

3.3.4. Studi efek waktu kontak

larutan MB 20 mL (30 mg/L) +


0.01 g PANI/ PANI ZrO2

Elektrospinning (100 rpm, 10 menit) = pemeraman


(5 menit hingga 60 menit, Troom)

3.3.5. Sedangkan untuk studi efek temperature

larutan MB 20 mL (30mg/L) +
0.01 g PANI/ PANI ZrO2

Elektrospinning (100 rpm, 10 menit) = pemeraman


(variasi T = 299- 319 K)

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Karakterisasi

Gambar 5 menunjukkan difraktogram dari PANI (I) dan PANI/ZrO 2 (II). Seperti
yang ditunjukkan pada gambar 5, tipe puncak PANI memiliki pita yang lebar dan amorf
untuk sampel tanpa ZrO2 dan karakteristik refleksi berupa anatase untuk kompositnya.
Gambar 2 menunjukkan morfologi PANI/ZrO2 yang didapatkan dari annalisis
menggunakan scanning electron microscope (SEM).

Gambar 5. Spektra XRD PANI (I) dan PANI/ ZrO2

Berdasarkan gambar 6, polianilin yang dilapisi ZrO2 muncul dengan ammonium persulfat
(sebagai oksidan). Penambahan sedikit nanopartikel ZrO2 mengakibatkan perubahan pada
konduktivitas elektriknya. Nanopartikel dihasilkan dengan peambahan ZrO2, selain itu
morfologinya berubah dari serat atau polianilin nanotube menjadi partikel.

16
Gambar 6. Spektra SEM PANI/ZrO2

Gambar 7 menunjukkan spektra FT-IR dari nanokomposit PANI/ZrO 2 pada


rentang bilangan gelombang 1600-1000 cm-1 yang diakibatkan oleh getaran dan rotasi adri
gugus fungsi PANI. Pita yang terdapat pada 1569 dan 1495 cm -1 dapat dihasilkan dari
stretching CC dari cincin quinon dan benzen. Pucak pada 1144 cm -1 dapat diindikasikan
sebagai getaran in-plane bending dari C-H aromatik. Sedangkan puncak pada rentang 400-
450 cm-1 disebabkan oleh getaran ikatan Zr-O.

Gambar 7. Spektra FT-IR PANI/ZrO2

17
4.2. Pengaruh waktu kontak

Mengenali waktu kontak kesetimbangan penting untuk perancangan proses


absorpsi dan penyerapan cepat yang merupakan salah satu parameter yang diinginkan.
Gambar 8 menunjukkan hasil dari waktu kontak pada penghilangan MB. Berdasarkan hasil
yang didapat, peningkatan waktu kontak menyebabkan kenaikan yang selaras pada
efisiensi penghilangan pewarna (MB).

Gambar 8. Efek waktu kontak pada adsorpsi MB ke PANI dan PANI/ZrO2


dengan konsentrasi awal 20 mL, 30 mg/L ; dosis adsorben 0.01 g dan T= 299K

Berdasarkan kejenuhan sisi adsorpsi pada absorben, waktu kontak kesetimbangan


PANI dan PANI/ZrO2 adalah 30 dan 25 menit, pada waktu ini efisiensi penghilangan
pewarna tidak akan berubah.

4.3. Pengaruh konsentrasi awal

Pada sistem absorpsi, konsentrasi awal adsorbat yang tersedia pada larutan penting
sebagai penggerak untuk mengatasi resistensi transfer masa dari adsorbat antara larutan
dan fasa padatnya. Kenaikan pada kapasitas adsorpsi dengan kenaikan konsetrasi pewarna
dimungkinkan karena kecepatan asdorpsi yang lebih tinggi dan penggunaan semua sisi
aktif yag tersedia untuk adsorpsi pada knsentrsi yang lebih tinggi.

18
Gambar 9. Efek konsentrasi awal pada adsorpsi MB ke PANI dan PANI/ZrO2,
waktu kontak 30 menit, dosis adsorben 0.01 g dan T=299 K

4.4. Pengaruh Temperature


Beberpa percobaan dilakukan pada suhu yang bervariasi dari 20 hingga 100 K
untuk studi efek temperature terhadap penghilangan pewarn. Gambar 10 menunjukkan
hasil percobaan yang dilakukan. Kenaikan pada kesetimbangan adsorpsi pewarna dengan
temperatur mengindikasikan bahwa adsorpsi MB pada adsorben PANI dan PANI/ZrO 2
merupakan proses endotermik.

Gambar 10. Efek temperature pada adsorpsi MB ke PANI dan PANI/ZrO2,


waktu kontak 30 menit,konsentrasi awal 20 ml, 30 mg/l;
dosis adsorben 0.01 g dan T=299 K

19
4.5. Studi Adsorpsi Isotherm

Analisis data dari isotherm merupakan salah satu faktor penting untuk
mengembakan persamaan yang mendemonstrasikan hasil akurat dari kolom dan dapat
diaplikasikan untuk desain kolom.

Tabel 2. Konstanta isotherm utuk adsorpsi MB ke PANI dan PANI/ZrO2

Adsorsi isotherm dapat digunakan untuk mendiskripasikan bagaimana solute


berinteraksi dengan adsorben, lebih lanjutnya lagi hal ini sangat penting untuk optimasi
penggunaan adsorben. Berbagai mosel adsorpsi isotermis seperti Langmuir dan Frundlich
tersedia pada literatur, rumus dan bentuk linier dan hasil yang didapat dari kalkulasi
isotermis diilustrasikan pada tabel 2.

Persamaan Langmuir dapat dituliskan dalam bentuk linier sebegai berikut:

Ce 1 Ce
= +
qe qmKl qm

dimana Ce (mg/L) adalah konsentasi MB pada kesetimbangan, K L(L/mg) adalah konstanta


Langmuir yang terkait dengan energy adsorpsi dan q m (mg/g) adalah kapasitas adsorpsi.
Kapasitas adsorpsi dapat dihubungkan dengan variasi area permukaan dan porositas
adsorben. Area permuakaan dan volume pori yang lebih tinggi akan menghasilkan
kapasitas adsorpsi yang lebih tinggi. Plot linier dari 1/qe dan 1/Ce ditunjukkan pada
gambar 11.

20
Gambar 11. Plot Langmuir adsorpsi MB oleh PANI dan PANI/ZrO2
Karakter utama dari isotherm Langmuir dapat diekspresikan sebagai konstatnta tak
berdimensi yang disebut parameter kesetimbangan (RL):
1
Rl=
Kl C 0

Dimana Co( (mg/L) merupakan konsentrasi awal MB, dengan RL merupakan nilai
yang mengindikasikan tiper isotherm. Nilai RL>1 mengindikasikan unfavorable
adsorbtion, RL=1 linier adsorbtion , 0<RL<1 favorable adsorption atau RL=0 irreversible
adsorption. Nilai RL yang didapatkan dari data percobaan adalah antara nol dan satu, hal
ini mengindikasikan bahwa adsorbs yang terjadi adalah adsorbs yang disenangi.

Persamaan Freundlich dapat dituliskan dengan bentuk linier sebagai berikut:

1
Long e= log Ce+ log Kf
n

dimana Kf (L/g) adalah konstanta freundlich yang terkait dengan kapasitas


adsoepsi dan n adalah konstanta untuk intensitas. Range nilai 1/n adlaah antara 0 dan 1,
dan merupakan ukuran dari intensitas adsorpsi atau heterogenitas permukaan dan menjadi
lebih heterogen saat nilainya mendekati nol. Nilai Kf da n didapatkan dari intersep dan
kemiringan dari grafik yang diplot antaea loge dan log Ce (gambar 12).

21
Gambar 12. Plot Freundlich adsorbs MB oleh PANI dan PANI/ZrO2

Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa hubungan koefisien regresi (R 2) dari persamaan
Langmur lebih linier ketika dibandingkan dengan persamaan Freundlich, menyiratkan
bahwa data adsorpsi isotherm sesuai dengan isotherm Langmuir. Kapasitas adsorpsi
monolayer, berdasarkan isotherm Langmuir adalah 192.30 dan 77.51 mg/g untuk PANI
dan PANI/ZrO2. Fakta bahwa isotherm Langmurir sangat sesuai dengan data eksperimental
dimungkinkan karena distribusi sisi aktif yang homogeny pada permukaan MGA karena
aplikasi persamaan Langmuir melibatkan asumsi bahwa permukaannya adalah homogen.

Tabel 3. Perbandingan nilai qmax penghilangan MB dengan adsorben yang telah


dikembangkan sebelumnya.

4.6. Perbandingan dengan adsorben lain

22
Kapasitas adsorbs (nilai qmax yang dihasilkan dari persamaan Langmuir) dari
PANI/ZrO2 dan PANI dengan dorben lain yang dikembangkan pada penelitian sebelumnya
disajikan pda tabel 2. Digambarkan dengan jelas bahwa adsorben yang dihasilkan pada
penelitian ini memiliki kapasitas adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan adsorben
sebelumnya.

23
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisis teori yang telah dilakukan didapatkan


kesimpulan sebagai berikut:

1. Komposit polyaniline / ZrO2 berhasil dsintesis menggunakan polimerisasi


oksidatif, dengan ammonium persulfat sebagai oksidan. Komposit polyaniline /
ZrO2 yang disintesis memiliki konduktifitas yang meningkat, diakibatkan oleh
interaksi yang lebih baik antara polyaniline dan ZrO2.
2. Kapasitas adsorpsi polianilin yang dimodifikasi dengan polyaniline / ZrO2 dan
polyaniline (PANI) untuk metilen biru dalam hal adsorpsi monolayer masing-
masing adalah 77,51 mg/g dan 192,30 mg/g.
3. Nanokomposit yang dihasilkan dapat digunakan sebagai adsorben yang efisien
untuk menghilangkan pewarna berbahaya metilen biru dari larutan. Efek dari
variable sistem yang berbeda (kosentrasi awal pewarna, suhu dan waktu kontak)
telah dipelajar dan memberikan hasil bahwa selaras dengan kenaikan waktu kontak,
efisiensi penghilangan pewarna juga meningkat, serta sering dengan kenaikan
temperatur jumlah adsorpsi juga meningkat.
4. Dari hasil diatas maka nanokomposit polyaniline dan polyaniline/ZrO2 memiliki
potensi yang cukup besar untuk menghilangkan metilen biru dari larutan berair.

DAFTAR PUSTAKA

24
Agarwal, S., et al., (2016). Jurnal Internasional: Synthesis And Characteristics Of
Polyaniline/Zirconium Oxide Conductive Nanocomposite For Dye Adsorption
Application. India : Department of Chemistry, Indian Institute of Technology
Roorkee.
Zirconium diokside.2015.http://en.wikipedia.org/wiki/Zirconium_dioxide/html.Diakses
pada 20 Agustus 2015.

25

Anda mungkin juga menyukai