Anda di halaman 1dari 5

Widyastuti Septiyaningrum | 071311233024

Kultur Strategi: Metode Analisis dan Cara Penggunaannya

Kultur strategi digunakan untuk menganalisis atau meramalkan masalah dan


kebijakan yang akan diambil oleh suatu negara dalam cakupan hubungan
internasional. Hal ini berkaitan dengan definisi kultur strategis menurut Johnson
(2006), bahwa kultur strategis adalah fenomena domestik yang merupakan kombinasi
antara kultur nasional, proses kebijakan nasional, dan kultur organisasional. Kultur
strategi mampu memberikan sudut pandang yang berbeda dibanding teori hubungan
internasional yang klasik. Contohnya adalah meramalkan bahwa suatu negara akan
mengambil keputusan yang rasional dalam kebijakannya. Namun kultur strategi
menegaskan bahwa rasionalitas adalah culturally dependent atau tergantung pada
nilai norma kultur masing-masing. Dalam hal ini, teori klasik dalam Hubungan
Internasional tidak dapat digunakan untuk memahami apa yang mempengaruhi
rasionalitas suatu negara. Salah satu poin penting dalam memahami kultur strategis
menurut Johnston (1995) adalah menemukan preferensi suatu negara untuk
mengambil suatu kebijakan. Momentum sejarah yang memunculkan urgensi atas
pemahaman preferensi ini adalah era Perang Dingin, yang mana peneliti mencari
kecenderungan Amerika Serikat maupun Uni Soviet yang kemudian lebih lanjut
dilabeli sebagai kultur strategis negara.

Diantaranya terdapat tiga metode atau langkah yang dapat digunakan untuk
menganalisis kultur strategis suatu negara, yaitu dengan analisis konten, cognitive
mapping, analisis simbol, dan analisis empiris. Pertama adalah mlalui analisis konten.
Johnston (1995) menyebutkan bahwa untuk menemukan sebuah kultur strategi suatu
negara dibutuhkan analisis konten yang mendalam terhadap satu objek kebijakan.
Analisis mendalam terhadap salah satu objek tersebut dapat dilakukan dengan
mempelajari pola dalam periode waktu, baik era kontemporer dan sejarahnya. Apabila
terdapat kesesuaian dalam peringkat preferensinya, maka terdapat suatu kultur
strategi dalam objek tersebut. Semakin banyak ditemukan kesesuaian dalam setiap
periodesasi waktunya, maka semakin kuat sebuah kultur strategis suatu negara. Hal
ini kemudian memunculkan perdebatan, bahwa sebuah kultur strategis merupakan
pola yang secara langsung diturunkan, nilai atau pola lama yang digunakan kembali,
perubahan dari pola sebelumnya, refleksi dari subkultur sebuah negara, atau non-
existent atau kehampaan.

Studi Perbandingan Budaya Strategik | 2016


Hubungan Internasional - Universitas Airlangga
Widyastuti Septiyaningrum | 071311233024

Lackman (t.t dalam Johnston 1995) mencontohkan beberapa objek pada suatu negara
yang dapat dianalisis, diantaranya adalah dari segi hard power seperti ahli strategi,
pemimpin militer, dan elit sekuritas nasional, hingga desain dan penyebaran senjata
yang digunakan. Analisis konten secara mendalam harus bersifat eclectic atau
berdasar dari berbagai sumber, karena metode yang berbeda dapat menghasilkan
hasil yang berbeda. Perbedaan yang ada kemudian digunakan sebagai cross-check
dalam menemukan kultur strategis suatu negara. Proses cross-check inilah yang
kemudian disebut sebagai cognitive mapping dan analisis simbol (Johnston 1995).
Metode kedua adalah cognitive mapping, yang mana cara kerjanya adalah bagaimana
suatu kebiasaan dapat mendorong penentu kebijakan untuk mengambil suatu
tindakan, kemudian menemukan keterkaitan antara bentuk kebijakan yang berbeda
dan kepentingan yang ingin dicapai oleh suatu negara, baik dalam nilai positif atau
negatif. Dapat dikatakan bahwa dalam metode inilah seorang peneliti dapat menerka
tindakan atau kebijakan apa yang akan diambil suatu negara dalam sebuah isu.

Ketiga adalah penggunaan metode analisis simbol. Berdasarkan perspektif simbolik,


kultur strategis dapat dicerminkan dengan simbol tentang peran kekuatan dalam
hubungan antar individu, tentang efektifitas strategi tertentu, dan pertimbangan
dalam menentukan strategi yang lebih baik daripada yang lain (Johnston 1995).
Terdapat tiga cara penggunaan metode analisis simbol menurut Johnston (2016).
Pertama, dalam menganalisis simbol terdapat beberapa unit analisis, termasuk idiom
yang sering digunakan serta frase yang diterima dan dibenarkan sebagai deskripsi
yang valid dari konteks strategis. Contohnya adalah analisis terhadap pernyataan "jika
menginginkan perdamaian, maka bersiaplah untuk perang". Kedua, kata-kata kunci
yang muncul untuk mewujudkan aksioma perilaku tertentu, atau yang digunakan
untuk menggambarkan tindakan legal yang diarahkan pada pihak lawan. Contohnya
adalah analisis terhadap terma "deterrence" atau pencegahan. Ketiga, analogi dan
metafora yang berfungsi sebagai definisi singkat yang menggambarkan keadaan
strategis. Contohnya adalah metafora Ratu Adil. Dapat dikatakan bahwa analisis
simbol tidak dapat serta merta menentukan kultur strategis suatu negara. Johnston
(1995) menekankan bahwa penggunaan simbol bisa jadi sama, namun makna
terhadap simbol tersebut dapat berubah sesuai dengan konstelasi sosial-politik suatu
negara. Oleh karena itu, dalam penggunaan metode analisis simbol dibuthkan
pemetaan kognitif dan dikuatkan dengan metode analisis yang lain.

Studi Perbandingan Budaya Strategik | 2016


Hubungan Internasional - Universitas Airlangga
Widyastuti Septiyaningrum | 071311233024

Metode analisis konten, cognitive mapping dan analisis simbol kemudian dapat
digunakan untuk menemukan kultur strategis suatu negara. Namun, seperti yang
telah penulis tekankan di awal, bahwa preferensi merupakan poin penting dalam
menentukan kultur strategis suatu negara. Oleh karena itu, metodologi ketiga yaitu
analisis empiris hadir untuk menganalisis dampak kultur strategis terhadap perilaku
strategis yang merupakan preferensi kebijakan suatu negara. Terdapat tiga langkah
untuk mengkaji dan menghubungkan kultur strategis dengan perilaku strategis
menurut Johnston (1995). Pertama, menguji keberadaan dan kesesuaian antara
peringkat preferensi strategis di seluruh objek analisis dalam jangka waktu tertentu.
Kedua, menguji keberadaan dan kesesuaian antara peringkat preferensi yang
ditemukan objek, contohnya adalah dokumen kebijakan yang diambil dari proses
pengambilan keputusan pada satu periode, dengan periode yang lain. Dalam hal ini,
terdapat prasyarat pada dokumen kebijakan yang diuji. Prasyarat pertama, dokumen
kebijakan terdiri atas dokumen yang telah dianalisis sebagai objek kultur strategis dan
yang lain adalah yang tidak dianalisis. Prasyarat kedua, dokumen kebijakan memiliki
konteks strategis yang berbeda, atau dalam masalah yang berbeda, dan tentunya
dalam waktu yang berbeda. Kemudian langkah ketiga dalam mengkaji kesesuaian
kultur strategis dengan preferensi kebijakan negara adalah membandingkannya
dengan perilaku politik-militer. Diasumsikan bahwa isu keamanan dan stabilitas
negara merupakan kepentingan utama suatu negara, sehingga penting untuk
membandingkan antara kultur strategis dengan kebijakan politik-militer suatu
negara.

Analisis kultur strategis telah digunakan oleh peneliti untuk membaca situasi
hubungan internasional era kontemporer. Terdapat contoh penggunaan analisis
kultur strategis yang sekaligus menunjukkan bagaimana praktik penggunaan analisis
kultur strategis itu sendiri. Salah satunya adalah Willis Stanley yang telah melakukan
analisis terhadap kultur strategis Iran dalam penelitiannya yang berjudul “The
Strategic Culture of the Islamic Republic of Iran” pada tahun 2006. Dalam analisisnya,
Stanley menunjukkan bagaimana sebuah analisis kultur strategis dilakukan. Pertama,
Stanley menekankan gagasan bahwa luasnya analisis kultur strategis hanya dapat
dikelola dan digunakan ketika diarahkan oleh pertanyaan tertentu. Hal ini penting
untuk mempersempit analisis terhadap kultur strategis suatu negara. Stanley (2006
dalam Johnson 2006) menekankan analisisnya terhadap Weapons of Mass

Studi Perbandingan Budaya Strategik | 2016


Hubungan Internasional - Universitas Airlangga
Widyastuti Septiyaningrum | 071311233024

Desctruction (WMD) untuk menemukan kultur strategis Iran, sehingga analisis


utamanya adalah bagian-bagian dari rezim yang secara langsung mengambil atau
mempengaruhi keputusan WMD

Kedua, analisis kultur strategis dilakukan dengan meneliti dan memahami latar
belakang negara terkait, baik dari sejarah rezim, geografi, simbol sosial internal
negara, dan interaksi umum dengan negara-negara lain. Hal inilah yang kemudian
menjadi landasan untuk menganalisis lebih jauh mengenai Iran dengan latar belakang
sejarah mulai dari munculnya masyarakat Neolitik dan pertanian sekitar tahun 8000
sebelum masehi sampai era kontemporer. Kemudian untuk mengaitkannya dengan
bahasan WMD, Stanley (2006 dalam Johnson 2006) melakukan studi mendalam
terhadap retorika politik nasional, percakapan pribadi, pelajaran di sekolah, karya
seni dan simbol-simbol yang menghiasi tempat-tempat umum dan swasta, serta
peristiwa sejarah traumatis yang dapat membentuk psikologi sosial suatu negara.
Dapat dikatakan bahwa analisis kultur strategis merupakan analisis yang fokus dan
mendalam terhadap suatu objek yang dipilih sebagai representasi kultur suatu negara.

Kultur strategis adalah mengenai konsistensi dan persistensi dalam masyarakat


(Johnston 1995). Bagaimana kultur dapat mempengaruhi pola masyarakat, yang
termasuk di dalamnya adalah bagaimana penentu kebijakan mengambil tindakan
dengan konsisten dan persisten. Diasumsikan bahwa kultur strategis merupakan hal
yang sulit dan lambat untuk berubah, maka kultur strategis dalam dilihat dalam suatu
periode sejarah yang cukup panjang. Oleh karena itu, pendekatan komparatif menjadi
penting untuk menemukan pola apa yang sebenarnya menjadi kultur strategis suatu
negara. Analisis terhadap satu periode, isu, maupun konteks saja tidak dapat serta
merta menentukan kultur strategis suatu negara. Dibutukan analisis dengan beberapa
pilihan metode dan langkah untuk kemudian menemukan kultur strategis.

Penulis mengambil kesimpulan bahwa kultur strategis dapat dilakukan dengan


beberapa metode. Diantaranya adalah analisis konten, cognitive mapping, analisis
simbol, dan analisis empiris. Dalam melakukan analisis, diperlukan pertanyaan
terarah untuk mempersempit kajian kultur strategis suatu negara. Selain itu,
pemahaman menyeluruh terhadap latar belakang suatu negara, baik dari sejarah
rezim, geografi, simbol sosial internal negara, dan interaksi umum dengan negara-
negara lain serta peristiwa sejarah traumatis yang dapat membentuk psikologi sosial

Studi Perbandingan Budaya Strategik | 2016


Hubungan Internasional - Universitas Airlangga
Widyastuti Septiyaningrum | 071311233024

suatu negara. Penulis berpendapat bahwa analisis terhadap kultur strategis


merupakan metode alternatif untuk membaca konstelasi hubungan internasional.
Kultur merupakan konsep yang abstrak, dan selama ini tidak banyak dianggap penting
dan dapat mempengaruhi perilaku suatu negara. Namun, pada perkembangannya,
justru kultur merupakan aspek utama yang mendasari pola pikir, perilaku, dan cara
negara menyelesaikan suatu masalah. Terdapat satu perdebatan bahwa apakah kultur
strategis memang benar-benar ada atau tidak. Dalam hal ini, penulis percaya bahwa
kultur strategis ada yang berperan penting dalam arah kebijakan, serta bagaimana
negara berinteraksi dengan negara lain, maupun dalam interaksi global.

Referensi:
Johnson, Jeannie (2006). “Strategic Culture: Refining the Theoretical Construct”,
prepared for the Defense Threat Reduction Agency Advanced Systems and
Concepts Office.

Johnston, Alastair Iain (1995). “Thinking about Strategic Culture”, International


Security, 19 (4): 32-64.

Studi Perbandingan Budaya Strategik | 2016


Hubungan Internasional - Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai