KELOMPOK A-11
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21. 4244574
2019
DAFTAR ISI
Skenario ........................................................................................................................3
Brainstorming ...............................................................................................................4
Sasaran Belajar..............................................................................................................5
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Kulit ...........................................6
1.1 Mikroskopis ........................................................................................................
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Kulit .........................................................11
3. Memahami dan Menjelaskan Dermatomikosis ......................................................12
3.1 Definisi ................................................................................................................
3.2 Etiologi ................................................................................................................
3.3 Klasifikasi ...........................................................................................................
3.4 Patofisiologi ........................................................................................................
3.5 Manifestasi Klinis ...............................................................................................
3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding ......................................................................
3.7 Tatalaksana..........................................................................................................
3.8 Komplikasi ..........................................................................................................
3.9 Pencegahan ..........................................................................................................
3.10Prognosis .............................................................................................................
4. Pandangan Islam Tentang Menjaga Kebersihan Kulit..........................................29
2
Skenario 3
Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan bercak merah
& gatal terutama bila berkeringat di selangkangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan
disertai dengan beruntus dan kulit yang menebal berwarna gelap. Kelainan ini hilang
timbul selama 6 bulan, hilang apabila diobati dan timbul saat menstruasi atau
menggunakan celana berlapis. Riwayat keputihan disangkal. Kelainan ini dirasakan
setelah berat badan penderita bertambah.
Pada pemeriksaan generalis : dalam batas normal
Pada pemeriksaan dermatologis : Regioner, bilateral pada ke-2 sisi medial paha atas
tampak lesi multipel, berbatas tegas, bentuk beraturan, ukuran bervariasi dari diameter
0,03 cm sp 0,1 cm, kering, permukaan halus dengan efloresensi berupa plak eritem,
sebagian likhenifikasi yang hiperpigmentasi, pada bagian tengah tampak central
healing dengan ditutupi skuama halus.
Setelah mendapatkan terapi, penderita diminta untuk kontrol rutin dan menjaga serta
memelihara kesehatan kulit sesuai tuntunan ajaran islam.
3
Brainstorming
KATA SULIT
PERTANYAAN
JAWABAN
1. Berat badan sehingga tidak ada junction (tidak ada udara)
2. Berkeringat -> kulit lembab -> bakteri atau jamur tumbuh -> timbul gejala
3. Pengobatan tidak ade kuat
4. Jamur dan alergi
5. Karena digaruk sehingga menimbulkan likenifikasi dan melanin yang berlebih
6. Kurang menjaga kebersihan, kelembapan di selangkangan
7. Dermatofitosis
8. Tergantung etiologi dan spesies jamur
9. Obesitas, kelembapan, hygiene, lingkungan, pengobatan tidak ade kuat
10. Anti jamur topikal
11. Obesitas, kelembapan, hygenitas
12. Karena pengobatannya lama
13. Berwudhu, selalu membersihkan organ vital dan mengeringkannya, hindari
pakaian ketat
14. Kerokan kulit + KOH, woodlamp
15. Bisa karena kontak dengan penderita
4
HIPOTESIS
Infeksi jamur pada kulit dapat disebabkan oleh karena kurangnya menjaga kebersihan,
sehingga timbul gejala seperti bercak & kemerahan akibat tumbuhnya jamur.
Diagnosis dermatofitosis dapat ditegakkan dengan kerokan kulit maupun woodlamp.
Tatalaksana yang dapat diberikan anti jamur topikal. Dalam pandangan islam untuk
menjaga keberihan kulit dapat dilakukan dengan berwudhu.
Sasaran Belajar
5
1.MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI KULIT
Adapun ciri-ciri kulit adalah:
Pembungkus yang elastis yang melindungi kulit dari pengaruh
lingkungan.
Daerah yang paling tebal (66 mm), pada telapak tangan dan telapak
kaki dan paling tipis (0,5 mm) pada daerah penis.
6
1) Epidermis
keterangan:
A = Melanocyt
B = Langerhans cell
C = Merkels cell
D = Nervända
1 = Stratum corneum
2 = Stratum granulosum
3 = Stratum spinosum
4 = Stratum basale
5 = Basal membran
Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti
b. Stratum Lusidum
7
protoplasma berubah menjadi protein (eleidin)
Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan
e. Stratum basale
Terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
8
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble
yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
Mengusir mikroorganisme patogen
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Epidermis akan bertambah tebal
jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis di
sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan
terdapat kerutan yang disebut fingers prints.
2) Dermis (korium)
Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri
dari 2 lapisan:
a. Pars papilare
b. Pars retikulare
9
o Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin,
retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin
sulfat serta fibroblas)
Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada
lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.
a. Sel lemak
b. Vaskularisasi
o Pleksus profunda
ADNEKSA KULIT
1) Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit
10
- Kelenjar Apokrin
2) Kelenjar Sebasea
2) Pengontrol/Pengatur Suhu
11
Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit
yang ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N:
450 ml/menit)
4) SENSIBILITAS
Mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
5) KESEIMBANGAN AIR
Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air
serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan
kelembaban dalam jaringan subcutan. Air mengalami evaporasi (respirasi tidak
kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
6) PRODUKSI VITAMIN
Kulit yang terpejan sinar Uvakan mengubah substansi untuk mensintesis vitamin
D.
12
17. Rinosporidiosis
18. Kromoblastomikosis
19. Infeksi yang disebabkan jamur Dematiceae ( berpigmen coklat)
13
Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan uraian diatas.
Namun bila disokong dengan gambaran histologic dan hasil biakan, diagnosis akan
lebih mantap. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat penting untuk terapi dan
prognosis
Tatalaksana:
Pengobatan misetoma biasanya harus disertai radikal, bahkan amputasu
kadang –kadang perlu dipertimbangkan. Obat – obat , misalnya kombinasi
kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat , bila penyakit yang dihadapi
adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama ( 9bulan-
1tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat – obat baru antifungal , misalnya
itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.
Prognosis:
Quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo ad
sanationam tidak begitu baik bila dibandingkan dengan aktinomikosis/botriomikosis.
Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi pada alat – alat dalam merupakan
kecualian
SPOROTRIKOSIS
Infeksi koronis yang disebabkan Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan
pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis di atas nodus sering
melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Penyakit jamur ini mempunyai
insidens yang cukup tinggi pada daerah tertentu, dan ditemukan pada pekerja hutan
maupun petani (HUTAPEA,1978;SIREGAR dan THAHA 1978)
Bila tidak terjadi diseminasi melalui saluran getah bening diagnosis agak
sukar dibuat. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan
terutama pada mencit atau tikus, dan pemeriksaan histopatologik. Pernah dilaporkan
sekali-sekali selain bentuk kulit yang khas, beberapa bentuk di paru dan alat dalam
lain. Pada kasus-kasus ini rupanya terjadi infeksi melalui inhalasi.
Pengobatan yang memuaskan biasanya dicapai dengan pemberian larutan
kalium yodida jenuh oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin
B atau itrakonazol dapat diberikan.
KROMOMIKOSIS
Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah
penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous).
Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-
lahan, sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbahan
ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi
di tempat lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan, muka, telinga, leher, dada,
dan bokong. Penyakit ini kadang-kadang dilihat di Indonesia. Sumber penyakit
biasanya dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma.
Penyakit tidak ditularkan dari manusia ke manusia dan belum pernah
dilaporkan terjadi pada binatang. Diseminasi dapat terjadi melalui autoinokulasi, ada
juga kemungkinan penyebaran melalui darah dengan terserangnya susunan saraf
sentral pernah dilaporkan. Walaupun penyakit jamur ini biasanya terbatas pada kulit,
bila lesinya luas dapat mengganggu kegiatan penderita sehari-hari.
Pengobatannya sulit. Terapi sinar x pernah dilakukan dengan hasil yang
berbeda-beda. Kadang-kadang diperlukan amputasi. Pada kasus lain reseksi lesi
mikotik disusul dengan skin graft memberi hasil yang memuaskan. Obat-obatan
biasanya memberikan hasil yang kurang memuaskan dan harus diberikan dalam
waktu yang lama.
14
Pada akhir-akhir ini hasil pengobatan yang memuaskan dicapai dengan
kombinasi amfoteresin B dan 5-fluorositosin. Demikian pula pengobatan dengan
kantong-kantong panas di JEpang. Prognosis, seperti diuraikan oada hasil terapi di
atas. Itrakonazol pada akhir-akhir ini memberikan harapan baru pada penyakit ini,
terutama bila penyebabnya adalah Cladosporium carrionii.
B.Mikosis superfisialis
Terbagi menjadi :
1. Dermatofitosis
2. Non-dermatofitosis, terdiri atas pelbagai penyakit:
- Pitriasis versikolor
- Piedra hitam
- Piedra putih
- Tinea nigra palmaris
- Otomikosis
- Keratomikosis
DERMATOFITOSIS
15
1.DEFINISI
DERMATOFITOSIS adalah setiap infeksi fungal superfisial yang
disebabkan oleh dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku,
termasuk onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga
epidermomycosis dan epidermophytosis. 4
Jamur dermatofit dinamai sesuai dengan genusnya (mycrosporum,
trichophyton, dan epidermophyton) dan spesiesnya misalnya, microsporum canis, t.
rubrum). Beberapanya hanya menyerang manusia (antropofilik), dan yang lainya
terutama menyerang hewan (zoofilik), walau kadang bisa menyerang manusia.
Apabila jamur hewan menimbulkan lesi dikulit pada manusia, keberadaaan jamur
tersebut sering menyebabkan suatu reaksi inflamasi yang hebat (misalnya, cattle
ringworm).1
2. ETIOLOGI
Berdasarkan sifat makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi: microsporum,
tricopyton, dan epidermophyton. Yang paling terbanyak ditemukan di Indonesia
adalah T.rubrum. dermatofita lain adalah: E.floccosum, T.mentagrophytes, M. canis,
M. gypseum, T.cocentricum, T.schoeleini dan T. tonsurans.5
2.1 Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia
(antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur.
Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah: 6
SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)
Microsporum audouinii Anthropophilic
Microsporum canis Zoophilic (Cats and dogs)
Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and
rodents)
Microsporum ferrugineum Anthropophilic
Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)
Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)
Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)
Microsporum persicolor Zoophilic (vole and field mouse)
Tabel 2.1 Spesies Microsporum.
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder.
Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau
sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman.
Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol
halus yang masih putih atau menguning sampai cinamon.6
2.2 Epidermophyton
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan
Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik,
sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia.
E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat.
Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku
(onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E.
floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C
pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan
16
2.3 Tricophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau
manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan
geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian tenggara
Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut,
kulit, dan kuku pada manusia.8
NATURAL HABITATS OF TRICHOPHYTON SPECIES
Species Natural Reservoir
Ajelloi Geophilic
Concentricum Anthropophilic
Equinum zoophilic (horse)
Erinacei zoophilic (hedgehog)
Flavescens geophilic (feathers)
Gloriae Geophilic
Interdigitale Anthropophilic
Megnini Anthropophilic
Mentagrophytes zoophilic (rodents, rabbit) /
anthropophilic
Phaseoliforme Geophilic
Rubrum Anthropophilic
Schoenleinii Anthropophilic
Simii zoophilic (monkey, fowl)
Soudanense Anthropophilic
Terrestre Geophilic
Tonsurans Anthropophilic
Vanbreuseghemii Geophilic
Verrucosum zoophilic (cattle, horse)
Violaceum Anthropophilic
Yaoundei anthropophilic
Tabel 2.2 Spesies Trichophyton.
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah berdasarkan
lokasi:
a. Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala
b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.
c. Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan
kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.
f. Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah
g. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5 bentuk
tinea diatas.
Selain 6 bentuk tinea di atas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu:
17
1. Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang kosentris dan
disebabkan oleh tricophyton concentricum.
2. Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh
tricophyton schoenleini: secara klinis antara lain berbentuk skutula dan berbau
seperti tikus (mousy odor).
3. Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif dari
morfologinya.
4. Tinea incognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena
telah diobati dengan steroid topical kuat.
4. GEJALA KLINIS
4.1 Tinea Pedis
Infeksinya anthropophilic dermatophytes biasanya disebabkan oleh adanya
elemen hifa dari jamur yang mampu menginfeksi kulit. Skala desquamasi kulit bisa
terinfeksi di lingkungan selama berbulan-bulan atau tahun. Oleh karena itu transmisi
bisa terjadi dengan kontak tidak langsung lama setelah infeksi terjadi.
Bahan seperti karpet yang kontak dengan kulit vektor sempurna. Begitu,
transmisi dermatophytes suka Trichophyton rubrum, T. interdigitale dan
Epidermophyton floccosum yang biasnya pada kaki. infeksi di sini sering kronis dan
tidak menimbulkan keluhan selama beberapa tahun dan hanya ketika menyebar
kebagian lain, biasanya di kulit.
18
Dermatofit T rubrum menjadi penyebab yang paling umum untuk tinea cruris.
T rubrum menjadi dermatofit yang lazim 90% dari kasus tinea cruris, diikuti T
tonsurans ( 6%) dan T mentagrophytes ( 4%). Organisme lain, termasuk E floccosum
dan T verrucosum, menyebabkan suatu kondisi klinis yang serupa. Infeksi T rubrum
dan E floccosum lebih cenderung untuk menjadi kronis dan non-inflamatori,
sedangkan infeksi oleh T mentagrophytes sering dihubungkan dengan suatu presentasi
klinis merah, menyebabkan peradangan akut.
Agen yang pada umumnya menyebabkan tinea kruris antara lain: T. rubrum,
T. interdigitale dan E. floccosum.
4.4 Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan
oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan,
alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut
kerion. Ada tiga bentuk tinea kapitis:
1. Gray patch ring-worm, merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan
oleh genus microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit
mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan
membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita
adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi.
Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga mudah dicabut
dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang
oleh jamur dan menyebabkan alopesia setempat. Tempat-tempat terlihat
sebagai gray patch, yang pada klinik tidak menunjukan batas daerah sakit
dengan pasti. Pada pemeriksaan lampu wood terlihat fluoresensi hijau
kekuningan pada rambut yang sakit, melampaui batas dari gray patch tersebut.
Tinea kapitis disebabkan oleh microsporum audouini biasanya disertai tanda
peradangan, hanya sesekali berbentuk kerion.
2. Kerion, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Microsporum
canis (Mulyono, 1986). Bentuk yang disertai dengan reaksi peradangan yang
hebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan sebukan
radang di sekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang menetap.
3. Black dot ring-worm, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh
Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum (Mulyono, 1986).
Gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam pada kulit kepala akibat
patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambut yang
patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam. Diagnosis banding pada
tinea kapitis adalah alopesia areata, dermatitis seboroik dan psoriasis (Siregar,
2005).
4.5 Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, scherende flechte, kurap,
herpes sircine trichophytique)
Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous
skin).
1. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atu lonjong, berbatas
tegas terdiri dari eritema, squama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul
ditepi. Daerah tengah biasanya tenang. Kadang terlihat erosi dan krusta akibat
19
garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu
dengan yang lain. Dapat terlihat sebagai lesi dengan tepi polisiklik, karena
beberapa lesi kulit menjadi satu.
2. Tinea korporis yang menahun tanda radang yang mendadak biasanya tidak
terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-
sama dengan kelainan pada sela paha. Dalalm hal ini disebut tinea korporis et
kruris atau sebaliknya tinea kruris et korporis. Bentuk menahun dari
trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea unguium.
3. Bentuk khas dari tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton
concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata dimulai dengan bentuk
papul berwarna coklat, yang perlahan menjadi besar. Stratum korneum bagian
tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini setelah beberapa
waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran
berskuama yang kosentris.
4. Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea favosa
atau favus. Penyakit ini biasanya dimulai dikepala sebagai titik kecil di bawah
kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk
cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta tersebut biasanya tembus
oleh satu atau dua rambut dan bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung
merah dan membasah. Rambut tidak berkilat lagi dan terlepas. Bila tidak
diobati, penyakit ini meluas keseluruh kepala dan meninggalkan parut dan
botak. Berlainan dengan tinea korporis yang disebabkan oleh jamur lain, favus
tidak menyembuh pada usia akil balik. Biasanya tercium bau tikus (mousy
odor) pada para penderita favus. Tiga spesies dermatofita yang menyebabkan
favus, yaitu trichophyton schoenleini, trichophyton violaceum, dan
microsporum gypseum. Berat ringan bentuk klinis yang tampak tidak
bergantung pada spesies jamur penyebab, akan tetapi lebih banyak
dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur, dan ketahanan penderita penderita.
5 DIAGNOSIS
Mikroskopik langsung
Sediaan basah dibuat dengan meletakan bahan di atas gelas alas, kemudian ditambah
1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi 10% untuk rambut dan untuk kulit, dan untuk
kuku 20%. Setelah sedian dicampur dengan KOH, tunggu 15-20 menit untuk
melarutkan jaringan.untuk mempercepat pelarutan dilakukan pemanasan sediaan
basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap, pemanasan dihentikan. Untuk
melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sedian KOH,
misalnya tinta parker superchroom blue black.
Kerokan kulit, kuku, dan epitel rambut diuji dengan KOH 10% dan sediaan tinta
Parker atau calcofluor -white.
Kultur
Spesimen akan diinokulasi ke dalam media isolasi primer, seperti agar sabouraud’s
dextrose yang terdiri dari sikloheksimid (actidione) dan masa inkubasi 26-28o C
selama 4 minggu. Pertumbuhannya signifikan pada banyak dermatofita.11
Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu
bercak-bercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga
20
memberikan kelainan-kelainan yang polimorfik, dengan bagian tepi yang aktif serta
berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang. Gejala objektif ini selalu disertai
dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papula-papula atau
vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosit dan bila
mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang bentuknya menyerupai dermatitis
(ekzema marginatum), tetapi kadang-kadang hanya berupa makula yang
berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan bila ada infeksi sekunder menyerupai gejala-
gejala pioderma (impetigenisasi).
Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakan diagnosa terdiri atas
pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain misalnya
pemeriksaan histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan.2
6.DIAGNOSIS BANDING
Tinea pedis et manum harus dibedakan dengan dermatitis, yang biasanya
batasnya tidak jelas, bagian tepi lebih aktif dari pada bagian tengah. Adanya vesikel-
vesikel steril pada jari-jari kaki dan tangan (pomfoliks) dapat merupakan reaksi id,
yaitu akibat setempat hasil reaksi antigen dengan zat anti pada tempat tersebut.
Efek samping obat juga dapat memberi gambaran serupa yang menyerupai
ekzem atau dermatitis, pertama-tama harus dipikirkan adanya suatu dermatitis kontak.
Pada hiperhidrosis terlihat kulit yang mengelupas (maserasi). Kalau hanya terlihat
vesikel-vesikel, biasanya terletak sangat dalam dan terbatas pada telapak kaki dan
tangan. Kelainan tidak meluas sampai di sela-sela jari. 2
Penyakit lain yang harus mendapat perhatian adalah kandidiosis,
membedakannya dengan tinea pedis murni kadang-kadang sangat sulit. Pemeriksaan
sediaan langsung dengan KOH dan pembiakan dapat menolong. Infeksi sekunder
dengan spesies candida atau bakteri lain sering menyertai tinea pedis, sehingga pada
kasus-kasus demikian diperlukan interpretasi bijaksana terhadap hasil-hasil
pemeriksaan laboraturium. Sifilis II dapat berupa kelainan kulit di telapak tangan dan
kaki. Lesi yang merah dan basah dapat merupakan petunjuk. Dalalm hal ini tanda-
tanda lain sifilis akan terdapat misalnya: kondiloma lata, pembesaran kelenjar getah
bening yang menyeluruh, anamnesa tentang afek primer dan pemeriksaan serologi
serta lapangan gelap dapat menolong.
Tinea unguium yang disebabkan oleh bermacam-macam dermatofita
memberikan gambaran akhir yang sama. Psoriasis yang menyerang kuku pun dapat
berakhir dengan kelainan yang sama. Lekukan-lekukan pada kuku (nail pits), yang
terlihat pada psoriasis tidak didapati pada tinea unguium. Lesi-lesi psoriasis pada
bagian lain badan dapat menolong membedakannya dengan tinea unguium. Banyak
penyakit kulit yang menyerang bagian dorsal jari-jari tangan dan kaki dapat
menyebabkan kelainan yang berakhir dengan distrofi kuku, misalnya: Paronikia, yang
etiologinya bermacam-macam ekzem/dermatitis, akrodermatitis perstans.
Tidak begitu sukar menentukan tinea korporis pada umumnya, namun ada
beberapa penyakit kulit yang dapat mericuhkan diagnosa itu, misalnya dermatitis
seboroika, psoriasis, dan pitiriasis rosea. Kelainan kulit pada dermatitis seboroika
selain dapat menyerupai tinea korporis, biasanya terlihat pada tempat-tempat
predileksi, misalnya di kulit kepala (scalp), lipatan-lipatan kulit , misalnya belakang
telinga, daerah nasolabial, dan sebagainya. Psoriasis dapat dikenal pada kelainan kulit
pada tempat predileksinya, yaitu daerah ekstensor misalnya lutut, siku dan punggung.
Kulit kepala berambut juga sering terkena pada penyakit ini. Adanya lekukan-lekukan
pada kuku dapat pula menolong menentukan diagnosa. Ptiriasis rosea distribusi
kelainan kulitnya simetris dan terbatas pada bagian tubuh dan bagian proksimal
21
anggota badan, sukar dibedakan dengan tinea korporis. Pemeriksaan laboraturiumlah
yang dapat memastikan diagnosanya. Tinea korporis kadang sukar dibedakan dengan
dermatitis seboroik pada sela paha. Lesi-lesi ditempat predileksi sangat menolong
dalm menentukan diagnosa. Psoriasis pada sela paha dapat menyerupai tinea kruris.
Lesi pada psoriasis lebih merah, skuama lebih banyak dan lamelar. Adanya lesi
psoriasis pada tempat lain dapat membantu menentukan diagnosa.
Kandidosis pada daerah lipat paha mempunyai konfigurasi hen and chicken.
Kelainan ini biasanya basah dan berkrusta. Pada wanita ada tidaknya flour abus dapat
membantu pengarahan diagnosa. Pada penderita diabetes mellitus, kandidosis
merupakan penyakit yang sering dijumpai.
Eritrasma merupakan penyakit yang tersering berlokasi di sela paha.
Efloresensi yang sama yaitu eritema dan skuama, pada seluruh lesi merupakan tanda-
tanda khas dari penyakit ini. Pemeriksaan dengan lampu wood dapat menolong
dengan adanya floresensi merah (coral red).
Tinea barbe kadang sukar dibedakan dengan sikosis barbe, yang disebabkan
oleh piokokus. Pemeriksaan sediaan langsung dapat membedakan kedua penyakit
ini.2
7.TATA LAKSANA
Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh lesi
tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal. walaupun
pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan biasanya
membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi dermatofitosis yang kronik atau
luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum
termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi sistemik.
Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik
antijamur dimulai.
Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis adalah
Infeksi Rekomendasi Alternatif
Tinea unguium Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan
(Onychomycosis) mg/hr 6 minggu atau 400 mg/hr seminggu per bulan
untuk kuku jari selama 3-4 bulan berturut-turut.
tangan, 12 minggu Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d
untuk kuku jari kaki sembuh (6-12 bln) Griseofulvin 500-
1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan)
Tinea capitis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg
500mg/day Itraconazole 100 mg/hr/4mgg
(≥ 10mg/kgBB/hari) Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
sampai sembuh (6-8
minggu)
Tinea corporis Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4
mg/hr sampai minggu Itraconazole 100 mg/hr
sembuh (4-6 selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1
minggu), sering mgg. Fluconazole 150-300 mg/mggu
dikombinasikan selama 4 mgg.
dengan imidazol.
Tinea cruris Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4
mg/hr sampai mgg Itraconazole 100 mg/hr selama
sembuh (4-6 minggu) 15 hr atau 200 mg/hr selama 1 mgg.
22
Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4
mgg.
Tinea pedis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4
500mg/hr sampai mgg Itraconazole 100 mg/hr selama
sembuh (4-6 minggu) 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/mgg selama
4 mgg.
Chronic and/or Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6
widespread mg/hr selama 4-6 mgg. Griseofulvin 500-1000 mg/hr
non-responsive minggu sampai sembuh (3-6 bulan).
tinea.
Tabel 2.3 Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit11
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai
antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari selama dua
minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan berlanjut 2
minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai pengganti
griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung berat badan.
Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama
ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa gangguan
traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif
dan dapat mengganggu fungsi hepar.
23
8.KOMPLIKASI
Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida
Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik
Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan
eksaserbasi penyakit
Allopecia permanen &kerion (tinea capitis)
Onychomycosis (tinea manus/pedis)
NONDERMATOFITOSIS
PITRIASIS VERSIKOLOR
Definisi: disebabkan Malassezia furfur Robin merupakan penyakit jamur
superfisial yang kronik, bisanya tidak memberikan keluhan subjektif, berupa
bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama
meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha,
lengan, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala yang berambut.
Epidemiologi: merupakan penyakit universal dan terutama ditemukan di
daerah tropis
Patogenesis: pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan
timbulnya pitriasis versikolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk
bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan
organisme yang sama yang dapat berubah sesuai dengan lingkungan misalnya
suhu, media, dan kelembaban. Malassezia furfur merupakan fase spora dan
miselium. Faktor predisposisi menjadi pathogen dapat endogen atau eksogen.
Endogen dapat disebabkan oleh defisiensi imun. Eksogen dapat karena faktor
suhu, kelembaban udara, dan keringat.
Gejala klinis: kelainan terihat seperti bercak-bercak berwarna-warni, bentuk
tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut
berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikulerdapat
dilihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga terkadang
penderita tidak mengetahui sedang berpenyakit tersebut. Kadang dapat
merasakan gatal ringan yang merupakan alasan berobat. Pseudoakromia,
akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksik jamur
terhadapa pembentukan pigmen. Beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi,
yaitu faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau mendapatkan
pengobatan steroid dan malnutrisi.
Diagnosis: dapat ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan
fluoresensi, lesi kulit dengan lampu Wood, dan sediaan langsung. Fluoresensi
lesi kulit pada pemeriksaan lampu Wood berwarna kuning keemasan dan pada
sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran
hifa pendek dan spora-spora bulat yang berkelompok.
Diagnosis banding: dermatitis seboroika, eritrasma, sifilis II, achromia
parasitic, pitriasis alba, serta vitiligo
Pengobatan: Suspensi selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai
shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokka pada lesi dan didiamkan 15-30
24
menit, sebelum mandi. Obat lain seperti salisil spiritus 10%, derivate-derivat
azol, misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol, dan ekonazol, terdapat
sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%, toksiklat, tolnaflat, dan
haloprogin. Jika sulit disembuhkan, ketokonazol dapat dipertimbangkan
dengan dosis 1 x 200 mg sehari selama 10 hari.
Prognosis: prognosis baik bila pengobatan dilakukan secara menyeluruh,
tekun, dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah
fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung
negatif.
PIEDRA
Definisi: infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan (nodus)
seoanjang rambut, dan disebabkan oleh Piedraia hortai (black piedra) atau
Trichosporon beigelii (white piedra).
Gejala klinis: piedra hanya menyerang rambut kepala, janggut dan kumis
tanpa memberikan keluhan. Krusta melekat erat sekali dengan rambut yang
25
terserang dan dapat sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Benjolan yang besar mudah dilihat, diraba, dan teraba kasar bila
rambut diraba dengan jari-jari. Bila rambut disisr terdengar suara metal (klik).
Piedra hitam yang hanya ditemukan di daerah tropis merupakan penyakit
endemis di tempat tertentu, terutama yang banyak hujan. Piedra hortai hanya
menyerang rambut kepala. Jamur ini menyerang rambut di bawah kutikel,
kemudian membengkak dan pecah untuk menyebar di sekitar rambut dan
membentuk benjolan tengguli dan hitam. Piedra putih yang lebih jarang
ditemukan terdapat didaerah beriklim sedang, hanya sekali saja ditemukan di
daerah tropis. Infeksi ini menyerang janggut dan kumis. Benjolan berwarna
coklat muda dan tidak begitu melekat pada rambut. Diperkirakan bahwa
Trichosporon beigelii hanya dapat menyerang rambut yang telah rusak.
Diagnosis: berdasarkan gambaran klinis. Pada sediaan langsung dengan
larutan KOH 10% rambut yang sakit dan telah dipotong terlihat seperti
benjolan yang disebabkan P. hortai berukuran bermacam-macam dan terpisah
satu dengan yang lainnya. Benjolan berwarna tengguli hitam ini terdiri atas
hifa berseptum, teranyam padat dan diantaranya terdappat askus-askus. Di
dalam askus terdapat 4-8 askospora. Diagnosis piedra putih yang disebabkan
oleh Trichosporon beigelii juga dapat berdasarkan gambaran klinis,
pemeriksaan sediaan langsung, dan biakan. Benjolan-benjolan tidak begitu
terpisah satu sama lain seperti pada piedra hitam. Anyaman hifa terlihat seperti
mengelilingi rambut sebagai selubung. Benjolan lebih mudah dilepas dari
rambut dan berwarna kehijauan yang transparan. Rambut yang terserang
mungkin terlihat sebagai kutikel yang terangkat, akan tetapi biasanya terlihat
kerusakan yang lebih berat sampai menghasilkan trikoreksis atau trikoptilosis.
Sekeliling rambut terlihat anyaman hifa.
Pengobatan: memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci rambut
dengan larutan sublimat 1/2000 setiap hari. Obat antijamur konvensional dan
yang baru pun berguna.
26
tahun dan penyakitnya berlangsung kronik sehingga dapat terlihat pada
penderita dewasa diatas 19 tahun. Perbandingan wanita 8x lebih banyak dari
pria. Faktor predisposisi penyakit ini belum diketahui kecuali hipperhidrosis.
Kekurangan respon imun penderita rupanya tidak berpengaruh.
Diagnosis: berdasarkan pemeriksaan kerokan kulit dan biakan. Pada
pemeriksaan langsung dan KOH 10% jamur terlihat sebagai hifa bercabang,
berserat ukuran 1,5-3miu berwarna coklat muda sampai hijau tua. Biakan pada
agar Saborroud (suhu kamar) menghasilkan koloni yang menyerupai koloni
ragi dan koloni filament berwarna hijau tua atau hitam
Diagnosis banding: dermatitis kontak, tiena versikolor, hiperkromia, nevus
pigmetosus, dan kulit yang terkena zat kimia, misalnya perak nitrat.
Pengobatan: salap salisil sulfur, Whitefield, dan tincture jodii
Prognosis: tinea nigra oleh karena asimtomatik tidak memberi keluhan pada
penderita kecuali keluhan estetukk, kalo tidak segera diobati akan menjadi
kronik.
OTOMIKOSIS
Definisi: infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar dan lubang
telinga luar, yang ditandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal
Etiologi: jamur kontaminan, misalnya Aspergillus, Penisillium, dan Mukor.
Dermatofita kadang-kadang dapat merupakan hasil biakan bahan pemeriksaan
dari tempat tersebut. Biasanya terdapat juga bakteri misalnya Pseudomonas
aeruginosa, Proteus spp., Micrococcus aureus, Streptococcus hemolyticus,
difteroid dan basil-basil koliformis.
Epidemiologi: merupakan penyakit kosmopolit yang terutama terdapat di
daerah panas dan lembab, misalnya Indonesia. Infeksi terjadi secara kontak
langsung
Gejala klinis: panas dan lembab yang berlebihan merupakan faktor
predisposisi. Penderita mengeluh rasa penuh dan sangat gatal pada telinga
dalam. Liang telinga merah sembab dan banyak krusta. Inflamasi disertai
eksfoliasi permukaan kulit atau pendengaran dapat terganggu oleh karena
liang telinga tertutup oleh massa kotoran kulit dan jamur. Infeksi bakteri dan
invasi pada jaringan di bawah kulit menyebabkan nyeri dan supurasi. Bila
infeksi berlanjut eksema dan likenifikasi dapat jelas terlihat dan kelainan ini
dapat meluas ke telinga bagian luar hingga bawah kuduk. Tulang rawan
telinga dapat juga terserang. Hal yang menguntungkan membrane timpani
jarang terserang.
Diagnosis: memeriksa kerokan kulit dan kotoran telinga. Pada sediaan
langsung dengan KOH 20% akan terlihat hifa tanpa spora. Biakan pada agar
Saborroud pada suhu kamar menghasilkan koloni jamur penyebab
27
Pengobatan: infeksi akut bila disertai edema memerlukan pengobatan
konservatif untuk menghilangkan bengkak dan kemungkinan pembersihan
liang telinga. Misalnya dengan memasukkan kapas yang telah dibasahi dengan
larutan permanganas kalikus 1/10.000. tindakan ini dapat diulang dan kalau
perlu dapat dilakukan irigasi untuk membersihkan serumen atau kotoran lain.
Kemajuan atau kesembuhan akan terlihat akibat pembersihan yang dilakukan
dan pengeringan liang telinga selama beberapa hari. Liang telinga yang
menderita infeksi kronik harus dibersihkan untuk menghilangkan kotoran dan
sisik yang mengandung jamur. Irigasi dengan larutan garam faal dilanjutkan
dengan pemberian salisil spiritus 2% selama beberapa menit, biasa nya cukup
membersihkan daerah tersebut supaya tetap kering dapat diberikan obat-obat
antiseptic, antibiotik, atau antifungal.
Prognosis: infeksi kronik sangat resisten terhadap pengobatan, akan tetapi
prognosis cukup baik bila diagnosis dibuat tepat dan pengobatan dilaksanakan
secara bijaksana
KERATOMIKOSIS
Definisi: infeksi jamur pada kornea mata yang menyebabkan ulserasi dan
inflamasi setelah trauma pada bagian tersebut diobat dengan obat antibiotik
dan kortikosteroid
Etiologi: Berbagai macam jamur yang menyerang kornea yang rusak dan
menyebabkan ulkus kornea. Spesies –spesie yang pernah ditemukan Antara
lain adala Aspergillus, Fusarium, Cephalosporum, Curvularia, dan
Penicillium.
Gejala klinis: setelah mengalami trauma atau abrasi pada mata dapat
terbentuk ulkus pada kornea. Melalui perkembangan yang lambat kelainan
dapat membentuk hipopion. Lesi mulai dengan benjolan yang menonjol
sedikit di atas permukaan, berwarna putih kelabu dan berambut halus.
Pencairan lapisan teratas kornea di sekitarnya membentuk ulkus dangkal.
Terbentuk Halo lebar berbatas tegas berwarna putih kelabu mengelilingi titik
pusatnya. Dalam Halo tersebut dapat terlihat garis-garis radial. Terlihat pula,
inflamasi pada kornea. Vaskularisasi sering tidak tampak. Pada stadium inis
erring digunakan antibiotik dan steroid yang bersifat antiinflamasi sehingga
mencegah jaringan parut. Dengan pengobatan demikian ulkus dapat menjalar
dan meluas sampai ruang depan mata. Biakan dari bahan hapus dasar ulkus
tidak menghasilkan bakteri, maupun jamur, akan tetapi bahan yang diambil
dari kerokan dalam dasar atau pinggir ulkus menghasilkan jamur pada
pemeriksaan. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan mikologik sediaan
langsung dan biakan.
Diagnosis banding: ulkus kornea yang disebabkan oleh paralisis fasialis,
keratitis dendriti dan lain-lain
Pengobatan: larutan nistatin dan amfoterisin B yang diberikan tiap jam.
Pemberian dapat dijarangkan, bila telah terjadi perbaikan. Larutan Amfoterisin
28
B mengandung 1,0 mg per ml larutan garam faal atau akua destilata. Pada
tahun-tahun akhir larutan derivate azol juga digunakan dengan hasil yang
cukup bauk.
Prognosis: baik, bila diagnosis dilakukan dini dan pengobatan cepat dan tepat.
Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti keaiban. Manakala dalam
istilah fiiah aurat diartikan sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib
ditutup atau dilindungi dari pandangan.
Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah s.w.t dalam surah al-ahzab
ayat 33
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya”.
29
menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan
maksud menunjukkan kecantikannya.
ASAS AURAT
Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada
lelaki adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula
adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.
1.Suami
2.Ayah mertua
3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan
4. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak
5. Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya
6. Anak saudara dari saudara perempuan
7. Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama
8. Hamba sahaya
9. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat
10. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau
pun begitu, bagi kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum
30
baligh,wanita dilarang menampakkan aurat terhadap mereka.
Berwudhu
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang
yang menyucikan/membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)
Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi
harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih
sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum Islam. Dalam rangka
inilah dikenal sarana-sarana kebersihan yang termasuk kelompok ibadah,
seperti : wudhlu, tayamum, mandi (ghusl), pembersihan gigi (siwak).
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33