Anda di halaman 1dari 17

JURNAL READING

KEADAAN OVARIUM POLIKISTIK DAPAT MENJADI FAKTOR


RISIKO DARI PENGEMBANGAN TUMOR

Pembimbing:

dr. Masjuanda, Sp.OG

Disusun oleh :

Muhammad Fadli, S.Ked 1708320015

Muhammad Sufi Sidabutar 1708320006

Karina Nurzikriyah Siagian 1708320100

Ade Fenni Utami 1708320005

Siti Hardiyanti 1708320003

RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2019
Abstrack :

Inflamasi kronik dan strees oksidatif yang panjang merupakan faktor


predisposisi dari perkembangan sebuah keganasan, termasuk kanker ovarium
(CAOV) . Informasi tentang hubungan kondisi abnormal yang kronik pada
ovarium, termasuk sindrom polikistik ovarium (SPO), dengan perkembangan
kanker ovarium adalah tidak diketahui dengan jelas.

Tujuan dari studi ini adalah untuk menguji polikistik ovarium serta
menguji hubungan terjadinya polikistik ovarium dengan kanker ovarium (CAOV).
Pada studi prospective yang dilakukan terhadap ayam betina yang dimonitoring
menggunakan ultrasound scanning untuk menditeksi adanya polikistik ovarium.
Jaringan dari ovarium normal dan ovarium yang terkena sindroma polikistik
ovarium (SPO), di uji dengan cara mencari adanya infiltrasi magrofag, ekspresi
IL-16, serta adanya superoksidatif dismutasi2.

Pada studi yang bersifat eksploritasi ditemukan sindrom polikistik ovarium


spontan dari stadium awal dan akhir pada ayam betina. Sindroma polikistik
ovarium (SPO) pada ayam betina merupakan kombinasi dari influx magrofag
(17.33 ± pada ayam dengan stadium awal da 24.24 ± 2.5 pada ayam betina dengan
stadium akhir pada 20 mm3. . Ekspressi dari IL-16 lebih dari 2,5 kali lipat lebih
tinggi dan superoksida dismutase 2 sekitar 3 kali lipat lebih tinggi pada ayam
sindroma polikistik ovarium daripada ayam normal. Studi prospektif
menunjukkan perkembangan kanker ovarium pada beberapa ayam dengan kondisi
polikistik ovarium (SPO). Pengembangan sindroma polikistik ovarium pada ayam
dikaitkan dengan peradangan kronis di ovarium. Ayam petelur dapat mewakili
model potensial untuk studi (SPO) spontan dan jangka panjang risiko
pengembangan kanker ovarium.
1. Deksrifsi Jurnal

1.1 Pendahuluan
Sindroma Polikistik Ovarium (SPO) adalah gangguan ginekologi yang di
alami 5-10 % wanita usia produktif. Terjadinya sindroma polikistik ovarium
dilaporkan berhubungan dengan gangguan endokrin dan metabolisme yang
merupakan manifestasi yang bersifat heterogen. Banyak studi yang membahas
tentang etiologi secara molekular serta resiko angka panjang dari sindroma
polikistik ovarium yang masih bersifat kontroversial dan cendrung tidak
diketahui. Tidak jarang banyak studi mengatakan bahwa SPO adalah ancaman
yang serius. DM tipe 2 dan masalah kelainan jantung di duga kuat memiliki
hubungan dengan terjadinya SPO, tetapi hubungan jangka panjang terhadap
sebuah keganasan masih belum di ketahui.
Hiperandrogenism, obesitas dengan atau tanpa resistensi insulin dan
disfungsi ovarium di dalam oligo/anovulasi adalah banyak gejala yang
berhubungan dengan sindroma polikistik ovarium. Tentang ketidak
seimbangan sistem endokrin merupakan etiologi dari terjadinya kista ovarium,
sindroma polikistik juga sering dihubungkan terjadi akibat inflamasi yang
bersifat kronik yang terjadi pada ovarium.
Jaringan ovarium terdiri dari 1) ovarian surface ephitelium 2) fimbrial
surface ephitelium adalah tempat dimana terjadinya (ovulary ruptur dan
tempat terjadinya proses pembuahan pada ovum).
1.2 Metode dan Material
Semua studi dan proedur telah di sesuaikan dengan protokol yang telah di
sahkan oleh Institusional Animal Care and Use Committee (IACUC) untuk
digunakan kepada hewan coba.
a. Hewan uji
Studi ini menggunakan ayam betina usia tiga sampai empat tahun yang
di standarisasi menggunakan ayam jantan dari protokol yang di
keluarkan oleh IACUC. Total terdapat 130 ayam betina normal.
b. Uji dan pengambilan jaringan
Mengambil darah dari ayam betina sebelum di eutanasia, memisahkan
serum dari bagian darah. Ayam betina tersebut dilakukan pemeriksaan
untuk memisahkan diatara ayam yang sehat dengan yang mengalami
tumor, dll.
c. Evaluasi histologic
Pemeriksaan menggunakan mikroskof cahaya dengan hematoxylin-
eosin untuk mengevaluasi ovarium ayam betina normal dan kista.
Kemudian memmbedakan diantara tumor ganas dan jinak.
d. Uji imunohistochemical
Lokalisasi makrofag dan IL-16- (sitokin proinflamatori)
mengekspresikan sel serta intensitas SOD2 (superoksida dismutase 2,
enzim dengan sifat antioksidan) dalam ovarium sehat dan polikistik
ovarium dengan kanker (PCOC) pada tahap awal (PCOC-ES) dan
tahap akhir (PCOC-LS) dilakukan dengan menggunakan
antimacrophage (Abcam, Cambridge, MA), IL-16 (Kingfisher Biotech
Inc., Saint Paul, MN), atau SOD2 (kelinci anti-SOD2 /
MnSOD,Abcam, Antibodi primerCambridge, MA), masing-masing,
menggunakan metode pewarnaan standar ABC (VECTASTAIN Elite
ABC HRP Kit, Peroxidase, Universal, RTU, Burlingame, CA) seperti
yang dilaporkan sebelumnya. Selain itu,representatif bagianPCOC
diwarnai untuk ekspresi Ki67 (anti- antibodiKi67, Abcam, Cambridge,
MA), penandasel proliferasi, untuk menentukan potensi proliferasi sel
kista ovarium. Untuk semua penanda imunohistokimia,pertama
antibodidihilangkan dalam pewarnaan kontrol dan imunoreaksi tidak
diamati pada bagian kontrol.
e. Water Blot (WB)
Gambaran imunohistokimia protein SOD2 pada ovarium normal
dan ovarium polikistik dengan kanker oleh 1D-WB menggunakan
antibodi yang sama digambarkan sebagai “chemiluminescence”
produk ( super dura west substrate; pierce/thermo fisher, rockford, IL ),
dan gambar diambil menggunakan ChemiDoc XRS ( Bio-Rad,
Hercules, CA ).
f. Semiquantitative dan Quantitative polymerase chain reactio
Perubahan dalam ekspresi IL-16 mRNA sehubungan dengan
pengembangan OVCA pada ayam dengan polikistik ovarium dinilai
oleh semi quantitatif reaksi transkripsi-polimerase rantai reaksi (PCR)
terbalik seperti yang dilaporkan sebelumnya. Untuk transkripsi-PCR
terbalik analisis, sampel yang representatif dari ovarium normal dan
polikistik ovarium dengan kanker pada tahap awal atau akhir dipilih
berdasarkan reaktivitasnya dalam imunohistokimia. Primer spesifik IL-
16 Hen dirancang oleh Oligo Perfect perangkat lunak Designer
(Thermo Fisher Scientific, Waltham, MA) menggunakan urutan IL-16
dari NCBI (GenBank NM_204352.3).
Primer maju adalah 5-TCTCTGCTTTCCCCTGAA-GA, dan
primer terbalik adalah 5-GTCCATTGGGAAACACCT-TG, yang
terletak di antara ekson 4 dan 6. β-Aktin digunakan sebagai kontrol
endogen dengan ke depan primerdari
TGCGTGACATCAAGGAGAAG dan primer primer dari
ATGCCAGGGTACATTGTGGT. Diharapkan Ukuran yangdari
amplikon IL-16 adalah 199 pasangan basa, dan itu adalah 300basa
pasanganuntuk β-aktin. Amplik PCR divisualisasikan dalamagarosa
3% gel(Pierce / Thermo Fisher) dalam buffer Tris-asetat-EDTA dan
diwarnai dengan etidium bromida. Gambar ditangkap menggunakan
sistem XRS ChemiDoc (Bio-Rad, Hercules, CA). Ekspresi kuantitatif
gen IL-16 diperiksa menggunakan PCR real-time (Uji Ekspresi Gen
TaqMan, Applied Biosystems ™, Thermo Fisher Scientific, Waltham,
MA).n

g. Studi prosfectif
Tiga puluh enam ayam betina berusia 3-4 tahun dengan kondisi
yang sama seperti disebutkan sebelumnya dipilih dengan
menggunakan pemindaian transvaginal ultrasound (TVUS). Ayam
betina yang sudah dipilih kemudian akan dimonitoring selama interval
10 minggu menggunakan pemindaian transvaginal ultrasound (TVUS).
Ayam yang didiagnosis dengan adanya massa di ovarium selama
pemantauan akan di euthanasia pada akhir study.
h. Ultasonography
Ovarium pada ayam dipindai menggunakan sistem sonografi yang
tersedia secara komersial yang melekat pada transduser endovaginal
(MicroMaxx® Ultrasound System, SonoSite Inc., Bothell, WA).
i. Statistical Analysis
Perbedaan frekuensi sel imunopositif atau intensitas imunostaining
diantara ovarium normal serta polikistik ovarium dengan kanker pada
tahap awal atau akhir dianalisis menggunakan perangkat lunak Graph-
Pad Prism (GraphPad Software Inc, San Diego,CA) dan dinilai oleh
ANOVA dan F-tes. Kemudian,berpasangan perbandingan antara
kelompok (ovarium normal atau ovarium dengan kista dan kanker pada
tahap awal atau akhir) dilakukan dengan uji-t dua sampel. Data
disajikan sebagai- ratarata ± SEM; semua nilai P yang dilaporkan
adalah 2 sisi, dan P <0 05 dianggap signifikan.
1.3 Hasil
1. Gross Examination
Pada ayam betina dengan ovarium kiri berkembang secara
fungsional menjadi semakin matang, sedangkankanan ovarium kanan
berkembang ke arah fungsional yang sejati dari ovarium. Ayam biasanya
bertelur setiap hari selama 5-6 hari; setelah itu, ayam berhenti sehari.
Kemudian, ia melanjutkan bertelur selama 5 hingga 6 hari (disebut sebagai
ukuran kopling atau urutan peletakan).

(Gambar 1)
2. Observasi Mikroskopis
Pengamatan dari ayam betina dengan ovarium yang berfungsi secara baik.
Dimana 20 ayam dipilih untuk dilakukan evaluasi secara mikroskofik.
Folikel tertanam pada stroma primordial dan primer dimana proses
mengandung pada perkembangan oosit
3. Gambaran Proliferasi Sel
Proliferasi sel yang tidak terkontrol adalah ciri khas kanker dan
Ki67, gambaran proliferasi sel yang biasanya digunakan untuk
menentukan proliferasi sel selama transformasi maligna. Untuk memeriksa
apakah kista pada ayam dengan kondisi polikistik ovarium dan kanker
ovarium menyatakan Ki67, bagian-bagian diwarnai dengan Ki67.
Ekspresi intens Ki67 oleh sel ganas PCOC diamati secara
bersamaan (Gambar 3). Pola serupa dari Ki67 yang intens ekspresijuga
terdeteksi dalam sel epitel kista. Beberapa sel-sel ini dalam kista disusun
dalamkecil kelompokseperti-cluster (Gambar 2 (c)). Sel-sel ganas pada
ayam PCOC berukuran besar dengan nukleus pleomorfik yang
mengandung banyak tokoh mitosis (Gambar 2 (d)). (d) orfologi (panah
merah), sedangkan beberapa memiliki monolayer sel epitel yang tampak
normal (hitam panah) (Gambar 3).

(Gambar 2)
4. Aktifitas Magrofag
Sel-sel yang diwarnai dengan antimacrophage berbentuk antibodi
tidak teratur dan terlokalisasi dalam stroma dan lapisan folikel pada
ovarium normal (Gambar 4 (a)). Pada ayam dengan PCOC pada tahap
awal dan akhir, makrofag dilokalisasi di stroma serta di sekitar kista
ovarium (Gambar 4 (b) dan 4 (c)). Dibandingkan dengan ovarium normal,
banyak makrofag terlokalisasi dalam stroma yang mengelilingi tumor dan
kista (Gambar 4 (b) dan 4 (c)). Selain itu, dibandingkan dengan teka
lapisan dalam folikel stroma normal, banyak makrofag juga diamati pada
kista ovarium.
Dibandingkan dengan frekuensi makrofag pada ayam dengan
ovarium normal (6,77 ± 1,58 makrofag dalam area jaringan 20mm2),
frekuensi makrofag secara signifikan lebih besar (P <) dalam stroma
0,0001PCOC pada tahap awal (17,33 ± 2,26) makrofag di area jaringan
20mm2) dan meningkat lebih lanjut di PCOC pada tahap akhir (24,24 ±
2,50 makrofag di area20mm2 jaringan) (Gambar 4 (d)).
5. Mendeteki Gambaran sel IL-16
Beberapa mengekspresikan IL-16 sel yang terdeteksi dalam stroma
ovarium normal (Gambar 5 (a)). Masuknya sel yang mengekspresikan IL-
16 terdeteksi di sekitar kista ovarium di stroma (Gambar 5 (b)). Selain itu,
banyak sel yang mengekspresikan IL-16 terlokalisasi di jaringan stroma
yang mengelilingi kista dan tumor padaPCOC ayam(Gambar 5 (c)).
Pewarnaan sesekali untuk IL-16 oleh sel-ganas selserta sel-sel kista
ovarium juga terlihat pada ayam dengan PCOC (Gambar 5 (c)).
Dibandingkan dengan frekuensi sel yang mengekspresikan IL-16 pada
ayam normal (6,32 ± 1,72 pada area 20mm2 jaringan), frekuensi sel yang
mengekspresikan IL-16 stromal secara signifikan lebih tinggi (P <0,0001)
pada ayam dengan PCOC pada tahap awal (17.43 ± 3.91 di area jaringan
20mm2) dan stadium akhir (22.83 ± 4.37 di area jaringan 20mm2)
(Gambar 6 (a)).
Gambaran jaringan IL-16 yang terdeteksi oleh imunohistokimia
dikonfirmasi meggunakan studi ekspresi gen termasuk PCR
semiquantitatif dan real-time. Seperti yang diamati dalam studi
imunohistokimia, amplifikasi kuat untuk ekspresi IL-16 mRNA terdeteksi
pada PCOC pada awal dan tahap akhir (Gambar 6 (b)). Pengamatan ini
selanjutnya dikonfirmasi oleh PCR kuantitatif yang menunjukkan secara
signifikan peningkatandalam pelepasan IL-16 terjadi pada PCOC pada
tahap awal dan akhir tahap(Gambar 6 (c)).
6. Gambaran Intesitas SOD2
Ekspresi SOD2 terletak di sitoplasma sel epitel serta stroma di
ovarium normal, dalam kista ovarium, dan sel ganas di PCOC pada tahap
awal dan akhir (Gambar 7 (a) dan 7 (c)). Pewarnaan SOD2 diamati
padastroma dan granulosa selfolikel stroma pada ovarium normal (Gambar
7 (a)). Namun, pewarnaan untuk ekspresi SOD2 lebih kuat di sel-sel kista
ovarium (Gambar 7 (b)) dan sel-sel ganas di PCOC (Gambar 7 (c)). Secara
keseluruhan, intensitas ekspresi SOD2 meningkat secara signifikan (P
<0,0001) dengan perkembangan penyakit dari normal menjadi PCOC-ES
ke PCOC-LS. Dibandingkan dengan intensitas ekspresi SOD2 pada ayam
normal (15,7 × 105 ± 6,3 × 105 dalam area jaringan 20mm2), intensitas
pewarnaan SOD2 (24,9 × 105 ± 14,3 × 105 dalam area jaringan 20mm2)
secara signifikan lebih tinggi di ayam dengan PCOC pada tahap awal (P
<0 04). Intensitas pewarnaan SOD2 meningkat lebih lanjut (34,7 × 105 ±
10,5 × 105 dalam area jaringan 20mm2) pada ayam dengan PCOC
padaakhir tahap(P <0,0006) (Gambar 8 (a)). Immunoblotting dilakukan
untuk mengkonfirmasi imunohistokimia ekspresiSOD2 oleh jaringan
ovarium.pita Ukuran sekitar 27 kDa terdeteksi pada homogenat ovarium
(Gambar 8 (b)). Dibandingkan dengan ovarium normal, ekspresi SOD2
lebih kuat pada homogenat polikistik ovarium dengan kanker pada
stadium awal (PCOC-ES) dan stadium akhir (PCOC-LS) (Gambar 8 (b)).
7. Evaluasi dari Sonografik Monitoring Prospectif
Selama pemantauan prospektif, morfologi sonografi skala abu-abu
dari folikel preovulasi besar menunjukkan lingkarangelap yang oositatau
ovalmengandung cincin konsentris di pusat masing-masing folikel.
Dibandingkan dengan folikel preovulasi fungsional, kista ovarium
memiliki ukuran yang berbeda, berisi cairan, dan berbentuk tidak teratur
dengan dinding kista yang relatif tipis dan tajam tanpa cincin konsentris
(Gambar 9 (a) dan 9 (b)). Selama pemantauan prospektif, 2 ayam dengan
polikistik ovarium menunjukkan massa jaringan padat kecil terbatas pada
bagian ovarium (Gambar 9 (a) dan 9 (b)). Ayam-ayam ini untuk sementara
didiagnosis memiliki PCOC. Di sisi lain, 3 ayam diamati memiliki massa
yang solid di ovarium tanpa kista, dan ayam-ayam ini secara sementara
didiagnosis menderita OVCA. Secara keseluruhan, pemeriksaan bruto
setelah eutanasia ayam pada akhir periode pemantauan mengkonfirmasi
prediksi ultrasound bahwa 2 dari 36 ayam memiliki PCOC (Gambar 9 (c))
sementara 3 ayam memiliki tumor ovarium tanpa kista di ovarium. Setelah
evaluasi kotor, tumor ovarium Normal.
1.4 Diskusi
Ini adalah studi pertama yang melaporkan kejadian spontan kondisi
polikistik ovarium pada ayam petelur,praklinis model kanker ovarium
spontan. Bagian eksplorasi dari penelitian ini menemukan bahwa sekitar 6%
ayam dengan tumor ovarium memiliki kondisi polikistik ovarium,
menunjukkan bahwa kondisi polikistik ovarium mungkin menjadirisiko
potensial faktoruntuk perkembangan kanker ovarium spontan.
Asumsi ini didasarkan pada hasil prospektif pemantauanayam di mana
sebagian dari mereka denganpolikistik ovariummengembangkan kanker
ovarium spontan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan prevalensi kronis
tingkat rendah peradangan selama pengembangan dan perkembangan
Frekuensi sel IL-16 + (rata-rata ± SEM) pada 20 mm2 area jaringan kanker
ovarium spontan pada ayam denganpolikistik ovarium kondisi. Penelitian ini
lebih lanjut menunjukkan bahwa stress oksidatif persisten dapat dikaitkan
dengan tingkat rendah ovarium peradangan, dan stres oksidatif persisten
dalampolikistik ovariummungkin menjadi alasan untuk transformasi ganas
ovarium ini.
Ovarium pada wanita dengan PCOS mengandung banyak kista. Dalam
studi ini, mirip dengan wanita, ayam dengan polikistik ovariumdan kanker
pada tahap awal memiliki lebih dari 25 kista berisi cairan dengan berbagai
ukuran di ovarium mereka. Selain itu, kondisi polikistik ovarium pada ayam
disertai dengan lebih sedikit (hanya satu atau dua fungsional preovulasi)
folikel (ovulabel) yang dibandingkan dengan induknya yang normal ayam.
Dengan demikian, tingkat bertelur (indikator tingkat ovulasi) pada ayam ini
juga sangat rendah, menunjukkan bahwa kondisi polikistik ovarium pada
ayam dikaitkan dengan penurunan tingkat ovulasi dan bertelur. Oleh karena
itu, adanya beberapa kista bersama-sama dengan penurunanbertelur
tingkatdapat menunjukkan cacat pada fungsi ovarium termasuk pertumbuhan
folikel dan / atau ovulasi pada ayam ini.endokrin Ketidakseimbangandapat
menjadi salah satu cacat yang terlibat dalam pengurangan fungsi ovarium,
seperti yang disarankan pada manusia.
Intensitasekspresi SOD2 (mean ± SEM) ed lebih lanjut dalam PCOC pada
tahap akhir (PCOC-LS) (P <0 006). (B) proses fisiologis dasar fungsi ovarium
termasuk pertumbuhan folikel, pematangan, dan ovulasi dikendalikan oleh
regulasi endokrin pada ayam dan pada manusia. Selain itu, informasi yang
muncul menunjukkan hubungan potensial dari kondisi nonendokrin tambahan
termasuk peradangan ovarium kronis dengan kejadian PCOS pada wanita.
Selain itu, peradangan kronis dan stres oksidatif yang belum terselesaikan
adalah faktor predisposisi untuk transformasi maligna.
Studi ini menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan ovarium normal,
frekuensi makrofag dan IL-16- (sitokin proinflamasi dan kemotaksis)
mengungkapkan sel lebih tinggi pada polikistik ovarium dengan kanker pada
stadium awal dan stadium akhir. Selain itu, masuknya IL-16 terdeteksi di
dekatovarium kistadi stroma. Selain itu, imunoreaksi untukIL-16 ekspresijuga
terdeteksi dalam sel epitel (dalam dinding lapisan) dari kista di stroma. IL-16
adalahproinflamasi yang sitokindisekresikan oleh makrofag, sel T CD8, dan
sel epitel. IL-16, suatu chemoattractant, mengarah ke homing dari sel-sel
kekebalan lain di lokasi cedera dan peradangan, menghasilkan ledakan
oksidatif yang kemudian menyebabkan stres oksidatif. Hasil ini menunjukkan
bahwa kondisi peradangan derajat rendah dikaitkan dengan perkembangan
kondisi polikistik ovarium.
Peradangan kronis adalah konsekuensi dari aktivasi kronis sel-sel
kekebalan tubuh dan peningkatan sekresi proinflamasi sitokin dan
kemokintermasuk IL-18, protein kemoatraktan monosit-1 (MCP-1),
danmakrofag protein inflamasi-1a (MIP-1α). Prevalensi kondisi inflamasi
derajat rendah dilaporkan pada wanita dengan sindrom polikistik ovarium di
mana indung telur diinfiltrasi oleh makrofag. Studi ini juga menunjukkan
peningkatan populasi makrofag dan produk proinflamasinya yang keluar, sel
yang mengekspresikan IL-16, terkait dengan ovarium PCOC. Namun, tidak
diketahui apakah kondisi inflamasi derajat rendah diperlukan untuk
perkembangan kondisi polikistik ovarium.
Asumsi bahwa stres oksidatif persisten dan peradangan kronis tingkat
rendah merupakan faktor predisposisi untuk perkembangan kondisi polikistik
ovarium dan perkembangan selanjutnya kanker ovarium didasarkan pada
pengamatan peningkatan ekspresi SOD2 oleh ayam ovarium. Studi saat ini
mengamati ekspresi antioksidan enzim, SOD2, oleh sel-sel kista ovarium dan
sel-sel ganas dalam PCOC pada tahap awal dan akhir. SOD2 memainkan
peran penting dalam menetralkanoksidatif bebas reaktif radikal. Masuknya
sel-sel kekebalan ke lokasikronis cedera (misalnya, cedera ovulasi di ovarium)
dan selanjutnya perkembangandari stres oksidatif dapat menyebabkan kronis
peradangan. Selama stres oksidatif, spesies oksigen reaktif (ROS) termasuk
superoksida diproduksi sebagai produk sampingan dari rantai transpor
elektron mitokondria. Superoksida sangat toksik yang menyebabkan kematian
sel prematur, dan sel meningkatkan ekspresi SOD2 untuk menahan stres
oksidatif. SOD2 memulung superoksida dan mengubahnya menjadi hidrogen
peroksida dan oksigen diatomik dan dengan demikian, melindungi sel dari
kematian. Dengan demikian, peningkatan ekspresi SOD adalah penanda
pengganti stres oksidatif serta peradangan. Peningkatan ekspresi SOD2 dalam
kista ovarium dan tumor pada ayam PCOC yang diamati dalam penelitian ini
mungkin merupakan respons terhadap stres oksidatif karena peningkatan
infiltrasi sel imun (makrofag danmengekspresikan IL-16 sel yang) dalam
polikistik ovarium dan perkembangan selanjutnya dari PCOC. Makrofag telah
terbukti diinfiltrasi ke ovarium dengan PCOS, dan SOD2 memfasilitasi
kelangsungan hidup sel-sel tumor dari kematian akibat stres oksidatif dalam
lingkungan mikro tumor, termasuksel bening ovarium karsinoma dan tumor
neuroendokrin. Selain itu, makrofag telah terlibat untuk dikaitkan dengan
perkembangan ganas. IL-16 telah dilaporkan untuk berpindah dari sitoplasma
ke nukleus di mana ia merangsang ekspresi MDM2, suatu penghambat tumor
penekan p53.
Penelitian ini memiliki beberapa aspek translasi. Kurangnya model
spontan yang mudah diakses adalah penghalang yang signifikan untuk
menghasilkan informasi tentang etiopatogenesis kondisi polikistik ovarium
dan PCOC. Kurangnya praklinis model kanker ovarium spontan juga
mempengaruhi studi yang bertujuan menghasilkan informasi yang diperlukan
untuk pengembangan strategi intervensi untuk kondisi polikistik ovarium dan
kanker ovarium. Tikus dengan kondisi polikistik ovarium terinduksi tidak
mewakili bahwa PCOS spontan. PCOS pada manusia adalah suatu kondisi
dengan etiologi multifaktorial dan heterogen sifatnya. Selain itu, model tikus
tidak mengembangkan jangka panjang risiko patologi ovarium termasuk
spontan kanker ovarium.
Dengan demikian, pengamatan dari model hewan pengerat, termasuk
induksi hormon dan mutasi genetik, sulit diterjemahkan ke klinik untuk studi
risiko kondisi polikistik ovarium dengan perkembangan selanjutnya kanker
ovarium. Sebaliknya, seperti yang diamati dalamkami studi eksplorasidiikuti
oleh studi prospektif, ayam petelur mengembangkan kondisi polikistik
ovarium secara spontan dengan fitur yang mirip dengan yang diamati pada
manusia (termasuk beberapa kista berisi cairan, penurunan tingkat ovulasi, dan
inflamasi tingkat rendah yang persisten).
1.5 Kesimpulan
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa, ayam betina dengan polikistik
ovarium secara spontan dengan yang terkait Sebagai kesimpulan, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ayam petelur mengembangkan kondisi
polikistik ovarium secara spontan, yang terkait dengan peradangan kronis
danoksidatif stres.
Karena peradangan dan stres kronis merupakan ciri khas dari
perkembangan ganas, PCO mungkin merupakanrisiko potensial faktoruntuk
perkembangan selanjutnya dari kanker ovarium. Ini Asumsi ini didasarkan
pada pengamatan kami dari calon pemantauan PCO ayam yang dikembangkan
OVCA kemudian.
Dengan demikian, ayam petelur menawarkan model potensial untuk
menghasilkan informasi tentang etiologi kejadian spontan kondisi polikistik
ovarium dan risiko jangka panjang perkembangan kanker ovarium. Model ini
juga akan berguna untuk mengembangkan strategi untuk mencegah timbulnya
polikistik kondisi ovarium dan risiko perkembangan OVCA.
Ketersediaan Data Data yang digunakan untuk mendukung temuan
penelitian ini tersedia dari penulis terkait berdasarkan permintaan. Konflik
Kepentingan Para penulis menyatakan bahwa mereka tidak memiliki
kepentingan bersaing mengenai publikasi makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai