Anda di halaman 1dari 12

ISSN 1978-236575

Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,


Vol. 10 | No. 2 | Desember 2011 | 75 - 86

PERHITUNGAN EMISI BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT SEBAGAI


BAHAN BAKAR UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL

Hartono1) dan M. Indra Al Irsyad2)


Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan,
dan Konservasi Energi
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Telp. (021) 7203530, Cipulir Keb Lama
Jakarta Selatan
hartono_pi@yahoo.com

Abstrak
Bio-energi sebagai salah satu sumber energi baru terbarukan selama ini diasumsikan sebagai
energi karbon netral walaupun sebenarnya tetap menghasilkan emisi. Sebagai salah satu jenis
bio-energi, biodiesel juga mengeluarkan emisi yang nilainya lebih besar dari pada fosil diesel
(solar). Untuk mengklarifikasi hal tersebut, dengan menggunakan data sekunder, penelitian ini
melakukan life cycle analysis (LCA) mulai dari emisi yang keluar saat penebangan hutan hingga
emisi yang keluar dari cerobong asap pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di Provinsi Riau.
Emisi yang dihasilkan biodiesel untuk bahan bakar pembangkit adalah 1,258 kgCO2/kWh, namun
jika proses pembukaan hutan tidak dihitung, maka emisi akan turun menjadi 0,094 kgCO2/kWh.
Nilai ini dibawah faktor emisi Sistem Ketenagalistrikan Sumatera, sebesar 0,743 kgCO 2/kWh.

Kata kunci: life cycle analysis, biodiesel, pembangkit listrik, faktor emisi

Abstract
Bio-energy as one of renewable energy is assumed as carbon neutral even though it still
actually incurs emission. As one of the types of bio-energy, biodiesels also produce emission
which was concluded higher than fossil diesel. To clarify that issue, by using secondary data, this
research conducted life cycle analysis (LCA) which was started from the emission produced since
the time of land conversion until emission in the power plant stack, in Riau Provinces. Emission
caused from biodiesel as fuel in power plant is 1.258 kgCO2/kWh; however, if land conversion
process is not included then the emission will reduce to 0.094 kgCO2/kWh. This value is lower
than the emission factor of Sumatera Electricity System, which is 0.743 kgCO2/kWh.

Keywords: life cycle analysis, biodiesel, power plant, emission factor

Naskah diterima: 03 Oktober 2011, dinyatakan layak muat : 20 Desember 2011 75


76 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 | No. 2 | Desember 2011 | 75 - 86

PENDAHULUAN bervariasi dari 3% untuk campuran minyak


Latar Belakang rapeseed 5% hingga 88% untuk minyak
Energi baru terbarukan selama ini rapeseed 100%. Tabel 1. menunjukkan hasil
mempunyai citra yang ramah lingkungan. penelitian LCA emisi biofuel di berbagai
Namun, pendapat umum ini dikejutkan oleh negara dengan berbagai komoditi bahan baku.
publikasi DeNocker dan Spirinckx (1998) yang Perbedaan hasil penelitian LCA di Tabel
menyatakan biodiesel mempunyai dampak 1. disebabkan oleh perbedaan bahan baku
lingkungan yang lebih negatif dibandingkan biodiesel sekaligus lokasi negara analisis.
dengan fosil diesel. Paper tersebut merupakan Perhitungan emisi biodiesel di Indonesia telah
rangkuman penelitian Ceuterick dan Spirinckx dilakukan oleh Hasanuddin dkk (2010) serta
(1997) di the Flemish Institute for Dewi dkk (2009). Sayangnya, analisis yang
Technological Research yang menghitung life telah dilakukan Hasanuddin (2010) adalah
cycle analysis (LCA) emisi biodiesel berbasis estimasi untuk emisi minyak jarak. Demikian
tanaman rapeseed dan fosil diesel di Belgia. juga Dewi dkk (2009), perhitungan hanya
Selain studi oleh Ceuterick dan Spirinckx dilakukan pada emisi pembukaan hutan untuk
(1997) pada perkebunan rapeseed di Belgia, perkebunan kelapa sawit tanpa melanjutkannya
Sheehan dkk (1998) di National Renewable hingga menjadi biodiesel. Untuk itu, penelitian
Energy Laboratory (NREL) melakukan studi ini bermaksud melengkapi perhitungan emisi
sejenis untuk perkebunan kedelai di Amerika yang dihasilkan dari pemanfaatan biodiesel
Serikat dengan kesimpulan serupa walau ada berbasis kelapa sawit untuk bahan bakar
perbedaan pola penanaman yang berbeda pembangkit listrik. Analisis dilakukan
terkait dengan penggunaan jumlah pupuk. berdasarkan data sekunder diambil dari hasil-
Kesimpulan penelitian Ceuterick dan hasil penelitian yang sebelumnya telah ada di
Spirinckx (1997) serta Sheehan dkk (1998) Indonesia.
memancing studi tandingan di negara lain. Di
Yunani, Nanaki dan Koroneos (2009) Tujuan
menyimpulkan sebaliknya yaitu biodiesel Penelitian ini bertujuan menghitung emisi
mampu menurunkan emisi GRK walaupun biodiesel mulai dari pembukaan lahan hutan
biodiesel menaikkan emisi PM10, nitrogen hingga pemakaiannya di pembangkit listrik.
oxides (NOx), nitrogen, nitrous oxide, Hasil perhitungan ini dapat menjadi masukan
phosphorous dan pencemaran air. Hasil yang bagi pemerintah mengenai efektivitas
berbeda juga di dapat oleh Lechon dkk (2009) penggunaan biodiesel untuk mengurangi emisi
yang melakukan variasi percobaan yaitu di sektor energi.
menghitung emisi dari jumlah campuran
biodiesel yang berbeda-beda di Spanyol.
Hasilnya adalah bahwa penurunan emisi
Perhitungan Emisi Biodiesel Dari Kelapa Sawit 77
Sebagai
Ketenagalistrikan Dan Bahan
Energi Bakar Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Terbarukan,
Vol. 10 No. 2 Desember 2011 : 75 - 85
Tabel 1. Analisis LCA emisi biodiesel dan fosil diesel di berbagai negara

Negara Komoditi Kesimpulan


Belgia Rapeseed Fosil diesel 2x lebih ramah lingkungan
(Ceuterick and Spirinckx, dibandingkan bio-diesel
1997)
Amerika Serikat Kedelai Penggunaan B20 menyebabkan :
(Sheehan dkk, 1998) CO ↓15,66% CO ↓ 6,90%
2
TPM ↓ 6,48% HF ↓ 3,10%
SOx ↓ 1,61% CH ↓0,51%
4
NOx ↑ 2,67% HCi ↑2,71%
THC ↑ 7,19%
Yunani Rapeseed 1 ton fossil diesel = 2,8 ton CO
2e
(Nanaki&Koroneos, 2009) 1 ton bio-diesel = 2,4 ton CO
2e
Spanyol (Lechon dkk, 2009) Etanol: Solar 163 Bensin 203
Tanaman biji, Bietanol85% 58
sereal Biodiesel: Bioetanol 5% 195
Minyak rapeseed 5% 158
Biodiesel: Minyak rapeseed 10% 154
Minyak bekas Minyak rapeseed 100% 19
Sawit, kedelai dan Minyak bekas 5% 155
Rapeseed Minyak bekas 10% 148
Minyak bekas 100% 19
(dalam satuan g CO /km)
2e

Inggris Rapeseed Biodiesel teknologi baru 0,019


(Mortimer dkk, 2003) Biodiesel teknologi konvensional 0,041
Ultra low sulphur diesel 0,095
(dalam kg CO /MJ)
2e
Indonesia Singkong dan jarak 1 kL etanol =0,268 t CO
2e
(Hasanuddin dkk, 2010) 1 kL crude jatropha oil=0,4374 tCO
2e
(analisis tidak sampai jadi biofuel)

METODOLOGI yang dihasilkan yang kemudian dikirim dan


Metode yang digunakan dalam penelitian dimanfaatkan di Jepang.
ini adalah life cycle analysis (LCA). Metode Penelitian ini kemudian menambahkan
LCA merupakan analisis siklus hidup biodiesel analisis emisi yang timbul ketika proses
yang berupa urutan proses mulai dari konversi konversi hutan untuk perkebunan (land use
hutan menjadi perkebunan kelapa sawit hingga change/LUC) dan emisi yang diserap ketika
penggunaan biodiesel di pembangkit listrik tanaman sawit muda tumbuh. Emisi yang
(cradle to grave). dilepas dan diserap selama proses konversi
Analisis LCA di penelitian ini hutan merujuk pada hasil penelitian Dewi dkk
menggunakan diagram alir dan data analisis (2009) pada pilot project di Riau.
Kamahara dkk (2010) yang menghitung
keseimbangan energi biodiesel di perkebunan
kelapa ‘sawit Lampung. Kamahara dkk (2010)
kemudian menggunakan skenario biodiesel

Naskah diterima: 03 Oktober 2011, dinyatakan layak muat : 20 Desember 2011


78 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 | No. 2 | Desember 2011 | 75 - 86

Mengingat kedua lokasi analisis di Penelitian ini kemudian memodifikasi


literatur tersebut berbeda, maka penelitian ini analisis Kamahara dkk (2010) yang
mengasumsikan perkebunan kelapa sawit dan mengasumsikan bahwa biodiesel tersebut di
pabrik biodiesel mempunyai karakteristik yang ekspor ke Jepang menjadi pemanfaatan dalam
sama di setiap wilayah Indonesia. Asumsi ini negeri untuk bahan bakar pembangkit listrik
diharapkan dapat memenuhi persyaratan tenaga diesel (PLTD) sebagaimana
Intergovernmental Panel on Climate Change diperlihatkan pada Gambar 1.

Proses Konversi Proses


Pendukung Hutan Utama

Energi Produksi
Primer Energi Perkebunan

FFB POME WWT


Biogas
Boiler Abu

Pabrik CPO
PKS,
PPF
Sumber Produksi
Daya Fosil Kimia
EFB

CPO Pabrik
Biji minyak biji
Air
sawit
Pabrik
Glycerin
Biodiesel

Biodiesel

Keterangan :
FFB : Fresh Fruit Bunches/ Tandan Buah Sawit Segar
CPO : Crude Palm Oil/ Minyak Kelapa Sawit Mentah
POME : Palm Oil Mill Effluent/ Limbah Proses
PKS : Palm Kernel Shells/ Cangkang atau Kulit Biji Sawit
PPF : Palm Press Fiber/ Serabut Padat Kelapa Sawit
EFB : Empty Fruit Bunches/ Tandan Buah Kosong
WWT:Waste Water Treatement/ Instalasi Pengolah Limbah

Gambar 1. Diagram alir analisis


(Kamahara dkk, 2010)
(IPCC) mengenai ketelitian data tingkat Terdapat 2 (dua) proses dalam LCA emisi
nasional (tier 2). biodiesel yaitu proses utama dan pendukung.
Proses pendukung adalah proses produksi
Perhitungan Emisi Biodiesel Dari Kelapa Sawit 79
KetenagalistrikanSebagai BahanTerbarukan,
Dan Energi Bakar Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Vol. 10 No. 2 Desember 2011 : 75 - 85

bahan baku yang digunakan pada proses utama plasma, 50% wilayah tersebut berasal dari
seperti pupuk dan energi. Sementara pada bekas tebangan hutan. (Dewi dkk, 2009);
proses utama, tandan buah sawit segar (fresh b) Kebutuhan pupuk perkebunan sawit di
fruit bunches/FFB) dipanen secara manual Riau tersebut diasumsikan sama dengan
sebagaimana umumnya perkebunan kelapa kebutuhan perkebunan di Lampung yang
sawit di Indonesia. Pabrik kelapa sawit (palm dianalisis oleh Kamahara dkk (2010);
oil mill) kemudian memproduksi minyak c) Biodiesel digunakan untuk bahan bakar
kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan pembangkit listrik mengingat hampir
biji sawit. Biji sawit ini kemudian dikirim ke 100% pasokan listrik Riau berasal dari
pabrik lain untuk diolah menjadi minyak biji PLTD. Berdasarkan Rencana Usaha
sawit. Cangkang/kulit biji sawit (palm kernel Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT
shells/PKS) dan serabut padat kelapa sawit PLN (Persero) Tahun 2009–2018, saat ini
(palm press fiber/ PPF) dimanfaatkan sebagai ada 161 PLTD berkapasitas total 141,7
bahan bakar produksi. Abu dari bahan bakar MW yang memasok 11 sistem
tersebut bersama-sama dengan tandan buah ketenagalistrikan yang ada di Riau.
kosong (empty fruit bunches/EFB) dijadikan Pertimbangan lain adalah bahwa harga
pupuk. Limbah proses atau disebut juga palm biodiesel yang diproduksi mampu bersaing
oil mill effluent (POME) kemudian diolah di dengan harga minyak berat untuk industri
sistem kolam biologi untuk kemudian dapat yang di 2010 harganya berkisar Rp
digunakan sebagai air irigasi perkebunan. 6.800,-/liter;
Nilai parameter yang digunakan dalam Selain itu, penelitian ini juga
tiap tahapan proses di perlihatkan pada Gambar menggunakan asumsi nilai energi yang
1. sangat bergantung pada lokasi analisis. diperlukan untuk proses pendukung dan data
Seperti misalnya luas hutan yang dikonversi untuk proses utama sebagaimana diperlihatkan
menjadi perkebunan kelapa sawit, jarak antara pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4 dan
pabrik minyak sawit dengan pabrik biodiesel Tabel 5.
hingga jenis teknologi pemanfaat biodiesel. Tabel 2. Data untuk proses utama
Untuk itu, perhitungan LCA dibatasi pada Proses Bahan Nilai Satuan
Perkebunan Urea (CH4N2O) 280 gram
parameter berikut: (per ha per Triple super 20 gram
a) Lokasi yang dianalisis adalah pabrik tahun) phosphate (P2O5)
Rock phosphate (P, 208 gram
minyak kelapa sawit di Provinsi Riau dan Ca)
pabrik tersebut dilengkapi dengan fasilitas Muriate of Potash 280 gram
(K, Cl)
produksi biodiesel percontohan. 40% area Kieserite (Mg) 76 gram
perkebunan, yang didirikan pada tahun Dolomite (Mg, Ca) 167 gram
Herbicides 257 mg
1990-an, merupakan bekas wilayah Pabrik CPO Bahan bakar solar 1,4 kg
untuk FFB per ton
penebangan hutan. Di area perkebunan
CPO

Naskah diterima: 03 Oktober 2011, dinyatakan layak muat : 20 Desember 2011


80 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 | No. 2 | Desember 2011 | 75 - 86

Tabel 5. Faktor emisi yang digunakan


Produksi Bahan mentah 1,05 kg
biodiesel Glycerin 0,16 kg Bahan Nilai Satuan Sumber
(per kg 7 Urea 0,2 kgCO2/kg Wood &
biodiesel) Metanol 0,13 kg Cowie (2004)
5 Triple super 1,08 kgCO2/kg Wood &
Caustic Potash 9,15 g phosphate Cowie (2004)
Listrik 0,30 kWh Rock 0.043 kgCO2/kg International
7 phosphate Fertilizer
Transportasi Jarak antara kebun 8 km Industry
dan pabrik CPO Association
Jarak antara pabrik 80 km (IFA)
CPO dengan PLTD Muriate of 1,2 kgCO2/kg Sandars dkk
Konsumsi solar truk 0,28 kg/km potash (2003)
5 ton (kebun- Dolomite 0,91 kgCO2/kg IPCC (1996)
pabrik) Herbicides 8 kgCO2/kg Tullberg
Konsumsi solar 0,29 kg/km (2009)
trailer 20 m3 Produksi 0,67 kgCO2/kg IPCC (2006)
(pabrik-PLTD) metanol
Sumber: Kamahara dkk (2010) Solar 0,074 kgCO2/MJ IPCC (2006)
Pembakaran 0,039 kgCO2/kWh Sheehan dkk
Tabel 3. Asumsi jumlah bahan dan kualitas biodiesel (1998)
tandan buah sawit segar (FFB)
Bahan Kandungan di HASIL DAN PEMBAHASAN
FFB (%-FFB) Timbulnya emisi dimulai dari peralihan
Input
- FFB (Fresh Fruit Bunches) 100,0 fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit
- Air 19,36 (land use change/ LUC). Emisi GRK yang
Output
- CPO (Crude Palm Oil) 21,51 keluar adalah lepasnya stok karbon yang
- Biji (by-product) 4,30 terkandung dalam biomassa di atas dan di
Limbah
- EFB (Empty Fruit Bunches) 25,00 bawah tanah, karbon tanah dan karbon yang
- PPF (Palm Press Fiber) 14,10
tersimpan dalam zat organik mati (dead
- PKS (Palm Kernel Shells) 5,35
- POME (Palm Oil Mill Effluent) 35,40 organic matter/DOM). Nilai karbon yang
Sumber: Kamahara dkk (2010) dikeluarkan berbeda untuk tiap jenis lahan.
Lahan kehutanan yang umumnya dikonversi
Tabel 4. Keperluan energi untuk produksi
bahan kimia dan bahan bakar fosil adalah hutan alami, hutan gambut dan lahan
Bahan Nilai Satuan terdegradasi. Lahan terdegradasi mempunyai
Urea 33,2 MJ/kg
emisi lebih besar karena jumlah DOM yang
Triple super phosphate 2,8 MJ/kg
Muriate of potash 1,3 MJ/kg lebih banyak.
Kieserite 3,5 MJ/kg
Adapun penyerapan CO2 pada perkebunan
Dolomite 0,5 MJ/kg
Herbicides 215 MJ/kg kelapa sawit berasal dari batang pohon kelapa
Produksi metanol 2,8 MJ/kg
sawit dan daun pakis yang tidak terpotong
Bahan baku metanol 33,5 MJ/kg
Minyak solar 47,6 MJ/kg ketika panen. Karbon yang tersimpan dalam
Minyak berat 47,6 MJ/kg
Listrik 10,47 MJ/kWh
tandan buah sawit segar (TBS/FFB) tidak

Sumber: Kamahara dkk (2010) dihitung sebagai penyerapan karbon karena


TBS tersebut akan dibakar dan karbon yang
Perhitungan Emisi Biodiesel Dari Kelapa Sawit 81
KetenagalistrikanSebagai BahanTerbarukan,
Dan Energi Bakar Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Vol. 10 No. 2 Desember 2011 : 75 - 85

tersimpan akan kembali keluar. Beberapa hasil ini sangat kecil bila dibandingkan dengan
penelitian mengenai faktor serapan dan faktor emisi dari proses lain selama usia produksi
emisi dapat dilihat pada Tabel 6. Faktor pabrik. Asumsi yang sama digunakan pada
serapan dihitung dengan asumsi usia pohon sarana transportasi truk dan instalasi PLTD.
kelapa sawit sekitar 25–30 tahun. Proses perhitungan LCA emisi biodiesel
untuk PLTD dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel 6 . Faktor emisi dan faktor serapan
Proses pertama adalah menghitung jumlah
hutan (ton CO2e/ha/tahun)
Sumber Faktor Emisi Faktor Serapan biodiesel yang diperlukan untuk menghasilkan
(tCO2/ha) (tCO2/ha/tahun)
Hutan Hutan Hutan Hutan
listrik 1 kWh. Untuk itu, penelitian ini merujuk
lindung Gambut lindung Gambut pada RUPTL PT. PLN (Persero) Tahun 2009–
Brinkmann 13 – 25,5 1,17 - 2,82
Consultancy 2018 yang membutuhkan 2.425 juta liter solar
(2009) diesel untuk menghasilkan listrik 8.115 GWh.
Dewi dkk 12,41 – 25,83 0,1 – 3,28
(2009) Dengan asumsi 1 liter solar diesel setara
Fargione 14,04 69,04 7,1
dkk (2008)
dengan 0,84 kg solar diesel, maka dibutuhkan
0,25 kg solar diesel untuk menghasilkan 1 kWh

Pada saat penanaman dan pemeliharaan listrik. Kemudian diasumsikan kualitas solar

pohon kelapa sawit, lahan perkebunan perlu diesel dan biodiesel 100% (B100) sama

diberi pupuk dengan data di Tabel 2. Proses sehingga berat bahan bakar untuk produksi

selanjutnya adalah memanen FFB dari listrik 1 kWh sama, yaitu 0,25 kg.

perkebunan untuk dibawa ke pabrik minyak


Tabel 7. Energi yang dibutuhkan untuk
kelapa sawit. Asumsi jarak kebun dengan produksi 1 kg biodiesel
pabrik adalah 8 km. FFB kemudian di proses Bahan MJ
Urea 2,338
menjadi CPO. Selanjutnya, CPO tersebut Triple super phosphate 0,014
diproses menjadi biodiesel di fasilitas pengolah Rock phosphate 0,069
Muriate of potash 0,038
yang diasumsikan berada di lokasi pabrik Dolomite 0,022
tersebut. Biodiesel kemudian dikirim ke PLTD Herbicides 0,014
Listrik 3,211
yang ada dengan jarak rata-rata 80 km pulang
Produksi metanol 0,378
pergi. Limbah selama proses produksi Bahan baku metanol 4,521
digunakan sebagai co-generation pada boiler Sumber: Kamahara dkk (2010)

dan pupuk kebun kelapa sawit. Data yang


digunakan untuk perhitungan dalam Gambar
1. dapat dilihat di Tabel 2.
Emisi yang dikeluarkan untuk
pembangunan pabrik CPO dan fasilitas
produksi biodiesel diabaikan. Sheehan dkk
(1998) berpendapat bahwa emisi pada tahapan

Naskah diterima: 03 Oktober 2011, dinyatakan layak muat : 20 Desember 2011


82 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 | No. 2 | Desember 2011 | 75 - 86

0,586 MJ
0,01 kg urea
Konversi
Hutan 0,003 MJ
0,001 kg triple
super phosphate

Kebun Kelapa 0,01 kg rock 0,017 MJ


Sawit phosphate

FFB 1,05 kg 0,061 MJ


0,26 kg EFB; 0,017 kg muriate
0,054 MJ 2,52 E-04 kg Transportasi 0,37 kg POME; of potash
solar Kebun - Pabrik Abu
0,004 kg 0,009 MJ
0,2 kg air uap kieserite
Produksi
0,05 kg PKS & 0,011 kg 0,005 MJ
CPO
0,14 kg PPF
dolomite
0,806 MJ 0,07 kWh listrik CPO 0,22 kg

Produksi 0,04 kg biji 1,63E-05 kg 0,0035 MJ


0,07 MJ
1,05 kg Solar biodiesel herbicides
Metanol
Biodiesel 0,25 kg 0,033 kg
Produksi 0,09 MJ
0,03 MJ 1,49 E-05 kg Transportasi 0,037 kg Metanol
solar Pabrik - PLTD glycerin
1,13 MJ
0,033 kg bahan
baku Metanol
Produksi
Listrik

Listrik 1 kWh

Gambar 2. Aliran bahan dan energi di proses produksi biodiesel

Proses berikutnya adalah memanfaatkan bakar yang didapat tersebut dikalikan dengan
hasil penelitian Kamahara dkk (2010) faktor emisi di Tabel 5. untuk mendapatkan
mengenai jumlah energi yang dibutuhkan untuk emisi CO2 per proses.
memproduksi 1 kg biodiesel sebagaimana Emisi akibat peralihan fungsi hutan di
diperlihatkan dalam Tabel 7. Bila nilai pada Tabel 3 masih menggunakan satuan per
Tabel 7 dibagi dengan nilai pada Tabel 4 hektar sehingga perlu disamakan menjadi per
dan kemudian dikali dengan 0,25, maka jumlah kWh. Langkah pertama adalah membuat
bahan kimia dan bahan bakar fosil yang asumsi produktivitas kebun kelapa sawit
dibutuhkan untuk 1 kWh listrik dari biodiesel sebesar 28.000 kg FFB per hektar per tahun.
dapat ditentukan. Analogi perhitungan yang Dengan memasukkan asumsi tersebut ke
sama digunakan untuk mendapatkan emisi Gambar 2 . maka kebun sawit 1 hektar dapat
transportasi pada Tabel 2. Tabel 3. menghasilkan biodiesel sebanyak 5.459 kg atau
digunakan untuk mengetahui limbah yang setara dengan produksi listrik sebesar 21,7
dihasilkan untuk setiap 1 kg FFB. Hasil akhir MWh. Nilai emisi LUC pada Tabel 6.
perhitungan dapat dilihat pada Gambar 2. kemudian dibagi dengan nilai listrik ini untuk
Selanjutnya, jumlah bahan kimia dan bahan
Perhitungan Emisi Biodiesel Dari Kelapa Sawit 83
KetenagalistrikanSebagai BahanTerbarukan,
Dan Energi Bakar Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Vol. 10 No. 2 Desember 2011 : 75 - 85

mendapatkan nilai emisi LUC dalam satuan per yaitu lahan bersemak belukar atau berumput
kWh. dengan kandungan karbon biomassa diatas
Hasil perhitungan total emisi dapat dilihat tanah kurang dari 40 tC/ha.
pada Gambar 3 . Bila memperhitungkan Namun, apabila emisi LUC diabaikan
proses LUC maka 1 kWh listrik yang maka emisi akan berkurang menjadi 0,0944

Gambar 3. Hasil LCA emisi biodiesel untuk PLTD


dihasilkan oleh PLTD biodiesel akan kgCO2/kWh dan nilai ini jauh dibawah faktor
mengeluarkan emisi sebesar 1,258 kgCO2 dan emisi Sistem Ketenagalistrikan Riau sebesar
92% emisi ini berasal dari proses LUC. Emisi 0,743 kgCO2/ kWh. Emisi biodiesel kini di
LUC disebut carbon debt (C-debt) yang baru dominasi oleh emisi dari penggunaan listrik
bisa dibayar minimal 86 tahun untuk hutan pada produksi CPO dan biodiesel yaitu sebesar
tropis dan 423 tahun untuk lahan gambut. 35% total emisi. Sumber emisi lainnya adalah
Namun, usia produktif kelapa sawit hanya 30 bahan kimia seperti pupuk dan metanol yang
tahun. Nilai emisi LUC akan berkurang bila mengeluarkan emisi sebesar 21% total emisi.
usia perkebunan kelapa sawit dapat Nilai emisi ini lebih kecil dari pada faktor
ditingkatkan. emisi.
Faktor lain yang dapat mengurangi emisi
LUC ini adalah produktivitas kelapa sawit. Saat KESIMPULAN DAN SARAN
ini, 1 hektar kebun kelapa sawit hanya mampu Kesimpulan
menghasilkan 2.800 kg FFB yang setara Analisis LCA emisi produksi listrik
dengan 5,4 ton biodiesel. Dewi dkk (2009) dan berbahan bakar biodiesel dari perkebunan
Wicke dkk (2008) menambahkan bahwa untuk kelapa sawit di Riau menghasilkan angka emisi
mengurangi C-debt maka perkebunan kelapa 1,26 kgCO2/kWh dan sekitar 92% emisi ini
sawit harusnya dibuka di lahan terdegradasi berasal dari proses alih fungsi hutan (LUC).

Naskah diterima: 03 Oktober 2011, dinyatakan layak muat : 20 Desember 2011


84 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 | No. 2 | Desember 2011 | 75 - 86

Apabila emisi LUC ini diabaikan, maka emisi literature review and proposals from the
akan turun menjadi 0,09 kgCO2/kWh. Angka RSPO working group on greenhouse
ini dibawah faktor emisi Sistem gases. Hoevelaken, Netherlands.
Ketenagalistrikan Sumatera, sebesar Brinkmann Consultancy. 2009.
0,743 kgCO2/kWh. [2]. De Nocker, L., Spirinckx, C., dan Torfs,R.
Untuk mengurangi emisi dari pemanfaatan Comparison of LCA and external-cost
biodiesel untuk pembangkit listrik, lahan analysis for biodiesel and diesel. 2nd
perkebunan kelapa sawit baru yang digunakan International Conference LCA in
sebaiknya menggunakan lahan terdegradasi. Agriculture, Agro-industry and Forestry.
Penggunaan kawasan hutan tropis alami dan 1998.
lahan gambut akan menyebabkan terjadinya C- [3]. Dewi, S., Khasanah, N., Rahayu, S.,
debt selama 86 tahun dan 423 tahun. Selain itu, Ekadinata, A., dan van Noordwijk, M.
produktivitas kelapa sawit harus ditingkatkan Carbon footprint of Indonesian palm oil
sehingga dapat menghasilkan lebih banyak production: a pilot study. Bogor,
biodiesel per hektar perkebunan. Konservasi Indonesia. World Agroforestry Center –
energi selama proses produksi juga secara ICRAF, SEA Regional Office. 2009.
signifikan akan menurunkan emisi mengingat [4]. Fargione, J., Hill, J., Tilman, D., Polasky,
35% emisi yang dihasilkan berasal dari S., dan Hawthorne, P. Land clearing and
konsumsi listrik. the biofuel carbon debt. Science 319.
Analisis ulang LCA dalam penelitian ini 2008.
menggunakan data primer dan lokasi yang [5]. Hasanudin, U., Haryanto, A., Abidin, Z.,
sama sangat penting untuk mendapatkan hasil Triyono, S., Tjahjono, A.E., Setiadi, S.,
yang lebih akurat dan mewakili karakteristik Triwiyono, B., dan Rusdi, N. Assessment
yang lebih detil (tier 3). Namun hal ini of Sustainability of Biomass Utilisation
membutuhkan multi disiplin ilmu dan waktu System in Indonesia. ERIA Research
yang lama. Project Report. 2010.
[6]. IPCC. Revised 1996 IPCC guidelines for
Saran national greenhouse gas Inventories:
Sebagai usulan solusi adalah memotong reference manual. Intergovernmental
jalur analisis yaitu mengidentifikasi dan Panel on Climate Change (IPCC).
mengganti data sekunder pada penelitian Kanagawa. 1996.
sebelumnya yang merujuk pada data primer. [7]. IPCC. 2006 IPCC Guidelines for national
greenhouse gas invetories.
DAFTAR ACUAN Intergovernmental Panel on Climate
[1]. Brinkmann Consultancy. Greenhouse gas Change (IPCC). Kanagawa. 2006.
emissions from palm oil production:
Perhitungan Emisi Biodiesel Dari Kelapa Sawit
Sebagai Bahan Bakar Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel 85
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan,
Vol. 10 No. 2 Desember 2011 : 75 - 85

[8]. Kamahara, H., Hasanudin, U., Widiyanto, Biosystems Engineering 84, 267 – 281.
A., Tachibana, R., Atsuta, Y., Goto, N., 2003.
Daimon, H., dan Fujie, K. Improvement [14].Sheehan, J., Camobreco, V., Duffield, J.,
potential for net energy balance of Graboski, M., dan Shapouri, H. Life cycle
biodiesel derived from palm oil: A case inventory of biodiesel and petroleum
study from Indonesian practice. Biomass diesel for use in an urban bus. National
and Bioenergy 34. 2010. Renewable Energy Laboratory. Colorado.
[9]. Lechon, Y., Cabal, H., de la Rua, C., 1998.
Caldes, N., Santamaria, M., dan Saez, R. [15].Tullberg, J.N. Avoiding soil compaction in
Energy and greenhouse gas emission CA: controlled traffic systems for
savings of biofuels in Spain’s transport mechanized CA and their effect on green
fuel. The adoption of the EU policy on house gas balances. Lead papers 4th World
biofuels. Biomass and Bioenergy 33, 920- Congress on Conservation Agriculture:
932. 2009. Innovations for Improving Efficiency,
[10].Mortimer, N.D., Cormack, P., Elsayed, Equity and Environment. 2009.
M.A., dan Horne, R.E. Evaluation of the [16].Wicke, B., Dornburg, V., Junginger, M.,
comparative energy, global warming and dan Faaij, A. Different palm oil production
socio-economic costs and benefits of systems for energy purposes and their
biodiesel. Sheffield Hallam University greenhouse gas implications. Biomass and
Research Project Report. 2003. Bioenergy 04. 2008.
[11].Nanaki, E.A., dan Koroneous, C.J. [17].Wood, S., dan Cowie, A. A review of
Comparative LCA of the use of biodiesel, greenhouse gas emission factors for
diesel and gasoline for the transportation. fertiliser production. Research and
st
1 International Exergy, Life Cycle Development Division – Cooperative
Assssessment, and Sustainability Research Centre for Greenhouse
Workshop & Symposium. 2009. Accounting. New South Wales. 2004.
[12].PT. PLN (Persero). Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN
(Persero) 2009 – 2018. Jakarta, Indonesia.
2009.
[13].Sandars, D.L., Audsley, E., Canete, C.,
Cumby, T.R., Scotford, I.M., dan
Williams, A.G. Environmental benefits of
livestock manure management practices
and technology by life cycle assessment.

Naskah diterima: 03 Oktober 2011, dinyatakan layak muat : 20 Desember 2011


HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Anda mungkin juga menyukai