Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Keluarga


1.1.1 Definisi Keluarga
Menurut Depkes RI 1988 (dalam buku Sulistyo 2012) keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dan dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup
bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tingga bersama dan
saling menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai generasi peneus, saling
pengertian dan saling menyayangi. (Murray & Zentner, 1997) dikutip dari (Achjar, 2010)

1.1.2 Struktur Keluarga


Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam (Santun,2008) di antaranya adalah:
1. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Matrrilineal adalah keluarga sederah yang terdiri atas sanak saudarah dalam
beberapa generasi di mana hubungan itu disusn melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sederah
istri.
4. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sederah
suami.
5. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami
istri.

1.1.3 Ciri Ciri Keluarga


Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi, 2008):
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan
yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan
garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
Adapun Ciri keluarga Indonesia menurut Setiadi (2008):
1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong.
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3) Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara
musyawarah.

1.1.4 Tipe Keluarga


Menurut Muwarni (2008) dalam Jurnal (Graham, Blentic, Duque, &Begbie, 2008) di
sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa
anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya
seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1. The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah
2. The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama : sosialisasi anak dengan melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui
pernikahan.
5. Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami – istri
(marital partners).
6. Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alas an
tertentu.
7. Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga bersama yang saling
merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama atau berdekatan
satu sama lainnya dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam
waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanent karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11. Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam
kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
1.1.5 Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1986) dalam (Santun, 2008) mengidentifikasi lima fungsi
keluarga, sebagai berikut:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam
keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang perlu dipenuhi
oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan
dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka
fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah
laku yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga.
Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di
dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-
orang yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi
atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan
keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami
dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat
dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakana
tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. (Graham et al., 2007)

1.1.6 Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah
selebihnya bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi
dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana Child Bearing.
8) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah
(sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan merencanakan
kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan
lebih luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua.hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga,
berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini
adalah :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan
waktu santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

1.1.7 Tugas Keluarga Dalam Kesehatan


Menurut Freedman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang
harus dilakukan, yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu
segera dicatat kapan erjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar
perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain
dilingkungan sekitar keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk
memperoleh tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

1.1.8 Peran Perawat dalam Keluarga


Setiadi (2008) mengatakan dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah
a. Pengenal kesehatan (health monitor)
Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan dari keadaan normal tentang
kesehatannya dengan menganalisa data secara objektif serta membuat keluarga sadar akan
akibat masalah dalam perkembangan keluarga.
b. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit
Dengan memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga
Yaitu berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluaraga baik secara
berkelompok maupun individu.
d. Fasilitator
Yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau oleh keluarga
dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.
e. Pendidik kesehatan
Yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.
f. Penyuluh dan konsultan
Yaitu berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar dalam
keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat tidak dapat bekerja
sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja sama dengan profesi lain untuk
mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan baik.

2.1. Konsep Teori Kardiomegali

2.1.1 Pengertian Stroke


Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak (Suzanne). Stroke adalah kerusakan
sirkulasi dalam satu atau lebih pembuluh darah yang menyediakan darah pada otak.
Penyediaan oksigen dan darah ke otak menjadi kurang atau berhenti, yang kemudian merusak
atau memusnahkan area – area tertentu dalam jaringan otak (discases penyakit ). Stroke
merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di indonesia,
serangan otak ini merupakan kegawat daruratan media yang harus ditangani secara cepat,
tepat dan cermat.
2.1.2 Klasifikasi Stroke
Berdasarkan perjalanan penyakit atau stadiumnya:
1) Transtient Iskemia Attach (TIA)
Yaitu gangguan neurologik setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai
beberapa jam saja, gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna
dalam waktu kurang dari 24 jam
2) Stroke in evolution ( SIE)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya terjadi secara bertahap
3) Completeted stroke iskemic (CSI)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya bersifat menetap
4) Reversible iscemic neurological defisit (RIND)
Yaitu stroke yang mirip dengan transient iskemik attack hanya saja kelainan yang ada
menghilang sesudah berlangsung lebih dari 24 jam
Berdasarkan penyebabnya, stroke dibedakan menjadi 2:
1) Stroke hemorhagic
Merupakan perdarahan cerebral dan mungkin perdarahan sub arachnoid.
Disebabkan oleh pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu biasanya
kejadiannya saat melakukan aktifitas atau saat aktif namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
2) Stroke non hemorhagic
Dapat berupa ischemia atau emboli dan trombosis cerebral, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksi dan selanjutnya
dapat timbul oedema skunder. Kesadaran umumnya baik.

2.1.3 Etiologi Stroke


Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:
1) Trombosis cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan
gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
2) Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli :

a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)


b. Myokard infark
c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong
sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3) Tumor otak
4) Hemorhagic
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
mungkin herniasi otak.
5) Tekanan darah tinggi
6) Kelemahan dinding arteri
7) Cidera kepala
8) Faktor resiko
Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit atau kelainan
yang memiliki potensi untuk memudahkan seseorang mengalami serangan stroke
pada suatu saat.
a. Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Ras
4) Genetik
b.Faktor resiko yang dapat diubah atau dikendalikan diantaranya :
1) Hipertensi
2) Diabetes mellitus
3) Penyakit jantung
4) Riwayat trans iskemik atau stroke sebelumnya
5) Merokok
6) Kolesterol tinggi
7) Obesitas
8) Obat-obatan (kokain, ampetamine, ekstasi dan heroin)

2.1.4 Manifestasi Klinis Stroke


Adapun gejala klinis stroke menurut Batticaca (2008), dibedakan menurut jenis
stroke, antara lain :

1. Gejala klinis pada stroke hemoragi :

a. Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodromal yang terjadi pada saat
istrahat atau bangun pagi.

b. Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran.

c. Terjadi terutama pada usia > 50 tahun.

d. Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh
darah dan lokasinya.

2. Gejala klinis pada stroke nonhemoragi :

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparase) yang timbul


mendadak.

b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik).

c. Perubahan mendadak pada status mental.

d. Tidak lancar berbicara atau tidak dapat berbicara.

e. Bicara cadel.

f. Tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran.


g. Mual dan muntah.

h. Nyeri kepala.

2.1.5 Patofisiologi Stroke


Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap yaitu 50 ml/ menit
/ 100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang mengembangkan arteri pada waktu
hipotensi yang menguncup waktu hipertensi. Apabila tekanan darah tinggi terus menerus
terjadi maka dapat menimbulkan perubahan atroklerotik karena perfusi dapat menyebabkan
perdarahan intra kranial. Ruptur arteri juga dapat menyebabkan perdarahan yang akan
menimbulkan ekstavasasi darah ke jaringan otak sekitarnya. Darah yang merembes ini dapat
menekan, mengiritasi, dan menimbulkan fase spasme arteri hemisfer otak.
Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah sehingga timbul
iskemik focal dan infark jaringan otak. Daerah ini akan mengalami defisit neurologis yang
berupa hemiparalisis. Keluarnya darah yang mendadak dari pembuluh darah otak dapat
meningkatkan tekanan darah cerebrospinalis, hilang kesadaran maupun gegar otak. Koma
terjadi karena apabila daerah ekstravasal terjadi hematoma yang menimbulkan penekanan
pada seluruh isi kranial (Dr. H. Soedomo)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penyakit stroke adalah:

a. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti


perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
b. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
c. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis,
emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak sepintas.
Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik
subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus
thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark,
hemoragik, dan malformasi arteriovena.
e. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
f. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis
serebral.

2.1.7 Komplikasi Stroke


Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke adalah:

a. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.


Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada
tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
b. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin
penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan
hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral
dan potensi meluasnya area cedera.
c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak
dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan
curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

2.1.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan

1.Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai berikut:

1) Berusaha menstabilkan tanda – tanda vital


2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak
pasif
2. Tindakan konservatif
1) Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin intra arterial
3) Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi. Trombosis yang terjadi ulcerasi alteroma
3. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah cerebral, misalnya pada
tindakan endarterectomy carotis.
b. Penatalaksanaan Di Rumah

Prinsip dalam merawat pasien stroke dirumah adalah:

1. Membantu mencegah kecacatan menjadi seminimal mungkin

2. Melatih pasien mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari

3. Meningkatkan rasa percaya diri pasien

4. Mencegah terulangnya stroke

Pasien Pasca Stroke

Masalah-masalah yang mungkin dialami pasien pasca stroke dan cara keluarga
mengatasinya, antara lain :

1. Kelumpuhan/ kelemahan

Apabila sewaktu pulang kerumah pasien belum mampu bergerak sendiri,


aturlah posisi pasien senyaman mungkin, tidur terlentang atau miring ke salah satu
sisi, dengan memberi perhatian khusus pada bagian lengan atau kaki yang lemah.
Posisi tangan dan kaki yang lemah sebaiknya diganjal dengan bantal, baik pada saat
berbaring atau duduk untuk memperlancar arus balik darah ke jantung dan mencegah
terjadinya bengkak pada tangan dan kaki. Keluarga dan pengasuh dapat mencegah
terjadinya kekakuan tangan dan kaki yang lemah dengan melakukan latihan gerak
sendi, melanjutkan latihan yang telah dilakukan di rumah sakit. Sebaiknya latihan
dilakukan minimal 2x sehari. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan
otot latihan harus dilakukan oleh fisioterapi 3-4x seminggu, sedangkan sisa hari yang
lain dapat dilakukan oleh keluarga atau pengasuh. Keluarga juga dapat membantu
pasien berjalan kembali dengan cara berdirilah disisi yang lemah atau di belakang
pasie untuk memberi rasa aman pada pasien. Hindari penggunaan alat bantu jalan
kecuali jika diperlukan sesuai anjuran fisioterapis.

2. Mengaktifkan tangan yang lemah

Anjurkan pasien makan, minum, mandi atau kegiatan harian lain menggunakan
lengan yang masih lemah dibawah pengawasan pengasuh. Dengan mengaktifkan
tangan yang lemah akan memberikan stimulasi pada sel-sel otak untuk berlatih
kembali aktifitas yang dipelajari sebelum sakit.

3. Gangguan sensibilitas (rasa kebas atau baal)

Keluarga sebaiknya menghampiri dan berbicara dengan pasien dari sisi tubuh
yang lemah. Saat berkomunikasi, pengasuh dapat menyentuh dan menggosok tangan
dengan lembut yang mengalami kelemahan. Keluarga dianjurkan memberi motivasi
kepada pasien agar menggunakan tangan yang lemah sebanyak dan sesering mungkin
dan menjauhkan dan menghindarkan barang atau keadaan yang dapat membahayakan
keselamatan pasien, misalnya nyala api, benda tajam dan benda berbahaya lainnya.
Keluarga juga harus selalu mengingatkan pasien untuk tidak mencoba sesuatu,
misalnya air panas dengan tangan yang lemah.

Hal yang perlu di perhatikan dalam perawatan pasien pasca stroke di rumah
adalah :

1. Posisi tempat tidur dan terapi fisik untuk stroke. Tempat tidur ideal untuk
pasien stroke adalah tempat tidur yang padat dengan bagian kepala cukup
keras untuk menopang berat ketika disandarkan. Membalikkan pasien dari satu
sisi ke sisi lainnya dan mengubah posisi lengan dan tungkai setiap 2 jam.
Pijatlah tungkai yang lumpuh 1-2 kali sehari. Menopang tungkai yang lemah
dengan bantal. Dan ini pula merupakan bagian dari cara merawat pasien
stroke.
2. Membalik pasien. Untuk membalik pasien di tempat tidur, orang yang
merawat harus menyelipkan lengan mereka di bawah tubuh penderita stroke
dan menarik pasien ke arah mereka. Jika pasien sudah berputar, bukalah dan
kencangkan sprei di bawahnya. Punggung pasien diperiksa untuk melihat
tanda-tanda dekubitus. Karena dengan pasien yang terbaring lemah di tempat
tidur dalam jangka waktu lama akan bisa menimbulkan tanda-tanda dekubitus
termasuk tanda dekubitus pasien stroke.
3. Perawatan kulit pada pasien stroke. Sama halnya dengan di atas, bahwa tujuan
perawatan kulit penderita stroke ini juga mencegah adanya dekubitus.
Membersihkan kulit dengan air hangat, spons dan sedikit antiseptik atau sabun
paling tidak sehari sekali. Kulit penderita harus dijaga tetap kering dan bila
perlu diberi bedak.
4. Perawatan Mata dan Mulut. Pada pasien yang mengalami kesulitan dalam
menelan dan minum maka pada bagian mulutnya pula harus dibersihkan
dengan sikat yang lembut dan lembab. Menggunakan kain lembab yang bersih
ketika membersihkan kelopak mata bila diperlukan.
5. Menelan dan Makan. Dalam hal membantu mengatasi kesulitan dalam
menelan ini dipelukan pula bantuan ahli terapi wicara dan juga ahli gizi akan
bisa memberikan nasehat berkaitan dengan konsistensi makanan serta
minuman yang sesuai. Bila mengalami gangguan menelan, bila perlu
memberikan makanan melalui selang (NGT Nas Gastric Tube) yaitu selang
yang dimasukkan dari hidung sampai dengan lambung untuk memudahkan
pemberian makanan. Untuk mencegah tersedak dan juga pneumonia aspirasi,
semua makanan harus dimakan dalam keadaan duduk, jangan dengan
berbaring.

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


3.1.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahapan dimana seseorang perawat mengambil informasi secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar yang
digunakan mengkaji status keluarga adalah :

1. Data umum
a. Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan.
b.Tipe keluarga
c. Suku bangsa
d.Agama
e. Status social dan ekonomi keluarga
f. Aktifitas rekreasi keluarga.
2. Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan pada tahap ini
b.Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti.
3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
b.Karakteristik tetangga
c. Mobilitas geografis keluarga
d.Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. System pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
b.Struktur kekuatan keluarga
c. Struktur peran
d.Nilai atau norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a. Funsi afektif
b.Fungsi sosialisasi
c. Fungsi reproduksi
d.Fungsi ekonomi
e. Fungsi perawatan kesehatan
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek
b.Kemampuan keluarga bersepons terhadap situasi atau stressor
c. Strategi koping yang digunakan
d.Strategi adaptasi disfungsional
e. Harapan keluarga
7. Pemeriksaan fisik
Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnose Tujuan Kriteria Standart Evaluasi Rencana Intervensi


keperawatan Evaluasi

Kurangnya Tujuan umum: Respon 1. Keluarga dapat 1. Memberikan


pengetahuan setelah dilakukan verbal menjelaskan pendidikan kesehatan
berhubungan kunjungan rumah pengertian, penyebab, mengenai pengertian,
dengan selama 4 hari tanda dan gejala stroke. tanda dan gejala dari
Ketidakmamp diharapkan kelurga stroke.
2. Keluarga dapat
uan keluarga mampu mengambil
menyebutkan 2. Memberikan
mengenal keputusan.
klasifikasi stroke. pendidikan kesehatan
masalah
Tujuan khusus : mengenai klasifikasi
kesehatan 3. Keluarga dapat
setelah dilakukan stroke.
keluarga mengerti tentang
tindakan
penyebab stroke. 3. memberikan
keperawatan 6x60
pendidikan kesehatan
menit keluarga 4. keluarga dapat
mengenai penyebab
mampu: menyebutkan
stroke.
komplikasi dari stroke.
1.mengenal masalah
4. Memberikan
kesehatan keluarga
pendidikan kesehatan
2.mengambil mengenai komplikasi
keputusan dar stroke

3.merawat anggota
keluarga yang sakit

4.memeanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan

Gangguan Tujuan umum: Respon 1. Keluarga dapat Memberikan


rasa nyaman setelah dilakukan verbal menjelaskan pendidikan kesehatan
nyeri kunjungan ke rumah pengertian mengenai pengertian,
berhubungan selama 4 hari penyebab, tanda tanda dan gejala dari
dengan diharapkan nyeri dan gejala hipertensi.
ketidakmamp berkurang. hipertensi.
2. membantu
uan keluarga 2. Keluarga mampu
Tujuan khusus: keluarga dalam
merawat mengambil
setelah dilakukan memutuskan
anggota keputusan jika
tindakan keputusan yang tepat.
keluarga yang anggota keluarga
keperawatan selama
mengalami ada yang terkena 3. memberikan
6x60 menit keluarga
nyeri hipertensi. pendidikan kesehatan
mampu :
hipertensi 3. Keluarga mampu dalam merawat
1.mengenal masalah merawat anggota anggota keluarga
kesehatan keluarga dengan yang hipertensi

2.mengambil hipertensi. 4. membantu


keputusan 4. Keluarga mampu keluarga mengnal dan
mengubah faktor mengubah faktor
3.merawat anggota
lingkungan yang lingkungan yang
yang sakit
menyebabkan menybabkan
4.memodifikasi hipertensi. hipetensi.
lingkungan 5. Keluarga mampu
5. membantu
memanfaatkan
5.memanfaatkan keluarga dalam
fasilitas
fasilitas pelayanan mencari fasilitas
kesehatan yang
kesehatan. kesehtan yang
ada
tersedia.

Ketidakmamp Tujuan umum: Respon 1. Keluarga mengetahui 1. memberikan


uan keluarga setelah dilakukan Verbal cara merawat anggota pendidikan kesehatan
merawat kunjungan ke rumah yang sakit. tentang diet yang
anggota selama 4 hari benar untuk anggota
2.keluarga berperan
keluarga yang diharapkan keluraga yang terkena stroke.
aktif dalam proses
sakit dapat melakukan
penyembuhan klien 2. Memberikan
perawatan mengenai
pendidikan tentang
penyakit stroke. pentingnya support
keluarga dalam
Tujuan khusus:
proses penyembuhan
setelah dilakukan
klien.
tindakan
keperawatan selama
4x60 menit keluarga
mampu :

1..merawat anggota
yang sakit.

2.memodifikasi
lingkungan

3.memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan.

Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya


(Santun, 2008). Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan keperawatan keluarga menurut
Harmoko (2012) adalah sumber daya dan dana keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat
istiadat yang berlaku, repon dan penerimaan keluarga serta sarana dan prasarana yang ada
dalam keluarga.

Sumber daya dan dana keluarga yang memadai diharapkan dapat menunjang proses
penyembuhan dan penatalaksaan menjadi lebih baik.sedangkan tingkat pendidikan keluarga
juga mempengaruhi keluarga dalam menganal masalah dan keputusan yang diambil. Adat
istiadat dan kebudayaan yang berlaku dalam keluarga akan mmepengaruhi pengambilan
keputusan tentang pola pengobatan dan penatlaksanaan. Demikian juga respon dan
penerimaan anggota keluarga yang sakit akan mempengaruhi keluraga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit.

Evaluasi Keperawatan
Menurut Santun (2008) evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatn
keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai
yang ditetapkan dalam perencanaan keperawatan. Apabila setalah dilakukan evaluasi tujuan
tidak tercapai maka ada beberapa kemungkinan yang perlu ditinjau kembali yaitu :

1. Tujuan tidak realistis


2. Tindakan keperawatan yang tidak tepat
3. Faktor-faktor lingkungan yang tidak bisa diatasi
Evaluasi dapat dilaksankan dengan dua cara, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif (Santun, 2008) yaitu dengan SOAP, dengan pengertian “S” ialah ungkapan
perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan, “O” ialah keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh
perawat menggunakan pengamtan. “A” ialah analisis perawat setelah mengethui respon
keluarga secara subjektif, “P” ialah perencanaan selanjutnya stelah perawat melakukan
tindakan.
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan keluarga dengan Stroke di Desa Dengkol
Kec. Singosari Kab. Malang

Nama : Vita Rahayu

NIM : 1601200019

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Anda mungkin juga menyukai