Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN


“KAYU MANIS”

Dosen Pengampu
Edo Saputra, S.TP., M.P

DISUSUN OLEH :
Kelompok III
Al Azhar Fauzan J1B116015
Nur Azizah J1B116088
Sandy Wibowo J1B116014
Herun Nisa Felicia J1B115051
Dionaldi Riyantara J1B116055
Imam Setiawan J1B115063
M H Oka Putra J1B116004

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan
rahmatnya dan karunia Nya kami telah menyelesaikan makalah yang mengenai
salah satu produk perkebunan, yaitu kayu manis. Kami ucapkan terimakasih
kepada Bapak Edo Saputra, S.TP., M.P selaku dosen mata kuliah Teknik
Pengolahan Hasil Perkebunan Jursan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jambi yang telah memberi tugas untuk menambah wawasan
dan pengetahuan kami pada mata kuliah ini.
Kami berharap makalah ini berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kami dan pembaca mengenai tanaman kayu manis, manfaat-manfaat
yang terkandung dari kayu manis, kandugan-kandungan yang terdapat dari kayu
manis, hasil produk yang dibuat dari bahan dasar kayu manis, dan teknik
pemanenan dari kayu manis. Kami telah melakukan sebaik-baiknya dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah yang telah kami perbuat dapat dipahami
bagi para pembaca. Sekiranya apa yang telah kami susun ini dapat berguna bagi
kami maupun bagi para pembaca.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan adanya ketidaktepatan kata dan kalimat dalam makalah yang
telah kami perbuat. Kami berharap adanya kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan di makalah yang telah kami buat, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Jambi, 15 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II ISI .......................................................................................................... 3
2.1 Kayu Manis .................................................................................................. 3
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Kayu Manis ........................................................ 4
2.3 Deskripsi Tanaman ....................................................................................... 5
2.4 Jenis-Jenis Kayu Manis dan Penyebarannya ................................................ 5
2.5 Sistem Panen Kayu Manis ........................................................................... 6
2.6 Produk Kulit Kayu Manis ............................................................................ 7
2.7 Tata Alir Penanganan Kayu Manis .............................................................. 9
2.8 Khasiat dan Manfaat Kayu Manis .............................................................. 12
2.9 Minyak Atsiri Kayu Manis ........................................................................ 13
2.10 Sifat-Sifat Minyak Atsiri .......................................................................... 14
2.11 Fungsi Minyak Atsiri Bagi Tanaman ....................................................... 15
2.12 Fungsi Minyak Atsiri Bagi Manusia ........................................................ 15
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 17
3.2 Saran ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Karakteristik Sifat Kayu Manis ............................................................ 6
Tabel 2. Spesifikasi Persyaratan Umum Kayu Manis ........................................ 8
Tabel 3. Spesifikasi Persyaratan Khusus Kayu Manis ....................................... 8
Tabel 4. Spesifikasi Minyak Atsiri Kayu Manis .............................................. 14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman Kayu Manis ..................................................................... 3
Gambar 2. Kulit dan Bubuk Kayu Manis .......................................................... 4
Gambar 3. Diagram Alir Penanganan Kayu Manis .......................................... 9
Gambar 4. Pengeringan Kayu Manis ............................................................... 10
Gambar 5. Penyeleksian Kayu Manis ............................................................. 10
Gambar 6. Proses Pemotongan Kayu Manis .................................................... 11
Gambar 7. Proses Sortasi Kedua Kayu Manis ................................................. 11
Gambar 8. Kayu Manis yang Siap Dipasarkan ................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanii) sudah lama dikembangkan
di indonesia dan merupakan salah satu komoditi rempah yang menjadi barang
dagangan utama sejak zaman kolonial. Komoditi ini di ekspor melalui penang dan
singapura dan hingga saat ini masih memiliki potensi di pasar regional dan
internasional. Tanaman ini merupakan komoditas unggulan, terutama di daerah
Sumatera Barat dan Kabupaten Kerinci, sebagai daerah sentra produksi kayu
manis indonesia. Daerah ini pendapatan petani yang berasal dari hasil kayu manis
sebesar 26,93% dari hasil usahatani nya, atau 16,03% dari total pendapatan petani
(Sudjarmoko dan Ferry, 2007). Walaupun bukan pendapatan utama, namun
fungsinya sangat penting sebagai cadangan dana untuk memenuhi kebutuhan
biaya.
Kayu manis merupakan tanaman yang kulit batang, cabang, serta dahannya
dapat digunakan sebagai bahan rempah-rempah, dan merupakan salah satu
komoditas ekspor Indonesia. Manfaat tanaman kayu manis dapat diolah menjadi
bermacam-macam produk seperti dalam bentuk bubuk, minyak atsiri atau
oleoresin. Kulit kayu manis dalam bentuk asli seperti potongan atau bubuk
digunakan untuk bermacam-macam bumbu masakan daging dan ikan, dan sebagai
campuran dalam minuman (teh, kopi, dan kakao). Secara imperis kulit kering
kayu manis yang direndam dalam air teh dan diminum dapat menurunkan kadar
kolesterol tubuh dan mengencerkan darah sehingga baik untuk penderita stroke.
Hasil penelitian di swedia menyatakan bahwa mengkonsumsi satu sendok makan
bubuk kayu manis sebelum makan dapat menahan kenaikan kadar gula dalam
darah karena bubuk kayu manis mencegah pengisapan gula pada didinding usus
dan sebagainya. Oleoresin dari kayu manis sama dengan bubuknya, umumnya
digunakan dalam industri makanan, pemberi rasa dan aroma dalam industri
makanan, minuman, farmasi, rokok dan kosmetika. Minyak atsiri atau oleoresin
dari kayumanis mengandung beberapa senyawa kimia seperti sinamat aldehid,
eugenol, methyl ketene, furfural, benzaldehyde, nonyl aldehyde, hydrocinnamic
aldehyde, cuminaldehyde, dan coumarin.
Bagian tanaman kayu manis bagian-bagiannya sangat mengandung minyak
atsiri adalah kulit batang kayu manis dan daun kayu manis. Berdasarkan hasil
penelitian, pada bagian kulit batang mengandung sekitar 1-2% minyak atsiri
dengan kandungan utama sinamaldehida (70-80%) sedangkan pada bagian daun
kayu manis mengandung sekitar 0,5-0,7% dengan kandungan utamanya adalah
eugenol sekitar 70-95% dan sinamilasetat 3-4%. Minyak atsiri daun kayu manis
mempunyai sifat aroma rempah yang wangi khas kayu manis, agak manis dan
pungent (tajam). Pemanfaatan aroma minyak atsiri daun kayu manis untuk bahan
industri pangan dan non pangan sejauh ini masih jarang dilakukan (Winarni,
2006). Hasil ekstraksi dari kayu manis berupa minyak atsiri,sangat digemari di
pasar Amerika dan Eropa. Minyak tersebut, banyak digunakan untuk bahan baku
industri pembuatan minyak wangi, kosmetika, farmasi, dan industri lainnya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk mengenal tanaman kayu
manis, manfaat-manfaat yang terkandung dari kayu manis, kandugan-kandungan
yang terdapat dari kayu manis, hasil produk yang dibuat dari bahan dasar kayu
manis, dan teknik pemanenan dari kayu manis.

1.3 manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar sebagai pengembangan imu
pengetahuan yang berkenaan dengan kayu manis sebagai salah satu produk hasil
perkebunan
BAB II
ISI

2.1 Kayu Manis


Kayu manis (Cinnamomum burmani) dibudidayakan untuk diambil kulit
kayunya di daerah pegunungan sampai ketinggian 1.500 m diatas permukaan laut.
Tinggi pohon mencapai 1 m sampai 12 m, daun lonjong atau bulat telur, warna
hijau, daun muda berwarna merah. Umumnya tanaman yang tumbuh di dataran
tinggi warna pucuknya lebih merah dibanding di dataran rendah (Rismunandar,
1993). Pohon kayu manis merupakan tumbuhan asli asia selatan, asia tenggara
dan daratan cina, indonesia termasuk didalamnya. Tumbuhan ini termasuk famili
Lauraceae yang memiliki nilai ekonomi dan merupakan tanaman tahunan yang
memerlukan waktu lama untuk diambil hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah
kulit batang dan dahan, sedang hasil samping adalah ranting dan daun. Komoditas
ini selain digunakan sebagai rempah, hasil olahannya seperti minyak atsiri dan
oleoresin banyak dimanfaatkan dalam industri-industri farmasi, kosmetik,
makanan, minuman, rokok, dan lain lain. Kayu manis hasil olahannya seperti
minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan dalam industri-industri farmasi,
kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan lain lain (Heyne, 1987).

Gambar 1. Tanaman Kayu Manis


Gambar 2. Kulit dan Bubuk Kayu Manis

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Kayu Manis


Sistematika kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001) sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Gymnospermae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo : Policarpicae
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanni
Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral.
Panjangnya sekitar 9–12 cm dan lebar 3,4–5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna
pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua. Bunganya berkelamin
dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil. Buahnya adalah
buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang, buah muda
berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua. Jumlah 54 spesies kayu manis
yang dikenal di dunia 12 di antaranya terdapat di Indonesia. Tiga jenis kayu manis
yang menonjol di pasar dunia yaitu Cinnamomum burmannii (di indonesia) yang
produknya dikenal dengan nama cassiavera, Cinnamomum zeylanicum (di sri
lanka dan Seycelles) dan Cinnamomum cassia (di china) yang produknya dikenal
dengan cassia china. Jenis-jenis tersebut merupakan beberapa tanaman rempah
yang terkenal di pasar dunia. Tanaman kayu manis yang selama ini banyak
dikembangkan di Indonesia adalah C. burmannii yang BL merupakan usaha
perkebunan rakyat, terutama diusahakan di sumatera barat, jambi dan sumatera
utara. Jenis cassiavera ini merupakan produk ekspor tradisional yang masih
dikuasai Indonesia sebagai negara pengekspor utama di dunia.

2.3 Deskripsi Tanaman


Tinggi tanaman kayu manis berkisar antara 5–15 m, kulit pohon berwarna
abu-abu tua berbau khas, kayunya berwarna merah coklat muda. Daun tunggal,
kaku seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai daun 0,5–1,5 cm, dengan 3
buah tulang daun yang tumbuh melengkung. Bentuk daun elips memanjang,
panjang 4,00–14,00 cm, lebar 1,50–6,00 cm, ujung runcing, tepi rata, permukaan
atas licin warnanya hijau, permukaan bawah bertepung warnanya keabu-abuan.
Daun muda berwarna merah pucat. Bunganya berkelamin dua atau bunga
sempurna dengan warna kuning. Kelopak bunga berjumlah 6 helai dalam dua
rangkaian. Bunga ini tidak bertajuk bunga. Benang sarinya berjumlah 12 helai
yang terangkai dalam empat kelompok, kotak sarinya beruang empat. Persarian
berlangsung dengan bantuan serangga. Buahnya buah buni berbiji satu dan
berdaging. Bentuknya bulat memanjang. Warna buah muda hijau tua dan buah tua
ungu tua. Panjang buah sekitar 1,30–1,60 cm, dan diameter 0,35–0,75 cm.
Panjang biji 0,84–1,32 cm dan diameter 0,59–0,68 cm.

2.4 Jenis–Jenis Kayu Manis dan Penyebarannya


Empat jenis saja yang terkenal dalam dunia perdagangan ekspor maupun
lokal, yaitu: Cinnamomum burmanni, Cinnamomum zeylanicum, Cinnamomum
cassia, Cinnamomum cullilawan. Cinnamomum burmanii ini berasal dari
indonesia. Tanaman akan tumbuh baik pada ketinggian 600–1500 mdpl. Tanaman
ini banyak dijumpai di sumatera Barat, sumatera utara, jambi, bengkulu dengan
tinggi tanaman dapat mencapai 15 m. Cinnamomum zeylanicum dalam dunia
perdagangan dikenal dengan Ceylon cinnamom tanaman ini masih bisa dijumpai
di habitat aslinya pulau Ceyllon (Srilanka), sangat cocok ditanam di dataran
rendah sampai 500 mdpl. Tanaman mencapai tinggi 5–6 m dan bercabang lateral.
Pemanenan dapat dilakukan umur tiga tahun, kulitnya berwarna abu–abu. Daun
dan akarnya pun mengandung minyak atsiri sedangkan Cinnamomum cassia
merupakan tanaman asli dari birma dan diperbanyak di cina selatan. Dunia
perdagangan masa ini tanaman ini dikenal Chinese cinnamom. Warna pucuknya
bervariasi dari hijau muda sampai hijau kemerahan, tajuknya berbentuk piramida
dan Cinnamomum cullilawan hanya dikenal di daerah Ambon dan pulau Seram
(Maluku) dengan nama selakat atau selakar. Kayunya termasuk kayu lunak dan
berwarna putih sehingga kayunya tidak dapat dimanfaatkan sebagai kayu
bangunan. Kulit batang dan akarnya mengandung minyak atsiri.
Data karakteristik kayu manis sangat diperlukan untuk mendesain mesin
pengolahan kayu manis. Data-data yang harus diketahui adalah karakteristik fisik
dan karakteristik mekanik. Karakteristik fisik meliputi: bentuk, ukuran, volume,
densitas, warna, dan penampakan sedangkan karakteristik mekanik meliputi gaya
yang diperlukan untuk memotong kayu manis.Data-data mengenai karakteristik
fisik kayu manis ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Karakteristik Fisik Kayu Manis

2.5 Sistem Panen Kayu Manis


Menurut Rismunandar dan Paimin (2001) sistem panen sangat menentukan
mutu kayu manis yang dihasilkan. Panen yang kurang benar dapat menurunkan
mutu. Ada empat sistem panen yang di kenal yaitu sistem tebang sekaligus, sistem
situmbuk, sistem batang dipukuli sebelum ditebang dan sistem Vietnam. Sistem
tebang sekaligus dilakukan dengan cara memotong langsung tanamannya hingga
dekat tanah, setelah itu dikuliti, sedangkan pada sistem situmbuk biasanya sekitar
dua bulan sebelum penebangan, kulit batang tanaman dikupas melingkar mulai
pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang hingga 80–100 cm. Tanaman
selanjutnya ditebang pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang. Tujuan
menyisakan pangkal batang ini adalah untuk menumbuhkan tunas baru yang dapat
dijadikan bibit. Sistem batang dipukuli sebelum di tebang caranya dengan
memukuli kulit batang hingga melingkar. Cara ini diharapkan kulit yang diperoleh
lebih tebal. Bertambahnya ketebalan kulit karena pada bekas pukulan akan terjadi
memar atau keretakan pada kulit. Retakan kulit akan tumbuh kalus baru sehingga
kulit tampak ada pembengkakan. Pemukulan batang dilakukan dua bulan sebelum
tanaman dikuliti dan pada sistem vietnam dilakukan pengelupasan kulit
membentuk persegi panjang dengan ukuran 10×30 cm atau 10×60 cm.
Pengelupasan kulit ini secara berselang-seling sehingga tampak seperti kotak
papan catur. Kulit batang ditoreh dengan bentuk dan ukuran kulit yang akan
dikupas. Kulit yang dikupas tersebut merupakan hasil panen untuk dijemur
menjadi bentuk produk kulit kayu manis kering. Kulit bekas pengupasan akan
tumbuh kalus baru yang akhirnya kulit akan saling bertaut. Kulit batang yang
sebelumnya tidak dipanen dapat dipanen dengan menyisakan kulit yang baru
tumbuh. Cara seperti dengan demikian seterusnya panen dilakukan pada kulitnya
saja.

2.6 Produk Kulit Kayu Manis


Produk kayu manis merupakan hasil utama dari kayu manis, produk ini
berupa potongan kulit yang dikeringkan. Menghasilkan produk kayu manis sangat
sederhana, yaitu cukup dengan penjemuran. Sebelum dijemur, kulit dikikis atau
dibersihkan dari kulit luar, lalu dibelah–belah menjadi berukuran lebar 3–4 cm.
Kulit yang sudah bersih ini selanjutnya dijemur dibawah terik matahari selama 2–
3 hari, kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudah susut sekitar 50% artinya,
kalau bobot sebelum dijemur sekitar 1 kg maka kayu manis kering harus berbobot
0,5 kg. Kulit bermutu rendah karena kadar airnya masih tinggi, kadar air tinggi
diakibatkan oleh kurangnya waktu penjemuran selain kadar air masih tinggi, mutu
kulit dipengaruhi oleh kebersihan tempat penjemuran. Mutu kulit yang baik,
penjemuran sebaiknya dilakukan dibawah sinar matahari penuh (Rimunandar dan
Paimin, 2001).
Syarat mutu kayu manis sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) meliputi
spesifikasi umum dan spesifikasi khusus. Spesifikasi umum meliputi:
Uji fisika/mekanik : Pengikisan, warna, rasa.
Uji mikrobiologi : Serangga utuh mati, kadar jamur/kapang, kotoran
mamalia, kotoran binatang lain.
Uji kimia : Kadar air, kadar abu, kadar pasir.
Cemaran : Bahan asing, cemaran serangga.
Spesifikasi khusus hanya meliputi kadar minyak atsiri dapar dilihat pada tabel 1
dan 2.
Tabel 2. Spesifikasi Persyaratan Umum Kayu Manis

Tabel 3. Spesifikasi Persyaratan Khusus Kayu Manis


2.7 Tata Alir Penanganan Kayu Manis
Kayu manis dapat segera dimanfaatkan begitu proses panen dilakukan.
Apabila kayu manis hendak dimanfaatkan sebagai penyedap masakan, tidak
diperlukan penanganan khusus agar produk tersebut dapat diolah, cukup
dibersihkan dan dikeringkan. Namun, jika kayu manis dimanfaatkan untuk
komoditas ekspor, bahan baku farmasi, dan bahan pembuat minyak atsiri,
diperlukan beberapa tahap penanganan setelah proses panen dilakukan, antara
lain: pembersihan, pengeringan, pengecilan ukuran, sortasi, distilasi, maupun
pengepakan. Proses penanganan kayu manis dari bahan baku hingga menjadi
produk yang diperjualbelikan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 3. Diagram Alir Penanganan Kayu Manis


Berikut ini adalah penjelasan mengenai tahapan penanganan pasca panen
kayu manis:
a. Pembersihan dilakukan dengan memeriksa serta mencuci kayu manis untuk
menghilangkan sisa-sisa jamur maupun kotoran yang menempel pada kulit kayu
manis.
b. Setelah dibersihkan, kayu manis kemudian dijemur dibawah terik matahari
selama 6-12 jam agar kadar airnya menurun, penurunan kadar air dapat dilihat
dari perubahan warna kulit kayu manis dari cokelat ketuaan menjadi coklat muda
atau coklat cerah. Pengeringan kayu manis dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 4. Pengeringan Kayu Manis


c. Kayu manis yang telah kering disortasi berdasarkan ukuran, bentuk fisik, dan
tingkat kelurusan batang. Kayu manis yang dipilih memiliki ukuran 50-60cm
dengan ketebalan kulit 1-2mm, selain itu bentuk fisik kayu manis dipilih apabila
tidak bercabang dan kayu manis menggulung dengan sempurna atau tidak
menggulung dari dua arah berlawanan, selanjutnya kayu manis juga diseleksi
berdasarkan tingkat kelurusan batangnya. Gambar 3 memperlihatkan proses
penyeleksian kayu manis.

Gambar 5. Penyeleksian Kayu Manis


d. Pemotongan kayu manis dilakukan dengan mesin potong CC-Tipe M V4.
mesin V4 dengan kapasitas potong ±500 kg/hari dapat memotong kayu manis
menjadi beberapa ukuran, yaitu 2.5 cm, 5 cm, 6 cm, 8 cm, 10 cm, 15 cm, 20 cm,
25 cm, dan 30 cm. Dibawah ini merupakan gambar proses pemotongan kayu
manis.
Gambar 6. Proses Pemotongan Kayu Manis
e. Setelah kayu manis dipotong kemudian dilakukan pemilihan berdasarkan
ukuran panjang kayu manis yang telah dipotong. Nilai toleransi pemotongan yang
diizinkan sebesar 1mm, sehingga apabila terdapat kayu manis yang memiliki
ukuran 8 cm±> 1mm maka akan langsung dimasukan ke unit pengecilan ukuran.
Proses sortasi kedua dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini.

Gambar 7. Proses Sortasi Kedua Kayu Manis


f. Kayu manis dengan ukuran yang memenuhi syarat kemudian dimasukkan
kedalam kotak dengan kapasitas 20 kg dan siap untuk didistribusikan. Gambar 6
memperlihatkan produk kayu manis “stick” yang siap dipasarkan.

Gambar 8. Kayu Manis yang Siap Dipasarkan


g. Sementara itu, kayu manis yang tidak lolos dalam sortasi 1 dan 2 dimasukkan
kedalam unit hammer mill untuk dikecilkan ukurannya.
h. Setelah melewati hammer mill, kayu manis yang telah hancur dan ukurannya
mengecil dilewatkan ke unit magnetic separator (sortasi 3) agar kandungan
kontaminan logam yang tercampur dari mesin hammer mill dapat dipisahkan.
i. Kayu manis yang telah dipisahkan kontaminannya kemudian dimasukkan
kedalam mesin pengayak (sortasi 4) untuk diklasifikasikan ukurannya.
j. Pada mesin pengayak, kayu manis yang berukuran sangat kecil (menyerupai
debu) akan dipisahkan dan tidak dimasukkan kedalam pengepakan produk
“Broken”. Kayu manis tersebut akan dipersiapkan sebagai bahan baku
penyulingan minyak atsiri.

2.8 Khasiat dan Manfaat Kayu Manis


Minyak atsiri dari kayu manis mempunyai daya bunuh terhadap
mikroorganisme (antiseptis), membangkitkan selera atau menguatkan lambung
(stomakik) juga memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif).
Minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta,
penyegar bau sabun, deterjen, lotion parfum dan krim. Pengolahan bahan
makanan dan minuman minyak kayu manis di gunakan sebagai pewangi atau
peningkat cita rasa, diantaranya untuk minuman keras, minuman ringan
(softdrink), agar–agar, kue, kembang gula, bumbu gulai dan sup (Rismunandar
dan Paimin, 2001). Bagian Kulit Batang kayu manis digunakan sebagai obat
antidiare,kejang perut, dan untuk mengurangi sekresi pada usus (Syukur dan
Hernani, 2001). Efek farmakologis yang dimiliki kayu manis diantara sebagai
peluruh kentut (carminative), peluruh keringat (diaphoretic), antirematik,
penambah nafsu makan (stomachica) dan penghilang rasa sakit (analgesic)
(Hariana, 2007). Teknik pengobatan asma pun juga dipakai kayu manis,
temulawak, jahe, bidara upas, jintan, dan kemukus yang semuanya direbus dalam
dalam 3 gelas air hingga airnya tinggal separonya. Apabila sudah dingin disaring
lalu diminum dengan madu 3 kali sehari masing-masing ½ gelas. Efek
farmakologi yang sudah diketahui adalah bermanfaat sebagai analgetikum
(mengurangi rasa sakit), anti radang, dan hipertensi (Gunawan dan Mulyani,
2004).
2.9 Minyak Atsiri Kayu Manis
Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau
minyak terbang. Pengertian atau defenisi minyak atsiri yang ditulis dalam
Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri
merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari
bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan
cara penyulingan dengan uap. Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang
terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak
eteris, atau minyak essensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah
menguap di udara terbuka. Istilah essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili
bau dari tanaman asalnya. Khusus dalam keadaan segar dan murni tanpa
pencemaran, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Risikonya pada
penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta
warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Pencegahan supaya tidak berubah
warna, minyak atsiri harus terlindung dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan
dalam bejana gelas yang berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh
mungkin sehingga tidak memungkinkan berhubungan langsung dengan oksigen
udara, ditutup rapat serta disimpan ditempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan
Mulyani, 2004).
Minyak atsiri di hasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,
batang, kulit, daun, bunga, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain
mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut
organik. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri. Misalnya
dalam bahasa inggris disebut essensial oils, ethereal oils dan volatile oils.
Minyak atsiri kayu manis merupakan produk samping dari kayu manis.
Minyak ini mengandung bahan kimia organik yang berbentuk aroma khas secara
terpadu. Minyak atsiri dapat diperoleh dari kulit ranting dan daun. Nama minyak
kayu manis ini didasarkan pada jenis kayu manis dan bahan asal bahan, yaitu
Cinnamon leaf oil adalah minyak yang diperoleh dari daun kayu manis. Cinnamon
bark oil adalah minyak yang diperoleh dari kulit. Sisi lain Cassia oil adalah
minyak yang diperoleh dari daun, ranting dan bubuk kulit kayu manis. Komponen
utama yang terkandung didalam minyak kayu manis adalah sinamaldehid,
eugenol, aceteugenol, dan aldehida.selain itu masih ada kandungan lain yang
menentukan aroma spesifik dari kayu manis. Kandungan terbesar dalam minyak
kayu manis adalah eugenol, sekitar 80-90%. Minyak ini diperoleh dari
penyulingan atau destilasi air dan uap, kandungan minyak yang diperoleh
tergantung pada cara penyulingannya (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Cinnamon bark oil diperoleh dengan cara menyuling serbuk kulit kayu manis
kering atau serpihan kulit yang tidak dapat dijual. Cinnamon bark oil mengandung
Cinnamic aldehyde (tidak boleh kurang dari 55%), eugenol (4-10%), alipathic
aldehyde, dan phellandene. Patokan mutu cinnamon bark oil menurut Essential
oil Association of USA (EOA) meliputi sifat alami dan kimiawi dapat dilihat pada
tabel 3.

Tabel 4. Spesifikasi Minyak Atsiri Kayu Manis


NO PARAMETER ZAT/UKURAN

cairan kuning dengan bau kayu


1 Warna, Penampilan, dan bau manis dan rasa pedas yang
membakar;

2 Berat jenis pada 25 0C 1,010 sampai 1,030;


3 Putaran optic 00 sampai 20 ;
4 Refractive index, 200C 1.5730 sampai 1.5910;
5 Kandungan 55 % sampai 78 %
Cinnamicaldehyde

6 Kelarutan dalam alkohol larut dalam 3 volume


70%

2.10 Sifat-Sifat Minyak Atsiri


Menurut Gunawan dan Mulyani (2004) sifat-sifat minyak atsiri tersusun
oleh bermacam macam komponen senyawa. Memiliki bau khas, umumnya bau ini
mewakili bau tanaman asalnya. Mempunyai rasa getir, kadang kadang berasa
tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas, atau dingin ketika terasa
dikulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya. Keadaan murni (belum
tercemar oleh senyawa lain) mudah menguap pada suhu kamar, bersifat tidak bisa
disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik (rancid), bersifat
tidak stabil pada pengaruh lingkungan, baik berupa oksigen udara, sinar matahari
dan panas, Indeks biasnya tinggi. Umumnya bersifat optis aktif dan memutar
bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik dan tidak dapat bercampur dengan
air, tetapi cukup larut hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun
kelarutannya sangat kecil, sangat mudah larut dalam pelarut organik.

2.11 Fungsi Minyak Atsiri Bagi Tanaman


Minyak atsiri dalam jumlah yang relatif besar disimpan dalam tanaman,
karena tidak ditransfer ke batang atau daun sebelum daun itu gugur sehingga
timbul asumsi kuat bahwa minyak atsiri merupakan sumber energi yang penting.
Minyak ini dapat menolak kehadiran binatang akan tetapi bagi tanaman tertentu,
minyak atsiri dapat menarik serangga sehingga penyerbukan lebih efektif.
Kerusakan oleh binatang maupun tanaman parasit dengan dihasilkan minyak
dengan bau yang merangsang. Minyak berfungsi sebagai penutup bagian kayu
yang terluka atau berfungsi sebagai vernis untuk mencegah penguapan air (cairan
sel) yang berlebihan sehingga berfungsi sebagai penghambat penguapan air
(Guenther, 1987). Peranan utama minyak atsiri terhadap tumbuhan adalah sebagai
pengusir serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai pengusir
hewan pemakan daun. Sebaliknya minyak atsiri juga berfungsi sebagai penarik
serangga guna membantu terjadinya penyerbukan silang dari bunga (Gunawan
dan Mulyani, 2004).

2.12 Fungsi Minyak Atsiri Bagi Manusia


Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap, antiseptik internal atau
eksternal, sebagai bahan analgesik, haemolitik atau sebagai antizimatik, sebagai
sedativa, stimulants, untuk obat sakit perut. Minyak atsiri mempunyai sifat
membius, merangsang atau memuakkan. Beberapa jenis minyak atsiri lainnya
dapat digunakan sebagai obat cacing. Minyak atsiri juga membantu pencernaan
dengan merangsang sistem saraf sekresi sehingga dengan mencium bau–bauan
tertentu, maka akan keluar cairan getah sehingga rongga mulut dan lambung
menjadi basah. Kegunaan lain dari minyak atsiri adalah sebagai bahan pewangi
kosmetik (Guenther, 1987).
Menurut Kardinan (2005) minyak atsiri memegang peranan penting bagi
kesehatan. Negara indonesia penggunaan minyak atsiri bisa melalui berbagai cara:
1. Melalui mulut atau dikonsumsi (oral), antara lain berupa jamu yang
mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan (bumbu).
2. Pemakaian luar (topical /external use), antara lain pemijat lulur, obat
luka/memar, parfum/pewangi.
3. Pernapasan (inhalasi atau aromaterapi), antara lain wangi–wangian
(parfum) atau aromatika untuk keperluan aroma terapi.
4. Pestisida nabati, antara lain sebagai pengendali hama lalat buah, pengusir
(repelent) nyamuk dan anti jamur.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses pengolahan kayu manis menjadi produk-produk turunannya yang
siap konsumsi masih memerlukan sentuhan mekanisasi yang cukup intensif.
Peningkatan mutu produk dan kapasitas produksi sangat diharapkan untuk
mengukuhkan sebagai negara penghasil produk kayu manis terbesar di dunia.
Apabila proses mekanisasi yang dijalankan diiringi dengan kebijakan pemerintah
untuk memperkuat sektor perkebunan, bukan tidak mungkin bahwa agroindustri
indonesia dapat menjadi tulang punggung perekonomian bangsa dan lumbung
pangan dunia. Makalah ini diharapkan dapat menyumbangkan ilmu bagi
peningkatan mutu dan tolok ukur mekanisasi indonesia khususnya pada
komoditas kayu manis.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan penulisan makalah kami kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ferry, Y. 2013. Prospek pengembangan kayu manis (Cinnamomum burmanii) Di


Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar. Sukabumi.
Gunawan, J dan Mulyani Syuhidar. 2004. Pengolahan kayumanis dan masalahnya.
Kertas Kerja diajukan pada pertemuan Teknis Penerapan Teknologi Hasil
Perkebunan. Bogor.
Guenther, L. 2011. Morphological, physiological and biochemical responses of
plants to drought strees. African Journal of Agriculture Research 6(9): 2026-
2032.
Hariana, E. 2007. Minyak Atsiri. Jilid 1. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Heyne, M. 1987. Komponen kimia minyak atsiri kayu manis halmahera
(Cinnamomum macrophyllum Miq). Jurnal Hayati 4 (1): 23-26
Kardinan, DF. 2005. Isolasi dan analisis komponen kimia minyak atsiri daun kayu
manis (Cinnamomum burmanii) dengan cara GC-MS. Skripsi. Departemen
Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Sumatera Utara.
Khazanah LU, dkk. 2010. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan (Segar, Fermentasi
Padat dan Fermentasi Cair) Terhadap Rendemen dan Karakteristik Mutu
Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (cinnamon leaf oil). Universitas Sebelas
Maret. Surakarta
Rismunandar, I. 1993. Prospek pengembangan kayu manis (Cinnamomum
burmanii) Di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar.
Sukabumi.
Rismunandar, I dan Paimin. 2001. Kajian pengembangan industri pengolahan kulit
kayu manis di Sumatera Barat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sudjatmoko. B dan Y. Ferry. 2007. Peranan Tanaman Kayumanis Terhadap
Pendapatan Petani di Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional Rempah.
Bogor 21 Agustus 2007.
Susanti, N dkk. 2013. Potensi Produksi Minyak Kayu Atsiri Dari Limbah Kulit
Kayu Manis Pasca Panen. Jurnal FEMA. 1(2): 45-49
Winarni, I. 2006. Teknologi pengolahan dan budidaya minyak atsiri. Prosiding
Ekspose/Diskusi Hasil-Hasil Penelitian Balai Litbang Kehutanan Bali-Nusa
Tenggara. Kupang.

Anda mungkin juga menyukai