Anda di halaman 1dari 88

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERIAN

TABLET TAMBAH DARAH PADA REMAJA PUTRI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KULISUSU
KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018

SKRIPSI

Penyusun :

NUR HASANAH
NIM. P00313017068

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
2018

iv
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERIAN
TABLET TAMBAH DARAH PADA REMAJA PUTRI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KULISUSU
KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan Gizi

Penyusun :

NUR HASANAH
NIM. P00313017068

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
2018

v
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Tambah


Darah Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton
Utara Tahun 2018 telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan
diterima sebagai bahan persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Gizi pada Program Studi Diploma IV Gizi Poltkkes Kemenkes
Kendari pada tanggal 15 Agustus 2018.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Petrus, SKM, M.Kes ( )

Pembimbing II : Masrif Bahrun, SKM, M.Kes ( )

Penguji I : Dr. S. Akbar Toruntju, SKM, M.Kes ( )

Penguji II : Rosnah, STP, MPH ( )

Penguji III : Kasmawati, S.Gz, M.Kes ( )

Mengetahui,

Ketua Jurusan Gizi Ketua Program Studi D-IV Gizi

Sri Yunanci V.G, SST, MPH Dr. S. Akbar Toruntju, SKM, M.Kes
NIP. 196910061992032002 NIP. 196412312000031006

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : NUR HASANAH

NIM : P00313017068

Tanggal : 16 Agustus 2018

Yang Menyatakan,

( NUR HASANAH )

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Kendari, saya bertanda tangan di


bawah ini :

Nama : NUR HASANAH


NIM : P00313017068
Program Studi/ Jurusan : D-IV Gizi Alih Jenjang
Judul Tugas Akhir : Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet
Tambah Darah Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja
Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun
2018

Menyatakan bahwa setuju untuk memberikan kepada Poltekkes Kemenkes Kendari


Hak Bebas Royalti Noneksklusif atas Skripsi saya yang berjudul :
Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri di
Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2018.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Kendari berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Kendari
Pada Tanggal : 16 Agustus 2018

Yang menyatakan,

( NUR HASANAH )

v
Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Tambah Darah
Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

Nur Hasanah dengan bimbingan Petrus dan Masrif Bahrun

INTISARI

Latar Belakang : Pemberian tablet tambah darah remaja putri di Kabupaten Buton
Utara dapat dikatakan tidak berjalan dengan efektif dikarenakan pada tahun 2016
pelaksanaan hanya dilaksanakan oleh 4 Puskesmas dari 10 Puskesmas yang ada di
Kabupaten Buton Utara. Dari hasil wawancara pendahuluan secara langsung
kepada beberapa remaja putri dari wilayah kerja Puskesmas yang telah
melaksanakan kegiatan tersebut diketahui 8 dari 10 remaja putri tidak
mengkonsumsi tablet tambah darah yang diberikan karena merasa takut terjadi
peningkatan tekanan darah dalam tubuhnya. Berdasarkan fenomena tersebut maka
saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Evaluasi Pelaksanaan Program
Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas
Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2018.
Tujuan : Untuk mengetahui input, proses, dan output pelaksanaan program
pemberian tablet tambah darah pada remaja putri di wilayah kerja Puskesmas
Kulisusu Kabupaten Buton Utara tahun 2018.
Metode : Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode pengumpulan data
menggunakan metode wawancara mendalam.
Hasil : Input yang meliputi sumber daya manusia, alokasi dana, serta sarana dan
prasarana belum sesuai dengan pedoman pelaksanaan program. Proses yang
meliputi persiapan sudah sesuai pedoman pelaksanaan sedangkan pendistribusian,
pemantauan, serta pencatatatn dan pelaporan belum sesuai pedoman pelaksanaan
program. Output yang meliputi cakupan kegiatan serta ketepatan sasaran, waktu,
dan distribusi belum sesuai pedoman pelaksanaan program.
Kesimpulan : input belum sesuai, proses secara umum belum sesuai, output belum
sesuai.
Kata Kunci: Evaluasi, Tablet Tambah Darah Remaja Putri, Input, Proses, Output.

iv
Evaluation of the Implementation of Blood Adding Tablet Program
For Young Women in the Kulisusu Health Center Work Area
North Buton District in 2018

Nur Hasanah with the guidance of Petrus and Masrif Bahrun

ABSTRACT

Background : The provision of blood-weighted female adolescent tablets in North


Buton Regency can be said to be not effective because in 2016 the implementation
was only carried out by 4 Puskesmas from 10 Puskesmas in North Buton District.
From the results of a preliminary interview directly to several young women from the
Puskesmas working area who had carried out the activity, it was found that 8 out of
10 young women did not consume tablets added by blood because they were afraid
of an increase in blood pressure in their bodies. Based on this phenomenon, I am
interested in conducting research on the Evaluation of the Implementation of Blood
Adding Tablet Program for Young Women in the Work Area of Kulisusu Health
Center North Buton District in 2018.
Objective : To find out the input, process, and output of the implementation of blood
tablet supplementation program for young women in the working area of Kulisusu
Health Center North Buton District in 2018.
Method : This type of research is qualitative with data collection methods using in-
depth interview methods.
Result : Input that includes human resources, allocation of funds, and facilities and
infrastructure not in accordance with the guidelines for program implementation. The
process which includes preparation is in accordance with the guidelines for
implementation while the distribution, monitoring and recording and reporting are not
in accordance with the guidelines for program implementation. The output which
covers the scope of activities as well as the accuracy of the target, time and
distribution is not yet in accordance with the program implementation guidelines.
Conclusion: the input is not appropriate, the process in general has not been
appropriate, the output is not yet appropriate.
Keywords : Evaluation, Tablets Add Young Women Blood, Input, Process, Output.

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya.
Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi
ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa
bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Ibu Sri Yunancy V.G, SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi.
3. Bapak Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Diploma IV Gizi.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Gizi yang telah memberi bekal ilmu dan
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan
penyelesaian skripsi ini.
5. Kepala Puskesmas Kulisusu beserta stafnya yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu.
6. Seluruh informan dalam penelitian ini yang telah banyak membantu dalam
proses pengambilan data bagi penulis.
7. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis
haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua
penulis yang tercinta, Ayahanda Kacung Sugianto (Alm.) dan Ibunda
Estin serta kakak dan adik penulis yang dengan segala pengorbanannya
tak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu,
nasihat dan petunjuk dari mereka kiranya merupakan dorongan moril
yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
8. Ungkapan terima kasih untuk suamiku tercinta Adibin yang hingga saat ini
selalu memberikan arahan dan motivasi serta dukungan lain kepada
penulis.

vi
9. Rekan – rekan mahasiswa program studi DIV Gizi Alih Jenjang Angkatan
2017 yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis baik selama
perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan
pahala dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal a’lamin.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis penyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.

Kendari, 9 Agustus 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIK
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI...............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah............................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4
1. Umum............................................................................................................. 4
2. Khusus ........................................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ............................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6

A. Telaah Pustaka.................................................................................................. 6
1. Remaja Putri .................................................................................................. 6
2. Anemia ......................................................................................................... 11
a. Pengertian ............................................................................................. 11
b. Tanda Anemia ...................................................................................... 11
c. Penyebab Anemia ................................................................................. 12
d. Bahaya anemia...................................................................................... 13
e. Pencegahan Anemia ............................................................................. 13
3. Kebutuhan Zat Besi Pada Remaja Putri ....................................................... 14
4. Program Pemberian Tablet Tambah Darah Bagi Remaja Putri .................... 16
5. Evaluasi........................................................................................................ 21
viii
a. Definisi Evaluasi .................................................................................... 21
b. Jenis Evaluasi Program/Kegiatan......................................................... 23
c. Fungsi Evaluasi ..................................................................................... 25
d. Langkah-Langkah Evaluasi ................................................................... 25
B. Kerangka Teori ................................................................................................ 27
C. Kerangka Konsep ............................................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 30

A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................................ 30


B. Informan Penelitian.......................................................................................... 30
C. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................... 31
D. Variabel Penelitian........................................................................................... 31
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 31
F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 35
1. Jenis Data .................................................................................................... 35
2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 35
G. Instrumen dan Bahan Penelitian...................................................................... 36
H. Prosedur Penelitian ......................................................................................... 36
I. Analisis Data.................................................................................................... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 39

A. Karateristik Informan ....................................................................................... 39


B. Hasil Penelitian ................................................................................................ 40
1. Deskripsi Input ............................................................................................. 40
2. Deskripsi Proses .......................................................................................... 45
3. Deskripsi Output ........................................................................................... 55
A. Pembahasan ................................................................................................... 57
1. Input ............................................................................................................. 57
2. Proses .......................................................................................................... 59
3. Output .......................................................................................................... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 63

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 63
B. Saran ............................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 65

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian ......................................................................... 5


Tabel 2. Karateristik Informan ....................................................................... 40

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Konsep Kegiatan Monitoring dan Evaluasi .................................. 28


Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 29
Gambar 3. Alur penyampaian dan pelaporan umpan balik ........................... 53

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Kartu Suplementasi Gizi


Lampiran 2. Formulir Pemantauan Program TTD Remaja Putri di Sekolah
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 6. Dokumentasi

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Pada masa

ini remaja memerlukan kebutuhan gizi yang cukup untuk memenuhi

kebutuhannya. Karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan remaja

sangat cepat. Masalah gizi pada remaja yang biasa ditemukan adalah

kekurangan energi dan protein, anemia, serta defisiensi berbagai macam vitamin

dan mineral (Indartanti, 2014).

Anemia merupakan salah satu keadaan kadar hemoglobin dalam darah yang

kurang dari normal. Batas kadar hemoglobin normal dalam darah seorang remaja

putri sebesar 12 mg/dl. Tanda seseorang mengalami anemia yaitu 5 L (Lemah,

Letih, Lesu, Lelah, Lunglai). Remaja putri memiliki resiko sepuluh kali lebih besar

mengalami anemia dibandingkan remaja pria. Hal ini dikarenakan remaja putri

mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan

sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak (Proverawati, 2011).

Bahaya anemia jika dialami oleh remaja putri diantaranya keterlambatan

pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat

mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga dapat

menimbulkan daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi

belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta dapat mengakibatkan

produktifitas kerja yang rendah (Cahya, 2013).

Rekomendasi WHO pada World Health Assembly (WHA) ke 65 yang

menyepakati rencana aksi dan target global untuk gizi ibu, bayi, dan anak,

dengan komitmen mengurangi separuh (50%) prevalensi anemia pada WUS


1
pada tahun 2025. Menindaklanjuti rekomendasi tersebut maka pemerintah

Indonesia melakukan intensifikasi pencegahan dan penanggulangan anemia

pada Remaja putri dan WUS dengan memprioritaskan pemberian TTD melalui

institusi sekolah.

Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi karena kekurangan

zat besi sebagai akibat dari kurangnya asupan makanan sumber zat besi

khususnya sumber pangan hewani (besi heme). Pangan nabati (tumbuh-

tumbuhan) juga mengandung zat besi (besi nonheme) namun jumlah zat besi

yang bisa diserap oleh usus jauh lebih sedikit dibanding zat besi dari bahan

makanan hewani. Masyarakat Indonesia lebih dominan mengonsumsi sumber zat

besi yang berasal dari nabati. Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu

menunjukkan bahwa 97,7% penduduk Indonesia mengonsumsi beras (dalam 100

gram beras hanya mengandung 1,8 mg zat besi). Oleh karena itu, secara umum

masyarakat Indonesia rentan terhadap risiko menderita Anemia Gizi Besi (AGB)

(Kemenkes, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) (2013) prevalensi anemia dunia

berkisar 40-88%. Dan berdasarkan hasil RISKESDAS Tahun 2013 bahwa

prevalensi anemia di Indonesia sebesar 21,7%. Prevalensi anemia pada wanita di

Indonesia sebesar 23,9%, sedangkan prevalensi anemia pada wanita umur 5-14

tahun sebesar 26,4% dan umur 15-24 tahun sebesar 18,4%. Anemia sering

menyerang remaja putri disebabkan karena keadaan stress, haid, atau

terlambat makan. Melihat dampak yang terjadi dikalangan remaja akibat kejadian

anemia sangat merugikan pada masa yang akan datang, maka pencegahan

maupun penanggulangan masalah anemia perlu ditingkatkan. (Hayati, 2010).

2
Salah satu program dari Kementrian Kesehatan untuk mengatasi anemia pada

remaja putri yaitu menjalankan program pemberian tablet tambah darah remaja

putri dengan target sebesar 30% pada tahun 2019. Program ini bertujuan untuk

meningkatkan status gizi remaja putri sehingga dapat memutus mata rantai

terjadinya stunting, mencegah anemia, dan meningkatkan cadangan zat besi di

dalam tubuh (Kemenkes, 2016).

Pemberian tablet tambah darah remaja putri di Kabupaten Buton Utara dapat

dikatakan tidak berjalan dengan efektif dikarenakan pada tahun 2016

pelaksanaan hanya dilaksanakan oleh 4 Puskesmas dari 10 Puskesmas yang

ada di Kabupaten Buton Utara dan pendistribusian dilakukan 3 bulan mulai

Oktober hingga Desember. Selain itu menurut pengakuan petugas gizi, jumlah

tablet tambah darah yang diberikan dalam setiap sekolah tidak memenuhi untuk

semua remaja putri karena keterbatasan stok. Sehingga cakupan tahunan tidak

dapat menggambarkan hasil pelaksanaan program ini secara keseluruhan.

Dari hasil wawancara pendahuluan secara langsung kepada beberapa remaja

putri dari wilayah kerja Puskesmas yang telah melaksanakan kegiatan tersebut

diketahui 8 dari 10 remaja putri tidak mengkonsumsi tablet tambah darah yang

diberikan karena merasa takut terjadi peningkatan tekanan darah dalam

tubuhnya.

Berdasarkan fenomena tersebut maka saya tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Tambah

Darah Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten

Buton Utara Tahun 2018.

3
B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran input, proses, dan output dalam evaluasi pelaksanaan

program pemberian tablet tambah darah pada remaja putri di wilayah kerja

Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

1. Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan program pemberian tablet tambah darah pada

remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara

tahun 2018.

2. Khusus

a. Untuk mengetahui input pelaksanaan program pemberian tablet tambah

darah bagi remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten

Buton Utara tahun 2018

b. Untuk mengetahui proses pelaksanaan program pemberian tablet tambah

darah pada remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten

Buton Utara tahun 2018

c. Untuk mengetahui output pelaksanaan program pemberian tablet tambah

darah pada remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten

Buton Utara tahun 2018

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan dan

Puskesmas Kulisusu dalam merumuskan kebijakan berhubungan dengan

Pemberian Tablet Tambah Darah Remaja Putri

4
2. Sebagai informasi bagi masyarakat khususnya remaja putri yang

berhubungan dengan program pemberian Tablet Tambah Darah bagi Remaja

Putri

3. Sebagai wahana belajar bagi peneliti tentang evaluasi Pemberian Tablet

Tambah Darah bagi Remaja Putri

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi untuk penelitian

selanjutnya dengan objek yang relevan.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No Peneliti Subyek Metode Persamaan Perbedaan


1 Siti Dahlia, Pengelola Observasi Variable 1. Sampel
Saifuddin Program dan penelitian penelitian
Sirajuddin, tablet besi Wawancara 2. Tempat
Citrakesumasari dan ibu hamil penelitian
3. Metode
penelitian
2 Dudut Eko ibu balita, Indepth Metode 1. Sampel
Juliawan , Yayi kader, tokoh interview penelitian penelitian
Suryo masyarakat, (wawancara 2. Tempat
Prabandari , T. petugas mendalam) penelitian
Ninuk S. Hartini puskesmas, 3. Variabel
tim pokjanal Penelitian
posyandu
dan petugas
dari provinsi

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Remaja Putri

a. Pengertian

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin

“adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan

terjadinya diantaranya yaitu kematangan fisik, social dan psikologis. Masa

transisi pada saat remaja ditandai dengan terjadinya perubahan fisik,

emosi dan psikis. Dan juga terjadinya pematangan organ repsoduksi, hal

ini disebut masa pubertas. Masa remaja dapat juga di sebut periode

peralihan dan masa anak-anak kemasa dewasa (Widyastuti, 2009).

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke

dewasa.Peralihan yang terjadi diantaranya peralihan faktor psikis dan

faktor fisik. Dan dapat terjadi perubahan-perubahan primer lainnya dalam

pertumbuhan remaja (Mulyatiningsih, 2004).

Masa remaja atau pubertas berada pada usia antara 10-19 tahun dan

terjadinya peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Marmi,

2013). Begitu pula menurut WHO, remaja diartikan sebagai masa

peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Batasan usia remaja yaitu

antara 12-24 tahun (Efendi,2009).

b. Perkembangan Remaja Putri

Menurut Sarwono (2002) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam

proses penyesuaian diri menuju dewasa :

6
1) Remaja Awal (Early Adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih

terheran–heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada

tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-

perubahan itu.Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat

tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan

dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik.

Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya

kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit

dimengerti orang dewasa.

2) Remaja Madya (Middle Adolescence)

Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat

membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang

menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai

dirisendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat

yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi

kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau

tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau

meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diridari

Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-

kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari

lawan jenis.

3) Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini :

7
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)

dan masyarakat umum (the public).

c. Ciri Perkembangan Remaja Putri

Ciri-ciri perkembangan remaja putri menurut Hurlock (2001), antara lain :

1) Perubahan Tubuh Pada Masa Puber

a) Perubahan Ukuran Tubuh

Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubauan

ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Di antara anak-anak

perempuan, rata-rata peningkatan per tahun dalam tahun sebelum

haid adalah 3 inci, tetapi peningkatan itu bisa juga terjadi dari 5

sampai 6 inci. Dua tahun sebelum haid peningkatan rata-rata adalah

2,5 inci. Jadi peningkatan keseluruhan selama dua tahun sebelum

haid adalah 5,5 inci. Setelah haid, tingkat pertumbuhan menurun

sampai kira-kira 1 inci setahun dan berhenti sekitar delapan belas

tahun.

b) Perubahan Proporsi Tubuh

Perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan proporsi

tubuh. Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil,

8
sekarang menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai

lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain. Badan yang kurus

dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu, dan ukuran

pinggang tampak tinggi karena kaki menjadi lebih panjang dari

badan.

c) Ciri-ciri Seks Primer

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber,

meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak

usia sebelah atau dua belas tahun berkisar 5,3 gram; pada usia

enam belas tahun rata-rata beratnya 43 gram. Tuba faloppi, sel

telur,dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini.Petunjuk pertama

bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang

adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian

pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus

secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap dua puluh delapan

hari sampai mencapai menopause. Periode haid umumnya terjadi

pada jangka waktu yang sangat tidak teratur dan lamanya berbeda-

beda pada tahun-tahun pertama.

d) Ciri-ciri seks sekunder

 Pinggul

Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat

membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah

kulit.

 Payudara

9
Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara juga

berkembang. Puting susu membesar dan menonjol, dan dengan

berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar

dan lebih bulat.

 Rambut

Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai

berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak

setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mulai lurus

dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebir kasar,

lebih gelap dan agak keriting.

 Kulit

Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang

pori-pori bertambah besar.

 Kelenjar

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.

Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar

keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya

menusuk sebelum dan selama masa haid.

 Otot

Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada

pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga

memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.

10
 Suara

Suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara

serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak

perempuan.

2. Anemia

a. Pengertian

Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)

dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah

salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk

mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh.

Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya.

Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan

gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam

melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat

besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu

gejala yang harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan

sesuai dengan penyebabnya (Kemenkes, 2016).

b. Tanda Anemia

Menurut Proverawati & Asfuah (2009), tanda-tanda anemia pada

remaja putri adalah :

1) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5L)

2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.

3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak

tangan menjadi pucat.

11
c. Penyebab Anemia

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016) bahwa

Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi

asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama

disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan

kehilangan darah baik secara akut atau menahun.

Ada 3 penyebab anemia, yaitu:

1) Defisiensi zat gizi

a) Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang

merupakan pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk

pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel darah

merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting dalam

pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.

b) Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS,dan

keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan

zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.

2) Perdarahan (Loss of blood volume)

a) Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang

mengakibatkan kadar Hb menurun.

b) Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan

3) Hemolitik

a) Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena

terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi

(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa

12
b) Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetic

yang menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit cepat

pecah, sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh.

d. Bahaya anemia

Menurut Sediaoetama (2003), dampak anemia bagi remaja putri adalah :

1) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

2) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai

optimal.

3) Menurunkan kemampuan fisik olahraga.

4) Mengakibatkan muka pucat.

e. Pencegahan Anemia

Menurut Almatzier (2009), cara mencegah dan mengobati anemia

adalah :

1) Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi.

1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan

makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan

makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-

kacangan,tempe).

2) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung

vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk

dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat

besi dalam usus.

2) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet

Tambah Darah (TTD).

13
Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet

mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25

mg asam folat.

Wanita dan Remaja Putri perlu minum Tablet Tambah Darah

karena wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk

mengganti darah yang hilang. Wanita mengalami hamil, menyusui,

sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi yang perlu dipersiapkan

sedini mungkin semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu

mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia,

meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas

sumber daya manusia serta generasi penerus. Meningkatkan status

gizi dan kesehatan remaja putri dan wanita.

Anjuran minum yaitu minumlah 1 (satu) Tablet Tambah Darah

seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama haid.

Minumlah Tablet Tambah Darah dengan air putih, jangan minum

dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat

besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang

3) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia

seperti: kecacingan, malaria dan penyakit TBC.

3. Kebutuhan Zat Besi Pada Remaja Putri

Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita

anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri

mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan

sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Selain itu,

ketidakseimbangan asupan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada


14
remaja. Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga

banyak yang membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan terhadap

makanan. Bila asupan makanan kurang maka cadangan besi banyak yang

dibongkar. Keadaan seperti ini dapat mempercepat terjadinya anemia (Agus,

2004).

Pada masa remaja dibutuhkan zat gizi termasuk zat besi yang cukup

untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan zat gizi di akibatkan oleh growth

spurt. Kebutuhan zat gizi besi pada remaja yang dianjurkan oleh AKG 2013

yaitu 19-26 mg/hari yaitu sebesar 6,9 dan 9,18 mg/hari. Zat besi berpengaruh

pada kadar Hb remaja putri yang sedang dalam pertumbuhan, karena

peningkatan kebutuhan zat besi pada remaja putri diakibatkan oleh

menstruasi (Badriah, 2011).

Kebutuhan zat besi pada remaja putri dipengaruhi oleh :

a. Pertumbuhan Fisik

Pada usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung lambat bahkan

akan berhenti menjelang usia 18 tahun, tidak berarti faktor gizi pada usia

ini tidak memerlukan perhatian lagi. Selain itu keterlambatan tumbuh

kembang tubuh pada usia sebelumnya akan dikejar pada usia ini. Ini

berarti pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar tumbuh kembang

tubuh berlangsung dengan sempurna. Taraf gizi seseorang,dimana makin

tinggi kebutuhan akan zat besi, misalnya pada masa pertumbuhan,

kehamilan dan penderita anemia (Moeji, 2003).

b. Aktivitas Fisik

Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas tubuh meningkat

sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat (Moeji,2003).

15
4. Program Pemberian Tablet Tambah Darah Bagi Remaja Putri

Rekomendasi WHO pada World Health Assembly (WHA) ke-65 yang

menyepakati rencana aksi dan target global untuk gizi ibu, bayi, dan anak,

dengan komitmen mengurangi separuh (50%) prevalensi anemia pada WUS

pada tahun 2025. Menindaklanjuti rekomendasi tersebut maka pemerintah

Indonesia melakukan intensifikasi pencegahan dan penanggulangan anemia

pada remaja putri dan WUS dengan memprioritaskan pemberian TTD melalui

institusi sekolah (Kemenkes, 2016).

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun 2015-2019

menargetkan cakupan pemberian TTD pada remaja putri secara bertahap dari

10% (2015) hingga mencapai 30% (2019). Diharapkan sektor terkait di tingkat

pusat dan daerah mengadakan TTD secara mandiri sehingga intervensi efektif

dengan cakupan dapat dicapai hingga 90% (Kemenkes, 2016).

a. Tujuan Program

Secara umum, program ini bertujuan untuk menurunkan prevalensi

anemia pada remaja putri dan WUS, dan secara khusus bertujuan untuk :

1. Meningkatkan cakupan pemberian TTD pada remaja putri dan WUS

2. Meningkatkan kepatuhan mengonsumsi TTD pada remaja putri dan

WUS

3. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga kesehatan

dalam penanggulangan anemia pada remaja putri dan WUS

4. Meningkatkan manajemen suplementasi TTD pada remaja putri dan

WUS

5. Meningkatkan kinerja tenaga kesehatan dalam pemberian TTD pada

remaja putri dan WUS

16
6. Meningkatkan komitmen pengambil kebijakan dari tingkat pusat sampai

daerah Kabupaten dan kota

7. Meningkatkan komitmen dan peran serta lintas program dan lintas

sektor, organisasi profesi, swasta, LSM, dan masyarakat. (TP UKS,

GP2SP/Perusahaan, dan KUA/tempat ibadah lainnya).

b. Sasaran Program

Sasaran program ini berdasarkan Buku Pedoman Pencegahan dan

Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur

(WUS) Tahun 2016 yaitu (1) Pengelola program, terdiri dari Tenaga

kesehatan, Kepala sekolah dan guru UKS serta Pengelola klinik kesehatan

di tempat kerja; (2) Penerima program, terdiri dari Remaja Putri dan WUS,

Orang tua dan masyarakat.

c. Pelaksanaan Program

Surat Edaran Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian

Tablet tambah Darah Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur

menjelaskan program ini awalnya dilakukan dengan memberikan tablet

tambah darah bagi remaja putri dengan aturan pemberian tablet 1x per

minggu dan 1 tablet perhari selama masa menstruasi 10 hari. Jadi dalam

satu bulan setiap remaja putri mengkonsumsi tablet tambah darah

sebanyak 13 butir yang dilakukan selama minimal 3 bulan. Namun,

berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswi SMA di Tasikmalaya

menunjukkan bahwa pemberian TTD 1x seminggu dibandingkan dengan

pemberian TTD 1x seminggu ditambah setiap hari selama 10 hari saat

menstruasi, dapat meningkatkan kadar Hb tetapi tidak terdapat perbedaan

bermakna antara kedua kelompok tersebut.

17
d. Cara Pemberian

Pemberian TTD dilakukan secara blanket approach atau dalam

bahasa Indonesia berarti “pendekatan selimut”, berusaha mencakup

seluruh sasaran program dengan cara pemberian yang berpedoman pada

Buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja

Putri dan Wanita Usia Subur (WUS) Tahun 2016 yaitu :

1. TTD Program

TTD program diberikan kepada remaja putri usia 12-18 tahun di

sekolah dengan frekuensi 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun.

Pemberian TTD pada remaja putri di sekolah dapat dilakukan dengan

menentukan hari minum TTD bersama setiap minggunya sesuai

kesepakatan di masing-masing sekolah. Saat libur sekolah TTD

diberikan sebelum libur sekolah.

2. TTD Mandiri

Pemberian TTD Mandiri dilakukan di tempat kerja dilakukan melalui

klinik perusahaan, UKBM, dan kelompok lainnya seperti karang taruna,

LSM, dan lain-lain. TTD dapat diperoleh secara mandiri dari apotek/

toko obat. TTD dikonsumsi 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun.

e. Penyimpanan dan Pendistribusian

Berdasarkan Buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan

Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS) Tahun 2016,

sistem penyimpanan dan pendistribusian Tablet Tambah Darah Remaja

Putri dijelaskan sebagai berikut :

18
1. Penyimpanan sebaiknya sesuai dengan standar penyimpanan obat,

yaitu di tempat yang sejuk dan tidak boleh terkena sinar matahari

langsung dan dalam kemasan tertutup rapat.

2. Pendistribusian

a) TTD Program

Ditjen Kefarmasian dan Alkes mendistribusikan TTD sesuai dengan

usulan kebutuhan ke Instalasi Farmasi Provinsi. Instalasi Farmasi

Provinsi mendistribusikan ke Instalasi Farmasi Kabupaten dan Kota

(IFK). IFK mendistribusikan ke gudang farmasi puskesmas, dan

selanjutnya puskesmas mendistribusikan TTD ke sekolah melalui

pengelola program gizi. Perhitungan kebutuhan di sekolah

didasarkan pada data riil yang berasal dari Data Pokok Pendidikan

(DAPODIK) terbaru dari SMP dan SMA atau yang sederajat.

b) TTD Mandiri

Remaja putri dan WUS dapat memperoleh TTD secara mandiri

melalui UKBM, klinik perusahaan, apotek/toko obat, dan kelompok

lainnya (karang taruna, tempat ibadah, LSM, dll).

f. Pencatatan dan Pelaporan

Sistem pencatatan dan pelaporan pendistribusian Tablet Tambah Darah

Remaja Putri telah diatur dalam Buku Pedoman Pencegahan dan

Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur

(WUS) Tahun 2016 dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Pencatatan

Pencatatan dilakukan di institusi pendidikan melalui Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS) oleh tim pelaksana UKS di sekolah (guru

19
UKS) sesuai dengan tugas tambahan. Pemberian TTD dicatat pada

Kartu Suplementasi Gizi dan Buku Rapor Kesehatanku.

2. Pelaporan

Pelaporan pemberian TTD dan kepatuhan konsumsi TTD

direkapitulasi dan dilaporkan oleh : (1) Sekolah, dimana data

pemberian TTD dan kepatuhan konsumsi TTD direkapitulasi oleh guru

pembina UKS untuk dilaporkan ke Puskesmas, (2) Puskesmas,

selanjutnya petugas puskesmas merekap laporan dari sekolah dan

melaporkan ke dinas kesehatan Kabupaten dan kota; (3) Dinas

Kesehatan Kab/Kota, dimana Laporan dari Puskesmas direkap oleh

pengelola program gizi dan dilaporkan ke dinas kesehatan provinsi; (4)

Dinas Kesehatan Provinsi, kemudian melakukan rekapitulasi dan

analisis semua laporan dinas kesehatan kota dan Kabupaten yang ada

di wilayah kerjanya dan hasilnya dilaporkan ke Kementerian

Kesehatan; (6) Kementrian Kesehatan, selanjutnya melakukan

rekapitulasi dan analisis semua laporan dinas kesehatan provinsi.

Frekuensi pelaporan dari semua tingkatan dilakukan setiap 3

bulan sekali. Masing-masing tingkatan administrasi yang menerima

laporan berkewajiban menganalisis laporan yang diterima dan

menyampaikan umpan balik penerimaan laporan dan hasil analisisnya

dalam rangka penilaian dan pengembangan program serta untuk

memacu kesinambungan pelaporan. Masing-masing tingkatan

administrasi juga berkewajiban untuk memberikan umpan balik sebagai

informasi hasil pelaksanaan pemberian TTD yang telah dilakukan pada

wilayah kerja.

20
5. Evaluasi

a. Definisi Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi masalah,

mengumpulkan data dan menganalisis data, membandingkan dengan

kriteria, menyimpulkan hasil yang telahdicapai,menginterpretasikan hasil

menjadi rumusan kebijakan dan menyajikan informasi (rekomendasi)

untuk pembuatan keputusan. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu

proses membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu

program dengan tujuan yang direncanakan. Menurut kamus istilah

manajemen evaluasi ialah suatu proses bersistem dan objektif

menganalisis sifat dan ciri pekerjaan di dalam suatu organisasi atau

pekerjaan (Notoatmodjo, 2003).

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi

nilai secara obyektif atas pencapaian hasil-hasil pelaksanaan (program)

yang telah direncanakan sebelumnya dan dilakukan secara sistematis

dan obyektif dengan menggunakan metode yang relevan (Nurcholis,

2009). Dari beberapa definisi tersebut, evaluasi program merupakan

evaluasi program merupakan satu metode untuk mengetahui dan

menilai efektivitas suatu program dengan membandingkan kriteria yang

telah ditentukan atau tujuan yang ingin dicapai dengan hasil yang

dicapai. Hasil yang dicapai dalam bentuk informasi digunakan sebagai

bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan dan penentuan

kebijakan. Jenis evaluasi yang akan digunakan sangat tergantung dari

tujuan yang ingin dicapai lembaga, tahapan program yang akan

dievaluasi dan jenis keputusan yang akan diambil.

21
Perhimpunan ahli kesehatan masyarakat Amerika, mendefinisikan

evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah

keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan yang telah

ditetapkan. Proses tersebut mencakup kegiatan – kegiatan:

memformulasikan tujuan, indentifikasi kriteria yang tepat untuk

digunakan mengukur keberhasilan, menentukan dan menjelaskan

derajat keberhasilan dan rekomendasi untuk kelanjutan aktivitas

program. Dari batasan- batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

proses atau kegiatan dan dalam kegiatan evaluasi itu mencakup langkah-

langkah :

1) Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yaitu tentangapa

yang akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.

2) Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan

keberhasilan program yang akan dievaluasi.

3) Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.

4) Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau

hasil pelaksanaan evaluasi tersebut.

5) Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-

penjelasannya.

6) Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut

terhadap program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut

(Notoatmodjo,2003).

22
b. Jenis Evaluasi Program/Kegiatan

Jenis evaluasi yang dibedakan berdasarkan sasaran dan waktu

pelaksanaannya dibedakan menjadi tiga jenis (Muninjaya, 2011), yaitu:

1) Evaluasi input

Evaluasi input dilaksanakan sebelum kegiatan program dimulai, untuk

mengetahui ketepatan jumlah, mutu sumber daya, metode, standar

prosedur pelaksanaan disesuaikan dengan sumber daya yang

dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan program.

Evaluasi ini bersifat pencegahan (preventive evaluation) karena

kegiatan evaluasi ini mengkaji persiapan kegiatan sehingga dapat

mencegah terjadinya penyimpangan sedini mungkin.

2) Evaluasi proses

Evaluasi proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang

berlangsung. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan

kegiatan program atau metode yang digunakan, meningkatkan

motivasi staf, dan memperbaiki komunikasi di antara staf, dan

sebagainya. Evaluasi ini disebut dengan formative evaluation.

3) Evaluasi output

Evaluasi output dilaksanakan pada hasil kegiatan program. Kegiatan

evaluasi ini disebut summative evaluation atau impact evaluation.

Dilaksanakan setelah pekerjaan selesai untuk mengetahui ketepatan

waktu pelaksanaan kegiatan. Output dibandingkan dengan target,

efek, atau outcome untuk mengetahui pengaruh kegiatan program

terhadap sikap dan perilaku masyarakat atau dampak program pada

penurunan kejadian sakit atau kematian. Evaluasi ini juga ditujukan

23
untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan dibandingkan dengan

standar mutu yang sudah ditetapkan pada saat penyusunan

perencanaan.

Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan

terhadap 3 hal,yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan

program, evaluasi terhadap hasil program dan terhadap dampak

program : (1) Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan

program, yang menyangkut penggunaan sumber daya, seperti

tenaga, dana dan fasilitas yang lain; (2) Evaluasi hasil program

ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil,

yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

Misalnya: meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibu- ibu

hamil yang memeriksakan kehamilannya dan sebagainya; (3)

Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana

program itu mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan

masyarakat. Dampak program-program kesehatan ini tercermin dari

membaiknya atau meningkatnya indikator- indikator kesehatan

masyarakat. Misalnya :menurunnya angka kematian bayi (IMR),

meningkatnya status gizi anak balita, menurunya angka kematian

ibu dsb (Notoatmodjo, 2003).

Sedangkan menurut Nurcholis (2009) evaluasi dapat

dilakukan dengan 3 jenis pilihan sesuai waktunya. Ketiga jenis

evaluasi tersebut yaitu :

1) Evaluasi yang dilakukan sebelum suatu program/kegiatan

dilaksanakan (ex ante evaluation)

24
2) Evaluasi yang dilaksanakan pada saat berlangsung (on-going

evaluation)

3) Evaluasi yang dilakukan sesudah program/kegiatan dilaksanakan

(ex-post evaluation).

c. Fungsi Evaluasi

Adapun fungsi evaluasi yaitu, memberi informasi yang valid dan

dapat dipercaya mengenai kinerja suatu program, yaitu seberapa jauh

kebutuhan, nilai, dan kesempatan yang telah dicapai melalui tindakan-

tindakan yang direncanakan (Ayuningtyas, 2014). Selain itu fungsi

pengawasan dan pengendalian adalah fungsi yang erat kaitannya dengan

fungsi perencanaan. Untuk menerapkan fungsi pengawasan dan

pengendalian diperlukan standar meliputi input, proses, output, dan

outcome yang dituangkan dalam bentuk-bentuk target atau prosedur

kerja. Standar input digunakan untuk menilai keberhasilan persiapan dan

pelaksanaan program. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan

agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan dan tugas-tugas

staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan (Muninjaya,

2011).

d. Langkah-Langkah Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian integral dari proses manajemen

(Notoatmodjo,2005). Evaluasi secara umum meliputi langkah-langkah

sebagai berikut :

1) Menentukan apa yang akan dievaluasi. Ini karena apa saja bisa

dievaluasi, apakah itu rencananya, sumber daya,proses pelaksanaan,

keluaran, efek atau bahkan dampak suatu kegiatan serta pengaruh

25
terhadap lingkungan yang luas.

2) Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan

asumsi- asumsi mengenai hasil evaluasi pembatasan ruang lingkup

evaluasi serta batasan – batasan yang dipakai agar objektif dan fokus.

3) Merancang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus

pada satu atau beberapa aspek, maka dilakukan perancangan

desain.

4) Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah

mengembangkan instrumen pengamatan atau pengukuran serta

rencana analisis dan membuat rencana pelaksanaan evaluasi.

5) Melakukan pengamatan, pengukuran, dan analisis. Selanjutnya

adalah melakukan pengumpulan datahasil pengamatan, melakukan

pengukuran serta mengolah informasi dan mengkajinya sesuai tujuan

evaluasi.

6) Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari

proses evaluasi ini disajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan

kebutuhan atau permintaan.

Sedangkan menurut Nurcholis (2009) secara umum langkah-

langkah evaluasi mencakup 2 hal menurut waktunya, yaitu :

1) Evaluasi formatif: untuk melihat dan meneliti pelaksanaan suatu

program, mencari umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan

program.

2) Evaluasi sumatif: dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur

apakah tujuan program tersebut tercapai.

26
B. Kerangka Teori

Program pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri merupakan salah

satu indikator pembinaan perbaikan gizi masyarakat di indonesia yang diadakan

sejak tahun 2016. Program ini bertujuan untuk memutus mata rantai keadaan

stunting, mengurangi anemia pada remaja putri dan meningkatkan status gizi

remaja putri. Pelaksanaan program ini kebanyakan belum sesuai dengan

petunjuk teknis (juknis) pelaksanaannya, contohnya pelaksanaan yang

seharusnya dilakukan sepanjang tahun tetapi untuk tahun 2016 sendiri di

Kabupaten Buton Utara hanya dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember dan

belum semua Puskesmas yang melaksanakan. Dan untuk tahun 2017

pelaksanaan pemberian tablet tambah darah remaja putri baru dilaksanakan

mulai bulan Februari namun hanya dilaksanakan oleh 1 puskesmas dan hingga

bulan september baru dilaksanakan oleh 5 puskesmas dari 10 Puskesmas yang

ada di Kabupaten Buton Utara.

Keberhasilan pelaksanaan program gizi jika proses monitoring dan evaluasi

dilaksanakan secara berkala. Dalam proses evaluasi terdapat beberapa tahapan

yang perlu dilihat yakni input, proses dan output sehingga target pencapaian

program bisa dicapai dari tahun ke tahun. Salah satu program RENSTRA

(Rencana Strategis) Pembinaan Gizi Masyarakat adalah pemberian tablet tambah

darah bagi remaja putri. Untuk itu peneiti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Tambah Darah

Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara

Tahun 2018

27
Monitoring & Evaluasi Rencana Program

Pelaksanaan Program

Input/Aktivitas
Monitoring

Output
Evaluasi

Efek/Dampak

Tidak
Sesuai Pengembangan Program
Target
Proyek dan Kegiatan
Ya

Pemeliharaan

Gambar 1. Konsep Kegiatan Monitoring dan Evaluasi


(Model Ngadiono, 1985)

28
C. Kerangka Konsep

Input (SDM, alokasi dana,


sarana dan prasarana)

Proses kegiatan pemberian


TTD Rematri (persiapan, Evaluasi Program
pendistribusian, pemberian tablet
pemantauan, pencatatan tambah darah bagi
dan pelaporan) remaja putri

Output (cakupan kegiatan,


ketepatan sasaran, waktu,
dan distribusi)

Dampak (indicator
keberhasilan prevalensi
anemia pada remaja putri)

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel yang diteliti :

Variabel yang tidak diteliti :

29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif yakni penelitian yang

menggambarkan kondisi penyelenggaraan program Tablet Tambah Darah

Remaja Putri dilihat dari Input, Proses dan Output. Dengan menggunakan metode

kualitatif (Notoatmodjo, 2005).

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu studi yang

mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, mempunyai

pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.

Kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu

(Mekar,2013).

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam

(indepth interview). Wawancara mendalam adalah cara untuk mendapatkan

kumpulan data melalui wawancara yang menggunakan pedoman wawancara

yang berisi pertanyaan terbuka dan sebagian besar berbasis pada interaksi

antara 1 pewawancara dengan responden (Mekar, 2013).

B. Informan Penelitian

Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya

orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau

mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi

objek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2012). Cara pemilihan informan pada
30
penelitian ini tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan asas kesesuaian

dan kecukupan.

Informan dalam penelitian ini adalah :

a. Kepala Seksi Gizi Dinkes Kabupaten Buton Utara

b. Programmer Kefarmasian Dinkes Kabupaten Buton Utara

c. Koordinator Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Kulisusu

d. Guru UKS SMAN 1 Kulisusu dan SMPN 1 Kulisusu

e. Serta Seorang Remaja Putri yang diberikan Tablet Tambah Darah dari

SMAN 1 Kulisusu dan SMPN 1 Kulisusu

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Dinas

Kesehatan Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

dilaksanakan pada tanggal 30 Juli sampai dengan 3 Agustus 2018.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah input (SDM, alokasi

dana, sarana dan prasarana), proses (persiapan, pendistribusian, pemantauan,

pencatatan dan pelaporan), dan output (cakupan kegiatan, ketepatan sasaran,

waktu, dan distribusi).

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh

mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan

pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada
31
selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu

bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.

2. Program pemberian TTD bagi remaja putri adalah salah satu kegiatan

pembinaan perbaikan gizi masyarakat yang berupa pemberian Tablet Tambah

darah kepada remaja putri SMP/SMA dan/atau sederajat dari pemerintah

secara gratis yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi remaja putri.

3. Input dalam penelitian ini diantaranya :

a. Sumber Daya Manusia yaitu tenaga kesehatan maupun non kesehatan

yang bertugas dalam pelaksanaan program pemberian tablet tambah

darah remaja putri.

- Sesuai : jika ada petugas yang mendistribusikan tablet tambah

darah hingga ke sasaran dalam hal ini petugas gizi dan guru UKS.

- Tidak Sesuai : jika tidak ada petugas yang mendistribusikan tablet

tambah darah hingga ke sasaran dalam hal ini petugas gizi dan guru

UKS.

b. Alokasi Dana yaitu dana yang digunakan untuk proses pengadaan stok

bahan obat program (Tablet Tambah Darah)

- Sesuai : jika ada dana khusus dari daerah untuk pengadaan stok

tablet tambah darah.

- Tidak sesuai : jika tidak ada dana khusus dari daerah untuk pengadaan

stok tablet tambah darah

c. Sarana dan Prasarana yaitu seluruh alat dan bahan yang digunakan dalam

hal mendukung program pelaksanaan tablet tambah darah remaja putri.

- Sesuai : jika ada format pelaporan, leaflet/ brosur/ buku

penyuluhan tentang anemia dan tablet tambah darah.

32
- Tidak sesuai : jika tidak ada format pelaporan, leaflet/ brosur/ buku

penyuluhan tentang anemia dan tablet tambah darah.

4. Proses dalam penelitian ini diantaranya :

a. Persiapan, yaitu proses perencanaan kebutuhan (perhitungan jumlah

sasaran dan perhitungan kebutuhan), penyediaan, dan sosialisasi.

- Sesuai : jika dilakukan perencanaan kebutuhan (perhitungan

jumlah sasaran dan perhitungan kebutuhan), penyediaan, dan

sosialisasi.

- Tidak sesuai : jika tidak dilakukan perencanaan kebutuhan

(perhitungan jumlah sasaran dan perhitungan kebutuhan), penyediaan,

dan sosialisasi.

b. Pendistribusian, yaitu kegiatan pemberian tablet tambah darah remaja putri

di sekolah SMP/SMA dan/atau sederajat di wilayah kerja puskesmas

kulisusu.

- Sesuai : jika dilakukan pemberian tablet tambah darah selama 12

bulan dengan dosis 1 tablet dalam seminggu untuk setiap remaja putri.

- Tidak sesuai : jika dilakukan pemberian tablet tambah darah kurang

dari 12 bulan dengan dosis 1 tablet dalam seminggu untuk setiap

remaja putri.

c. Pemantauan, yaitu seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan secara

berkala setelah pendistribusian tablet tambah darah remaja putri dilakukan.

- Sesuai : jika monitoring dilakukan 4x dalam setahun (setiap 3

bulan).

- Tidak sesuai : jika monitoring dilakukan kurang dari 4x dalam setahun

(setiap 3 bulan).

33
d. Pencatatan dan Pelaporan, yaitu proses pencatatan dan pembuatan

laporan hasil kegiatan pemberian tablet tambah darah remaja putri yang

telah dilaksanakan.

1) Pencatatan

- Sesuai : jika ada dilakukan pencatatan oleh Guru UKS melalui

Kartu Suplementasi Gizi atau Buku Rapor Kesehatanku.

- Tidak sesuai : jika tidak ada pencatatan oleh Guru UKS melalui

Kartu Suplementasi Gizi atau Buku Rapor Kesehatanku

2) Pelaporan

- Sesuai : jika ada proses pelaporan secara berjenjang dari

Sekolah, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan.

- Tidak sesuai : jika ada proses pelaporan secara berjenjang dari

Sekolah, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan.

5. Output dalam penelitian ini diantaranya :

a. Cakupan Kegiatan, yaitu hasil pelaksanaan program pemberian tablet

tambah darah remaja putri yang dilaksanakan dan dijadikan sebagai

laporan hasil kegiatan.

- Sesuai : jika ada cakupan bulanan dan tahunan pemberian tablet

tambah darah remaja putri di Puskesmas dan Dinas Kesehatan.

- Tidak sesuai : jika tidak ada cakupan bulanan dan tahunan pemberian

tablet tambah darah remaja putri di Puskesmas dan Dinas Kesehatan.

b. Ketepatan Sasaran, Waktu, dan Distribusi yaitu hasil pelaksanaan kegiatan

yang kemudian dibandingkan dengan pedoman pelaksanaan pemberian

tablet tambah darah remaja putri.

34
- Sesuai : jika kegiatan dilaksanakan dengan tepat sasaran

(remaja putri SMP dan SMA atau sederajat) dengan pemberian 1 tablet

setiap minggu, tepat waktu pemberian dan tepat cara

pendistribusiannya.

- Tidak sesuai : jika kegiatan tidak dilaksanakan dengan tepat sasaran

(remaja putri SMP dan SMA atau sederajat) dengan pemberian 1 tablet

setiap minggu, tepat waktu pemberian dan tepat cara

pendistribusiannya.

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini meliputi (1) data primer yaitu data yang

diperoleh langsung melalui wawancara terhadap pengelola program

pemberian tablet tambah darah di Dinas Kesehatan, Puskesmas, Sekolah

serta Remaja Putri; (2) data sekunder yaitu data yang diperoleh berdasarkan

telaah dokumen/laporan yang berupa profil puskesmas dan laporan bulanan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data primer pada penelitian ini adalah wawancara

mendalam (indepht interview). Wawancara mendalam (indepth interview)

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau

orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman wawancara

(Saryono,2010).

Sementara teknik pengambilan data sekunder penelitian ini ialah

dengan telaah dokumen/laporan. Alat-alat tambahan yang digunakan peneliti


35
dalam mengumpulkan data berupa panduan wawancara, buku catatan, dan

alat perekam (Sugiyono, 2012).

G. Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara semi terstruktur.

Pedoman wawancara semi terstruktur adalah suatu lembar pertanyaan yang

dirangkai oleh peneliti secara terstruktur kemudian diperdalam lagi untuk

mengupas informasi lebih dalam lagi untuk memperoleh keterangan lebih lanjut

(Mekar, 2013).

Selain pedoman wawancara dalam penelitian ini peneliti dan asisten peneliti

juga digunakan sebagai instrumen penelitian. Penelitian sendiri digunakan

karena selalu ada pengembangan pertanyaan pada saat melakukan

wawancara, sedangkan asisten peneliti bertugas untuk membantu peneliti

mengambil dokumentasi setiap langkah penelitian. Kemudian alat perekam dan

kamera juga digunakan sebagai instrumen penelitian. Alat perekam digunakan

untuk merekam semua pembicaraan peneliti dengan informan selama

wawancara. Kamera digunakan untuk membantu peneliti merekam kondisi

lingkungan selama wawancara berlangsung (Notoatmojo, 2005)

H. Prosedur Penelitian

1. Tahap Pra Penelitian

Adapun kegiatan yang akan dilakukan sebelum penelitian dimulai yaitu :

a. Melakukan studi pustaka dengan mencari data awal melalui dokumen-

dokumen yang relevan, sehingga didapatkan rumusan masalah yang ingin

diteliti.

36
b. Mengurus perijinan penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

Gizi untuk diteruskan ke Badan Litbang Kendari yang ditujukan ke tempat

penelitian.

2. Tahap Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

a. Pelaksanaan wawancara (indepth interview) kepada informan (sumber

data primer) yang telah ditentukan.

b. Pencatatan, analisis singkat, dan pengambilan foto pada setiap langkah

yang dilakukan.

3. Tahap Pasca Penelitian

Dalam tahap ini beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Perangkuman semua data wawancara yang telah dikumpulkan,

membuat catatan yang rapi sebagai data mentah.

b. Pembandingan data hasil wawancara dengan data sekunder yang

terkait dengan pelaksanaan program pemberian tablet tambah darah

remaja putri.

c. Analisis data dan membandingkan dengan panduan pedoman pemberian

tablet tambah darah remaja putri.

d. Penyajian data dan pembuatan kesimpulan.

I. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan

selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan

untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, editing,

mengklasifikasikan, reduksi, selanjutnya penyajian data serta menyimpulkan

data (Sugiyono, 2012).

37
a. Reduksi Data

Setelah peneliti melakukan pengambilan data di lapangan, maka akan

diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data

melalui reduksi data. Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan

dengan langkah mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang tidak perlu.

(Sugiyono, 2012).

b. Penyajian Data

Dalam penelitian ini, penyajian data yang digunakan adalah dengan

teks yang bersifat naratif dan kutipan langsung. Penyajian data akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami (Sugiyono, 2012).

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan berikutnya. Dan kesimpulan akan kredibel bila didukung

oleh bukti- bukti yang valid dan konsisten (Sugiyono, 2012).

38
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karateristik Informan
Penelitian dilakukan dengan pengambilan data menggunakan metode

wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan. Peneliti

menggunakan sampel purposif (purposive sampling) yang didasarkan pada

kemampuan informan menggambarkan secara jelas mengenai program

pemberian tablet tambah darah mulai dari (input, proses, dan output).

Berdasarkan riset yang dilakukan peneliti maka informan yang dipilih yaitu :

Tabel 2. Karateristik Informan

Jenis
No Nama Usia Jabatan
Kelamin
1. Aisnah, SKM 35 thn Perempuan Kepala Seksi Gizi
Masyarakat, Kesehatan
Kerja dan Olahraga
2. Siti Aliani, S.ST, Apt. 29 thn Perempuan Pengeola Obat Gudang
Farmasi
3. Lukiana, AMG 28 thn Perempuan TPG Puskesmas
Kulisusu
4. Zariani, S.Pd 32 thn Perempuan Guru SMAN 1 Kulisusu
5. Waode Lidya Viska 16 thn Perempuan Siswi Kelas XII SMAN 1
Randini Kulisusu
6. Wa Ode Astin Virawati, 36 thn Perempuan Guru SMPN 1 Kulisusu
S.Pd
7. Nurfitria Sholiha 14 thn Perempuan Siswi Kelas IX SMPN 1
Kulisusu

39
Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan

informan berjenis kelamin perempuan dengan informan termuda berusia 14 tahun

dan informan tertua berusia 36 tahun.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Input

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia menjadi salah satu aspek yang mendukung

keberhasilan dalam suatu program. Dalam program pemberian tablet

tambah darah ini, sumber daya manusia yang terlibat terdiri dari :

1) Dalam proses persiapan :

- Perencanaan kebutuhan (Programmer Gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota)

- Penyediaan tablet tambah darah (Instalasi Farmasi Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kementrian Kesehatan sebagai

buffer stock)

- Penyediaan sarana dan prasarana (Dinas Kesehatan)

- Penyediaan format pencatatan dan pelaporan (Dinas Kesehatan)

2) Dalam proses penyimpanan dan pendistribusian (Instalasi Farmasi

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Programmer Gizi Puskesmas, dan

Guru UKS)

3) Dalam proses pencatatan dan pelaporan (Guru UKS, Programmer Gizi

Puskesmas, Pengelola Data Gizi Dinas Kesehatan)

4) Dalam proses pemantauan dan evaluasi (Dinas Kesehatan)

40
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sumber daya manusia yang terlibat

dalam program pemberian tablet tambah darah di sekolah ini sudah sesuai

namun sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendistribusian

tidak menjalankan tugas sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya dimana

tim pendistribusian terdiri sebanyak 2-4 orang yang meliputi dua orang

tenaga gizi puskesmas dan dua orang perawat. Tenaga gizi yang pertama

bertugas mendistribusikan tablet tambah darah ke masing-masing siswa

dan tenaga gizi yang kedua bertugas dalam memberikan penyuluhan

singkat tentang cara pemberian tablet tambah darah. Selanjutnya perawat

yang ikut bersama tenaga gizi bertugas melakukan pengukuran tekanan

darah para siswi.

Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara terhadap petugas gizi

Puskesmas Kulisusu dengan pertanyaan ”siapa saja tenaga kesehatan

yang turut terlibat dalam program pemberian tablet tambah darah bagi

remaja putri?” :

Informan 3 : ”biasanya dua orang, hanya ahli gizi saja sama perawat
...... yang menensi dengan untuk pendistribusian. Sebenarnya ada
juga gizi yang ikut, kita dua orang gizi ... dua orang perawat. Satu
orang gizi yang anu ... yang mendistribusikan ... satu orang yang
penyuluhan untuk cara pemberiannya. Karena otomatis kan berganti-
ganti terus siswanya. Sudah ada yang sebelumnya belum haid dan
bulan berikutnya sudah haid.”

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa tenaga yang

terlibat dalam proses pendistribusian tablet tambah darah di wilayah kerja

Puskesmas Kulisusu sudah sesuai karena ada tenaga yang

mendistribusikan tablet tambah darah hingga ke tangan remaja putri

dengan dibantu tenaga yang melakukan penyuluhan tentang cara

pemberiannya. Namun petugas pembantu dalam hal ini perawat yang

41
bertugas mengukur tekanan darah para siswi memiliki tugas yang tidak

sesuai. Seharusnya pengukuran tekanan darah diganti dengan

pengukuran kadar hemoglobin dalam darah remaja putri untuk mengetahui

keadaan anemia atau non anemia.

Karena pengukuran kadar Hemoglobin dalam darah digunakan untuk

melihat keadaan anemia pada seseorang. Dimana anemia adalah suatu

kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah

dari normal. Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah

merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan

menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh (WHO, 2011).

Sedangkan tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh

jantung terhadap dinding arteri.. Tekanan darah dipengaruhi oleh volume

cairan yang mengisi pembuluh darah, besarnya ditentukan oleh curah

jantung dan tahanan pembuluh darah tepi terhadap aliran darah yang

mengalir. (Amiruddin, Danes, dan Lintong. 2015)

b. Alokasi Dana

Dana merupakan pendukung dalam suatu program agar program yang

disusun dapat berjalan degan baik serta memperoleh tujuan yang ingin

dicapai. Dana dalam pelaksanaan program ini dengan memanfaatkan

sumber dana yang tersedia (APBN dan APBD) serta sumber lainnya

berdasarkan kebutuhan (Kemenkes RI, 2016).

Dana dalam pengadaan tablet tambah darah di wilayah kerja

Puskesmas Kulisusu ini berasal dari Dana Alokasi Khusus yang melekat di

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

42
Berikut ini merupakan hasil wawancara terhadap Pengelola Obat

Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara, dengan

pertanyaan ”apakah ada dana yang dialokasikan khusus untuk proses

pengadaan tablet tambah darah bagi remaja putrid? Dan darimana sumber

dana yang diperoleh dalam pelaksanaan program suplementasi tablet

tambah darah bagi remaja putri?” :

Informan 2 : “Ya …. ada. Sumber dananya dari alokasi khusus yang


melekat di APBD”

Pernyataan tersebut sesuai dengan mekanisme penyediaan tablet

tambah darah dimana pengadaan tablet tambah darah dilaksanakan oleh

pemerintah (Kementrian Kesehatan RI) dan sektor kesehatan di setiap

pemerintah provinsi atau kabupaten dan kota dengan memanfaatkan

sumber dana yang tersedia (APBN, APBD) atau sumber lainnya

berdasarkan kebutuhan (Kemenkes RI, 2016).

Namun tidak ada dana lain yang digunakan untuk mendukung program

pemberian tablet tambah darah seperti transport petugas puskesmas ke

sekolah, transport tim pelaksana monitoring dan evaluasi, honorarium guru

UKS sebagai petugas tambahan, biaya pengadaan kartu suplementasi gizi

untuk pemantauan pemberian tablet tambah darah dan pengadaan

leaflet/brosur/booklet, serta keterbatasan dana dalam pelaksanaan

sosialisasi ke sekolah. Sehingga menurut peneliti hal ini merupakan salah

satu penyebab tidak berjalannya program ini dengan baik.

c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia baik dari segi kuantitas dan

kualitas akan mendukung untuk mencapai tujuan dari suatu program.

Adapun sarana dan prasarana yang dibuthkan dalam program pemberian


43
tablet tambah darah ini antara lain alat pengukuran kadar Hb dalam darah,

brosur/leaflet/booklet, format pencatatan dan pelaporan, kartu

suplementasi gizi, serta gudang penyimpanan sementara.

Berdasarkan hasil wawancara pada tenaga gizi Puskesmas Kulisusu

bahwa selama ini belum ada sarana dan prasarana yang disediakan dalam

membantu pelaksanaan program tablet tambah darah, kemungkinan

karena program ini merupakan program baru sehingga butuh proses dalam

penyediaan sarana dan prasarana tersebut. Hal ini ditunjukkan melalui

kutipan wawancara bersama Guru UKS sebagai berikut :

Informan 4 :
”kalo selama ini sebenarnya pernah kita hanya simpan ji di kotak obat
itu ... kalo ada yang tidak datang. Nanti da masuk sekolah baru kita
kasikan ... kalo tempat simpannya khusus tidak ada ... eh belum ada”

Dari kutipan diatas salah seorang Guru UKS menyatakan bahwa tablet

tambah darah hanya disimpan dalam kotak UKS di sekolah jika ada siswa

yang tidak masuk pada saat diberikan tablet tambah darah. Menurut

peneliti ha tersebut dapat merusak komposisi tablet tambah darah karena

seharusnya penyimpanan tablet tambah darah sesuai dengan standar

penyimpanan obat, yaitu ditempat sejuk dan tidak boleh terkena sinar

matahari langsung dan dalam kemasan tertutup rapat (Kemenkes RI,

2016)

Selain itu, dalam proses sosialisasi tidak ada sarana dan prasarana

yang digunakan untuk membantu proses sosialisasi. Materi yang diperoleh

dari internet oleh petugas gizi. Hal ini diketahui dari hasil wawancara

terhadap informan dengan pertanyaan ” Bagaimana ketersediaan alat dan

bahan evaluasi seperti leaflet/brosur/buku lembar balik dalam program

pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri?” :


44
Informan 3 :
“Belum tersedia … belum ada”
”Jadi selama ini kalo penyuluhan pake apa saja? Ya kita searching
sendiri. Bawa flashnya sendiri”

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa salah satu penyebab kurang

efektifnya pelaksanaan program pemberian tablet tambah darah di

Kabupaten Buton Utara adalah karena kurangnya sarana dan prasarana

pendukung dalam melakukan sosialisasi. Hal tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Saharyah Saban tahun 2017 tentang

”Efektifitas Media Video Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Tentang

Anemia Siswi SMAN 2 Ngaglik Sleman”. Dalam penelitiannya tersebut

Saban menyatakan bahwa media video dan leaflet sangat mempengaruhi

peningkatan pengetahuan siswi tentang anemia. Sehingga pendidikan

kesehatan pada remaja putri tentang anemia dan pemberian tablet tambah

darah dapat meningkatkan keberhasilan program pemberian tablet tambah

darah di sekolah utamanya dalam hal kepatuhan mengkonsumsi tablet

tambah darah sehingga kejadian anemia sejak remaja putri dapat dicegah

sejak dini.

2. Deskripsi Proses

a. Persiapan

Bagian ini meliputi proses perencanaan kebutuhan (perhitungan jumlah

sasaran dan perhitungan kebutuhan), penyediaan, dan sosialisasi.

Persiapan menjadi penentu berjalannya suatu kegiatan atau program.

Apabila suatu kegiatan dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan

peluang keberhasilan kegiatan tersebut (Alita, 2013).

45
Sasaran kegiatan suplementasi TTD di institusi sekolah adalah remaja

putri usia 12-18 tahun sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal

Kesehatan Masyarakat dengan nomor HK.03.03/V/0595/2016.

Perhitungan sasaran remaja putri di tingkat pusat maupun tingkat

kabupaten dan kota menggunakan Data Sasaran Program Pembangunan

Kesehatan 2015-2019. Sedangkan perhitungan di tingkat puskesmas dan

sekolah menggunakan Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) terbaru dari

SMP dan SMA atau yang sederajat (Kemenkes RI, 2016)

Berdasarkan buku Pendoman Penanggulangan dan Pencegahan

Anemia Remaja Putri oleh Kemenkes RI tahun 2016 bahwa perhitungan

jumlah kebutuhan berdasarkan jumlah sasaran dengan penambahan

10% sebagai buffer stock.

TTD = (Jumlah sasaran x 52 tablet) + 10%

Contoh perhitungan kebutuhan TTD rematri:

- Jumlah sasaran rematri misalkan 1000 orang

- Jumlah TTD yang dibutuhkan adalah 1000 rematri x 52 tablet = 52.000

tablet

- Kebutuhan tidak teduga atau sebagai buffer stock adalah 10% x 52.000

tablet = 5.200 tablet

- Maka jumlah kebutuhan TTD adalah 52.000 + 5.200 = 57.200 tablet

Dari hasil wawancara terhadap informan diketahui bahwa proses

perencanaan kebutuhan dilakukan di Dinas Kesehatan dengan

menghitung kebutuhan berdasarkan jumlah sasaran tahun sebelumnya.

Berikut kutipan wawancara kepada informan 1 :

46
Informan 1 : ”kalau untuk proses perencanaan sasaran itu kami
berdasarkan sasaran remaja putri tahun lalu di sekolah ... kebutuhan
tablet tambah darah juga berdasarkan sasaran tahun lalu.”
”Terus kalo penentuan jumlah sasaran untuk pengadaan tablet
tambah darahnya itu?”
”Kita mendata di sekolah ... di semua SMP ... eh SMP/SMA yang
remaja putri di wilayah kerja tiap-tiap Puskesmas se – Kabupaten
Buton Utara”

Dalam proses pengadaan tablet tambah darah, Petugas Gizi Dinkes

Kabupaten dan Kota merekapitulasi perencanaan kebutuhan usulan

Puskesmas yang berasal dari masing-masing sekolah kemudian

melaporkan ke Instalasi Farmasi Kabupaten dan Kota (IFK). IFK

melaporkan rencana kebutuhan ini ke Instalasi Farmasi (IF) Provinsi

dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi. IF Provinsi mengusulkan

kebutuhan TTD kepada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan (Ditjen Kefarmasian dan Alkes) Kementerian Kesehatan

(Kemenkes RI, 2016).Berikut alur permintaan dan distribusi TTD Program :

Sumber: Modifikasi Ditjen Kefarmasian dan Alkes, 2016

47
Berdasarkan hasil penelitian bahwa penyediaan tablet tambah darah

dilakukan dari program dan dari kabupaten. Untuk obat program yakni

tablet tambah darah berasal dari Kementrian Kesehatan RI sedangkan

kabupaten berasal dari Dana Alokasi Khusus yang melekat di Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Berikut hasil kutipan wawancara

mengenai penyediaan tablet tambah darah remaja putri :

Informan 2 : ”pengadaannya sendiri bisa dari provinsi ... yang dari


untuk obat programmer. Sedangkan kalo yang untuk kabupaten/kota
dari Dana Alokasi Khusus itu”

Sedangkan untuk pelaksanaan sosialisasi dari Dinas Kesehatan

mengaku sudah sering melakukan sosialisasi sekitar 4 - 5 kali, hal yang

sama juga dilontarkan oleh TPG Puskesmas yang menyatakan bahwa

setiap kali turun memberikan tablet tambah darah setiap bulannya juga

dilakukan sosialisasi mengenai cara pemberian tablet tambah darah.

Informan 1 : ”Oh sering ... berapa kali eee ... di SMP, SMP 1. Sekitar
4x. Pernah di SMP 1 Kulisusu kemudian di SMA 1. Pernah di aula
Dinas Kesehatan. Di SMP 1 Wakorumba Utara dan SMA 1
Wakorumba Utara”

Informan 3 : ”setiap kali turun, penyuluhan terus ...karena otomatis


kan berganti-ganti terus itu siswanya. Sudah adami yang
sebelumnya belum haid kadang bulan berikutnya sudah haid.”
”setiap bulan ... iya setiap bulan dikasi untuk persediaan empat
minggu”

Namun hal ini berbeda dengan pengakuan guru UKS di sekolah dan

siswi putri. Mereka menyatakan bahwa sangat jarang dilakukan sosialisasi

tentang tablet tambah darah maupun anemia. Berikut kutipan wawancara

terhadap informan mengenai pelaksanaan sosialisasi di sekolah.

Informan 4 : ”sosialisasi .... sebelum-sebelumnya mungkin pernah 1x


pas dibagikan tablet tambah darah itu pertama sosialisasi dulu baru
dibagi toh. Sesudah itu kayaknya belum pernah. Selama 2018 ini
belum pernah sama sekali”

48
”kurang sosialisasi memang itu anak-anak disini ... yang itu sering
bergadang kita liat. Pokoknya kurang sosialisasi lah. Kurang
pemahaman”.

Informan 5 : ”pernah yang baru-baru ini barusan pertama kali ... di


aula kantor kesehatan kayaknya. Sosialisasi di sekolah baru 1x itu
langsung dikasi obat tablet tambah darah ... sudah agak lama pas
kelas X semester 2 tahun 2017.”

Informan 6 : ”emm ... sa kurang tau juga ini karna ... bagaimana diy
saya juga kurang mengikuti itu. Hanya taunya saja di UKS itu, cuman
baru-baru ini saya tau ... tapi mungkin ada juga pelaksanaannya juga
cuman saya tidak terlalu paham itu.”

Informan 7 : ”sudah ... tahun ini juga. Sudah dua kali mi. Disini ... di
kelas ... sama dua-duanya di kelas.”

Dari kutipan wawancara terhadap beberapa informan mengenai

sosialisasi tablet tambah darah tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

sosialisasi tablet tambah darah di sekolah jarang sekali dilakukan. Berbeda

dengan pernyataan oleh Informan 1 dan Informan 3.

b. Pendistribusian

Pendistribusian yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kegiatan

pemberian tablet tambah darah remaja putri di sekolah SMP/SMA dan/atau

sederajat di wilayah kerja puskesmas kulisusu. Pemberian TTD dilakukan

secara blanket approach dengan frekuensi 1 tablet setiap minggu

sepanjang tahun. Pemberian TTD pada rematri di sekolah dapat dilakukan

dengan menentukan hari minum TTD bersama setiap minggunya sesuai

kesepakatan di masing- masing sekolah. Saat libur sekolah TTD diberikan

sebelum libur sekolah (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa proses pendistribusian dimulai dari

Dinas Kesehatan yang disalurkan ke Puskesmas. Berdasarkan hasil

wawancara bersama pengelola obat gudang farmasi di Dinas Kesehatan


49
bahwa dari gudang farmasi tablet tambah darah disalurkan ke Puskesmas

melalui lembar permintaan obat atau permintaan dari programer.

Informan 2 : ”Alur penyalurannya ... kalau dari puskesmas ... bisa


dilihat dari permintaan Puskesmas, dilihat dari LPLPO nya (Lembar
Permintaan Obat) ... atau bisa dari permintaan dari programmernya
sendiri.”

Selanjutnya dari Puskesmas di distribusikan ke sekolah dalam wilayah

kerja Puskesmasnya. Pendistribusian dilakukan sejak bulan Januari tahun

2017 di semua SMP/SMA bagi remaja putri yang telah mengalami

menstruasi. Namun, pada tahun 2018 baru didistribusikan pada bulan April

karena tidak adanya stok tablet tambah darah yang tersedia di

Puskesmas. Berikut kutipan wawancara bersama informan 3 mengenai

pendistribusian tablet tambah darah :

Informan 3 : ”sejak bulan 4 tahun 2018 ini ... itu hari 2016 sudah ada
Fe nya tapi belum di distribusikan nanti bulan 1 tahun 2017. Oh ...
Kalo Fe sampe bulan 12 jalan terus ... semua SMP/SMA yang sudah
mengalami menstruasi kalo SMP .... yang belum, belum dapat.”
”yang lalu bulan 1 sampai bulan 3 itu belum tersedia tabletnya jadi
belum didistribusikan.”
”setiap bulan dikasi ... emm empat minggu”

Namun, pernyataan dari informan 3 ini berbeda dengan pernyataan dari

informan 4, 5 , 6, dan 7 mengaku pemberian tablet tambah darah di

sekolah hanya 1 – 2 kali selama ini dan bukan setiap bulannya. Berikut

kutipan wawancaranya :

Informan 4 : ”sebenarnya sudah pernah ... hanya kalau saya kan


yang kemarin-kemarin bukan saya yang ini ... nanti kemarin itu saya
yang tangani. Jadi pastinya saya kurang tau ... hanya memang
pernah diberikan.”

Informan 5 : ”pernah ... itu pas sosialisasi di sekolah langsung


dibagikan tapi kayaknya karna banyak kurang pemahaman dari
teman-teman banyak yang takut makan konsumsi itu. Jadi banyak
yang ... ada yang langsung buang, ada yang simpan saja.”

50
”saya pernah minum karna itu hari waktu menstruasi dan kayaknya
kurang darah karna pusing jadi sa minum 1x pas dibagikan itu ...
minum dirumah, kayaknya pulang sekolah habis makan.”

Informan 6 : ”emm ... sejauh ini kayaknya belum, seingat saya ...
pastinya saya tidak tau itu ... mungkin saya keluar daerah atau
bagaimana. Bisa saja mungkin.”

Informan 7 : ”pernah ... dua kali. Waktu tahun lalu sama tahun ini
bulan berapa itu ... sekitaran bulan 3.”

Berdasarkan pernyataan keempat informan tersebut diketahui bahwa

pendistribusian di sekolah sebanyak 1-2 kali selama 3 tahun terakhir. Hal

ini berbeda dengan pendistribusian yang dianjurkan dalam Buku Pedoman

Penanggulangan dan Pencegahan Anemia yang dikeluarkan oleh

Kemenkes RI yang menyatakan bahwa pemberian tablet tambah darah

dilakukan setiap minggu.

c. Pemantauan

Pemantauan adalah seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan secara

berkala setelah pendistribusian tablet tambah darah remaja putri dilakukan.

Pemantauan dalam hal ini meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi

terhadap kegiatan. Pemantauan dilakukan dengan sistem pencatatan dan

pelaporan, pembinaan oleh tim teknis, dan kunjungan lapangan

(Kemenkes Ri, 2016).

Berdasarkan hasil wawancara bahwa kegiatan monitoring di Dinas

Kesehatan dilihat berdasarkan pelaporan yang dikirimkan oleh

Puskesmas, sedangkan proses monitoring yang dilakukan oleh petugas

puskesmas terhadap remaja putri yaitu dengan melihat bulan berikutnya

jika para siswi antusias dalam proses pemberian tablet tambah darah atau

tidak antusias. Berikut kutipan wawancara dengan informan :


51
Informan 1 : ”kalo monitoring kegiatan kita liat data-data, itu saja.
Kalo turun evaluasi di lapangan itu belum, kita liat cakupan dari hasil
kerja TPG di Puskesmas.”
”belum ada tindak lanjut ... karna program baru”

Informan 3 : ”untuk monitoringnya itu ... kadang kan kita tidak bisa
tunggui satu persatu hanya tanyakan saja untuk bulan berikutnya, da
sudah habis itu Fe nya atau belum ... disitu mi akan terlihat siapa
yang minum itu Fe dengan yang tidak. Biasanya kalo yang minum itu
mereka minta kembali. Kalo yang tidak minum jelas da tidak akan
minta. Kita tanyakan langsung.”

Proses pemantauan yang dilakukan dirasa belum cukup efektif karena

hanya dilakukan berdasarkan pelaporan hasil kegiatan yang dilaporkan

oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan, sementara untuk pembinaan oleh

tim teknis dan kunjungan lapangan belum pernah sama sekali dilakukan.

Menurut peneliti hal ini disebabkan karena belum adanya instrumen

pemantauan program dan transport ke wilayah kerja Puskesmas untuk

yang berjarak sangat jauh dari Dinas Kesehatan.

d. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan oleh tim pelaksana UKS di sekolah (guru UKS)

sesuai dengan tugas tambahan. Pemberian TTD dicatat pada Kartu

Suplementasi Gizi. Kartu Suplementasi Gizi diisi sendiri oleh remaja putri

pada saat mendapat dan mengonsumsi TTD. Contoh kartu suplementasi

terlampir (Lampiran 1).

Pelaporan pemberian TTD dan kepatuhan konsumsi TTD direkapitulasi

dan dilaporkan oleh Sekolah, dimana data pemberian TTD dan kepatuhan

konsumsi TTD direkapitulasi oleh guru pembina UKS untuk dilaporkan

ke Puskesmas dengan menggunakan formulir 1a dan 1b (Lampiran 2).

Kemudian diteruskan secara berjenjang ke Puskesmas, Dinas Kesehatan

52
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan terakhir ke Kementrian

Kesehatan.

Frekuensi pelaporan dari semua tingkatan dilakukan setiap 3 bulan

sekali. Masing-masing tingkatan administrasi yang menerima laporan

berkewajiban menganalisis laporan yang diterima dan menyampaikan

umpan balik penerimaan laporan dan hasil analisisnya dalam rangka

penilaian dan pengembangan program serta untuk memacu

kesinambungan pelaporan. Masing-masing tingkatan administrasi juga

berkewajiban untuk memberikan umpan balik sebagai informasi hasil

pelaksanaan pemberian TTD yang telah dilakukan pada wilayah kerja. Alur

pelaporan dan penyampaian umpan balik dan hasil analisis laporan di

masing-masing tingkatan administrasi dapat digambarkan seperti di

bawah ini :

Gambar 3. Alur penyampaian dan pelaporan umpan balik

53
Berdasarkan hasil penelitian bahwa proses pencatatan dan pelaporan

di Puskesmas Kulisusu dilakukan setiap bulan melalui laporan gizi

bulanan. Namun, pencatatan dan pelaporan di tingkat sekolah belum

pernah dilakukan karena guru UKS yang membawahi bidang Kesehatan di

sekolah dalam hal ini tidak dilibatkan. Berikut hasil kutipan wawancara

terhadap beberapa informan mengenai proses pencatatan dan pelaporan

kegiatan pemberian tablet tambah darah di sekolah :

Informan 3 : ”dicatat sendiri TPG nya ... karena gurunya termasuk


tidak terlibat dalam anu ... dalam ini toh. Hanya kan kita turun
langsung di sekolah-sekolah itu gurunya hanya menunjuk saja.”

Berdasarkan informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pencatatan dan pelaporan kurang sesuai dengan pedoman

penanggulangan anemia remaja putri dimana guru UKS yang membawahi

bdang kesehatan di sekolah seharusnya juga dilibatkan dalam program ini

karena di sekolah harus ada yang memantau kepatuhan minum tablet

tambah darah para remaja putri. Peran guru UKS dalam hal ini yaitu

mengingatkn jadwal minum tablet tambah darah di sekolah, menyimpan

tablet tambah darah bagi anak yang tidak masuk sekolah pada saat

jadwal hari minum dan untuk pendistribusian selanjutnya, serta melakukan

pencatatan dan pelaporan di tingkat sekolah.

Selain itu, pencatatan dan pelaporan seharusnya juga dilakukan oleh

remaja putri itu sendiri dalam hal kepatuhan minum tablet tambah darah

melalui kartu suplementasi gizi atau buku rapor kesehatanku. Namun dari

informan yang terlibat keduanya menyatakan tidak memiliki buku

pencatatan perseorangan seperti melalui kartu suplementasi gizi ataupun

buku rapor kesehatanku.


54
3. Deskripsi Output

a. Cakupan Kegiatan

Cakupan kegiatan merupakan hasil pelaksanaan program pemberian

tablet tambah darah remaja putri yang dilaksanakan dan dijadikan sebagai

laporan hasil kegiatan dalam satu tahun. Remaja Putri yang dihitung

sebagai cakupan adalah remaja putri yang menerima TTD sebanyak satu

kali setiap minggu. Cakupan TTD pada rematri dihitung jika rematri

menerima TTD satu kali setiap minggu dengan target capaian mengacu

pada Rencana Strategis Direktorat Gizi Masyarakat (2015 = 10%, 2016 =

15%, 2017 = 20%, 2018 = 25%, 2019 = 30%) (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan hasil wawancara bahwa 100% remaja putri di wilayah

kerja Puskesmas Kulisusu mendapatkan tablet tambah darah. Berikut

kutipan wawancaranya :

Informan 3 : ”cakupan kegiatannya sa tidak ingat ... tapi kayaknya


semuanya tercover yang sudah mengalami haid. Semuanya kita
kasih. Kalo tidak datang karna sakit diambilkan baru kita suruh
temannya yang ambilkan dijelaskan cara minumnya.’

Informan 1 : ”nanti liat saja ada data di programmer karna saya juga
tidak terlalu hafal.”

Berdasarkan informasi dari kedua informan tersebut setelah dilihat hasil

cakupan kegiatan mencapai 100% yang berarti bahwa semua remaja putri

mendapat tablet tambah darah. Namun setelah ditelaah kembali jawaban

dari keempat informan di sekolah yang terlibat langsung tentang

pendistribusian bahwa selama ini baru diberikan tablet tambah darah

sebanyak 2 kali yakni pertama pada tahun 2017 dan pada bulan April

tahun 2018.

55
b. Ketepatan Sasaran, Waktu, dan Distribusi

Aspek ini akan melihat bagaimana ketepatan sasaran, waktu

pemberian, dan proses distribusi dari kegiatan pemberian tablet tambah

darah remaja putri di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara terhadap

beberapa informan bahwa sasaran pemberian tablet tambah darah masih

kurang tepat karena hanya diberikan kepada remaja putri yang sudah

mengalami menstruasi saja sedangkan yang belum menstruasi tidak

diberikan. Berikut hasil kutipan wawancaranya :

Informan 3 : ”iya yang sudah mengalami menstruasi, yang belum ...


belum dapat.”

Untuk ketepatan waktu pemberian, karena berdasarkan hasil

wawancara, informan mengaku mengkonsumsi tablet tambah darah di

rumah. Seharusnya tablet tambah darah diminum bersama – sama di

sekolah sesuai jadwal hari minum di sekolah. Hal tersebut kemungkinan

dikarenakan belum ada jadwal hari minum bersama di sekolah sehingga

para remaja putri membawa pulang tablet tambah darah tersebut dirumah.

Berikut kutipan hasil wawancaranya :

Informan 5 : ”saya minum dirumah ... kayaknya pulang sekolah saya


minum. Sesudah makan.”
Informan 7 : ”hanya satu kali pernah ... dirumah, pas lagi halangan.
Minumnya malam, habis makan”

Untuk ketepatan pendistribusian juga kurang sesuai karena diberikan

setiap bulan oleh TPG Puskesmas dan bukan setiap minggu. Namun hal

tersebut kemungkinan dikarenakan keterbatasan tenaga gizi yang

bertugas di Puskesmas yang tidak sesuai dengan banyaknya sekolah

56
SMP/SMA sederajat yang akan didatangi sebanyak 18 sekolah. Berikut

hasil kutipan wawancaranya :

Informan 7 : ”setiap bulan ... iya setiap bulan dikasih. Untuk empat
minggu”

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut diketahui bahwa ketepatan

sasaran, waktu, dan distribusi masih belum sesuai dengan Buku Pedoman

Penanggulangan Dan Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil dan Wanita

Usia Subur yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI pada tahun 2016.

A. Pembahasan

1. Input

Dari hasil wawancara terhadap beberapa informan mengenai sumber

daya manusia, alokasi dana, serta sarana dan prasarana dalam program

pemberian tablet tambah darah ini dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator

dalam aspek input belum sesuai dengan pedoman pelaksanaan pencegahan

dan penanggulangan anemia remaja putri yang dikeluarkan oleh Kemenkes

RI tahun 2016. Hal ini kemungkinan menjadi salah satu penyebab kurangnya

kualitas mutu dari program kegiatan tersebut di wilayah kerja Puskesmas

Kulisusu ditandai dengan masih banyak siswa yang tidak mengkonsumsi

tablet tambah darah walaupun telah diberikan karena banyak yang masih

merasa takut mengkonsumsi walaupun telah diberikan sosialisasi.

Menurut peneliti bahwa kemungkinan para remaja putri tidak

memahami tentang apa bahaya anemia serta manfaat minum tablet tambah

darah, bisa jadi dikarenakan pada saat proses sosialisasi dilakukan dengan

terburu-buru ataupun karena tidak adanya bahan penyuluhan seperti


57
leaflet/brosur yang diberikan untuk para remaja putri. Analisa ini dibuktikan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Saharyah Saban tahun 2017 tentang

”Efektifitas Media Video Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Tentang Anemia

Siswi SMAN 2 Ngaglik Sleman”. Dalam penelitiannya tersebut Saban

menyatakan bahwa media video dan leaflet sangat mempengaruhi

peningkatan pengetahuan siswi tentang anemia. Sehingga pendidikan

kesehatan pada remaja putri tentang anemia dan pemberian tablet tambah

darah dapat meningkatkan keberhasilan program pemberian tablet tambah

darah di sekolah utamanya dalam hal kepatuhan mengkonsumsi tablet

tambah darah sehingga kejadian anemia sejak remaja putri dapat dicegah

sejak dini.

Selain itu sumber daya manusia yang bertugas dalam membantu

keberhasilan program pemberian tablet tambah darah di sekolah ini juga

sudah tepat dilakukan oleh tenaga gizi dan perawat di Puskesmas. Namun

proses evaluasi dengan mengukur tekanan darah para siswa peneliti rasa

belum tepat. Seharusnya dilakukan pengukuran kadar hemoglobin dalam

darah untuk mengetahui kejadian anemia pada remaja putri. Karena hasil dari

kedua pengukuran tersebut berbeda. Pengukuran tekanan darah dilakukan

untuk melihat gejala hipertensi atau hipotensi pada seseorang dengan melihat

berapa ukuran tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap

dinding arteri. (Amiruddin, Danes, dan Lintong. 2015). Sedangkan pengukuran

kadar hemoglobin dalam darah dilakukan untuk melihat kondisi tubuh dimana

kadar hemoglobin (Hb) dalam darah apakah lebih rendah dari standar. (WHO,

2011).

58
2. Proses

Dalam proses persiapan, pendistribusian, pemantauan serta

pencatatan dan pelaporan secara umum belum sesuai dengan panduan dari

Kemenkes RI. Hanya dari proses persiapan saja yang sudah sesuai. Dimana

persiapan dilakukan dengan terlebih dahulu merencanakan penentuan

kebutuhan berdasarkan sasaran dari tahun sebelumnya menggunakan data

yang direkap di sekolah dari masing-masing puskesmas. Menurut Alita (2013)

persiapan menjadi penentu berjalannya suatu kegiatan atau program. Apabila

suatu kegiatan dipersiapkan dengan baik maka akan memberikan peluang

keberhasilan kegiatan tersebut.

Namun proses pendistribusian, pemantauan, serta pencatatan dan

pelaporan menurut peneliti belum sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan

oleh Kemenkes RI tahun 2016. Dalam proses pendistribusian seharusnya

dilakukan setiap minggu sepanjang tahun dengan pemberian 1 tablet per

minggu bagi tiap remaja putri sesuai Surat Edaran Nomor

HK.03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian Tablet tambah Darah Pada

Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Namun dalam proses pendistribusian di

wilayah kerja Puskesmas Kulisusu dilakukan setiap bulan kemungkinan

dikarenakan keterbatasan tenaga gizi di Puskesmas dan berdasarkan

pengakuan 2 informan yang seharusnya setiap minggu mendapat tablet

tambah darah ini ternyata baru diberikan sebanyak 2 kali yakni pada tahun

2018 satu kali dan pada tahun 2017 satu kali. Hal ini tidak sesuai dengan

pedoman pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri yang seharusnya

diberikan 1 tablet perminggu sepanjang tahun (Kemenkes RI, 2016).

59
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dalam program pemberian tablet

tambah darah di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu belum dilaksanakan

dengan baik. Proses monitoring dan evaluasi dari Dinas Kesehatan hanya

dilakukan berdasarkan laporan yang dikirim oleh Puskesmas dan tidak ada

tindak lanjut atas hasil evaluasi yang dilakukan karena informan menyatakan

bahwa ini adalah program baru sehingga perencanaan kegiatan monitroing

dan evaluasi langsung ke lapangan belum sempat dilakukan. Monitoring

dilakukan untuk menyediakan informasi apakah kebijakan atau program

diimplementasikan sesuai rencana dalam upaya mencapai tujuan. Monitoring

merupakan alat manajemen yang efektif karena jika dalam

pengimplementasian program berbeda dari rencana maka monitoring dapat

mengidentifikasi dimana letak masalahnya untuk kemudian dicari

penyelesaiannya. Dalam banyak kasus program bantuan monitoring seringkali

dihindarkan oleh pelaksana karena monitoring dapat segera mendeteksi

adanya penyimpangan atas program (Bappenas, 2005).

Untuk proses pencatatan dan pelaporan juga dirasa belum sesuai

karena pencatatan dan pelaporan seharusnya secara berjenjang mulai dari

Sekolah ke Puskesmas hingga ke Dinas Kesehatan. Namun pencatatan dan

pelaporan di sekolah belum dilakukan karena guru UKS yang menangani

keduanya belum mengetahui jika harus ada pencatatan dan pelaporan di

sekolah serta bagaimana pencatatan dan pelaporan yang seharusnya

dilakukan di sekolah yang dicatat melalui Kartu Suplementasi Gizi dan Buku

Rapor Kesehatanku. Frekuensi pelaporan dari semua tingkatan dilakukan

setiap 3 bulan sekali. Masing-masing tingkatan administrasi yang menerima

laporan berkewajiban menganalisis laporan yang diterima dan menyampaikan

60
umpan balik penerimaan laporan dan hasil analisisnya dalam rangka penilaian

dan pengembangan program serta untuk memacu kesinambungan pelaporan.

(Kemenkes RI, 2016).

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu program

atau kegiatan. Tanpa adanya pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau

program apapun yang dijalankan tidak akan terlihat wujudnya. Tidak adanya

pencatatan dan pelaporan di sekolah menurut peneliti kemungkinan

merupakan salah satu penyebab penurunan efektifitas mutu pelaksanaan

program pemberian tablet tambah darah remaja putri di sekolah ini. Sehingga

para remaja putri tidak dilihat tingkat kepatuhannya dalam mengkonsumsi

tablet tambah darah. Efektivitas suatu program dapat dipengaruhi oleh tingkat

kepatuhan dan proses pada pelakasanaan program yang berhubungan

dengan kebiasaan seperti biaya pelaksanaan, ketersediaan dan faktor

lainnya. Kepatuhan ditunjukkan dengan pengonsumsian secara langsung

dengan edukasi dan pengawasan dari guru saat di sekolah dan dilakukan

minum TTD bersama di hari yang telah ditetapkan. Kurangnya pemantauan

dan pengecekan dari guru ataupun orangtua juga mempengaruhi tingkat

kepatuhan onsumsi TTD. Pentingnya edukasi oleh guru terhadap pemantauan

konsumsi TTD berpengaruh terhadap keberhasilan program (Tyas

Permatasari, Dodik Briawan, dan Siti Madanijah, 2018).

3. Output

Output dalam penelitian ini dilihat dari cakupan kegiatan serta

ketepatan sasaran, waktu, dan distribusi. Jika dilihat dari cakupan kegiatan,

pelaksanaan program pemberian tablet tambah darah remaja putri ini telah

berhasil karena 100% remaja putri mendapat tablet tambah darah. Namun jika

61
dilihat dari ketepatan sasaran, waktu, dan distribusi maka program ini

dikatakan belum efektif karena sasaran, waktu pemberian serta proses

pendistribusian tidak sesuai dengan buku pedoman yang dikeluarkan oleh

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2016.

Dimana sasaran hanya diperuntukkan bagi remaja putri yang telah

mengalami menstruasi seharusnya semua remaja putri yang ada di SMP/SMA

sederajat diberikan tablet tambah darah. Selain itu waktu pemberian

seharusnya di sekolah, bukan diminum di rumah. Kemudian pendistribusian

seharusnya dilakukan sepanjang tahun namun dalam penelitian ini

berdasarkan wawancara terhadap informan yang seharusnya sepanjang

tahun mendapatkan tablet tambah darah hanya diberikan 2 kali dalam 2 tahun

terakhir. Tidak hanya itu, tablet tambah darah yang diberikan juga tidak

dikonsumsi oeh sasaran dikarenakan sasaran masih takut untuk

mengkonsumsi tablet tambah darah tersebut.

Tidak tepatnya sasaran, waktu dan pendistribusian menurut peneliti

disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari pihak terkait. Walaupun

sosialisasi sudah sering dilakukan tetapi kurang dipahami oleh sasaran bisa

disebabkan karena kurangnya waktu dalam proses sosialisasi ataupun karena

tidak ada sarana dan prasarana yang mendukung proes sosialisasi seperti

brosur/pamflet. Menurut Saharyah Saban dalam penelitiannya dikatakan

bahwa media video dan leaflet sangat mempengaruhi peningkatan

pengetahuan siswi tentang anemia. Sehingga pendidikan kesehatan pada

remaja putri tentang anemia dan pemberian tablet tambah darah dapat

meningkatkan keberhasilan program pemberian tablet tambah darah di

sekolah utamanya dalam hal kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah

sehingga kejadian anemia sejak remaja putri dapat dicegah sejak dini (Saban,

2017).

62
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Input pelaksanaan program pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri

di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara tahun 2018

meliputi sumber daya manusia, alokasi dana, serta sarana dan prasarana.

Aspek input secara keseluruhan belum sesuai dengan Buku Pedoman

Penanggulangan dan Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil dan Wanita Usia

Subur Tahun 2016.

2. Proses pelaksanaan program pemberian tablet tambah darah bagi remaja

putri di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara tahun 2018

meliputi perencanaan, pendistribusian, pemantauan, serta pencatatan dan

pelaporan. Proses perencanaan dinilai sudah sesuai, namun dari proses

pendistribusian, pencatatan dan pelaporan belum sesuai dengan Buku

Pedoman Penanggulangan dan Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil dan

Wanita Usia Subur Tahun 2016.

3. Output pelaksanaan program pemberian tablet tambah darah bagi remaja

putri di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara tahun 2018

meliputi cakupan kegiatan serta ketepatan sasaran, waktu dan distribusi.

Aspek tersebut dinilai belum sesuai dengan Buku Pedoman Penanggulangan

dan Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil dan Wanita Usia Subur Tahun

2016.

B. Saran

1. Perlunya pemantauan dari aspek input, proses, dan output sehingga

keberhasilan program pemberian tablet tambah darah remaja putri di wilayah

63
kerja Puskesmas Kulisusu dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan

dari program yang diinginkan.

2. Penyediaan sarana dan prasarana seperti alat pengukur kadar Hb dalam

darah, media leaflet/ brosur/ booklet, srta ruang penyimpanan yang sesuai

perlu diperhatikan oleh pihak terkait.

3. Kegiatan pemantauan dan evaluasi harus sealu dilakukan secara berkala

untuk meminimalisir ketidaksesuaian pelaksanaan program dengan pedoman

pelaksanaan.

4. Pemantauan kepatuhan minum tablet tambah darah di sekolah harus lebih

ditingkatkan agar program yang dilakukan tidak berjalan sia-sia.

5. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang efektifitas pelaksanaan program

pemberian tablet tambah darah terhadap peningkatan kadar hemoglobin

darah pada remaj putri di SMP/SMA sederajat.

64
DAFTAR PUSTAKA

Agus ZAN. 2004. Pengaruh Vitamin C Terhadap Absorpsi Zat Besi pada Ibu Hamil
Penderita Anemia. Semarang : MEDIKA Jurnal Kedokteran dan Farmasi.
Vol. XXX; 2004. p. 496 – 499.

Alita, Rini. 2013. Keberhasilan Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan


Untuk Balita Di Kota Bandar Lampung. Lampung : Jurnal Poltekkes
Kemenkes Tanjungkang. Lampung. Volume IV No. 1 Tahun 2013.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Amiruddin, Muh. A, Vennetia R. Danes, dan Fransiska Lintong. 2015. Analisa Hasil
Pengukuran Tekanan Darah Antara Posisi Duduk Dan Posisi Berdiri Pada
Mahasiswa Semester VII (Tujuh) T.A. 2014/2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. Manado : Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3,
Nomor 1, Januari-April 2015.

Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik. Jakarta: Raja
Grafndo Persada.

Badriah, D.L. 2011. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: PT Refika


Aditama.

Bappenas. 2005. Pemantauan dan Evaluasi Program-Program Penanggulangan


Kemiskinan. Jakarta : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
Republik Indonesia.

Cahya, D. 2013. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Anemia Pada Remaja Putri di
Sekolah Menengan Pertama Muhammadiyah 3 Semarang. Online :
http://jurnl.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/1298/1351.
Diakses tanggal 26 Desember 2017.

Hayati, RM. 2010. Pengetahuan dan Sikap Anemia Defisiensi Besi dan Dampaknya
terhadap Kesehatan Reproduksi di MAL IAIN Medan Tahun 2009/2010.
Medan: Universitas Sumatera Utara.

Hurlock, E. 2001. Psikologi Perkembangan.Edisi 5. Jakarta : Erlangga.

65
Indartanti, D.et al. 2014. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Usia 12-14 Tahun. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang : Journal of Nutrition College,
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014. Diakses 26 Desember 2017.

Kemenkes RI. 2015. Laporan Akuntabilitas Kinerja Gizi. Online :


www.gizi.depkes.go.id. Diakses tanggal 2 Januari 2018.

Kemenkes RI. 2016. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada


Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Ditjen Kesehatan Masyarakat
Bina Gizi Masyarakat.

Marmi, 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mekar, Dwi Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.

Mulyatiningsih, Rudi, dkk. 2004. Bimbingan Pribadi-Sosial, Belajar dan Karir. Jakarta
: Gramedia.

Muninjaya, 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nurcholis, Hanif. 2009. Perencanaan Partisipatif Pemerintah Daerah (Pedoman,


Pengembangan Perencanaan Pembangunan Partisipatif Pemerintah
Daerah). Jakarta : Grasindo.

Proverawati dan Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Saban, Saharyah. 2017. Efektifitas Media Video Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan
Tentang Anemia Siswi SMAN 2 Ngaglik Sleman. Yogyakarta : Skripsi thesis,
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
66
Sarwono, S.W. 2004. Psikologi Remaja. Edisi Revisi 8. Jakarta : Raja Grafindo
Pustaka.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta : Nuha Medika.

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &B. Bandung : Alfa
Beta.

Tyas Permatasari, Dodik Briawan, dan Siti Madanijah. 2018. Efektivitas Program
Suplementasi Zat Besi pada Remaja Putri di Kota Bogor. JURNAL MKMI,
Vol. 14 No. 1, Maret 2018. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

WHO. 2011. Haemoglobin Concentrations For The Diagnosis of Anemia and


Assasment of Severity. Vitamin and Mineral Nutrition information System.
Online : http://www.nhlbi.nih.gov/health/public/blood/anemia-yg.pdf. diakses
tanggal 27 Desember 2017.

Widyastuti, Yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.

67
LAMPIRAN

68
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

MENJADI INFORMAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Jabatan :

Setelah mendapat penjelasan oleh peneliti tentang penelitian dengan judul

“Evaluasi Pemberian Tablet Tambah Darah Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas

Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2018”, maka dengan ini saya menyatakan

bersedia untuk menjadi Informan dalam penelitian ini, tanpa ada paksaan dari pihak

manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan

jujur dan apa adanya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana

mestinya.

Lipu, Juli 2018

Informan

69
Panduan Wawancara Mendalam

Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Tambah Darah


Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

Remaja Putri

Nama :

Hari/tanggal wawancara :

1. Apakah sebelumnya pernah mendapatkan sosialiasi tentang pemberian tablet

tambah darah bagi remaja putri? (kapan, dimana, berapa kali)

2. Apa yang anda ketahui tentang program pemberian tablet tambah darah remaja putri

tersebut?

3. Kapan anda mulai memperoleh tablet tambah darah?

4. Bagaimana dan dimana anda mengkonsumsi tablet tambah darah tersebut?

5. Apa yang kemudian anda rasakan setelah mengkonsumsi tablet tambah darah?

6. Apakah ada perbedaan antara sebelum mengkonsumsi dan setelah mengkonsumsi

tablet tambah darah (misalkan dari segi konsentrasi belajar, tidak lemas, lesu, dsb

serta tidak mengantuk ketika belajar di sekolah) ?

7. Apakah anda memiliki Kartu Suplementasi Gizi atau Buku Rapor Kesehatanku?

70
Panduan Wawancara Mendalam

Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Tambah Darah


Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

Programmer Kefarmasian

Nama :

Hari/tanggal wawancara :

1. Apakah ada dana yang dialokasikan khusus untuk proses pengadaan tablet tambah

darah bagi remaja putri?

2. Darimana sumber dana yang diperoleh dalam pelaksanaan program suplementasi

tablet tambah darah bagi remaja putri?

3. Darimana pengadaan tablet tambah darah? (Pusat, Provinsi, atau Kabupaten)

4. Bagaimana proses pengadaan tablet tambah darah?

5. Bagaimana alur penyaluran tablet tambah darah?

71
Panduan Wawancara Mendalam

Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Tambah Darah


Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

Kepala Seksi Gizi

Nama :

Hari/tanggal wawancara :

1. Bagaimana proses perencanaan sasaran dan kebutuhan tablet tambah darah


remaja putri?
2. Bagaimana cara anda menentukan jumlah sasaran dalam pengadaaan tablet
tambah darah bagi remaja putri?
3. Apakah ada format pelaporan pendistribusian tablet tambah darah remaja putri?
4. Apakah pernah dilakukan sosialisasi tentang tablet tambah darah remaja putri?
(kapan, dimana, berapa kali)
5. Bagaimana cara memonitoring kegiatan pemberian tablet tambah darah remaja
putri?
6. Bagaimana cara mengevaluasi kegiatan pemberian tablet tambah darah remaja
putri?
7. Apakah ada tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut?
(Jika Ya, apa saja yang dilakukan dan jika Tidak, apa alasannya)
8. Berapa cakupan kegiatan pemberian tablet tambah darah remaja putri tahun 2016,
tahun 2017, dan semester 1 tahun 2018?

72
Panduan Wawancara Mendalam

Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Tambah Darah


Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

TPG Puskesmas

Nama :

Hari/tanggal wawancara :

1. Sejak kapan proses pemberian tablet tambah darah ini dilakukan?


2. Apakah semua SMP/SMA sederajat diberikan tablet tambah darah?
3. Bagaimana ketersediaan tablet tambah darah bagi remaja putri di Puskesmas
Kulisusu?
4. Apa yang dilakukan jika jumlah tablet tambah darah bagi remaja putri yang tersedia
kurang / berlebih?
5. Siapa saja tenaga kesehatan yang turut terlibat dalam program pemberian tablet
tambah darah bagi remaja putri?
6. Apakah uraian tugas dari masing-masing tenaga kesehatan yang terlibat tersebut?
7. Bagaimana ketersediaan alat dan bahan evaluasi seperti leaflet/brosur/buku lembar
balik dalam program pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri?
8. Berapa kali dilakukan pendistribusian tablet tambah darah di sekolah?
9. Bagaimana anda melakukan monitoring terhadap kepatuhan remaja putri dalam
mengonsumsi tablet tablet tambah darah?
10. Bagaimana bentuk pelaporan dan monitoring kepatuhan remaja putri dalam
mengonsumsi tablet tablet tambah darah?
11. Berapa cakupan kegiatan pemberian tablet tambah darah bagi remaja putrid?

73
Panduan Wawancara Mendalam

Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Tablet Tambah Darah


Pada Remaja Putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

Guru UKS

Nama :

Hari/tanggal wawancara :

1. Sejak kapan proses pemberian tablet tambah darah ini dilakukan?

2. Apakah ada jadwal minum tablet tambah darah bersama di sekolah?

3. Apakah semua remaja putri mendapatkan tablet tambah darah?

4. Bagaimana dengan remaja putri yang tidak masuk sekolah pada saat

pendistribusian?

5. Bagaimana tempat penyimpanan tablet tambah darah?

6. Apakah ada buku pencatatan pendistribusian? (seperti Kartu Suplementasi Gizi dan

Buku Rapor Kesehatanku)

7. Apakah di sekolah pernah dilakukan sosialisasi tentang pemberian tablet tambah

darah remaja putri?

8. Siapa yang melakukan sosialisasi, berapa kali, dan kapan dilakukan?

9. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang anemia dan tentang pemberian tablet tambah

darah bagi remaja putri?

74

Anda mungkin juga menyukai