Anda di halaman 1dari 4

Pada proses infiltrasi sifat-sifat tanah yang mempengaruhi antara lain tekstur,

permeabilitas, bulk density, porositas, distribusi pori, kadar air tanah dan kadar bahan organik
tanah. Penggunaan lahan (land use) merupakan bentuk intervensi (campur tangan) manusia
terhadap sumberdaya lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materiil
maupun spiritual (Arsyad 2010). Penggunaan lahan berpengaruh besar terhadap laju infiltrasi
tanah. Pengaruh penggunaan lahan ini berkaitan dengan vegetasi dan teknik pengolahan tanah.
Menurut Sofyan (2011) laju infiltrasi tanah pada hutan lebih tinggi daripada laju infiltrasi tanah
pada lahan tegalan dan lahan agroforestry. Kandungan bahan organik dan jumlah pori makro
yang tinggi menjadi faktor utama tingginya laju infiltrasi lahan hutan dibandingkan laju
infiltrasi lahan tegalan maupun lahan agrofrestry. Lahan hutan memiliki struktur tanah yang
baik, kandungan bahan organik dan laju infiltrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan
pertanian (Susswein et al. 2001). Menurut Ruiz et al. (2008), hutan primer memiliki
keanekaragaman dan kelimpahan biomassa 2 sampai 3 kali lipat dibandingkan dengan tanah
yang diolah.

Tanaman membawa peranan penting dalam melindungi tanah dari pukulan hujan secara
langsung dengan jalan mematahkan energi kinetiknya melalui tajuk, ranting, dan batangnya.
Serasah yang dijatuhkannya akan membentuk humus yang berguna untuk menaikkan kapasitas
infiltrasi tanah. Vegetasi hutan memiliki perakaran yang dalam dan memiliki laju transpirasi
yang cukup tinggi sehingga dapat menghabiskan kandungan air tanah sampai lapisan tanah
yang dalam. Hal ini meningkatkan kehilangan air di dalam tanah sehingga menyebabkan laju
infiltrasi menjadi meningkat. Bahan organik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
infiltrasi. Menurut Asdak (2004) bentuk pengaruh bahan organik terhadap infiltrasi
ditunjukkan melalui aktivitas biologi tanah seperti aktivitas akar tanaman dan organisme tanah
yang kemudian mempengaruhi pembentukan agregat tanah. Jumlah perakaran yang banyak
meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang pada akhirnya memperbaiki porositas tanah dan
kestabilan struktur tanah. Sistem perakaran dan serasah yang dihasilkan dapat membantu
menaikan laju infiltrasi tanah. Serasah yang telah menjadi bahan organik merupakan sumber
energi yang menyebabkan aktivitas dan populasi mikroorganisme tanah meningkat.
Peningkatan aktivitas biologi memungkinkan terbentuknya pori makro yang lebih banyak.

Setiap jenis tanah mempunyai sifat fisik yang khas, diantaranya sifat fisik yang erat
hubungannya dengan infiltrasi adalah tekstur dan stuktur. Kedua sifat ini menentukan proporsi
pori makro dan mikro. Tanah remah memberikan kapasitas infiltrasi yang lebih besar dari tanah
klei (Asdak 2004). Kadar klei merupakan kriteria penting sebab liat mempunyai kemampuan
menahan air yang tinggi. Tanah yang mengandung liat dalam jumlah yang tinggi dapat
tersuspensi oleh butir-butir hujan yang jatuh menimpanya dan pori-pori lapisan permukaan
akan tersumbat oleh butir-butir liat. Semakin tinggi nisbah liat maka laju infiltrasi semakin
kecil. Struktur tanah memegang peranan penting terhadap pertumbuhan tanaman maupun
infiltrasi baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bila tanah padat, maka air susah untuk
menembus tanah tersebut. Bila struktur remah, maka akar tumbuh dengan baik. Daya infiltrasi
dan ukuran butir-butir tanah akan menentukan mudah atau tidaknya tanah terangkut air. Tanah
dengan agregat lemah, maka butir-butir halus tanah akan mudah didespersikan oleh air
sehingga daya infiltrasinya akan kecil dan peka terhadap erosi (erodibilitasnya besar).

Bulk density merupakan nisbah berat tanah teragregasi terhadap volumenya. Kerapatan
isi tanah dapat bervariasi dari waktu ke waktu atau dari lapisan ke lapisan sesuai dengan
perubahan ruang pori atau struktur tanah. Keragaman itu mencerminkan derajat kepadatan
tanah. Tanah yang mempunyai bobot isi besar akan sulit meneruskan air atau sukar ditembus
akar tanaman, sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah, akar tanaman lebih mudah
berkembang (Hardjowigeno 2007). Volume pori atau porositas merupakan persentase dari
seluruh volume tanah, yang tidak diisi bahan padat, terdiri atas pori yang bermacam ukuran
dan bentuk mulai dari ruang submikroskopis dan mikroskopis di antara partikel primer sampai
pada pori-pori besar dan lorong yang dibuat akar dan binatang yang meliang. Porositas tanah
akan menentukan kapasitas penampungan air infiltrasi, dan menahannya. Menurut Andayani
(2009), semakin besar nilai porositas suatu tanah maka laju infiltrasi akan semakin besar.
Proses infiltrasi akan meningkatkan kadar air pada kondisi kapasitas lapang, di mana
kandungan air dalam tanah maksimum yang dapat ditahan oleh partikel tanah terhadap gaya
tarik bumi. Jumlah air yang diperlukan untuk mencapai kondisi kapasitas lapang disebut soil
moisture difienciency.

Pengaruh dari faktor-faktor tersebut seringkali saling tergantung. Karena cukup sulit
untuk menyelediki beberapa faktor sekaligus saat mempelajari infiltrasi tanah, sebagian besar
penelitian terdahulu hanya berfokus pada satu atau dua faktor infiltrasi. Namun, penting untuk
memahami efek multi-faktor pada pola dan proses infiltrasi agar dapat memahami dan
memprediksi dampak re-vegetasi dan budidaya, terutama mengingat pengaruh mereka
terhadap kelembaban tanah di daerah-daerah di mana curah hujan merupakan satu-satunya
sumber pengisian air. Infiltrasi tanah sangat bergantung pada intensitas hujan dan kedua
kuantitas ini telah dipelajari secara rinci (Huang et al., 2013)

Menurut penelitian yang dilakukan Sofyan (2006) yang mengatakan secara umum laju
infiltrasi tertinggi dijumpai pada tahap awal pengukuran, kemudian secara perlahan mengalami
penurunan sejalan dengan bertambahnya waktu dan akhirnya mencapai kecepatan yang hampir
konstan. Hal ini terjadi karena semakin lama proses berlangsung, kadar air tanah meningkat.
Ketika tanah mendekati jenuh, pergerakan air ke bawah profil tanah hanya ditimbulkan oleh
gaya tarik gravitasi. Air mempunyai kemampuan untuk bergerak vertikal kebawah dalam tanah
dalam kondisi jenuh yang disebabkan adanya gradient energi. Jika ruang dalam tanah telah
jenuh dengan air maka air akan bergerak menurut hukum Darcy seperti pada air tanah di dalam
aquifer.
Andayani W S. 2009. Laju Infiltrasi Tanah pada Tegakan Jati (Tectona grandis Lin F) di BKPH
Subah KPH Kendal Unit Jawa Tengah Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.
Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID):
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Huang, J., P. Wu, & X. Zhao. 2013. Effects of rainfall intensity underlying surface and slope
gradient on soil infiltration under simulated rainfall experiments. Catena 104: 93-102.
Ruiz N, Lavelle P, Jimenez J. 2008. Soil Macrofauna Field Manual – Technical level. Roma:
FAO.
Sofyan, M. 2011. Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik dan Hidrologi
Tanah. bogor Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor.
Susswein P M, Van Noordwijk M, Verbist B. 2001. Forest Watershed Function and Tropical
Land Use Change. Bogor: International Centre for Research in Agroforesty. Suwardjo,
H. 1981. Peranan Sisa-sisa Tanaman dalam Konservasi Tanah dan Air pada Lahan
Usahatani Tanaman Semusim. [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai