Anda di halaman 1dari 33

WRAP UP SKENARIO 3

“BERCAK MERAH & GATAL DI SELANGKANGAN”


BLOK PANCA INDRA

KELOMPOK A-11

KETUA : Ichsan Maulana 1102016086


SEKRETARIS : Ekki Fhalzimi 1102016059
ANGGOTA : Fanisa Tria Rani 1102015069
Aliya Muhammad 1102016018
Annisa Rahmatia 1102016029
Ayunin Novania 1102016038
Dila Siti Khadijah 1102016054
Fauzan Ramadhan Iskandar 1102016069
Lenny Gusniati 1102016103

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21. 4244574
2019
DAFTAR ISI

Skenario ........................................................................................................................3
Brainstorming ...............................................................................................................4
Sasaran Belajar..............................................................................................................5
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Kulit ...........................................6
1.1 Mikroskopis ........................................................................................................
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Kulit .........................................................11
3. Memahami dan Menjelaskan Dermatomikosis ......................................................12
3.1 Definisi ................................................................................................................
3.2 Etiologi ................................................................................................................
3.3 Klasifikasi ...........................................................................................................
3.4 Patofisiologi ........................................................................................................
3.5 Manifestasi Klinis ...............................................................................................
3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding ......................................................................
3.7 Tatalaksana..........................................................................................................
3.8 Komplikasi ..........................................................................................................
3.9 Pencegahan ..........................................................................................................
3.10Prognosis .............................................................................................................
4. Pandangan Islam Tentang Menjaga Kebersihan Kulit..........................................29

Daftar Pustaka .............................................................................................................32

2
Skenario 3

BERCAK MERAH & GATAL DI SELANGKANGAN

Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan bercak merah
& gatal terutama bila berkeringat di selangkangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan
disertai dengan beruntus dan kulit yang menebal berwarna gelap. Kelainan ini hilang
timbul selama 6 bulan, hilang apabila diobati dan timbul saat menstruasi atau
menggunakan celana berlapis. Riwayat keputihan disangkal. Kelainan ini dirasakan
setelah berat badan penderita bertambah.
Pada pemeriksaan generalis : dalam batas normal
Pada pemeriksaan dermatologis : Regioner, bilateral pada ke-2 sisi medial paha atas
tampak lesi multipel, berbatas tegas, bentuk beraturan, ukuran bervariasi dari diameter
0,03 cm sp 0,1 cm, kering, permukaan halus dengan efloresensi berupa plak eritem,
sebagian likhenifikasi yang hiperpigmentasi, pada bagian tengah tampak central
healing dengan ditutupi skuama halus.
Setelah mendapatkan terapi, penderita diminta untuk kontrol rutin dan menjaga serta
memelihara kesehatan kulit sesuai tuntunan ajaran islam.

3
Brainstorming

KATA SULIT

1. Efloresensi : Kelainan-kelainan pada kulit yang dapat dilihat dengan langsung


2. Central healing : kelainan kulit dimana lesi tampak bagian tengah bersih
3. Likenifikasi : penebalan kulit berupa garis-garis berbatas tegas
4. Plak eritema : peninggian diatas kulitdan ada kemerahan
5. Skuama : lapisan tanduk dari epidermis mati yang menumpuk pada kulit yang
dapat berkembang sebagai akibat perubahan inflamasi
6. Lesi multipel : lesi dengan berbagai bentuk dan ukuran
7. Hiperpigmentasi : kondisi kulit dimana area tertentu menjadi lebih gelap akibat
produksi melanin yang berlebih

PERTANYAAN

1. Apa hubungan penyakit dengan berat badan naik ?


2. Mengapa saat berkeringat diselangkangan timbul keluhan bercak merah dan gatal
?
3. Apa hubungan menstruasi dengan kelainan pada scenario ?
4. Apa penyebab terjadi penyakit ini ?
5. Mengapa terjadi hiperpigmentasi ?
6. Mengapa keluhan ini hilang timbul ?
7. Apa kemungkinan diagnosis penyakit ini ?
8. Mengapa keluhan hanya terdapat pada lipatan paha ?
9. Apa saja factor resiko pada keluhan tersebut ?
10. Apa tatalaksana yang tepat untuk menangani penyakit ini ?
11. Bagaimana cara mencegah penyakit ini ?
12. Mengapa pasien diperintahkan untuk kontrol rutin ?
13. Bagaimana pandangan islam tentang cara menjaga kebersihan/kesehatan kulit ?
14. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan ?
15. Apa penyakit ini bisa menular ?

JAWABAN
1. Berat badan sehingga tidak ada junction (tidak ada udara)
2. Berkeringat -> kulit lembab -> bakteri atau jamur tumbuh -> timbul gejala
3. Pengobatan tidak ade kuat
4. Jamur dan alergi
5. Karena digaruk sehingga menimbulkan likenifikasi dan melanin yang berlebih
6. Kurang menjaga kebersihan, kelembapan di selangkangan
7. Dermatofitosis
8. Tergantung etiologi dan spesies jamur
9. Obesitas, kelembapan, hygiene, lingkungan, pengobatan tidak ade kuat
10. Anti jamur topikal
11. Obesitas, kelembapan, hygenitas
12. Karena pengobatannya lama
13. Berwudhu, selalu membersihkan organ vital dan mengeringkannya, hindari
pakaian ketat
14. Kerokan kulit + KOH, woodlamp
15. Bisa karena kontak dengan penderita

4
HIPOTESIS

Infeksi jamur pada kulit dapat disebabkan oleh karena kurangnya menjaga kebersihan,
sehingga timbul gejala seperti bercak & kemerahan akibat tumbuhnya jamur.
Diagnosis dermatofitosis dapat ditegakkan dengan kerokan kulit maupun woodlamp.
Tatalaksana yang dapat diberikan anti jamur topikal. Dalam pandangan islam untuk
menjaga keberihan kulit dapat dilakukan dengan berwudhu.

Sasaran Belajar

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Kulit


1.1 Mikroskopis
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Kulit
3. Memahami dan Menjelaskan Dermatomikosis
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Klasifikasi
3.4 Patofisiologi
3.5 Manifestasi Klinis
3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
3.7 Tatalaksana
3.8 Komplikasi
3.9 Pencegahan
3.10Prognosis
4. Pandangan Islam Tentang Menjaga Kebersihan Kulit

5
1.MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI KULIT
Adapun ciri-ciri kulit adalah:
 Pembungkus yang elastis yang melindungi kulit dari pengaruh
lingkungan.

 Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan.

 Luas : 1,50 – 1,75 m.

 Tebal rata – rata : 1,22mm.

 Daerah yang paling tebal (66 mm), pada telapak tangan dan telapak
kaki dan paling tipis (0,5 mm) pada daerah penis.

Kulit terbagi menjadi 3 lapisan:

6
1) Epidermis

Terbagi atas 5 lapisan:

keterangan:
A = Melanocyt
B = Langerhans cell
C = Merkels cell
D = Nervända
1 = Stratum corneum

2 = Stratum granulosum

3 = Stratum spinosum

4 = Stratum basale

5 = Basal membran

a. Stratum korneum/Lapisan tanduk

 Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti

 Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)

b. Stratum Lusidum

 Lapisan sel gepeng tanpa inti

7
 protoplasma berubah menjadi protein (eleidin)

 Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan

 Tidak tampak pada kulit tipis

c. Stratum granulosum / Lapisan Granular

 Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng

 Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan terdapat


inti diantaranya

 Mukosa tidak mempunyai lapisan ini

d. Stratum spinosum / lapisan Malphigi

 Lapisan epidermis yang paling tebal

 Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda karena ada proses


mitosis

 Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti


terletak ditengah

 Terdapat jembatan antarsel (intecelluler bridges) yg tdd: protoplasma


dan tonofibril

 Perlekatan antar jembatan membentuk nodulus Bizzozero

 Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon – respon


antigen kutaneus. Seperti ditunjukan dibawah

e. Stratum basale

 Terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis

 Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade

 Lapisan terbawah dari epidermis

 Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif

 Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel dendritik yang yang


membentuk melanin melindungi kulit dari sinar matahari. Dengan
sitoplasma yang basofilik dan inti gelap, mengandung butir pigmen
(melanosomes)

8
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble
yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
 Mengusir mikroorganisme patogen

 Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh

 Unsur utam yang mengerskan rambut dan kuku.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Epidermis akan bertambah tebal
jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis di
sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan
terdapat kerutan yang disebut fingers prints.

2) Dermis (korium)

Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri
dari 2 lapisan:
a. Pars papilare

o Bagian yang menonjol ke epidermis

o Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah

b. Pars retikulare

o Bagian yang menonjol ke subkutan

9
o Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin,
retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin
sulfat serta fibroblas)

o Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan


retikularis yang terdapat banyak p. darah, limfe, akar rambut,
kelenjar kerngat dan k. sebaseus.

3) Jaringan Subkutan atau Hipodermis / Subcutis

Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada
lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.
a. Sel lemak

o Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa

o Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang


menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa
yang berfungsi sebagai cadangan makanan

o Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur


internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit,
perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas. Sebagai bantalan
terhadap trauma. Tempat penumpukan energi

b. Vaskularisasi

Dikulit diatur oleh 2 pleksus:


o Pleksus superfisialis

o Pleksus profunda

ADNEKSA KULIT
1) Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit

a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)

Terdapat di lapisan dermis. Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:


- Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit

 Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu


lingkungan dan suhu tubuh.

 Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik.


Pengeluaran keringat pada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai
reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll

10
- Kelenjar Apokrin

 Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara


pada folkel rambut

 Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan


membesar dan berkurang pada sklus haid

 Kelenjar Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti


susu yang diuraikan oleh bajkteri menghasilkan bau khas
pada aksila

 Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus


yang disebut K. seruminosa yang menghasilkan serumen
(wax)

2) Kelenjar Sebasea

Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel


rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi
halus lentur dan lunak.

2.MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI KULIT


1) Sebagai Proteksi

 Masuknya benda-benda dari luar (benda asing, invasi bacteri)

 Melindungi dari trauma yang terus menerus

 Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh

 Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak

 Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.

2) Pengontrol/Pengatur Suhu

 Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas


peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat

3) Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh

 Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah

 Konduksi: pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih


dingin yang bersentuhan dengan tubuh

 Evaporasi: membentuk hilangnya panas lewat konduksi

11
 Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit
yang ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N:
450 ml/menit)

4) SENSIBILITAS
Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
5) KESEIMBANGAN AIR
Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air
serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan
kelembaban dalam jaringan subcutan. Air mengalami evaporasi (respirasi tidak
kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
6) PRODUKSI VITAMIN
Kulit yang terpejan sinar Uvakan mengubah substansi untuk mensintesis vitamin
D.

3.MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DERMATOMIKOSIS


DEFINISI
Penyakit pada kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur atau mikosis
dibagi menjadi : mikosis profunda dan mikosis superfisialis
KLASIFIKASI
A.Mikosis profunda
Mikosis profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan jamur,
dengan gejala klinis tertetentu yang menyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus
intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan saraf sentral, otot,
tulang, susunan kardiovaskular. Kelainan kulit pada mikosis profunda dapat berupa
afek primer, maupun akibat proses dari jaringan di bawahnya (per kontinuitatum).
Dikenal beberapa penyakit jamur profunda yang klinis dan manifestasinya
berbeda satu dengan yang lain. CONANT dkk. (1977) misalnya mencantumkan
dalam bukunya Manual of Clinical Mycology berbagai penyakit, yaitu :
1. Aktinomikosis
2. Nokardiosis
3. Antinomikosis misetoma
4. Blastomikosis
5. Parakoksidiodomikosis
6. Lobomikosis
7. Koksidiodomikosis
8. Histoplasmosis
9. Histoplasmosis Afrika
10. Kriptokokosis
11. Kandidiosis
12. Geotrikosis
13. Aspergillosis
14. Fikomikosis
15. Sporotrikosis
16. Maduromikosis

12
17. Rinosporidiosis
18. Kromoblastomikosis
19. Infeksi yang disebabkan jamur Dematiceae ( berpigmen coklat)

Diantara 19 macam penyakit jamur profunda yang disebutkan di atsa


aktinomikosis menurut RIPPON (1974) sudah bukan penyakit jamur asli. Ia
cenderung memasukkan Actinomyces dan Nocardia atau bacteria-like fungi ini di
dalam golongan bakteri, walaupun masih mempunyai sifat – sifat jamur , yaitu
branching di dalam jaringan, membentuk anyaman luas benang jamur pada jaringan
maupun pada media biakan, dan menyebabkan penyakit kronik. Namun Actinomyces
dan Nocardia mempunyai sifat khas bakteri , yaitu adanya asam muramik pada
dinding sel, tidak mempunyai inti sel yang karakteristik, tidak mempunyai
mitokondria, besar mikoorganisme khas untuk bakteri, dan dapat dihambat oleh obat
– obatan anti bacterial.
Mikosis profunda biasanya dalam klinik sebagai penyakit kronik dan residif.
Manifestasi klinik morfologik dapat ebrupa tumor, infiltasi peradangan vegetatif,
fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan. Mengingat banyaknya penyakit
yang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, misalnya tuberculosis, lepra, sifilis,
frambusia, keganasan, sarcoidosis, dan pioderma kronik, maka pemeriksaan tambahan
untuk verifikasi sangat diperlukan.
Pemeriksaan tersebut adalah sediaan langsung dengan KOH, biakan jamur,
pemeriksaan histopatologik dan pemeriksaan imunologik termasuk tes kulit, maupun
serologic dan pemeriksaan imunologik yang lain. Pemeriksaan tambahan ini
diperlukan untuk memastikan atau menyingkirkan mikosis profunda dan penyakit
yang disebut sebagai diagnosis banding. Sebagai contoh, pemeriksaan lapangan gelap,
histopatologik, dan pemeriksaan tes serologic untuk sifilis yang spesifik, maupun
yang non spesifik. Demikian pula pemeriksaan pemeriksaan khusus untuk penyakit
tertentu.
MISETOMA
Definisi:
Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif granulomatosa yang dapat
disebabkan Actinomyces, Nocardia , dan Eumycetes atau jamur berpigmen.
Etiologi :
 Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma
 Botryomycosis yang disebabkan oleh bakteri
 Madurromycosis yang disebabkan oleh jamur berfilamen
Gejala klinis :
 Pembengkakan
 Abses
 Sinus, didalamnya ditemukan butir-butir (granula) yang berpigmen kemudian
dikeluarkan melalui eksudat
 Fistel multiple
Gejala klinis biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan
pembengkakan seperti tumor jinak dan ahrus disertai butir-butir. Inflamasi dapat
menjalar dari permukaan sampai ke bagian dalam dan dapat menyerang subkutis,
fasia, otot dan tulang. Sering terbentuk fistel, yang mengeluarkan eksudat. Butir –
butir sering bersama – sama eksudat mengalir ke luar dari jaringan.
Diagnosis:

13
Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan uraian diatas.
Namun bila disokong dengan gambaran histologic dan hasil biakan, diagnosis akan
lebih mantap. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat penting untuk terapi dan
prognosis
Tatalaksana:
Pengobatan misetoma biasanya harus disertai radikal, bahkan amputasu
kadang –kadang perlu dipertimbangkan. Obat – obat , misalnya kombinasi
kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat , bila penyakit yang dihadapi
adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama ( 9bulan-
1tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat – obat baru antifungal , misalnya
itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.
Prognosis:
Quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo ad
sanationam tidak begitu baik bila dibandingkan dengan aktinomikosis/botriomikosis.
Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi pada alat – alat dalam merupakan
kecualian
SPOROTRIKOSIS
Infeksi koronis yang disebabkan Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan
pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis di atas nodus sering
melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Penyakit jamur ini mempunyai
insidens yang cukup tinggi pada daerah tertentu, dan ditemukan pada pekerja hutan
maupun petani (HUTAPEA,1978;SIREGAR dan THAHA 1978)
Bila tidak terjadi diseminasi melalui saluran getah bening diagnosis agak
sukar dibuat. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan
terutama pada mencit atau tikus, dan pemeriksaan histopatologik. Pernah dilaporkan
sekali-sekali selain bentuk kulit yang khas, beberapa bentuk di paru dan alat dalam
lain. Pada kasus-kasus ini rupanya terjadi infeksi melalui inhalasi.
Pengobatan yang memuaskan biasanya dicapai dengan pemberian larutan
kalium yodida jenuh oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin
B atau itrakonazol dapat diberikan.
KROMOMIKOSIS
Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah
penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous).
Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-
lahan, sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbahan
ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi
di tempat lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan, muka, telinga, leher, dada,
dan bokong. Penyakit ini kadang-kadang dilihat di Indonesia. Sumber penyakit
biasanya dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma.
Penyakit tidak ditularkan dari manusia ke manusia dan belum pernah
dilaporkan terjadi pada binatang. Diseminasi dapat terjadi melalui autoinokulasi, ada
juga kemungkinan penyebaran melalui darah dengan terserangnya susunan saraf
sentral pernah dilaporkan. Walaupun penyakit jamur ini biasanya terbatas pada kulit,
bila lesinya luas dapat mengganggu kegiatan penderita sehari-hari.
Pengobatannya sulit. Terapi sinar x pernah dilakukan dengan hasil yang
berbeda-beda. Kadang-kadang diperlukan amputasi. Pada kasus lain reseksi lesi
mikotik disusul dengan skin graft memberi hasil yang memuaskan. Obat-obatan
biasanya memberikan hasil yang kurang memuaskan dan harus diberikan dalam
waktu yang lama.

14
Pada akhir-akhir ini hasil pengobatan yang memuaskan dicapai dengan
kombinasi amfoteresin B dan 5-fluorositosin. Demikian pula pengobatan dengan
kantong-kantong panas di JEpang. Prognosis, seperti diuraikan oada hasil terapi di
atas. Itrakonazol pada akhir-akhir ini memberikan harapan baru pada penyakit ini,
terutama bila penyebabnya adalah Cladosporium carrionii.

ZIGOMIKOSIS, FIKOMIKOSIS, MUKORMIKOSIS


Penyakit jamur ini terdiri atas pelbagai infeksi jamur dan disebabkan oleh
bermcam-macam jamur pula yang taksonomi dan peranannya masih didiskusikan,
oleh karena itu di dalam buku-buku baru diberikan nama umum, yaitu zigomikosis
Zygomycetes meliputi banyak genera, yaitu Mucor, Rhizopus, Absidia,
Mortierella dan Cunning-hamella. Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur ini
dapat disebut sesuai dengan lokalisasi atau alat dalam yang terserang. Contohnya
rinozigomikosis, otozigomikosis, zigomikosis subkutan, zigomikosis fasiale, atau
zigomikosis generalisata. Golongan penyakit jamur ini dapat dinamakan juga sesuai
dengan jamur penyebabnya, misalnya mukomikosis dan sebagainya.
Oleh karena penyakit ini disebabkan jamur yang pada dasarnya oportunistik,
maka pada orang sehat jarang ditemukan. Diabetes mellitus, misalnya merupakan
factor predisposisi. Demikian pula penyakit primer berat yang lain.
Fikomikosis subkutan adalah salah satu bentuk penyakit golongan ini yang
kadang-kadang dilihat di bagian kulit dan kelamin. Penyakit ini untuk pertama kali
dilaporkan di Indonesia pada tahun 1956. Setelah itu banyak kasus dilaporkan di
Indonesia, Afrika, dan India. Kelainan timbul di jaringan subkutan Antara lain di
dada, perut, atau lengan atas sebagai nodus subkutan yang perlahan-lahan membesar
setelah sekian waktu. Nodus tersebut konsistensinya keras dan kadang-kadang dapat
terjadi infeksi sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai
pembesaran kelenjar getah bening regional.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologik dan biakan. Jamur
agak khas, hifa lebar 6-50 miu, seperti pita, tidak bersepta dan coenocytic.
Sebagai terapu fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jernih kalium
yodida. Mulai dari 10-15 tetes 3 kali seharu dan perlahan-lahan dinaikan sampai
terlihat gejala intoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan 1-
2 tetes dan dipertahankan terus sampai tumor menghilang. Itrakonazo; berhasil
mengatasi fikomikosis subkutan dengan baik. Dosis yang diberikan sebanyak 200mg
sehari selama 2-3 bulan. Prognosis bentuk klinis ini umumnya baik

B.Mikosis superfisialis
Terbagi menjadi :
1. Dermatofitosis
2. Non-dermatofitosis, terdiri atas pelbagai penyakit:
- Pitriasis versikolor
- Piedra hitam
- Piedra putih
- Tinea nigra palmaris
- Otomikosis
- Keratomikosis

DERMATOFITOSIS

15
1.DEFINISI
DERMATOFITOSIS adalah setiap infeksi fungal superfisial yang
disebabkan oleh dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku,
termasuk onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga
epidermomycosis dan epidermophytosis. 4
Jamur dermatofit dinamai sesuai dengan genusnya (mycrosporum,
trichophyton, dan epidermophyton) dan spesiesnya misalnya, microsporum canis, t.
rubrum). Beberapanya hanya menyerang manusia (antropofilik), dan yang lainya
terutama menyerang hewan (zoofilik), walau kadang bisa menyerang manusia.
Apabila jamur hewan menimbulkan lesi dikulit pada manusia, keberadaaan jamur
tersebut sering menyebabkan suatu reaksi inflamasi yang hebat (misalnya, cattle
ringworm).1
2. ETIOLOGI
Berdasarkan sifat makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi: microsporum,
tricopyton, dan epidermophyton. Yang paling terbanyak ditemukan di Indonesia
adalah T.rubrum. dermatofita lain adalah: E.floccosum, T.mentagrophytes, M. canis,
M. gypseum, T.cocentricum, T.schoeleini dan T. tonsurans.5
2.1 Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia
(antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur.
Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah: 6
SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)
Microsporum audouinii Anthropophilic
Microsporum canis Zoophilic (Cats and dogs)
Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and
rodents)
Microsporum ferrugineum Anthropophilic
Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)
Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)
Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)
Microsporum persicolor Zoophilic (vole and field mouse)
Tabel 2.1 Spesies Microsporum.
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder.
Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau
sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman.
Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol
halus yang masih putih atau menguning sampai cinamon.6
2.2 Epidermophyton
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan
Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik,
sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia.
E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat.
Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku
(onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E.
floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C
pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan

16
2.3 Tricophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau
manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan
geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian tenggara
Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut,
kulit, dan kuku pada manusia.8
NATURAL HABITATS OF TRICHOPHYTON SPECIES
Species Natural Reservoir
Ajelloi Geophilic
Concentricum Anthropophilic
Equinum zoophilic (horse)
Erinacei zoophilic (hedgehog)
Flavescens geophilic (feathers)
Gloriae Geophilic
Interdigitale Anthropophilic
Megnini Anthropophilic
Mentagrophytes zoophilic (rodents, rabbit) /
anthropophilic
Phaseoliforme Geophilic
Rubrum Anthropophilic
Schoenleinii Anthropophilic
Simii zoophilic (monkey, fowl)
Soudanense Anthropophilic
Terrestre Geophilic
Tonsurans Anthropophilic
Vanbreuseghemii Geophilic
Verrucosum zoophilic (cattle, horse)
Violaceum Anthropophilic
Yaoundei anthropophilic
Tabel 2.2 Spesies Trichophyton.

3. KLASIFIKASI
Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah berdasarkan
lokasi:
a. Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala
b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.
c. Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan
kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.
f. Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah
g. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5 bentuk
tinea diatas.

Selain 6 bentuk tinea di atas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu:

17
1. Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang kosentris dan
disebabkan oleh tricophyton concentricum.
2. Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh
tricophyton schoenleini: secara klinis antara lain berbentuk skutula dan berbau
seperti tikus (mousy odor).
3. Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif dari
morfologinya.
4. Tinea incognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena
telah diobati dengan steroid topical kuat.

4. GEJALA KLINIS
4.1 Tinea Pedis
Infeksinya anthropophilic dermatophytes biasanya disebabkan oleh adanya
elemen hifa dari jamur yang mampu menginfeksi kulit. Skala desquamasi kulit bisa
terinfeksi di lingkungan selama berbulan-bulan atau tahun. Oleh karena itu transmisi
bisa terjadi dengan kontak tidak langsung lama setelah infeksi terjadi.
Bahan seperti karpet yang kontak dengan kulit vektor sempurna. Begitu,
transmisi dermatophytes suka Trichophyton rubrum, T. interdigitale dan
Epidermophyton floccosum yang biasnya pada kaki. infeksi di sini sering kronis dan
tidak menimbulkan keluhan selama beberapa tahun dan hanya ketika menyebar
kebagian lain, biasanya di kulit.

4.2 Tinea unguium (dermatophytic onycomicosis, ringworm of the nail)


Trichophyton rubrum dan T. interdigitale adalah spesies yang sering
menyebabkan tinea unguium.
Dermatofita jenis unguium digolongkan menjadi dua bagian utama: (1).
Superficial white-onycomycosis yang menempel atau membuat lubang pada
permukaan kuku. (2). Invasif, subungual dermatofita yang lateral dari proximal atau
pun distal. Diikuti dengan menetapnya infeksi pada dasar kuku. Onycomycosis
subungual distal adalah bentuk umum dari onycomycosis dermatofita. Jamur
menyerang bagian distal bantalan jari yang menyebabkan hiperkeratosis dari bantalan
kuku dengan onycolisis dan menyebabkan penebalan lempeng kuku.
Seperti namanya onycomycosis subungual lateral dimulai dari bagian lateral
kuku dan sering menyebar melibatkan semua lempeng kuku. Pada onycomycosis
subungual proximal jamur menginvasi kebawah kutikula dan menginfeksi bagian
proximal daripada bagian distal karena spot yellow-white akan menyerang lunula
terlebih dahulu kemudian meluas ke lempeng kuku.
4.3 Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, ringworm of the groin)
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan
sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut ataupun menahun, bahkan dapat
merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat berbatas pada
daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus, dan
perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain.
Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas.
Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah di tengahnya. Fluoresensi terdiri
atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorfik). Bila menahun
dapat disertai bercak hitam dan bersisik. Erosi dan keluarnya cairan terjadi akibat
garukan. Dan tinea kruris merupakan bentuk klinis tersering di Indonesia.

18
Dermatofit T rubrum menjadi penyebab yang paling umum untuk tinea cruris.
T rubrum menjadi dermatofit yang lazim 90% dari kasus tinea cruris, diikuti T
tonsurans ( 6%) dan T mentagrophytes ( 4%). Organisme lain, termasuk E floccosum
dan T verrucosum, menyebabkan suatu kondisi klinis yang serupa. Infeksi T rubrum
dan E floccosum lebih cenderung untuk menjadi kronis dan non-inflamatori,
sedangkan infeksi oleh T mentagrophytes sering dihubungkan dengan suatu presentasi
klinis merah, menyebabkan peradangan akut.
Agen yang pada umumnya menyebabkan tinea kruris antara lain: T. rubrum,
T. interdigitale dan E. floccosum.
4.4 Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan
oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan,
alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut
kerion. Ada tiga bentuk tinea kapitis:
1. Gray patch ring-worm, merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan
oleh genus microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit
mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan
membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita
adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi.
Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga mudah dicabut
dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang
oleh jamur dan menyebabkan alopesia setempat. Tempat-tempat terlihat
sebagai gray patch, yang pada klinik tidak menunjukan batas daerah sakit
dengan pasti. Pada pemeriksaan lampu wood terlihat fluoresensi hijau
kekuningan pada rambut yang sakit, melampaui batas dari gray patch tersebut.
Tinea kapitis disebabkan oleh microsporum audouini biasanya disertai tanda
peradangan, hanya sesekali berbentuk kerion.
2. Kerion, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Microsporum
canis (Mulyono, 1986). Bentuk yang disertai dengan reaksi peradangan yang
hebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan sebukan
radang di sekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang menetap.
3. Black dot ring-worm, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh
Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum (Mulyono, 1986).
Gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam pada kulit kepala akibat
patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambut yang
patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam. Diagnosis banding pada
tinea kapitis adalah alopesia areata, dermatitis seboroik dan psoriasis (Siregar,
2005).

4.5 Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, scherende flechte, kurap,
herpes sircine trichophytique)
Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous
skin).
1. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atu lonjong, berbatas
tegas terdiri dari eritema, squama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul
ditepi. Daerah tengah biasanya tenang. Kadang terlihat erosi dan krusta akibat

19
garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu
dengan yang lain. Dapat terlihat sebagai lesi dengan tepi polisiklik, karena
beberapa lesi kulit menjadi satu.
2. Tinea korporis yang menahun tanda radang yang mendadak biasanya tidak
terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-
sama dengan kelainan pada sela paha. Dalalm hal ini disebut tinea korporis et
kruris atau sebaliknya tinea kruris et korporis. Bentuk menahun dari
trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea unguium.
3. Bentuk khas dari tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton
concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata dimulai dengan bentuk
papul berwarna coklat, yang perlahan menjadi besar. Stratum korneum bagian
tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini setelah beberapa
waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran
berskuama yang kosentris.
4. Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea favosa
atau favus. Penyakit ini biasanya dimulai dikepala sebagai titik kecil di bawah
kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk
cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta tersebut biasanya tembus
oleh satu atau dua rambut dan bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung
merah dan membasah. Rambut tidak berkilat lagi dan terlepas. Bila tidak
diobati, penyakit ini meluas keseluruh kepala dan meninggalkan parut dan
botak. Berlainan dengan tinea korporis yang disebabkan oleh jamur lain, favus
tidak menyembuh pada usia akil balik. Biasanya tercium bau tikus (mousy
odor) pada para penderita favus. Tiga spesies dermatofita yang menyebabkan
favus, yaitu trichophyton schoenleini, trichophyton violaceum, dan
microsporum gypseum. Berat ringan bentuk klinis yang tampak tidak
bergantung pada spesies jamur penyebab, akan tetapi lebih banyak
dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur, dan ketahanan penderita penderita.

5 DIAGNOSIS
Mikroskopik langsung
Sediaan basah dibuat dengan meletakan bahan di atas gelas alas, kemudian ditambah
1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi 10% untuk rambut dan untuk kulit, dan untuk
kuku 20%. Setelah sedian dicampur dengan KOH, tunggu 15-20 menit untuk
melarutkan jaringan.untuk mempercepat pelarutan dilakukan pemanasan sediaan
basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap, pemanasan dihentikan. Untuk
melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sedian KOH,
misalnya tinta parker superchroom blue black.
Kerokan kulit, kuku, dan epitel rambut diuji dengan KOH 10% dan sediaan tinta
Parker atau calcofluor -white.
Kultur
Spesimen akan diinokulasi ke dalam media isolasi primer, seperti agar sabouraud’s
dextrose yang terdiri dari sikloheksimid (actidione) dan masa inkubasi 26-28o C
selama 4 minggu. Pertumbuhannya signifikan pada banyak dermatofita.11
Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu
bercak-bercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga

20
memberikan kelainan-kelainan yang polimorfik, dengan bagian tepi yang aktif serta
berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang. Gejala objektif ini selalu disertai
dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papula-papula atau
vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosit dan bila
mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang bentuknya menyerupai dermatitis
(ekzema marginatum), tetapi kadang-kadang hanya berupa makula yang
berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan bila ada infeksi sekunder menyerupai gejala-
gejala pioderma (impetigenisasi).
Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakan diagnosa terdiri atas
pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain misalnya
pemeriksaan histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan.2

6.DIAGNOSIS BANDING
Tinea pedis et manum harus dibedakan dengan dermatitis, yang biasanya
batasnya tidak jelas, bagian tepi lebih aktif dari pada bagian tengah. Adanya vesikel-
vesikel steril pada jari-jari kaki dan tangan (pomfoliks) dapat merupakan reaksi id,
yaitu akibat setempat hasil reaksi antigen dengan zat anti pada tempat tersebut.
Efek samping obat juga dapat memberi gambaran serupa yang menyerupai
ekzem atau dermatitis, pertama-tama harus dipikirkan adanya suatu dermatitis kontak.
Pada hiperhidrosis terlihat kulit yang mengelupas (maserasi). Kalau hanya terlihat
vesikel-vesikel, biasanya terletak sangat dalam dan terbatas pada telapak kaki dan
tangan. Kelainan tidak meluas sampai di sela-sela jari. 2
Penyakit lain yang harus mendapat perhatian adalah kandidiosis,
membedakannya dengan tinea pedis murni kadang-kadang sangat sulit. Pemeriksaan
sediaan langsung dengan KOH dan pembiakan dapat menolong. Infeksi sekunder
dengan spesies candida atau bakteri lain sering menyertai tinea pedis, sehingga pada
kasus-kasus demikian diperlukan interpretasi bijaksana terhadap hasil-hasil
pemeriksaan laboraturium. Sifilis II dapat berupa kelainan kulit di telapak tangan dan
kaki. Lesi yang merah dan basah dapat merupakan petunjuk. Dalalm hal ini tanda-
tanda lain sifilis akan terdapat misalnya: kondiloma lata, pembesaran kelenjar getah
bening yang menyeluruh, anamnesa tentang afek primer dan pemeriksaan serologi
serta lapangan gelap dapat menolong.
Tinea unguium yang disebabkan oleh bermacam-macam dermatofita
memberikan gambaran akhir yang sama. Psoriasis yang menyerang kuku pun dapat
berakhir dengan kelainan yang sama. Lekukan-lekukan pada kuku (nail pits), yang
terlihat pada psoriasis tidak didapati pada tinea unguium. Lesi-lesi psoriasis pada
bagian lain badan dapat menolong membedakannya dengan tinea unguium. Banyak
penyakit kulit yang menyerang bagian dorsal jari-jari tangan dan kaki dapat
menyebabkan kelainan yang berakhir dengan distrofi kuku, misalnya: Paronikia, yang
etiologinya bermacam-macam ekzem/dermatitis, akrodermatitis perstans.
Tidak begitu sukar menentukan tinea korporis pada umumnya, namun ada
beberapa penyakit kulit yang dapat mericuhkan diagnosa itu, misalnya dermatitis
seboroika, psoriasis, dan pitiriasis rosea. Kelainan kulit pada dermatitis seboroika
selain dapat menyerupai tinea korporis, biasanya terlihat pada tempat-tempat
predileksi, misalnya di kulit kepala (scalp), lipatan-lipatan kulit , misalnya belakang
telinga, daerah nasolabial, dan sebagainya. Psoriasis dapat dikenal pada kelainan kulit
pada tempat predileksinya, yaitu daerah ekstensor misalnya lutut, siku dan punggung.
Kulit kepala berambut juga sering terkena pada penyakit ini. Adanya lekukan-lekukan
pada kuku dapat pula menolong menentukan diagnosa. Ptiriasis rosea distribusi
kelainan kulitnya simetris dan terbatas pada bagian tubuh dan bagian proksimal

21
anggota badan, sukar dibedakan dengan tinea korporis. Pemeriksaan laboraturiumlah
yang dapat memastikan diagnosanya. Tinea korporis kadang sukar dibedakan dengan
dermatitis seboroik pada sela paha. Lesi-lesi ditempat predileksi sangat menolong
dalm menentukan diagnosa. Psoriasis pada sela paha dapat menyerupai tinea kruris.
Lesi pada psoriasis lebih merah, skuama lebih banyak dan lamelar. Adanya lesi
psoriasis pada tempat lain dapat membantu menentukan diagnosa.
Kandidosis pada daerah lipat paha mempunyai konfigurasi hen and chicken.
Kelainan ini biasanya basah dan berkrusta. Pada wanita ada tidaknya flour abus dapat
membantu pengarahan diagnosa. Pada penderita diabetes mellitus, kandidosis
merupakan penyakit yang sering dijumpai.
Eritrasma merupakan penyakit yang tersering berlokasi di sela paha.
Efloresensi yang sama yaitu eritema dan skuama, pada seluruh lesi merupakan tanda-
tanda khas dari penyakit ini. Pemeriksaan dengan lampu wood dapat menolong
dengan adanya floresensi merah (coral red).
Tinea barbe kadang sukar dibedakan dengan sikosis barbe, yang disebabkan
oleh piokokus. Pemeriksaan sediaan langsung dapat membedakan kedua penyakit
ini.2

7.TATA LAKSANA
Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh lesi
tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal. walaupun
pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan biasanya
membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi dermatofitosis yang kronik atau
luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum
termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi sistemik.
Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik
antijamur dimulai.
Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis adalah
Infeksi Rekomendasi Alternatif
Tinea unguium Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan
(Onychomycosis) mg/hr 6 minggu atau 400 mg/hr seminggu per bulan
untuk kuku jari selama 3-4 bulan berturut-turut.
tangan, 12 minggu Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d
untuk kuku jari kaki sembuh (6-12 bln) Griseofulvin 500-
1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan)
Tinea capitis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg
500mg/day Itraconazole 100 mg/hr/4mgg
(≥ 10mg/kgBB/hari) Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
sampai sembuh (6-8
minggu)
Tinea corporis Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4
mg/hr sampai minggu Itraconazole 100 mg/hr
sembuh (4-6 selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1
minggu), sering mgg. Fluconazole 150-300 mg/mggu
dikombinasikan selama 4 mgg.
dengan imidazol.
Tinea cruris Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4
mg/hr sampai mgg Itraconazole 100 mg/hr selama
sembuh (4-6 minggu) 15 hr atau 200 mg/hr selama 1 mgg.

22
Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4
mgg.
Tinea pedis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4
500mg/hr sampai mgg Itraconazole 100 mg/hr selama
sembuh (4-6 minggu) 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/mgg selama
4 mgg.
Chronic and/or Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6
widespread mg/hr selama 4-6 mgg. Griseofulvin 500-1000 mg/hr
non-responsive minggu sampai sembuh (3-6 bulan).
tinea.

Tabel 2.3 Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit11
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai
antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari selama dua
minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan berlanjut 2
minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai pengganti
griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung berat badan.
Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama
ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa gangguan
traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif
dan dapat mengganggu fungsi hepar.

Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang tersering


gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diarea,
konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa ganguan pengecapan,
persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau keseluruhan setelah
beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat sementara. Sefalgia ringan
dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus.
Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol sebagai
terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada pagi hari setelah
makan. Ketokonazol kontraindikasi untuk kelainan hepar.
Pengobatan topical yang diberikan adalah :
a. Obat antifungal Topikal
- Imidazol:
o Miconazol : 1-2x /hari, selama 2-3 minggu
Sediaan : krim 2%, bedak kocok ataupun bedak
o Klotrimazol : 2x /hari, selama 4 minggu
Sediaan: krim 1%, solusio, atau bedak kocok
o Ketokonazol : 2-4x /hari, selama 2-4 minggu
Sediaan: krim 1%
- Allilamin
o Nafritin : 4x /hari selama 4 minggu
Sediaan : krim, gel, atau solusio 1%
o Terbinatin : 4x /hari selama 1-4 minggu
Catatan :
1. Obat topikal kurang efektif digunakan pada tinea capitis & cruris
2. Untuk tinea capitis
Rehabilitasi : shampoo Selenium  menurunkan penyebaran spora dan hifa

23
8.KOMPLIKASI
 Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida
 Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik
 Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan
eksaserbasi penyakit
 Allopecia permanen &kerion (tinea capitis)
 Onychomycosis (tinea manus/pedis)

NONDERMATOFITOSIS
PITRIASIS VERSIKOLOR
 Definisi: disebabkan Malassezia furfur Robin merupakan penyakit jamur
superfisial yang kronik, bisanya tidak memberikan keluhan subjektif, berupa
bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama
meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha,
lengan, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala yang berambut.
 Epidemiologi: merupakan penyakit universal dan terutama ditemukan di
daerah tropis
 Patogenesis: pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan
timbulnya pitriasis versikolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk
bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan
organisme yang sama yang dapat berubah sesuai dengan lingkungan misalnya
suhu, media, dan kelembaban. Malassezia furfur merupakan fase spora dan
miselium. Faktor predisposisi menjadi pathogen dapat endogen atau eksogen.
Endogen dapat disebabkan oleh defisiensi imun. Eksogen dapat karena faktor
suhu, kelembaban udara, dan keringat.
 Gejala klinis: kelainan terihat seperti bercak-bercak berwarna-warni, bentuk
tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut
berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikulerdapat
dilihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga terkadang
penderita tidak mengetahui sedang berpenyakit tersebut. Kadang dapat
merasakan gatal ringan yang merupakan alasan berobat. Pseudoakromia,
akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksik jamur
terhadapa pembentukan pigmen. Beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi,
yaitu faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau mendapatkan
pengobatan steroid dan malnutrisi.
 Diagnosis: dapat ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan
fluoresensi, lesi kulit dengan lampu Wood, dan sediaan langsung. Fluoresensi
lesi kulit pada pemeriksaan lampu Wood berwarna kuning keemasan dan pada
sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran
hifa pendek dan spora-spora bulat yang berkelompok.
 Diagnosis banding: dermatitis seboroika, eritrasma, sifilis II, achromia
parasitic, pitriasis alba, serta vitiligo
 Pengobatan: Suspensi selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai
shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokka pada lesi dan didiamkan 15-30

24
menit, sebelum mandi. Obat lain seperti salisil spiritus 10%, derivate-derivat
azol, misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol, dan ekonazol, terdapat
sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%, toksiklat, tolnaflat, dan
haloprogin. Jika sulit disembuhkan, ketokonazol dapat dipertimbangkan
dengan dosis 1 x 200 mg sehari selama 10 hari.
 Prognosis: prognosis baik bila pengobatan dilakukan secara menyeluruh,
tekun, dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah
fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung
negatif.

PITIROSPORUM FOLIKULITIS (MALASSEZIA FOLIKULITIS)


 Definisi: merupakan penyakit kronis pada folikel piosebasea yang disebabkan
oleh spesies Pitrosporum berupa papul dan pustule folikular, yang biasanya
gatal dan terutama berlokasi di batang tubuh, leher, dan lengan bagian atas.
 Etiologi: sepsis Pityrosporum yang identic dengan Malassezia furfur,
penyebab pitriasis versikolor.
 Patogenesis: sifat Malessezia adala dimorfik, lipofilik, dan komensal. Bila
pada hospes terdapat faktor predisposisi Malessezia yang tumbuh berlebihan
daalam folikel sehingga folikel dapat pecah. Dalam hal ini reaksi peradangan
terhadap produk, tercampur dengan lemak bebas yang dihasilkan melalui
aktivitas lipase. Faktor predisposisi Antara lain adalah suhu dan kelembaban
udara yang tinggi, penggunaan bahan-bahan berlemak untuk pelembab badan
yang berlebihan, antibiotik, kortikosteroid local/sistemik, sitostatik dan
penyakit tertentu misalnya: diabetes mellitus, keganasan, keadaan
imunokompromais dan AIDS.
 Gejala klinis: gatal pada tempat predileksi. Klinis morfologi terlihat papul
dan pustule perifolikular, berukuran 2-3 mm diameter, dengan peradangan
minimal. Tempat predileksi adalah dada, punggung dan lengan atas. Kadang
di leher dan jarang di wajah.
 Diagnosis banding: Akne vulgaris, folikulitis bacterial, dan erupsi akneformis
 Pengobatan: antimikotik oral, misalnya: ketokonazol 200 mg selama 2-4
minggu, itrakonazol 200 mg selama 2 minggu, flukonazol 150 mg seminggu
2-4 minggu. Antimikotik topical biasanya kurang efektif walaupun dapat
menolong.

PIEDRA
 Definisi: infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan (nodus)
seoanjang rambut, dan disebabkan oleh Piedraia hortai (black piedra) atau
Trichosporon beigelii (white piedra).
 Gejala klinis: piedra hanya menyerang rambut kepala, janggut dan kumis
tanpa memberikan keluhan. Krusta melekat erat sekali dengan rambut yang

25
terserang dan dapat sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Benjolan yang besar mudah dilihat, diraba, dan teraba kasar bila
rambut diraba dengan jari-jari. Bila rambut disisr terdengar suara metal (klik).
Piedra hitam yang hanya ditemukan di daerah tropis merupakan penyakit
endemis di tempat tertentu, terutama yang banyak hujan. Piedra hortai hanya
menyerang rambut kepala. Jamur ini menyerang rambut di bawah kutikel,
kemudian membengkak dan pecah untuk menyebar di sekitar rambut dan
membentuk benjolan tengguli dan hitam. Piedra putih yang lebih jarang
ditemukan terdapat didaerah beriklim sedang, hanya sekali saja ditemukan di
daerah tropis. Infeksi ini menyerang janggut dan kumis. Benjolan berwarna
coklat muda dan tidak begitu melekat pada rambut. Diperkirakan bahwa
Trichosporon beigelii hanya dapat menyerang rambut yang telah rusak.
 Diagnosis: berdasarkan gambaran klinis. Pada sediaan langsung dengan
larutan KOH 10% rambut yang sakit dan telah dipotong terlihat seperti
benjolan yang disebabkan P. hortai berukuran bermacam-macam dan terpisah
satu dengan yang lainnya. Benjolan berwarna tengguli hitam ini terdiri atas
hifa berseptum, teranyam padat dan diantaranya terdappat askus-askus. Di
dalam askus terdapat 4-8 askospora. Diagnosis piedra putih yang disebabkan
oleh Trichosporon beigelii juga dapat berdasarkan gambaran klinis,
pemeriksaan sediaan langsung, dan biakan. Benjolan-benjolan tidak begitu
terpisah satu sama lain seperti pada piedra hitam. Anyaman hifa terlihat seperti
mengelilingi rambut sebagai selubung. Benjolan lebih mudah dilepas dari
rambut dan berwarna kehijauan yang transparan. Rambut yang terserang
mungkin terlihat sebagai kutikel yang terangkat, akan tetapi biasanya terlihat
kerusakan yang lebih berat sampai menghasilkan trikoreksis atau trikoptilosis.
Sekeliling rambut terlihat anyaman hifa.
 Pengobatan: memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci rambut
dengan larutan sublimat 1/2000 setiap hari. Obat antijamur konvensional dan
yang baru pun berguna.

TINEA NIGRA PALMARIS


 Definisi: disebabkan oleh Cladosporium wermeckii adalah infeksi jamur
superfisial yang asimtomatik pada statum korneum. Kelainan kulit berupa
macula tengguli sampai hitam. Telapak tangan yang biasa nya terserang,
walaupun telapak kaki dan permukaan kulit lain dapat terkena.
 Epidemiologi: terutama terdapat di Amerika Selatan dan tengah. Kadang
ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa. Di Asia penyakit ini juga
ditemukan; di Indonesia penyakit ini jarang terlihat.
 Etiologi: Penyakit ini disebabkan oleh Cladosporium wemeckii di Amerika
Utara dan Selatan, sedangkan di Asia dan Afrika organiseme ine disebut
Cladosporium mansonii.
 Gejala klinis: kelainan kulit telapak tangan berupa bercak-bercak tengguli
hitam dan sesekali bersisik. Penderita umumnya berusia muda dibawah 19

26
tahun dan penyakitnya berlangsung kronik sehingga dapat terlihat pada
penderita dewasa diatas 19 tahun. Perbandingan wanita 8x lebih banyak dari
pria. Faktor predisposisi penyakit ini belum diketahui kecuali hipperhidrosis.
Kekurangan respon imun penderita rupanya tidak berpengaruh.
 Diagnosis: berdasarkan pemeriksaan kerokan kulit dan biakan. Pada
pemeriksaan langsung dan KOH 10% jamur terlihat sebagai hifa bercabang,
berserat ukuran 1,5-3miu berwarna coklat muda sampai hijau tua. Biakan pada
agar Saborroud (suhu kamar) menghasilkan koloni yang menyerupai koloni
ragi dan koloni filament berwarna hijau tua atau hitam
 Diagnosis banding: dermatitis kontak, tiena versikolor, hiperkromia, nevus
pigmetosus, dan kulit yang terkena zat kimia, misalnya perak nitrat.
 Pengobatan: salap salisil sulfur, Whitefield, dan tincture jodii
 Prognosis: tinea nigra oleh karena asimtomatik tidak memberi keluhan pada
penderita kecuali keluhan estetukk, kalo tidak segera diobati akan menjadi
kronik.

OTOMIKOSIS
 Definisi: infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar dan lubang
telinga luar, yang ditandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal
 Etiologi: jamur kontaminan, misalnya Aspergillus, Penisillium, dan Mukor.
Dermatofita kadang-kadang dapat merupakan hasil biakan bahan pemeriksaan
dari tempat tersebut. Biasanya terdapat juga bakteri misalnya Pseudomonas
aeruginosa, Proteus spp., Micrococcus aureus, Streptococcus hemolyticus,
difteroid dan basil-basil koliformis.
 Epidemiologi: merupakan penyakit kosmopolit yang terutama terdapat di
daerah panas dan lembab, misalnya Indonesia. Infeksi terjadi secara kontak
langsung
 Gejala klinis: panas dan lembab yang berlebihan merupakan faktor
predisposisi. Penderita mengeluh rasa penuh dan sangat gatal pada telinga
dalam. Liang telinga merah sembab dan banyak krusta. Inflamasi disertai
eksfoliasi permukaan kulit atau pendengaran dapat terganggu oleh karena
liang telinga tertutup oleh massa kotoran kulit dan jamur. Infeksi bakteri dan
invasi pada jaringan di bawah kulit menyebabkan nyeri dan supurasi. Bila
infeksi berlanjut eksema dan likenifikasi dapat jelas terlihat dan kelainan ini
dapat meluas ke telinga bagian luar hingga bawah kuduk. Tulang rawan
telinga dapat juga terserang. Hal yang menguntungkan membrane timpani
jarang terserang.
 Diagnosis: memeriksa kerokan kulit dan kotoran telinga. Pada sediaan
langsung dengan KOH 20% akan terlihat hifa tanpa spora. Biakan pada agar
Saborroud pada suhu kamar menghasilkan koloni jamur penyebab

27
 Pengobatan: infeksi akut bila disertai edema memerlukan pengobatan
konservatif untuk menghilangkan bengkak dan kemungkinan pembersihan
liang telinga. Misalnya dengan memasukkan kapas yang telah dibasahi dengan
larutan permanganas kalikus 1/10.000. tindakan ini dapat diulang dan kalau
perlu dapat dilakukan irigasi untuk membersihkan serumen atau kotoran lain.
Kemajuan atau kesembuhan akan terlihat akibat pembersihan yang dilakukan
dan pengeringan liang telinga selama beberapa hari. Liang telinga yang
menderita infeksi kronik harus dibersihkan untuk menghilangkan kotoran dan
sisik yang mengandung jamur. Irigasi dengan larutan garam faal dilanjutkan
dengan pemberian salisil spiritus 2% selama beberapa menit, biasa nya cukup
membersihkan daerah tersebut supaya tetap kering dapat diberikan obat-obat
antiseptic, antibiotik, atau antifungal.
 Prognosis: infeksi kronik sangat resisten terhadap pengobatan, akan tetapi
prognosis cukup baik bila diagnosis dibuat tepat dan pengobatan dilaksanakan
secara bijaksana

KERATOMIKOSIS
 Definisi: infeksi jamur pada kornea mata yang menyebabkan ulserasi dan
inflamasi setelah trauma pada bagian tersebut diobat dengan obat antibiotik
dan kortikosteroid
 Etiologi: Berbagai macam jamur yang menyerang kornea yang rusak dan
menyebabkan ulkus kornea. Spesies –spesie yang pernah ditemukan Antara
lain adala Aspergillus, Fusarium, Cephalosporum, Curvularia, dan
Penicillium.
 Gejala klinis: setelah mengalami trauma atau abrasi pada mata dapat
terbentuk ulkus pada kornea. Melalui perkembangan yang lambat kelainan
dapat membentuk hipopion. Lesi mulai dengan benjolan yang menonjol
sedikit di atas permukaan, berwarna putih kelabu dan berambut halus.
Pencairan lapisan teratas kornea di sekitarnya membentuk ulkus dangkal.
Terbentuk Halo lebar berbatas tegas berwarna putih kelabu mengelilingi titik
pusatnya. Dalam Halo tersebut dapat terlihat garis-garis radial. Terlihat pula,
inflamasi pada kornea. Vaskularisasi sering tidak tampak. Pada stadium inis
erring digunakan antibiotik dan steroid yang bersifat antiinflamasi sehingga
mencegah jaringan parut. Dengan pengobatan demikian ulkus dapat menjalar
dan meluas sampai ruang depan mata. Biakan dari bahan hapus dasar ulkus
tidak menghasilkan bakteri, maupun jamur, akan tetapi bahan yang diambil
dari kerokan dalam dasar atau pinggir ulkus menghasilkan jamur pada
pemeriksaan. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan mikologik sediaan
langsung dan biakan.
 Diagnosis banding: ulkus kornea yang disebabkan oleh paralisis fasialis,
keratitis dendriti dan lain-lain
 Pengobatan: larutan nistatin dan amfoterisin B yang diberikan tiap jam.
Pemberian dapat dijarangkan, bila telah terjadi perbaikan. Larutan Amfoterisin

28
B mengandung 1,0 mg per ml larutan garam faal atau akua destilata. Pada
tahun-tahun akhir larutan derivate azol juga digunakan dengan hasil yang
cukup bauk.
 Prognosis: baik, bila diagnosis dilakukan dini dan pengobatan cepat dan tepat.

Rofanty. 2009. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN.


http://www.desktopsmiley.com/fileNotFound.do?&url=http%3A%2F%2Fdokterr
osfanty.blogspot.com%2F
Tri, Agustina. 2010. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT.
http://musculoskeletalbedah.blogspot.com/&url=http%3A%2F% %2F

4.Menjaga Kesehatan Kulit menurut Islam


Menjaga kulit dan menutup aurat berdasarkan ajaran Islam.
Menjaga kulit dari sinar Matahari – Matahari memiliki peran utama dalam merusak
kulit. Anda perlu melindungi kulit dari matahari guna mencegah penuaan pada
kulit. Matahari sangat berpengaruh dalam membuat kulit berkerut, kering, dan
membuat warna kulit berubah; Penjarangan kulit, tekstur kulit, penipisan kulit serta
penyakit kulit yang berhubungan dengan paparan sinar matahari.
 Perintah menutup aurat

Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti keaiban. Manakala dalam
istilah fiiah aurat diartikan sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib
ditutup atau dilindungi dari pandangan.

Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah s.w.t dalam surah al-ahzab
ayat 33
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya”.

Manfaat menutup aurat:


1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya;
sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka
mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun
telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip
punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan
tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang
jauh” (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan


“Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang

29
menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan
maksud menunjukkan kecantikannya.

2. Terhindar dari pelecehan


Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah
laku mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar.
Sebagaiman sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada
wanita.” (HR. Bukhari)

ASAS AURAT

Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada
lelaki adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula
adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.

1. Aurat Ketika Sembahyang


Aurat wanita ketika sembahyang adalah menutup seluruh badan kecuali muka
dan tapak tangan.

2. Aurat Ketika Sendirian


Aurat wanita ketika mereka bersendirian adalah bahagian anggota pusat dan
lutut. Ini bererti bahagian tubuh yang tidak boleh dilihat antara pusat dan lutut.

3. Aurat Ketika Bersama Mahram


Pada asasnya aurat seseorang wanita dengan mahramnya adalah antara pusat
dan lutut. Walau pun begitu wanita dituntut agar menutup mana-mana
bahagian tubuh badan yang boleh menaikkan syahwat lelaki walaupun
mahram sendiri.
Perkara ini dilakukan bagi menjaga adab dan tatsusila wanita terutana dalam
menjaga kehormatan agar perkara-perkara sumbang yang tidak diingini tidak
akan berlaku.

Syarak telah menggariskan golongan yang dianggap sebagai mahram kepada


seseorang wanita iaitu :

1.Suami
2.Ayah mertua
3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan
4. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak
5. Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya
6. Anak saudara dari saudara perempuan
7. Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama
8. Hamba sahaya
9. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat
10. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau
pun begitu, bagi kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum

30
baligh,wanita dilarang menampakkan aurat terhadap mereka.

 Berwudhu
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang
yang menyucikan/membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)

Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan


konsekusensi dari pada iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya
suci/bersih supaya Ia berpeluang mendekat kepada Allah SWT.
Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan
demikian kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral,
dan karena itu sering juga dipakai kata “bersuci” sebagai padanan kata
“membersihkan/melakukan kebersihan”.

Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi
harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih
sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum Islam. Dalam rangka
inilah dikenal sarana-sarana kebersihan yang termasuk kelompok ibadah,
seperti : wudhlu, tayamum, mandi (ghusl), pembersihan gigi (siwak).

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi (2007) Farmakologi dan Terapi edisi 5,


Jakarta, Balai Penerbit FKUI
2. Mansjoer A., Triyanti K, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3
jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
3. Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta
: EGC
4. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC
5. Snell, Richard.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6.
Jakarta. EGC
6. Sudoyo,Aru W,dkk.2006.Ilmu Penyakit Dalam edisi 4 jilid 2.jakarta:balai
pustaka FKUI
7. http://alishlahfise.multiply.com/journal/item/10
8. http://www.mail-archive.com/syiar-islam@yahoogroups.com/msg06863.html
9. Rofanty. 2009. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN.
http://www.desktopsmiley.com/fileNotFound.do?&url=http%3A%2F%2Fdokt
errosfanty.blogspot.com%2F
10. Tri, Agustina. 2010. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT.
http://musculoskeletalbedah.blogspot.com/&url=http%3A%2F% %2F

32
33

Anda mungkin juga menyukai