b. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang di temukan di
alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan kuning, yang
ditemukan banyak dalam tumbu-tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat
dalam tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk
campuran, serta jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Misalnya
antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu ditemukan
mengandung senyawa flavon atau flavonol yang tidak berwarna (Tim Dosen Kimia
Organik, 2017).
d. Steroid
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka
dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.
Senyawa senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu. Senyawa ini memiliki
beberapa kegunaan bagi tumbuhan yaitu sebagai pengatur pertumbuhan
(seskuitertenoid abisin dan giberelin), karotenoid sebagai pewarna dan memiliki
peran dalam membentu proses fotosintesis. Kegunaannya dalam bidang farmasi yaitu
biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat. Kenyataannya sekarang ini
Steroida dianggap sebagai senyawa yang hanya terdapat pada hewan tetapi sekarang ini
makin banyak juga ditemukan pada tumbuhan (fitosterol). Fitosterol merupakan
senyawa steroida yang berasal dari tumbuhan. Senyawa fitosterol yang biasa
terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol dan kampesterol (Harborne,
1987).
Steroid merupakan golongan lipid utama. Steroid berhubungan dengan terpena
dalam artian bahwa keduanya dibiosintesis lewat rute yang mirip. Lewat reaksi yang
benar-benar luar biasa urutannya, triterpena asiklik skualena dikonversi secara
stereospesifik menjadi steroid tetrasiklik lanosterol, dan dari sini disintetis steroid lain.
Ciri struktur yang umum pada steroid ialah empat cincin yang tergabung. Cincin A, B,
dan C beranggota enam, dan cincin D beranggota lima, biasanya bergabung dengan cara
trans (Hart, 2003).
Steroid terdapat dalam hampir setiap tipe sistem kehidupan. Dalam binatang banyak
steroid bertindak sebagai hormon. Steroid ini, demikian pula steroid sintetik digunakan
meluas sebagai bahan obat. Kolesterol merupakan sterfoid hewani yang terdapat paling
meluas dan dijumpai dalamhampir semua jaringan hewan. Batu kandung empedu dan
kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawaini. Kolesterol merupakan zat
yang diperlukan dalam biosintesis hormon steroid, namun tak merupkan keharusan
dalam makanan dalam makanan, karena dapat disintesis dari asetilkoenzim A
(Fessenden, 1982).
e. Terpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isopropena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon
asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan
berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Senyawa tersebut merupakan
senyawa tanpa warna berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif
optik, yang umumnya sukar dicirikan karena tidak ada kereaktifan kimianya.
Senyawa triterpenoid pada tumbuhan berfungsi sebagai pertahanan terhadap
serangga pengganggu dan faktor pengaruh pertumbuhan (Harborne, 1987).
Triterpenoid merupakan senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh
tinggi, optis aktif dan umumnya sukar dicirikan karena tidak memiliki kereaktifan kimia.
Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat –
H2SO4 pekat) yang kebanyakan triterpena dan sterol jika terjadi perubahan warna
hijau-biru menunjukkan positif steroida dan jika perubahan warna merah-ungu, coklat
menunjukkan triterpenoida (Edeoga et al., 2005).
Bahan
1. PenyiapanEkstrakMetanolRimpangTemulawak
Daun kelor
- Dibersihkan
- Dikeringkan pada suhu kamar
- Digiling atau diblender
- Diambil 5 gram
5 g daun kelor
Filtrat Residu
Komponen Kimia
2. Identifikasi alkaloid denganmetodeCulvenor-Fitz Gerald (Harborne. 1987
1 ml sampel
Filtrat Residu
- dibagi menjadi 3
bagian yang sama
1 ml sampel
Filtrat Residu
- Ditambahkan 0,1 g Mg
- Ditambahkan 2 tetes HCl pekat
- Diamati
1 ml sampel
Filtrat Residu
- Dikocok
- didiamkan 15 menit
- diamati
-
Terbentuk busa yang stabil
(enunjukkan adanya saponin)
5. Identifikasi Steroid (Harborne, 1987)
1 ml sampel
6. IdentifikasiTriterpenoid
1 ml sampel
1 ml sampel
Filtrat Residu
Uji fitokimia kandungan saponin pada ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.)
menunjukkan hasil yang negatif dikarenakan tidak terbentuknya busa yang stabil. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada ekstrak daun kelor yang telah diuji tdak mengandung sponin.
Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu,
dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Saponin juga digunakan
sebagai anti mikroba (Robinson, 1995).
5. Identifikasi Steroid
Identifikasi ini didasarkan pada kemampuan senyawa steroid membentuk warna oleh
asam sulfat pekat. Steroid adalah kelompok senyawa bahan alam yang kebayakan
strukturnya terdiri dari atas 17 atom karbon dengan membentuk struktur dasar 1,2-
siklopentenoperhidrofenantren.
Pada uji fitokimia steroid, 1 mL ekstrak daun kelor ditambah 3 mL etanol 70%, 2 mL
H2SO4 pekat, 2 mL asam asetat anhidrat. Adanya senyawa steroid ditunjukan dengan
terbentuknya warna hijau atau biru. Perubahan warna desebabkan terjadinya oksidasi
pada golongan senyawa steroid melalui pembentukan ikatan terkonjugasi. Fungsi dari
etanol sebagai pelarut universal yang dapat bersifat polar dan nonpolar, karena
steroid bersifat polar sehingga dapat mengekstraksi dengan etanol. Penambahan
H2SO4 pekat yang bertujuan untuk menghidrolisis air yang akan bereaksi dengan
derivatif asetil untuk membentuk cincin merah coklat atau ungu dan penambahan
sejumlah kecil anhidrida asetat dalam uji Liebermann-Burchard akan menyerap air
dan membantu mengoksidasi asam dengan asam sulfat, karena reaksi oksidasi asam
tidak akan terjadi jika masih terkandung di dalam air. Reaksinya sebagai berikut.
Uji fitokimia kandungan steroid pada ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.)
menunjukkan hasil yang negatif dikarenakan larutan tidak berubah warna menjadi
hijau/buru, akan tetapilarutan berubah menjadi warna merah kecoklatan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada ekstrak daun kelor tidak mengandung steroid.
6. Identifikasi Terpenoid
Identifikasi ini didasarkan pada kemampuan senyawa terpenoid membentuk warna
oleh asam sulfat pekat. Tripernoid adalah kelompok senyawa metabolit sekunder yang
terbesar, dilihat dari jumlah senyawa maupun variasi kerangka dasar strukturnya. Senyawa
terpenoid tersusun atas karbon karbon dengan jumlah kelipatan lima.
Pada uji fitokimai terpenoid, 1 mL ekstrak daun kelor dimabahkan 2 mL kloroform,
3 mL H2SO4 pekat. Adanya senyawa terpenoid ditunjukan dengan terbentuknya warna
merah kecoklatan dan terbentuk cincin coklat pada batas penambahan H 2SO4.
Perubahan warna desebabkan terjadinya oksidasi pada golongan senyawa steroid
melalui pembentukan ikatan terkonjugasi. Prisip reaksi steroid adalah kondensasi atau
pelepasan H2O dan penggabungan karbokation. Reaksi ini diawali dengan proses asetilasi
gugus hidroksil menggunakan asam anhidrida. Gugus asetil yang merupakan gugus
pergi yang baik akan lepas, sehingga terbentuk ikatan rangkap. Selanjutnya tejadi
pelepasan gugus hidrogen beserta elektronya, mengakibatkan ikatan rangkap
berpindah. Senyawa ini mengalami resonansi yang bertindak sebagai elektrofilik atau
karbokation. Serangan karbokation menyebabkan adisi elektrofilik, diikuti dengan
pelepasan hidrogen. Kemudian gugus hidrogen beserta elektronya dilepas akibatnya
senyawa mengalami perpanjangan konjugasi yang memperlihatkan munculnya cincin coklat.
Reaksinya sebagai berikut.
Uji fitokimia kandungan steroid pada ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.)
menunjukkan hasil yang positif dikarenakan larutan berubah warna menjadimerah
kecoklatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ekstrak daun kelor tidak mengandung
terpenoid.
7. Identifikasi Tanin
Pada uji tanin, larutan sampel diambil 1 ml dan dididihkan dengan 14 mL aquades
dalam penangas air. Larutan sampel berubah warna menjadi hijau (++) Kemudian disaring
menghasilkan filtrat berupa larutan berwarna hijau (++). Selanjutnya ditambahkan 3 tetes
FeCl3 1% dan larutan berubah warna menjadi coklat kehijauan. Uji fitokimia dengan
menggunakan FeCl3 digunakan untuk menentukan apakah sampel mengandung gugus fenol.
Adanya gugus fenol ditunjukkan dengan warna hijau kehitaman atau biru tua setelah
ditambahkan dengan FeCl3. Penambahan FeCl3 pada larutan sampel menghasilkan
perubahan warna pada larutan sampel menjadi coklat kehijauan yang menandakan adanya
senyawa tanin pada ekstrak daun kelor. Terbentuknya warna coklat kehijauan atau biru
kehitaman ini disebabkan karena tanin akan bereaksi dengan Fe3+ membentuk suatu senyawa
kompleks triaryloksi. Reaksi tanin dengan FeCl3 adalah sebagai berikut :
Gambar 16. Reaksi Tanin dan FeCl3 (Setyowati & Ariani, t.t.)
Berdasarkan hasil identifikasi tanin pada ekstrak daun kelor menghasilkan uji
positif yang artinya pada daun kelor mengandung senyawa tanin. Tanin merupakan
golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol mempunyai rasa sepat. Senyawa
tannin merupakan senyawa polifenol yang berada di tumbuhan, makanan dan minuman.
XII. SIMPULAN
Edeoga HO, Okwu DE, Mbaebre BO. 2005. Phytochemical Constituent of Some
Nigerian Medicinal Plants. African Journal of Biotechnology 4(7):685-688.
Kane SR, Apte VA, Todkar SS, Mohite SK. 2009. Diuretic and laxative activity of
ethanolic extract and its fractions of Euphorbia Thymifolia Linn. Int J ChemTech
Res 1(2):149-152.
Oduro I, Ellis WO, Owusu D. 2008. Nutritional potential of two leafy vegetables:
Moringaoleifera and Ipomoea batatas leaves. Scientific Research and Essay 3(2)
:57-60.
Tarziah. 2012. Karakterisasi Simplisia dan skrining Fitokimia serta Isolasi Steroid
/Triterpenoid dari Ekstrak Etanol Pucuk Labu siam (Sechium edule (Jacq.).
(Skripsi). Program Ekstensi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas
Sumatera Utara.
Tim Dosen Kimia Organik.2017. Panduan Praktikum Kimia Organik. Surabaya. Unesa
Press.
Tyler, V.E, Lynn, R.B and Robbers, J.E. 1988. Pharmacognosy. Philadelphia. Lea and
Febiger
JAWABAN PERTANYAAN
K2[HgI4]
N + NK+ + K[HgI4]-
Reaksi Wagner :
Reaksi Dragendorf :
Identifikasi Flavonoid
C2H5OH + Mg(s) Mg(OH)2(aq) + C2H5Mg(OH)2 +CH3-CH2 + HCl
HO O
O
+ C2H5 (aq)
OH O
C O
OH
+ C2H5 (aq) + HCl (aq)
Identifikasi Steroid
KBiI4 K+ + BiI4-
o CH 3 O
o
H 3C N CH 3
N
H 3C BiI 4
+ BiI 4-
N N N N O
O
O CH 3 CH3
Identifikasi Tanin
FeCl3 Fe3++3Cl-
HO
OH
+Fe(OH)3
OH
OH
+Fe3+
OH HO
OH
HO
OH hitam
3. Sebutkan senyawa-senyawa flavonoid apa saja yang terdapat pada rimpang temulawak
berdasarkan literatur yang ada!
Jawab:
Dalam rimpang temulawak terdapat senyawa Alkaloid, flavonoid, saponin,
triterpenoid, tannin, glikosida, dan fenolik.
Daun kelor
kering
3. dimasukkan 5 gram Daun kalor
serbuk daun kelor kering direndam
kering kedalam gelas kedalam
kimia dan ditambah 15 metanol
mL metanol 60-80 %
hingga terendam
Campuran
setelah
ditambahkan
Mg dan HCl
larutan berubah
menjadi
berwarna coklat
dan terdapat
padatan Mg
yang tidak larut.
Hasil uji
flavonoid ini
bernilai negatif
yang artinya
ekstrak daun
kelor tidak
mengandung
flavonoid
13. Dilakukan uji Saponin, Larutan
larutan sampel didihkan dipanaskan dan
lalu dikocok dan terdapat
didiamkan selama 15 gelembung saat
menit pemanasan
Setelah
didiamkan 15
menit tidak
bterdapat
gelembung. Uji
ini
menghasilkan
uji negatif yang
artinya ekstrak
daun kelor tidak
mengandung
saponin.
Campuran
dipanaskan
diatas penangas
air
Campuran
disaring
menghasilkan
filtrat berwarna
hijau (++).
Campuran
setelah
ditambahkan
FeCl3
menghasilkan
warna hijau
kecoklatan yang
menandakan
ekstrak daun
kelor positif
mengandung
tanin.