PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi sumber daya yang sangat
melimpah. Dalam perkembangan sektor perikanan selain sebagai penyokong sumber protein
hewani bagi masyarakat juga membuka lapangan kerja, menambah pendapatan masyarakat
serta sebagai sumber devisa negara. Akuakultur merupakan salah satu sektor produksi
pangan yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi di dunia, mencapai 8,7% per tahun sejak
tahun 1970 (FAO 2009).
Perikanan budidaya merupakan sektor produksi pangan yang paling pesat perkembangannya
di dunia dengan proyeksi bahwa produksi akan berlipat-ganda dalam 15-20 tahun
mendatang. Pertumbuhan perikanan budidaya di masa mendatang merupakan bagian kunci
dalam menyediakan pasokan ikan dalam sistem perikanan untuk pangan nasional, regional
dan dunia, menciptakan lapangan pekerjaan; dan menjaga ikan agar tersedia di tingkat harga
yang layak bagi konsumen yang miskin sumberdaya. Untuk memastikan pertumbuhan
perikanan budidaya ini tetap berkelanjutan baik secara ekonomi maupun ekologi maka kita
harus lebih memahami pola pertumbuhannya serta peluang dan tantangan yang dihadapi
dengan adanya tren tersebut. Pengetahuan ini akan menjadikan kita mampu untuk
memprioritaskan investasi yang lebih baik guna memastikan pembangunan yang
berkelanjutan dalam sektor ini.
Di Indonesia, WorldFish dan mitranya telah menerapkan metodologi yang unik untuk
mengevaluasi garis pertumbuhan (growth trajectory) perikanan budidaya dengan berbagai
skenario serta peluang dan tantangan yang terkait. Saat ini Indonesia merupakan produsen
perikanan budidaya terbesar keempat di dunia dan sektor ini harus tumbuh agar dapat
memenuhi permintaan ikan di masa mendatang.
Hasil analisis mengindikasikan bahwa perikanan budidaya akan melampaui perikanan
tangkap sebagai sumber utama ikan di Indonesia sebelum tahun 2030 dan bahwa investasi
dalam sektor ini akan menjadi bagian penting agar pasokan dan konsumsi ikan dalam negeri
dapat ditingkatkan, agar harga ikan tetap terjangkau untuk konsumen dalam negeri dan
konstribusi dari perikanan bagi ketahanan pangan dan gizi Indonesia tetap terjaga. Proyeksi
bisnis seperti biasa (business-as-usual) mengindikasikan bahwa perikanan budidaya akan
tumbuh hingga lebih dari 10.1 ton per tahun, menciptakan 8.9 juta lapangan kerja yang
setara dengan pekerjaan purna-waktu dalam bidang produksi dan akan menjadi sektor
dengan nilai produksi USD 39.5 miliar pada tahun 2030. Peningkatan investasi dalam
perikanan budidaya baik untuk ekspor maupun pasar dalam negeri akan menghasilkan
manfaat sosial dan ekonomi yang lebih besar, meningkatkan volume dan nilai produksi,
memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan konsumsi ikan dalam negeri.
Pertumbuhan perikanan budidaya diperlukan dalam rangka memenuhi ketahanan pangan
dan gizi dalam masa mendatang namun merupakan suatu tantangan dalam hal pengelolaan
dampak terhadap lingkungan hidup. Semua model proyeksi pertumbuhan perikanan
budidaya di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dampak terhadap lingkungan
hidup. Secara khusus muncul tiga tantangan bagi lingkungan hidup seputar lahan dan
habitatnya, pakan untuk perikanan budidaya yang berkelanjutan dan mengurangi
penggunaan air tawar di mana semua tantangan ini memerlukan investasi yang signifikan
dan perubahan dari pendekatan yang selama ini digunakan.
Metodologi unik WorldFish juga dapat diterapkan dalam konteks nasional dan regional
lainnya untuk mendukung analisis terhadap jalur pertumbuhan perikanan budidaya di masa
depan serta untuk memprioritaskan investasi yang dibutuhkan dalam rangka memastikan
bahwa pertumbuhan perikanan budidaya berlangsung secara berkelanjutan baik secara
ekonomi maupun lingkungan pada kecepatan dan skala yang dibutuhkan.
Akuakultur sendiri merupakan kegiatan menangkarkan atau memelihara organisme
akuatik pada lingkungan terkontrol melalui penerapan teknologi-teknologi tertentu.
Budidaya laut merupakan salah satu usaha perikanan dengan cara pengembangan sumber-
dayanya dalam area terbatas baik di alam terbuka maupun tertutup (Bardach et al. 1972 ).
Kegiatan budidaya telah dilakukan manusia sejak dulu yaitu pemeliharaan dalam air yaitu
pemeliharaan dalam media air dengan pemberian makan untuk organisme air yang
dipelihara. Seperti ikan kerapu umumnya yang di budidayakan di laut dikenal dengan istilah
"groupers". Merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik di
pasar domestik maupun pasar internasional dan selain itu dinilai jualnya yang cukup tinggi
dan termasuk ikan primadona ekspor.
Salah satu budidaya laut yang kini mulai dikembangkan adalah budidaya Teripang.
Teripang merupakan hewan avertebrata yang termasuk dalam komoditas budidaya ekonomis
penting. Hewan ini biasanya ditemukan hidup pada dasar substrat pasir maupun dalam
lingkungan terumbu karang.
Budidaya teripang dilakukan dengan sistem semi intensif yang menggunakan media pen
culture. Sistem produksi dalam usaha pembesaran teripang ini mencakup tiga unsur yakni
input, proses dan output produksi. Proses produksi yang akan dilakukan dapat dilihat pada
Gambar 1.
Input Produksi
Input produksi meliputi 5 M (material, machine, method, man, money) serta penentuan
rantai pasok, manajemen persediaan barang-barang yang diperlukan selama produksi
berlangsung.
Lokasi Usaha
Usaha akan dilamksanakan di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, yang telah disurvei
dan memenuhi persyaratan yakni lahan yang digunakan merupakan perairan umum yang
dapat digunakan dibawah izin pemerintah dan sesuai dengan keterlindungan, parameter air,
kedalaman air, aksebilitas dan topografi perairan yang dibutuhkan teripang.
1.Keterlindungan
Lokasi budidaya yang dipilih harus terlindung dari pengaruh arus, gelombang,
maupun angin yang besar, karena hal tersebut bisa merusak sarana budidaya dan
menyebabkan perubahan parameter air berfluktuasi. Lokasi yang terlindung dari pengaruh
biasanya di daerah teluk atau yang berada disamping tanjung (Haris et al. 2011).
2. Kualitas Air
Lokasi budi daya yang dipilih sebaiknya mempunyai kisaran parameter air yang
rata-rata optimal berdasarkan data fluktuasi dari hasil penelitian. Menurut Haris et al. (2011)
parameter yang digunakan oleh pembudidaya di Kec. Pomala Kab. Kolaka adalah suhu air
24-30°C, kadar garam 29-32 ppt, pH air 6,5-8,5, oksigen terlarut 4-8 ppm, dan mempunyai
gerakan air cukup (kecepatan arus 0,3-0,5 m/detik), kedalaman air 0,56-2 meter dan pasang
surut 60-98 cm. Namun studi literatur menunjukkan suhu optimal untuk pertumbuhan
teripang adalah 24-30oC (Murtoyo dan Winanto 2006), salinitas 32-35 (James et al. 1988 in
Gultom 2004), kecerahan 50-150 (Murtoyo dan Winanto 2006), pH berkisar 7,0-8,5 (Effendi
2003), Oksigen terlarut 4,5-9,0 ppm (Dwindaru 2010) dan kecepatan arus 0,30 – 0,50
m/detik (Martoyo dan Winanto 2006).
3. Transportasi dan Komunikasi
Lokasi budi daya harus mudah dijangkau dan diakses secara langsung melalui
kendaraan darat. Hal ini karena berhubungan dengan pengangkutan teripang baik saat
memulai produksi maupun pascapanen Selain itu, sarana produksi harus mudah diperoleh
dari daerah setempat dan pemasaran harus dapat dilakukan dengan mudah di tempat itu.
Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kemudahan akses komunikasi langsung dari
lokasi budidaya. Tujuannya selain mempermudah interaksi konsumen juga dapat
mempermudah aksebilitas produksi, utamanya kordinasi struktural perusahaan (Murtoyo
dan Winanto 2006).
4. Topogrfi
Budidaya teripang juga harus memperhatikan dasar perairan. Biasanya dasar
perairan yang sesuai denga habitat teripang adalah landai, terdiri dari pasir dan pecahan-
pecahan karang, berlumpur, dan banyak ditumbuhi lamun serta rumput laut. Karang, lamun,
serta rumput laut ini selain berfungsi sebagai pelindung, juga berfungsi sebagai perangkap
makanan untuk teripang. Menurut Azis (1997) teripang umumnya hidup berasosiasi dengan
ekosistem terumbu karang dan lamun pada zona intertidal sampai kedalaman 20 m dengan
dasar berpasir halus dengan tanaman pelindung seperti lamun, terlindung dari hempasan
ombak, dan perairan yang kaya akan detritus. Teripang juga hidup pasa pasir halus dan
terlindung dari hempasan ombak. Disamping budidaya monokultur, system polikultur dan
Integrated Multi-Trophic Aquaculture bisa digunakan untuk budidaya teripang bersama
dengan organisme lain dalam upaya meningkatkan hasil-hasil produksi perikanan
(Yokoyama 2013).
2.1.1 Proses Pembenihan Teripang.
A. Persiapan Pen Culture
Pelaksanaan kegiatan produksi yang diterapkan di usaha pembesaran teripang
menggunakan beberapa sarana dan prasarana produksi. Namun media yang digunakan
adalah pen culture yang menjadi faktor utama dalam pelaksanaan produksi. Metode pen
culture adalah suatu usaha memelihara jenis hewan laut yang bersifat melata dengan cara
memagari suatu areal perairan pantai seluas kemampuan atau seluas yang diinginkan
sehingga seolah-olah terisolasi dari wilayah pantai lainnya. Bahan yang digunakan ialah
jaring (super-net) dengan mata jaring sebesar 0,5 – 1 inci atau dapat juga dengan bahan
bambu (kisi-kisi). Dengan metode ini maka lokasi/areal yang dipagari tersebut akan
terhindar dari hewan-hewan pemangsa (predator) dan sebaliknya hewan laut yang dipelihara
tidak dapat keluar dari areal yang telah dipagari tersebut. Pemasangan pagar untuk
memelihara teripang, baik pagar bambu (kisi-kisi) ataupun jaring super net cukup setinggi
50 cm sampai 100 cm dari dasar perairan. Luas lokasi yang ideal pen culture ini antara 400-
1.000 m2 (Epetani-DEPAN 2011).
Kontruksi pen culture meliputi jaring yang dibentuk menjadi kotak menyerupai kurungan
dan dijahit menggunakan tali nilon (3 mm), patok dari kayu besi yang tahan terhadap air dan
talinilon untuk mengikat jaring pada kayu patok. Tujuan dari pemasangan pen culture ini
agar teripang terhindar dari serangan predator atau gangguan dari organisme lain. Selain itu
juga menjadi pembatas bagi teripang agar tidak keluar dari lokasi budidaya. Oleh sebab itu
untuk memastikan teripang tidak lolos keluar, waring pen culture dibuat dua lapisan dengan
tujuan untuk menutupi mata jaring lapisan terdalam dari pen culture. Pen culture
B.Pengadaan Benih
Benih teripang diperoleh dari sumber yang dekat dan mudah untuk diakses dengan
kendaraan darat. Usaha yang dilakukan di Kec. Pomala, benihnya biasanya diperoleh dari
penangkap yang khusus melakukan penangkapan teripang kemudian menjualnya kepada
pembudidaya, namun ada juga sentra pembenihan yang terletak dekat dengan usaha
pembesaran. Selain itu, pembudidaya juga biasanya dengan sengaja memijahkan teripang di
dalam keramba tersendiri untuk penyediaan stok benih mereka. Teripang yang dijadikan
induk ialah yang sudah dewasa dengan ukuran berat badan 300-500 g/ekor dengan kisaran
panjang badan 20-25 cm. Setelah matang gonad, induk teripang akan memijah secara alami
tanpa adanya rangsangan buatan. Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari dimulai
dengan induk jantan yang mengeluarkan sperma dan betina mengeluarkan telur. Proses
pemijahan biasanya berlangsung antara 20-60 menit (Rustam 2006).
Benih alam yang berumur 2-3 bulan diperkirakan sudah dapat mencapai bobot 20–50
g/ekor, sehingga sudah layak untuk dibudidayakan pada pen culture. Pada ukuran tersebut,
benih teripang diperkirakan sudah mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan
pembesaran. Padat penebaran pada pembesaran teripang harus didasarkan pada ukuran
benih dan ketersediaan makanan dalam areal pembesaran. Biasanya benih teripang
berukuran 30-50 gram/ekor dibudidayakan pada padat tebara 15 ekor/m2. Jika lokasi
sumber benih jauh dan memerlukan pengakutan, maka terlebih dahulu bibit dimasukkan ke
dalam kantong plastik 2 liter dan diisi dengan air dan pasir. Kepadatan setiap kantong
dengan berat 30-50 gram perekor adalah 12-16 ekor/kantong.
C.Pengadaan Pakan
Pada lingkungan alaminya teripang memiliki makanan yang berasal dari pakan alami
berupa plankton, detritus atau sisa-sisa bahan organik, dan sisa-sisa endapan di dasar laut.
Namun demikian, teripang yang dibudidayakan sebaiknya diberi pakan tambahan untuk
mempercepat pertumbuhan. Pakan yang digunakan untuk pembesaran teripang adalah pakan
dari dedak dan kotoran ayam. Biasanya pakan diberikan dengan cara dicampur 1:1 dalam
karung dan diberikan langsung ke media pembesaran (Rustam 2006). Pentingnya
ketersediaan pakan secara berkelanjutn, maka pada budidaya teripang pakan bias dengan
mudah diperoleh dari pasar dan peternak ayam.
Metode budidaya yang diterapkembangkan dalam proses budidaya teripang
menggunakan media pen culture. Periode pemeliharaan teripang mulai dari pasca penebaran
benih sampai panen adalah 6 bulan dan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan relatif sedikit
yakni hanya terdiri dari:
a. pemberian pakan berupa pupuk kandang, dedak, ulfa/lamun dan makanan ikan.
b. pengontrolan berupa perbaikan kurungan jika ada yang rusak misalnya jaring yang robek
atau kayu patoknya bergeser.
c. membasmi gangguan hama seperti kepiting, lobster bahkan ikan. Monitoring dapat
dilakukan setiap hari dengan sampling setiap 2 minggu untuk mengetahui pertumbuhan
teripang.
D.Padat Penebaran
Teripang merupakan hewan yang gerakannya lamban dan dapat hidup secara
berkelompok. Sehingga upaya peningkatan produksi persatuan luas lahan dapat dilakukan
dengan peningkatan padat penebaran. Padat penebaran untuk budi daya teripang ditentukan
oleh ukuran benih. Benih dengan berat antara 30 - 40 g/ekor ditebarkan sebanyak 15 - 20
ekor/m2, sedangkan benih dengan berat antara 40 - 50 g/ekor padat penebarannya adalah 10
- 15 ekor/m2. Sehingga untuk satu unit lahan budi daya seluas 400 m2 diperlukan benih
teripang sebanyak 8.000 ekor dengan berat 30 - 40 g/ekor dan panjang 5 - 7 cm/ekor.
Sedangkan untuk benih dengan berat 40 - 50 g/ekor diperlukan sebanyak 4.000 - 6.000 ekor.
E.Pemberian Pakan
Teripang merupakan hewan melata atau bentik yang bergerak diatas permukaan
substrat. Menurut Hyman (1955) pada umunya teripang adalah pemakan deposit pasir yang
hidup di daerah terumbu karang. Sumber makanannya terdiri dari kandungan organik dalam
pasir atau lumpur, plankton, potongan serasah karang, dan detritus. Dalam proses
pemeliharaan teripang diberi pakan buatan berupa campuran dedak dengan kotoran ayam.
Sebelum ditebar, kotoran ayam atau dedak dicampur dengan air bersih dan diaduk merata
agar tidak hanyut atau terapung, pemberian pakan dilakukan pada saat air surut. Pada sistem
ini teripang yang dipelihara tidak tergantung dari pakan buatan karena teripang tersebut
berada pada habitat aslinya. Pemberian kotoran ayam ini dimaksudkan untuk merangsang
pertumbuhan diatom yang merupakan makanan utama bagi teripang. Teripang juga bisa
diberikan lamun yang memiliki banyak epifit sehingga dapat digunakan oleh teripang.
Kegiatan pembesaran dilakukan selama 6 bulan per siklus budidaya. Dengan target jika
benih teripang yang ditebar adalah 20-30 gram per ekor, maka akan dipanen dengan berat
200 gram. Hal ini berdasarkan penelitian Hana (2011) teripang pasir pertumbuhannya 0,268-
1,085% perhari dan menurut Yokoyama (2013) laju pertumbuhan spesifik teripang adalah
1,2-1,9%. Sehingga dapat mencapai ukuran 200-500 gram setiap 6 bulan. Untuk mengukur
pertumbuhan teripang, maka dilakukan sampling setiap 2 bulan, sehingga akan diketahui
pertambahan teripang berdassarkan pemberian pakan. Pemberian makanan tambahan
sebaiknya dilakukan pada sore hari. Hal ini disesuaikan dengan sifat hidup atau kebiasaan
hidup dari teripang. Pada waktu siang hari teripang tidak begitu aktif bila dibandingkan
dengan pada malam hari, karena pada waktu siang hari ia akan membenamkan dirinya
dibawah dasar pasir/karang pasir untuk beristirahat dan untuk menghindari/melindungi
dirinya dari pemangsa/predator, sedangkan pada waktu malam hari ia akan lebih aktif
mencari makanan, baik berupa plankton maupun sisa-sisa endapan karang yang berada
didasar perairan tempat hidupnya. Menurut Panggabean (1987) teripang genus Holothuria
sp. aktif makan sepanjang hari baik siang maupun malam.
Pakan diberikan sebanyak 0,3 kg/m2 per 2 minggu dengan cara memasukkan pakan yang
telah dicampurkan tersebut ke dalam karung goni. Setiap satu karung goni biasanya dapat
diisi 15 kg (1:1, dedak dan kotoran ayam) pakan tambahan yang dapat mencukupi luasan
areal pembesaran 50 m2 (Rustam 2006). Sehingga setiap 2 minggu jumlah pakan yang
diberikan sebanyak 120 kg untuk satu areal pen culture berukuran 400 m2, atau sebanyak 8
karung goni berukuran 15 kg, dengan asumsi setiap 15 kg pakan dapat mencakup 50 m2
luasan areal pen culture. Sehingga total pakan yang dibutuhkan dalam satu siklus
pembesaran teripang per pen culture mencapai 1.800 kg atau sebanyak 120 karung goni,
dimana setiap bulannya dibutuhkan 180 kg pakan. Untuk 5 pen culture maka total
keseluruhan pakan yang digunakan persiklus adalah 7.200 kg, atau sebanyak 480 karung.
Untuk memastikan media yang digunakan tetap dalam kondisi yang ideal, maka perlu
dilakukan perawatan selama masa peneliharaan. Perawatan dapat dilakukan dengan
membersihkan pen culture dan mengecek apakah terdapat kerusakan pada jaring atau pada
patok yang digunakan. Hal ini dimaksudkan agar teripang yang dibudidayakan tidak keluar
dari media ketika jaring yang digunakan rusak atau patok yang jatuh akibat pasang surut air.
B.Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat
diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Untuk meningkatkan kapasitas
produksi maka harus melihat kebutuhan pasar pada masa mendatang terhadap suatu produk.
Dalam menigkatkan kapasitas produksi maka diperlukan suatu rencana untuk
mengembangkan produksi, karena hal tersebut merupakan sesuatu yang harus dilakukan
agar dapat mencapai suatu keuntungan maksimal di masa mendatang (Suparjo dan Prabowo
2012). Dalam budidaya teripang, kapasitas produksi bisa mencapai 7.200 kg berat basah per
siklus. Dari luas pen culture 20x20 meter sebanyak 5 buah pen culture, dengan asumsi
pemanenan 200-250 gram persiklus (6 bulan) dan tingkat kelangungan hidup 90%, maka
setiap pen culture bisa memproduksi 1.440 kg/400 m2 berat basah atau 144 kg berat kering.
Upaya peningkatan kapasitas produksi bisa dilakukan dengan menganalisa kebutuhan pasar
dimasa mendatang, dimana menurut data KKP (2011) permintaan teripang terus meningkat,
namun produksi hanya mencapai 20.000 ton pertahun. Dengan rencana pengembangan
tersebut, diharapkan bisa meningkat dari 7.200 kg per siklus menjadi 14.400 kg per siklus,
dengan masa pemeliharaan selama 6 bulan per siklus, bobot rata-rata teripang 200 gr/ekor.
A. Pengadaan induk
B. Seleksi Induk
D. Perjodohan
Setelah itu, adalah kegiatan penjodohan.Kegiatan penjodohan dilakukan bila calon induk
telah berukuran lebih dari 4 cm. Wadah yang digunakan untuk penjodohan sebaiknya dari
bahan kaca, untuk mempermudah pengamatan dan seleksi calon induk.Agar tercipta kondisi
nyaman dan memicu terbentuknya pasangan baru, di dalam akuarium ditempatkan anemon
laut (Radianthus ritterri).
Perjodohan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
- Alami dengan menempatkan beberapa ekor calon induk clown fish kedalam suatu
wadah sehingga calon induk akan memilih pasangannya sendiri dan mengusir yang
lainnya. Kemudian yang lainnya dipindahkan ke tempat yang baru. Metode ini biasanya
membuat ikan terluka dan stress sehingga dibutuhkan wadah yang luas dan memerlukan
anemon sebagai rumah rebutan buat pasangan yang menang sehingga yang lain dapat
menyingkir sejauh mungkin untuk menghindari serangan. Untuk metode ini dibutuhkan
calon induk yang berukuran minimal 4 cm.
- Buatan dapat dilakukan dengan memilih calon induk jantan dan calon induk betina
dan menempatkan dalam suatu wadah. Caranya adalah memilih calon induk betina yang
berukuran besar dan calon induk jantan berukuran lebih kecil dari betina (ukuran jantan
sekitar ¾ dari betina). Kelebihan dari metode ini adalah dapat mempercepat proses
perjodohan, memperkecil kemungkinan saling serang atau bentrok dan dapat memilih
langsung sesuai dengan warna, ukuran dan corak/motif yang dinginkan.
- Hybrid dengan menempatkan pasangan yang berbeda spesies dalam satu wadah.
Di BBL Ambon, biasanya teknik Perjodohan ini menggunakan cara buatan sama
halnya seperti kelebihan yang di atas yakni dapat mempercepat proses perjodohan,
memperkecil kemungkinan saling serang atau bentrok dan dapat memilih langsung
sesuai dengan warna, ukuran dan corak/motif yang dinginkan oleh sebab itu kami
menggunakan teknik tersebut, selain itu juga kami menggunakan teknik Hybrid guna
memproduksi jenis spesies baru, karena semakin motif ikan clownfish rumit ataupun
cantik maka akan semakin tinggi pula harganya. Maka teknik Hybrid memiliki
keuntungan yang banyak di bandingkan teknik-teknik di atas.
E. Penanganan induk
Wadah pemeliharaan dilengkapi dengan instalasi aerasi dengan tujuan untuk
mensuplai oksigen kedalam air, instalasi air masuk dan pembuangan sebagai sistem sirkulasi
air untuk menjaga stabilisasi air dalam wadah pemeliharaan.Dalam wadah pemeliharaan
diberikan anemon sebagai rumahnya atau rumah buatan berupa potongan pipa 4 inchi
dengan tujuan untuk memberikan kenyamanan pada calon induk tersebut.Dan juga terdapat
teripang. Untuk menjaga kebersihan lingkungan maka setiap wadah diberikan lola (Trochus
niloticus) sebanyak 3 sampai 4 ekor agar lumut atau kotoran yang menempel pada dasar
akan dimakan atau dinding wadah serta penyiponan/pembuangan kotoran dilakukan setiap
hari dengan menggunakan selang sipon berdiameter 1 inchi.
F. Pakan dan Pemberian pakan
Induk biasanya diberikan pakan hidup seperti artemia dewasa, telur kerapu, cacing
renik, dan jika artemia dewasa habis dapat diganti dengan naupli artemia.Pakan hidup
biasanya berguna untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan juga untuk mempercepat
kematangan gonad induk yang dipelihara.Pakan diberikan disesuaikan dengan kebutuhannya
dan Pakan hidup tidak selamanya tersediah dalam jumlah yang cukup sehingga perlu
dibiasakan makan pakan buatan yang berupa pellet. Pellet yang digunakan biasanya ukuran
S2 yang sesuai dengan bukaan mulut induk. Setelah terbiasa makan pellet maka sebelum
diberikan pakan hidup terlebih dahulu diberikan pakan pellet setelah pakan pellet diberikan
sebaiknya disifon untuk mengeluarka sisa pakan dan feses dan baru kemudian diberikan
pakan hidup guna mempercepat proses pertumbuhan dan kematangan gonad. Keutamaan
pakan buatan adalah mudah didapatkan, dapat disimpan dalam waktu yang lama, komposisi
nutrisinya biasanya lengkap dan ukurannya bervariasi sesuai kebutuhan atau dapat
disesuaikan dengan bukaan mulut ikan.
Biasanya sekitar pukul 08.00 induk diberikan pakan pellet (pakan buatan), sebelum
pemberian pakan air dan aerasi dimatikan agar pakan tersebut tidak hanyut terbawa oleh
arus air. Setelah itu aerasi dinyalakan dan disifon untuk mengeluarkan sisa pakan dan feses
atau proses metabolisme tadi malam, selain itu juga untuk mejaga kualitas air agar tetap
baik. Karena sisa pakan dan feses yang membusuk bisa menjadi amoniak (gas beracun)
yang dapat membahayakan kehidupan induk yang dibudidayakan. Dan setelah semua
aquarium disifon saya memanen artemia dewasa (pakan hidup) untuk diberikan kepada
induk guna sebagai pakan tambahan. Artemia yang diberikan kurang lebih 15-20 jasad
renik/aquarium guna mempercepat pertumbuhan.Saat pemberian pakan hidup sebaiknya air
dimatikan agar pakan tidak terbawa arus. Dan setelah pemberian artemia dewasa bias juga
induk diberikan pakan tambahan seperti telur kerapu, maupun cacing renik. Setelah itu
sekitar pukul 12.00 atau induk sudah menghabiskan pakan hidup yang diberikan, air
dialirkan namun sebelum air dialirkan induk diberikan pellet (pakan buatan). Sekitar pukul
03.30 induk diberikan pakan pellet dan setelah pakan pellet diberikan aquarium disifon
kembali untuk mengeluarkan sisa pakan yang terbuang dan sisa feses. Setelah itu biasanya
diberi pakan hidup seperti (artemia dewasa ataupun cacing merah).
G. Pengelolaan Kualitas air
Pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan induk meliputi penyiponan dan
pengurangan air. Penyiponan dilakukan setiap sebelum dan sesudah pemberian pakan
Penyiponan yang dilakukan sebelum pemberian pakan bertujuan untuk membersihkan sisa-
sisa kotoran yang mengendap setelah proses metabolisme malam hari sedangkan
penyiponan sesudah pemberian pakan bertujuan untuk membuang sisa-sisa pakan yang
mengendap di dasar dan tidak termakan. Proses tersebut dilakukan untuk menjaga air tetap
jernih. Setiap pagi dan sore hari pengurangan air dilakukan hingga 70% volume
akuarium.Selang sipon yang digunakan berbahan plastik dan diameternya cukup besar
sekitar 1 inchi.Dalam penyiponan sebaiknya aliran air serta aerasi di matikan agar kotoran
tidak melayang-melayang karena arus dan gelombang yang sebabkan oleh aerasi dan aliran
air guna mempermudah pengangkapan sisa feses di dalam aquarium.
Biasanya juga ikan yang sakit atau terkena white spot direndam dengan air tawar
guna menghilangkan parasit yang hidup di air laut, parasit yang menempel pada induk
hidupnya pada air laut dan jika induk yang terkena white spot direndam pada air tawar maka
parasit itu akan mati karena dia tidak cocok dengan air tawar. Namun biasanya perlakuan ini
berhasil, dan terkadang juga tidak berhasil maka akriflavin juga merupakan alternatif lain
yang dapat mengobati ikan yang sakit atau terkena white spot.Berikut macam-macam obat
yang digunakan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit pada induk.
I. Pemijahan
Pemijahan clown fish dilakukan secara alami, pembuahan dilakukan diluar tubuh.
Induk betina yang akan memijah mempunyai ciri-ciri perut buncit dan genetal papilanya
menonjol berwarna merah dan kemudian berubah menjadi putih, sedangkan yang jantan
agresif bergarak mengejar betina. Induk clown fish mulai membersihkan substrat (segitiga
beton) untuk menempelkan telurnya.Pemijahan clown fish di daerah tropis dapat terjadi
sepanjang tahun, pemijahannya hanya berlangsung beberapa hari selama bulan terang
(Soehartono, 1985).Clown fish dapat memijah sekitar bulan purnama maupun pada bulan
gelap sekitar 6 hari setelah atau sebelum bulan gelap ataupun purnama (Setiawati,
2005).Pemijahan dilakukan pada sore hari, betina menempelkan telurnya pada segitiga
secara bertahap dengan posisi melingkar kemudihan diselingi pembuahan oleh jantan
dengan mengeluarkan sperma.
Selain pada segitiga beton yang telah disediakan, induk clown fish juga dapat
menempelkan telurnya pada sudut akuarium.Sepasang induk dapat dapat memijah secara
terus menerus dengan selang waktu 7-34 hari sekali, dengan rata-rata jarak peneluran 9-15
hari atau 2-3 kali peneluran dalam satu bulan. Induk clown fish memelihara telurnya selama
6-8 hari dan telur banyak menetas pada hari ke 7 (Setiawati,2005). Rata-rata tiap induk
clown fish menghasilkan 493 butir telur dalam sekali memijah dan tinggal 106 ekor yang
mencapai ukuran 3 cm.
J. Penetasan Telur
Telur akan menetas setelah berumur 6 - 7 hari dapat dilakukan dengan tiga metode;
1. Dengan cara membiarkan telur tersebut menetas di wadah pemeliharaan
indukkemudian larvanya dipanen dan dipindahkan ke wadah pemeliharaan larva,
akan tetapi metode ini memungkinkan larva stress akibat penanganan yang kurang
baik serta perubahan kondisi lingkungan dari akuarium ke wadah pemeliharaan
larva.
2. Dengan cara melepaskan/mengambil telur dari tempat penempelannya, dilkukan
setelah telur hampir menetas atau sehari sebelum menetas, akan tetapi membutuhkan
waktu, tenaga dan kehati-hatian.
3. Dengan cara memindahkan kedua induk serta substrat tempat telur menempel ke
wadah pemeliharaan larva dengan menggunakan keranjang yang dilengkapi
pelampung. Pemindahannya dapat dilakukan sehari atau 2 hari sebelum menetas.
Kelebihan metode ini adalah sangat mudah pelaksanaanya dan meningkatkan HR
dan SR karena induk dapat menjaga telurnya sampai menetas, pluktuasi suhu dapat
terjaga akibat dari volume air yang besar dan fluktuasi suhu dapat dipertahankan
dengan memberikan penutup pada bagian atas di wadah pemeliharaan larva serta
larva dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan pemeliharaan semenjak mulai
dari telur.
K. Penanganan Larva
Wadah pemeliharaan larva minimal 2000 liter (2 ton) agar dapat meminimalisasi
pluktuasi suhu dan mengurangi percepatan penumpukan bahan organic sebagai akibat dari
hasil sekresi larva itu sendiri maupun pakan yang diberikan. Wadah dilengkapi dengan
aerasi sebaga pensuplai oksigen di dalam air dengan jarak 1 meter tiap titik aerasi, air laut
dimasukkan kedalam bak disesuaikan dengan volume dan ketinggian bak yang sebelumnya
disaring dengan filter back, tekanan udara tiap titik aerasi disesuaikan dengan kemampuan
daya renang larva.
Larva diberikan pakan alami berupa rotifer pada hari pertama, pakan tersebut disesuaikan
dengan kepadatan larva dan dipertahankan rotifernya 5-10 sel/ml air.Setelah larva berumur 7
hari dapat diajarkan mengkonsumsi naupli artemia dan pemberian rotifer dapat dihentikan
setelah semua larva mampu mengkonsumsi naupli artemia.Setelah larva berumur 15 atau 20
hari maka larva tersebut sudah dapat dipanen dan dipindahkan ke akuarium untuk
didederkan atau dibesarkan.
Penebaran Larva yakni sebagai berikut :
1. Padat Tebar Larva
Karena SRnya dapat mencapai 70-90% maka padat tebar larva sebainya tidak lebih
dari 3 ekor perliter dimana pada saat larva mengalami perubahan warna dari hitam menjadi
orange cenderung berkumpul dalam satu tempat sehingga terlihat sangat padat, disamping
itu pada masa larva hanya mengandalkan pergantian air untuk menjaga kondisi kualitas air,
dengan kepadatan larva yang tinggi tentunya akan meningkatkan kecepatan penumpukan
bahan organik yang dapat merusak kualitas air. Kepadatan dapa ditingkatkan apabila
penanganan betul-betul dilakukan secara intensif.Untuk mengatur kepadatan larva maka
jumlah telur dan jumlah induk harus disesuaikan dengan volume wadah yang digunakan.
2. Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan larva minimal 2000 liter (2 ton).Kegiatan persiapan wadah
meliputi pencucian bak, pembilasan, pemberian kaporit, pengeringan, dan pengisian air.
Proses pembersihan bak dilakukan dengan cara mengelap dinding dan dasar bak dengan
tujuan membersihkan lumut dan kotoran yang menempel bak fiber tersebut. Setelah proses
pencucian dilanjutkan pembilasan dengan air laut. Kemudian dilanjutkan dengan proses
sterilisasi wadah dengan menggunakan kaporit yang dilarutkan dalam air dengan dosis 5-10
ppm kemudian disiramkan pada bagian dinding dan dasar bak. Setelah diberikan kaporit
maka didiamkan selama 1 jam kemudian disikat dan dibilas dengan air laut, kemudian
dibilas kembali dengan air tawar hingga bersih.
3. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada larva cukup bervariasi tergantung umur dan disesuaikan
dengan bukaan mulutnya.Jenis pakan yang diberikan adalah pakan hidup dan pakan
buatan.Pakan hidup berupa rotifera, naupli Artemia, dan Diaphanosoma.Pakan hidup
tersebut ditunjang dengan pemberian fitoplankton yang terdiri dari Nannochloropsis,
Chaetoceros, dan Tetraselmis.
6. Pemanenan
Benih dapat dipanen setelah mengalami perubahan warna dari hitam menjadi
kemerahan atau sudah menyerupai ikan dewasa dengan lama pemeliharaan sekitar 12
hariPemanenan harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan serok lalu diangkat
dengan gayung bersama air dan ditampung diember yang diberi aerasi dengan tekanan
rendah, setelah cukup padat kemudian dipindahkan ke wadah pendederan. Benih yang
diangkat tanpa bersama dengan air terkadang stress dan pingsan jadi sebaiknya benih tidah
terlepas dari air.
b. Pendederan Benih
1. Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan dalam kegiatan pendederan berupa akuarium. Akuarium
yang digunakan dalam kegiatan pendederan atau pemeliharaan benih yaitu akuarium dengan
volume 120 L. Akuarium yang digunakan di lengkapi dengan sistem air mengalir atau
pergantian air hingga 100%. Akuarium memiliki inlet dan outlet.
2. Penebaran Benih
Benih yang sudah menetas hingga 15-20 hari dari wadah pemeliharaan larva
kemudian di tebar di akuarium.Padat tebar disesuaikan dengan kapasitas aquarium dan
sistim sirkulasi airnya, padat tebar untuk sirkulasi air 24 jam dapat mencapai 3 sampai 12
ekor/liter air. kepadatan disesuaikan dengan ukuran benih.Kemudian benih ditebar sambil
dihitung agar padat tebar sesuai dengan yang di rencanakan yaitu 300-400 ekor per wadah.
3. Pemberian Pakan
Pakan yang di berikan pada benih clownfish ada 2 jenis yaitu pakan alami (naupli
Artemia) dan pakan buatan (Pellet). Teknik pemberian pakan ada 2 cara yaitu secara
langsung dan dibasahi.Pemberian pakan dilakukan 4 sampai 6 kali dengan jenis pakan yaitu
pellet dan naupli artemia untuk benih yang berukuran lebih kecil dari 1 cm, kemudian
selanjutnya dapat diberikan pellet sepenuhnya setelah melebihi dari ukuran itu. Ukuran
pellet yang diberikan disesuaikan dengan bukaan mulut benih. Pellet yang biasa digunakan
yakni pellet merek OTOHIME B1 dan B2.
5. Grading Ikan
Grading dilakukan dengan tujuan untuk mengelompokkan benih yang berukuran
sama sehingga tidak terjadi persaingan. Dengan mengelompokkan benih yang berukuran
sama dalm satu wadah sangat membantu dalam pemberian pakan khususnya ukuran pakan
dapat disesuai dengan bukaan mulut ikan.
Pembesaran dapat dilakukan pada aquarium, bak fiber atau kolam, namun
untuk memudahkan penanganan disaat benih baru keluar dari wadah pemeliharaan larva
sebaiknya dipelihara dalam aquarium dengan sistem air mengalir dan dilengkapi aerasi
dengan tujuan untuk mempermudah penanganan.Kepadatan benih pada akuarium berkisar
3-5 ekor per liter air.Setelah berukuran lebih dari 2 cm maka dapat dipindahkan ke wadah
yang lebih luas. Pakan yang diberikan kepada benih adalah pellet yang disesuaikan dengan
bukaan mulut ikan.Selain di dalam akuarium, pembesaran bisa dilakukan di KJA (Keramba
Jaring Apung).
2.2.4 Pemanenan