HASIL PENELITIAN
Metode penelitian yang telah digunakan adalah metode kualitatif, dan Investigator
pengumpulan data dan melakukan analisa data dalam bentuk naratif sesuai dengan
ditemukan sepuluh kategori yang memberikan sebuah gambaran pola gaya hidup
dan pola rawat mandiri dalam fenomena perawatan mandiri hipertensi pada
pemukaan laut dengan cuaca yang cukup sejuk. Masyarakat di wilayah kerja
sayuran, peternak sapi dan pemerah susu. Suhu rata-rata di wilayah tersebut
45
46
berkisar diantara 22 derajat celcius pada siang hari. Puskesmas mudah diakses
Responden dalam penelitian ini adalah pasien wanita dewasa usia 46-65
Parongpong
responden pertama yang diwawancarai pada hari Jumat, 2 Maret 2018 di Ruang
Ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD. Ibu O tinggal bersama
meter. K1 didiagnosa hipertensi adalah dokter dari Puskesmas sejak tahun 2008,
suaminya.
responden kedua yang diwawancarai pada hari Jumat, 9 Maret 2018 pukul 8.00-
8.20. Ibu AH bekerja sebagai Ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD.
Ibu AH tinggal bersama anak beralamatkan di Karyawangi 2/7, jarak dari rumah
responden ketiga yang diwawancarai pada hari Jumat, 9 Maret 2018 pukul 9.00-
9.30. Ibu An bekerja sebagai tukang kebun dengan pendidikan terakhir SD. Ibu
48
jarak dari rumah ke Puskesmas 500 meter. K3 didiagnosa hipertensi adalah dokter
Y dari puskesmas sejak tahun 2013, menderita hipertensi kurang lebih 15 tahun
yang lalu dan mengikuti kegiatan Prolanis 5 tahun, dan yang membantu ketika
responden keempat yang diwawancara pada hari Jumat, tanggal 9 Maret 2018
pukul 9.30-10.00. Ibu C bekerja sebagai ibu rumah tangga yang dulunya
bersama suami dan anak, yang beralamatkan di Karyawangi 3/10 jarak dari rumah
sudah menderita hipertensi selama 3 tahun sejak tahun 2015 dan ikut Prolanis
kurang lebih baru 1 tahun dan yang membantu ketika ibu sedang sakit adalah
suami.
responden kelima yang diwawancara pada hari Jumat, tanggal 9 Maret 2018 pukul
10.00-10.30. Ibu IN bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir
SMA. Ibu IN tinggal bersama suami dan anak yang beralamatkan di Karyawangi
dokter di Klinik Unai sejak tahun 2000, sudah hampir 18 tahun menderita
49
hipertensi dan mengikuti Prolanis sudah 5 tahun, dan yang biasa bantu ketika
responden keenam yang diwawancara pada hari Jumat, tanggal 16 Maret 2018
pukul 9.00-9.30. Ibu H bekerja sebagai ibu rumah tangga yang dulunya bekerja
sebagai tukang kebun dengan pendidikan terakhir SMP. Ibu H tinggal bersama
suami dan anak yang beralamatkan di Karyawangi 3/6, jarak dari rumah ke
sejak tahun 2015, menderita Hipertensi kurang lebih 3 tahun, mengikuti kegiatan
responden ketujuh yang diwawancara pada hari Jumat, tanggal 16 Maret 2018
pukul 9.30-10.00. Ibu EN bekerja sebagai ibu rumah tangga sambil kerja di kebun
dengan pendidikan terakhir SD. Ibu EN tinggal bersama anak yang beralamatkan
hipertensi adalah dokter Y dari Puskesmas sejak tahun 2015, menderita hipertensi
kurang lebih 5 tahun, mengikuti kegiatan Prolanis sudah 3 tahun, dan yang
bagaimana gaya hidup dan pola rawat mandiri wanita dewasa yang terdiagnosa
Hipertensi di desa Karyawangi berdasarkan Teori Adaptasi Roy dan Teori Self
mengenai tubuhnya.
sensasi yang dialami tubuhnya pada saat menderita penyakit darah tinggi atau
silent killer. Sensasi atau gejala yang muncul ini adalah seperti lemas, pusing,
Diperhatikan disini bahwa karakteristik dari kategori ini merujuk kepada tingkat
Hal ini didukung oleh hasil penelitian menurut (Xu-Yin dkk, 2008) yang
responden, yaitu;
“Kepala pusing, rasanya pengen tiduran terus gitu itu dan The Physical Self:
lemes gituh dari lutut ke bawah lemes.” K1 1. Pusing
2. Lemas
“Yah ini aja sakit kepala, kesini yah pundak, iyah-iyah ke 3. Sakit kepala
sini, pusing heeh. Iyah...” K2 4. Sakit pundak
5. Tekanan darah
“Rasain apanya? (Ekspresi muka bingung). .... Lemes tinggi
(Ekspresi muka capek karena jawab sambil batuk-batuk), 6. Pandangan
jadi pikiran he’eh jadi karena kepala sakit terus malah kunang-kunang
dipikirin udah tau teh, lemes pusing terus (anaknya yang 7. Muntah
jawab) ....” K2 8. Komplikasi
diri.
mengurangi efikasi diri seperti halnya; perasaan tidak yakin akan persepsi sendiri,
ketidakpercayaan terhadap kemampuan dan tidak kompetensi diri ini bisa saja
terjadi pada saat sedang mengalami suatu kondisi emosi. Adanya pemahaman
yang dialami oleh responden ketika menjawab pertanyaan tentang arti hipertensi.
Hal ini dapat dilihat bahwa kategori kondisi emosi merujuk kepada karakteristik
informasi yang jelas disampaikan oleh petugas kesehatan seperti dokter dan
perawat yang menyampaikan arti dari Hipertensi. Hal ini didukung oleh Pan &
perubahan kognitif pada saat mengetahui menderita darah tinggi dan harus
merubah pola gaya hidup serta pengobatan secara rutin yang harus dilakukan
antara lain: Pola makan yang tidak baik, pola makan tinggi garam dan tinggi
lemak, konsumsi kopi yang berlebihan, stress dan kurang tidur. Perubahan pola
yang dialami responden pada saat megetahui menderita hipertensi antara lain:
Lemas, kepikiran akan penyakitnya, khawatir, takut, dan cemas. Kategori ini
dilakukan adalah tidak melakukan kembali kebiasaan lama yang memicu terjadiya
hipertensi. Hal ini terjadi karena adanya proses belajar berkolerasi sehingga dapat
tekanan darah pasien hipertensi setelah pemberian edukasi dengan hasil seiring
perubahan perilaku kepatuhan pasien kearah yang positif, maka semakin besar
peranan besar besar dalam pengontrolan tekanan darah pasien hipertensi. Berikut
pernyataan responden:
“.... kalo asin gitu ibu suka asin ikan asin waktu hamil
makan ikan asin dulunya .......... kalo eta mah suka
makan (kulit) .... hhahhahaahaa (ketawa) kan enak.” K7
“Ga ada” K2
“Tapi biasa, biasa aja. Heeh makan biasa gitu yah tidur
nyenyak. Sekarang juga tidur nyenyak ga apa-apa, ga
ada keluhan apa-apa. Heeh, dulu mah kurang tidur
sekarang mah nyenyak bangun subuh gitu, gatau hehhe
(sambil bingung) heeh barang kali, loba pikiran banyak
pikiran suaminya dua (salah ngomong) jadi, isterinya
58
“Tidak ada.” K3
“Yah pedulilah, ibu ngasih tau nih saya lagi sakit, urutin
apa balurin ke anak ibu yang perempuan itu.” K3
“Neng, hehehe iyah dulu mah suka neng minum kopi yah
terus sama makan yang asin tah sekarang mah udah
dikasih tau sama si ibu dokter disini katanya jangan
minum kopi sama makan yang asin, dok saya bilang teh
saya mah kopi sekarang udah di tunda kalo asin gabisa
di tunda sama cengek teh nya hahahaha tah tapi
sekarang udah sakit satu bulan udah ditunda sama sekali
cengek sama asin ga makan. Sekarang teh makannya
sayuran sausin, wortel, kentang, iyah nu kitu neng, nu
ongseng-ongseng minyaknya sedikit terus kurang garam
yah dimakan ajah terus. Tapi ibu darah naik terus ” K3
“... bapa yang sering itu mah ya sering ngebantu itu, abis
bapa juga kan euh.... gula nah jadi suka ikut juga
prolanis si bapa.” K4
“alhamdullilah ga ga ada.” K6
“Iyah yang dulu mah segala yah yang dulu mah apalagi
lagi muda gitu yah lagi masih perasaan sehat gitu hobi
makan asin, terus yang lemak cuman itu juga dibantu
sama timun apalagi banyak sayuran udah gitu aja.
Cuman sekarang mah yang asin udah engga makan asin-
asin itu bukan asin yah aih garam mah kan untuk ke
sayur gitu masih gitu, masih.. hehehe buah sayur
sekarang adalah tiap hari gitu. Yang itu mah yang asin
yang ikan asin udah engga cuman asin untuk garam mah
udah ga asin euh apalagi kalo bangsa masako engga itu
mah udah engga terus apah vetcin engga iu mah
sekarang mah dari dulu waktu bapa sakit juga kan ga
boleh jadi dari situ udah ga makan lagi gitu ajah apah
lagi yah? Dulu mah pernah tapi ga seitu sekarang,
sekarang mah engga, engga hobi kopi hehehehe (sambil
tersenyum), kadang-kadang hahahaha kalo ada (makan
kulit ayam) iyah sering, kalo di rasakan keluarga kumplit
gitu hampir tiap hari terus harus ada jadi ibu juga kan
ngikut kalo sekarang mah udah engga. He’eh cuman
tinggal ber2 ajah sama anak. Anak juga udah dewasa.
Ibu sering dari dulu sampe sekarang (olahraga) dulu
sering ikut kegiatan sempet istirahat sekarang mulai lagi
gitu... gitu ajaa... yah jalan-jalan sering ibu mah seperti
dari sini ke Parongpong nah ibu mah kuat, kuat ibu mah
kalo ke mesjid suka jalan. Engga paling seminggu sekali
atau ga seminggu dua kali, gitu aja.” K7
64
5. Vicarious Experience
mensugesti diri bahwa jika orang lain dapat melakukan, tentu mereka juga
Pada pernyataan para responden ada salah satu ingin butuh pembuktian
dalam informasi yang telah diperoleh. Informasi yang didapat bisa saja dari cerita
Ketika sudah mengamati orang lain yang berhasil, timbul dalam diri bahwa ingin
mencoba. Banyak hal yang telah dilakukan oleh responden dalam melakukan
halnya tekanan darah bisa terkontrol dengan dilakukan pemeriksaan setiap satu
minggu sekali. Kategori ini lebih merujuk kepada kepatuhan minum obat
antihipertensi terhadap kondisi fisik yang dirasakan oleh responden. Kondisi fisik
meminum obat antihipertensi. Hal ini didukung dengan hasil penelitian menurut
65
antihipetensi dengan tekanan darah sistolik dan diastolik, hasilnya adalah pasien
dengan patuh minum obat anti hipertensi (78,8%) dan tidak patuh minum obat
sebanyak (52,9%) dan tekanan darah diastolik dalam rentan 90-99 mmHg
sebanyak (35,6%) dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara
kepatuhan minum obat anti hipertensi dengan tekanan darah. Responden yang
patuh minum obat, hasil tekanan darah terkontrol 17 orang dan responden yang
tidak patuh minum obat tekanan darah tidak terkontrol 49 orang. Berikut
“Yah engga apa-apa dha bisa diobati gitu, ibu ga Vicarious Experience
kepikiran apa-apa (ekspresi muka sedih). Kan sering
kontrol gitu di tensi tiap minggu gitu. Kalo makannya 1.
Butuh Pembuktian
masih.. masih... ga diatur mah naik terus, tapi sekarang 2.
Adaptasi
ibu udah makannya diatur, obat teratur, alhamdulilah 3.
Ketaatan
kan udah berapa bulan ibu darahnya normal terus gitu 4.
Tenaga kesehatan
dan iyah menerima aja.” K1 sebagai modalitas
5. Perasaan khawatir
“Engga, engga apa-apa, cuman yah tiap ditensi darah dan takut
turun berangsur-angsur gitu. Seneng aja, walaupun 6. Stress
kata orang lain katanya jangan terlalu banyak makan 7. Rasa keraguan
obat apa gitu kan katanya euh.... apa kimia gitu, ibu ga
didengar terus aja dimakan iyah. Alhamdulilah
sekarang ibu percaya gitu obat dari puskesmas.....” K1
dan ekspresi perasaan. Konsep diri dibagi menjadi dua komponen yaitu the
physical self dan the personal self. The physical self yaitu bagaimana
diri, ideal diri, moral-etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
Pada bagian ini sebagian responden merasakan takut dan cemas karena
penyakit yang diderita. Oleh sebab itu responden membutuhkan dukungan yang
yang didapat hampir semua responden dapat menerima penyakit yang diderita, hal
memberikan dukungan serta keluarga dan kerabat dekat. Kategori ini cenderung
kepada karakteristik dukungan sosial. Hal ini didukung oleh teori menurut Ford,
68
dkk dalam Mulyati (2013) dukungan sosial yang diberikan menjadi faktor yang
menentukan dalam keberhasilan mengatasi stres atau tekanan hidup, selain itu
dukungan sosial juga dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan merupakan
“Yah engga apa-apa dha bisa diobati gitu, ibu ga Self Concept:
kepikiran apa-apa (ekspresi muka sedih). Kan sering
kontrol gitu di tensi tiap minggu gitu. Kalo makannya 1. Acceptance
masih.. masih... ga diatur mah naik terus, tapi sekarang (menerima dan
ibu udah makannya diatur, obat teratur, alhamdulilah tenaga kesehatan
kan udah berapa bulan ibu darahnya normal terus gitu sebagai modalitas)
dan iyah menerima aja.” K1 2. Adaptasi
3. Ketaatan
“Engga, engga apa-apa, cuman yah tiap ditensi darah 4. Efficacy
turun berangsur-angsur gitu. Seneng aja, walaupun 5. Tidak ada
kata orang lain katanya jangan terlalu banyak makan pengobatan
obat apa gitu kan katanya euh.... apa kimia gitu, ibu ga alternative
didengar terus aja dimakan iyah. Alhamdulilah 6. Pengobatan
sekarang ibu percaya gitu obat dari puskesmas.....” K1 altervative alamiah
7. Mandiri
“Ga ada, biasa aja.” K1 8. Perubahan pola
makan, aktivitas,
“Gak, gak saya mah ga pernah makan obat apah di dan manajemen
luar gitu enggak, enggak, obat itu aja” K1 stress.
9. Keluarga inti
“Enggak, anak ibu juga ga pernah nganter kemana- berperan penting
mana ibu mah sendiri ajah, iyah ga pernah bantuin jadi memfasilitasi
ibu mah mandiri” K1 bantuan dan
emosionil
“Ga ada, ga ada” K2 10. Terbangunnya self
efficacy
69
“Tidak ada.” K3
“alhamdullilah ga ga ada.” K6
tersenyum)” K7
“Iyah yang dulu mah segala yah yang dulu mah apalagi
lagi muda gitu yah lagi masih perasaan sehat gitu hobi
makan asin, terus yang lemak cuman itu juga dibantu
sama timun apalagi banyak sayuran udah gitu aja.
Cuman sekarang mah yang asin udah engga makan
asin-asin itu bukan asin yah aih garam mah kan untuk
ke sayur gitu masih gitu, masih.. hehehe buah sayur
sekarang adalah tiap hari gitu. Yang itu mah yang asin
yang ikan asin udah engga cuman asin untuk garam
mah udah ga asin euh apalagi kalo bangsa masako
engga itu mah udah engga terus apah vetcin engga iu
mah sekarang mah dari dulu waktu bapa sakit juga kan
ga boleh jadi dari situ udah ga makan lagi gitu ajah
apah lagi yah? Dulu mah pernah tapi ga seitu
sekarang, sekarang mah engga, engga hobi kopi
hehehehe (sambil tersenyum), kadang-kadang
hahahaha kalo ada (makan kulit ayam) iyah sering,
kalo di rasakan keluarga kumplit gitu hampir tiap hari
terus harus ada jadi ibu juga kan ngikut kalo sekarang
mah udah engga. He’eh cuman tinggal ber2 ajah sama
anak. Anak juga udah dewasa. Ibu sering dari dulu
sampe sekarang (olahraga) dulu sering ikut kegiatan
sempet istirahat sekarang mulai lagi gitu... gitu ajaa...
yah jalan-jalan sering ibu mah seperti dari sini ke
Parongpong nah ibu mah kuat, kuat ibu mah kalo ke
mesjid suka jalan. Engga paling seminggu sekali atau
ga seminggu dua kali, gitu aja.” K7
75
7. Self Efficacy
situasi dan kondisi tertentu. Menurut Baron dan Byrne, Self Efficacy
mengatasi kehidupan.
hidup dan melakukan perubahan pola gaya hidup yang menghasilkan tekanan
darah terkontrol. Pada kebanyakan responden mempunyai sikap untuk lebih hati-
hati kembali dalam memilih makanan yang dimakan setiap harinya setelah
responden. Salah satu contoh perubahan yang dilakukan oleh responden adalah
selektif dalam mengkonsumsi makanan. Hal ini didukung oleh penelitian menurut
sehingga dapat menghindari terjadinya hipertensi. Selain itu teori menurut Astuti
dan menjadi penyebab tekanan darah tinggi. Maka dari itu dalam hal ini dituntut
76
untuk lebih selektif dalam mengkonsumsi makanan. Terlebih lagi bagi yang
memiliki riwayat penyakit tersebut. Pola hidup sehat seseorang tentunya akan
“Yah engga apa-apa dha bisa diobati gitu, ibu ga Self efficacy:
kepikiran apa-apa (ekspresi muka sedih). Kan sering
kontrol gitu di tensi tiap minggu gitu. Kalo makannya 1. Acceptance
masih.. masih... ga diatur mah naik terus, tapi sekarang (menerima dan
ibu udah makannya diatur, obat teratur, alhamdulilah tenaga kesehatan
kan udah berapa bulan ibu darahnya normal terus gitu sebagai
dan iyah menerima aja.” K1 modalitas)
2. Adaptasi
“Engga, engga apa-apa, cuman yah tiap ditensi darah 3. Ketaatan
turun berangsur-angsur gitu. Seneng aja, walaupun kata 4. Efficacy
orang lain katanya jangan terlalu banyak makan obat 5. Tidak ada
apa gitu kan katanya euh.... apa kimia gitu, ibu ga pengobatan
didengar terus aja dimakan iyah. Alhamdulilah sekarang alternative
ibu percaya gitu obat dari puskesmas.....” K1 6. Pengobatan
altervative
“Ga ada, biasa aja.” K1 alamiah
7. Mandiri
di luar gitu enggak, enggak, obat itu aja” K1 8. Perubahan pola
makan, aktivitas,
“Enggak, anak ibu juga ga pernah nganter kemana- dan manajemen
mana ibu mah sendiri ajah, iyah ga pernah bantuin jadi stress.
ibu mah mandiri” K1 9. Keluarga inti
berperan penting
“Gimana yah, biasa ajah begini yah aih itu apa euh memfasilitasi
makannya ga teratur gitu segala ajah dimakan, iyah bantuan dan
diatur misalnya makan-makan gorengan sekarang mah emosionil
enggak. kalo dulu mah sebelum makan, gorengan hehe, 10. Terbangunnya
sekarang mah enggak. iyah kurang olahraganya dulu self efficacy
mah kan ibu suka jualan, jadi eeeeuuuhhh mikirin tuh 11. Khawatir
cari uang aja (sambil senyum) jadi ga mikirin diri ibu 12. Takut
gituu, ceu ah sayang gitu kalo ga jualan ga dapat uang 13. Tidak tenang
kan? Gitu mikirnya jadi kurang olahraga dulu, sekarang 14. Stress
mah ah happy ajah ah sekarang mah ga mikirin ibu ga 15. Bingung
cari uang ga apa biarin aja hahahahaa iyah di luar
Prolanis ibu suka olahraga jalan-jalan, jalan kaki sampe
sepertinya dari rumah kesana ke danau pulang kesini, ke
77
“Ga ada” K2
“Tapi biasa, biasa aja. Heeh makan biasa gitu yah tidur
nyenyak. Sekarang juga tidur nyenyak ga apa-apa, ga
ada keluhan apa-apa. Heeh, dulu mah kurang tidur
sekarang mah nyenyak bangun subuh gitu, gatau hehhe
(sambil bingung) heeh barang kali, loba pikiran banyak
pikiran suaminya dua (salah ngomong) jadi, isterinya
dua, iyah.... sekarang juga ga kesini-sini jadi pikiran
(ekspresi sedih) disana dekat di Parongpong jeung nu
anom, jeung nu ngora hehehehehe. Ibu mah ayeuna
sekarang sehat, enak ga apa-apa, ga dipikiran gitu,
sekarang.. ga sekarang mah. Enak sekarang mah....
apah? Sekarang mah makanan dengan sayur sering,
buah-buahan banyak. Suka, suka ngepel iyah suka
sebelum darah tinggi juga suka cuci piring disuruh diem
teh ga mau maunya cuci piring aja biar gerah (anaknya
yang jawab). Iyah sabanhari, setiap hari jalan-jalan dari
sini ke depan hampir tiap hari dari rumah ke
parongpong hampir tiap hari lah jalan di lapangan
cavalary, Makanan asin (dibantu jawab oleh anaknya),
hahahahaha (sambil senyum) iyah ikan sepah kan enak?
Heeuh sama sambel jeung jengkol hehhe iyah karena
sering makan asin, sekarang mah kan berhenti dha iyah-
iyah, sekarang mah udah engga dulu mah iyah minum
kopi udah lama (Jawaban di pertanyaan ke-2).” K2
“Tidak ada.” K3
“Yah pedulilah, ibu ngasih tau nih saya lagi sakit, urutin
apa balurin ke anak ibu yang perempuan itu.” K3
“Neng, hehehe iyah dulu mah suka neng minum kopi yah
terus sama makan yang asin tah sekarang mah udah
dikasih tau sama si ibu dokter disini katanya jangan
minum kopi sama makan yang asin, dok saya bilang teh
saya mah kopi sekarang udah di tunda kalo asin gabisa
di tunda sama cengek teh nya hahahaha tah tapi
sekarang udah sakit satu bulan udah ditunda sama sekali
cengek sama asin ga makan. Sekarang teh makannya
sayuran sausin, wortel, kentang, iyah nu kitu neng, nu
ongseng-ongseng minyaknya sedikit terus kurang garam
yah dimakan ajah terus. Tapi ibu darah naik terus ” K3
(sambil senyum).” K4
“... bapa yang sering itu mah ya sering ngebantu itu, abis
bapa juga kan euh.... gula nah jadi suka ikut juga
prolanis si bapa.” K4
“alhamdullilah ga ga ada.” K6
“Iyah yang dulu mah segala yah yang dulu mah apalagi
lagi muda gitu yah lagi masih perasaan sehat gitu hobi
makan asin, terus yang lemak cuman itu juga dibantu
sama timun apalagi banyak sayuran udah gitu aja.
Cuman sekarang mah yang asin udah engga makan asin-
asin itu bukan asin yah aih garam mah kan untuk ke
sayur gitu masih gitu, masih.. hehehe buah sayur
sekarang adalah tiap hari gitu. Yang itu mah yang asin
yang ikan asin udah engga cuman asin untuk garam mah
udah ga asin euh apalagi kalo bangsa masako engga itu
mah udah engga terus apah vetcin engga iu mah
sekarang mah dari dulu waktu bapa sakit juga kan ga
boleh jadi dari situ udah ga makan lagi gitu ajah apah
lagi yah? Dulu mah pernah tapi ga seitu sekarang,
sekarang mah engga, engga hobi kopi hehehehe (sambil
tersenyum), kadang-kadang hahahaha kalo ada (makan
kulit ayam) iyah sering, kalo di rasakan keluarga kumplit
gitu hampir tiap hari terus harus ada jadi ibu juga kan
ngikut kalo sekarang mah udah engga. He’eh cuman
tinggal ber2 ajah sama anak. Anak juga udah dewasa.
Ibu sering dari dulu sampe sekarang (olahraga) dulu
sering ikut kegiatan sempet istirahat sekarang mulai lagi
gitu... gitu ajaa... yah jalan-jalan sering ibu mah seperti
dari sini ke Parongpong nah ibu mah kuat, kuat ibu mah
kalo ke mesjid suka jalan. Engga paling seminggu sekali
atau ga seminggu dua kali, gitu aja.” K7
8. Persuasi Verbal
Menurut Bandura (1997) Self Efficacy dapat juga diraih atau dilemahkan
lewat persuasi sosial. Orang akan lebih diarakan, melalui sugesti dan
dimasa datang. Harapan efficacy yang tumbuh melalui cara ini lemah dan
tidak bertahan lama. Efikasi diri juga dapat diperkuat, diperoleh atau
tetapi pada kondisi yang tepat persuasi diri orang lain dapat memengaruhi
84
efikasi diri. Kondisi ini adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan
dan tenaga kesehatan lainnya yang sangat meberikan rasa percaya dirinya
sehingga dapat mempengaruhi efikasi diri untuk mengarah ke yang lebih baik atau
kearah yang lebih buruk. Dukungan informasi ini membuat para responden
semakin semangat dalam merawat diri. Kategori ini merujuk kepada karakteristik
dukungan informasi. Hal ini dikuatkan oleh teori menurut Tumenggung (2013),
dukungan ini adalah nasehat, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Hasil
(27,5%) dan dukungan informatif yang baik dengan kepatuhan minum obat pada
11.250 kali artinya lansia hipertensi yang mendapat dukungan informatif baik
mempunyai peluang 11.250 kali untuk patuh dalam minum obat. Berikut
pernyataan partisipan:
85
“Tanya ajah sama petugas udah pada tahu ibu mah Persuasi Verbal:
berobatnya dari dulu ke puskesmas, ga pernah ke
mana-mana. Iyah-iyah, ga ada.” K1 1. Acceptance (Tenaga
Kesehatan sebagai
“Dari sini dari puskesmas, ga kemana-mana lagi” K2 modalitas)
2. Adaptasi
“Engga apa-apa kan kata ibu Yohana teh gini ceunah 3. Petugas Puskesmas
udah bu sekarang mah udah olahraga darah tinggi sebagai sumber
weh, ya iya ikutan saya teh kitu (ekspresi muka informasi
menerima) yaudah weh dari harita teh diperiksa ibu teh 4. Petugas Klinik
teras weh sampe ka ayeuna kitu...” K3 sebagai sumber
informasi terdekat
“Iyah, apaan ku ibu teh sok di jagragkeun obatna kitu 5. Tetangga dekat
iyah minum weh nteu kapikiran, kata ibu dokter teh sebagai sumber
harus ini dimakan rutin kitu saumur hidup, iyah kitu....” informasi
K3 6. Dokter puskesmas
7. Teman-teman yang
“Ti puskesmas” K3 mengalami
hipertensi
“Yah dari itu ibu yang di yang di klinik Unai, maminya
Ketleen kan yang di depan rumah kan suka di tensi
darah ikut tensi darah kesitu oh bahkan dulu mah suka
dikasih dulu ini mah obat yah ini mah yang deket aja
dari tetangga itu kebetulan tetangganya dari unai” K4
ajah lah.....” K5
9. Regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku
output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
responden yang mengalami komplikasi dan sedang menunggu hasil dari rontgen
yang sudah dilakukan. Responden dalam penelitian ini sebagian besar sudah lama
penelitian ini menderita hipertensi lebih dari satu tahun. Responden telah mengerti
akan pentingnya mengkonsumi obat secara rutin dan mengontrol tekanan darah
setiap 7 hari sekali. Responden juga telah mengetahui risiko yang terjadi apabila
tidak patuh dalam mengonsumsi obat dan komplikasi yang dapat terjadi. Dalam
hasil penelitian menurut (Violita dkk, 2015) bahwa lama menderita hipertensi
responden, sebagian besar telah menderita hipertensi selama 1-3 tahun yaitu
yaitu komplikasi dan risiko yang lain saat tidak mengkonsumsi obat secara rutin.
“hmmm yah takut ajah, takut kena apa-apa mungkin katanya ada
nerembet ke apa ke apa gitu yah takut iyah komplikasi sekarang juga udah ada ke
jantung katanya gitu kemarin juga udah di rontgen tapi belum ada hasil gitu...
jadi takut tuh gitu...” K7
fisiknya. Dalam hal ini responden menyingkapkan cara untuk meminta bantuan
kepada petugas kesehatan atau keluarga dan kerabat dekat yang hampir mayoritas
dapat mengakses informasi dan membuat responden lebih mudah untuk berobat
88
sehingga lebih rutin minum obat sesuai dengan anjuran dokter. Kategori ini
bahwa jarak rumah yang dekat dengan pelayanan kesehatan membuat responden
lebih mudah untuk berobat sehingga lebih rutin minum obat sesuai dengan
“Tanya ajah sama petugas udah pada tahu ibu mah Interdependence:
berobatnya dari dulu ke puskesmas, ga pernah ke mana-
mana. Iyah-iyah, ga ada.” K1 1. Petugas
puskesmas sebagai
“Baik-baik ah ga ada apa-apa.” K1 sumber informasi
2. Peran tenanga
kesehatan baik
“Dari sini dari puskesmas, ga kemana-mana lagi” K2 3. Pelayanannya
bagus
“Yah bagus yah pelayanannya.” K2 4. Mendukung
perawatan diri.
“Ti puskesmas” K3