Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui
dan memahami konsep community health nursing (CHN).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian keperawatan komunitas
b. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan CHN
c. Untuk mengetahui peran perawat komunitas
d. Untuk mengetahui fungsi perawat komunitas
e. Untuk mengetahui standar dan etik keperawatan
f. Untuk mengetahui unsur dan elemen CHN

1.3. Manfaat Penulisan


1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi dan bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi
Ilmu Kesahatan Wira Medika PPNI Bali mengenai konsep community health
nursing (CHN).
2. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan memberikan informasi kepada
mahasiswa tentang konsep community health nursing (CHN).

1.4. Metode Penulisan


Adapun metode penulisan yang kami lakukan dalam penulisan makalah
ini, yaitu:
1. Pengumpulan sumber data melalui studi perpustakaan.
2. Mencari literatur di internet.
3. Diskusi kelompok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keperawatan Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas merupakan sintesa dari praktik
keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat, yang sebagian besar tujuannya
adalah menjaga serta memelihara kesehatan komunitas. American Nurses
Association (ANA) pada tahun 2004 mendefinisikan keperawatan kesehatan
komunitas sebagai tindakan untuk meningkatakan dan mempertahankan kesehatan
komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
dari populasi dengan mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan sesuai
dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat. Praktik tersebut dilakukan secara
komprehensif, tidak terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak
terbatas pada perawatan yang bersifat episodik (Widyanto, 2014).
Menurut Depkes (2006), menjelaskan bahwa keperawatan kesehatan
masyarakat (perkesmas) pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan profesional
yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok risiko tinggi. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit
(preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention) dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra kerja (partner) dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan keperawatan.
Perkesmas merupakan salah satu kegiatan pokok puskesmas yang sudah
ada sejak konsep puskesmas diperkenalkan. Perkesmas sering disebut dengan
public health nursing (PHN) namun saat ini lebih tepat disebut dengan community
health nursing (CHN). Perubahan istilah public menjadi community, terjadi di
banyak negara karena istilah public sering kali dihubungkan dengan bantuan dana
atau subsidi pemerintah (government subsidy atau public finding). Sementera,
perkesmas dapat dikembangkan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh
masyarakat atau swasta, khususnya pada sasaran individu (UKP) sebagai contoh
adalah perawatan kesehatan individu di rumah (home health nursing) (Depkes,
2006 dalam Efendi & Makhfudli, 2009)

2.2 Strategi Pelaksanaan CHN


Untuk dapat melaksanakan praktek keperawatan kesehatan masyarakat
dengan berhasil guna dan bedaya guna, diperlukan berbagai strategi yang
ditempuh, terutama yang menyangkut tenaga, pengeloloan, dan partisipasi
masyarakat secara aktif, melalui:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola dan pelaksana
perawatan kesehatan masyarakat diberbagai tingkat pelayanan melalui
pendidikan dan pelatihan.
2. Meningkatkan kemampuan managemen pengelola dan pelaksana sehingga
dapat mencapai hasil secara optimal.
3. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sectoral diantara instansi
terkait dengan program perawatan kesehatan masyarakat.
4. Membantu masyarakat mulai dari tahap identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian dengan cara :
a. Pendidikan dan pelatihan kader
b. Bimbingan teknik di lapangan
c. Pendidikan kesehatan
d. Pelayanan kesehatan dasar
5. Pembinaan keluarga binaan/masyarakat binaan yang rawan terhadap
masalah kesehatan.
6. Mengadakan koordinasi dengan seluruh upaya kesehatan pokok puskesmas
dalam memberikan pelayanan yang comprehensive baik di dalam dan diluar
gedung sesuai dengan fungsi puskesmas.
Agar pelaksanaan perawatan komunitas dapat berhasil guna dan berdaya
guna, diperlukan berbagai strategi, terutama yang menyangkut tenaga, pengelola,
dan partisipasi masyarakat secara aktif dengan Strategi intervensi mancakup 3
aspek: proses kelompok, pendidikan kesehatan, kerjasama (partnership).
Misalnya, melalui kegiatan:
1. Diklat : untuk peningkatan pengetahuan & ketrampilan tenaga pengelola
dan pelaksana perawatan komunitas diberbagai tingkat pelayanan .
2. Meningkatkan kemampuan managemen perawatan komunitas, sehingga
dapat mencapai hasil yang optimal
3. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait
4. Membantu masyarakat dalam penyelesaian masalah kesehatan melalui
kegiatan : Diklat kader, Bimbingan teknik di lapangan, Pendidikan kesehatan,
Pelayanan kesehatan dasar.
5. Pembinaan keluarga / masyarakat rawan kesehatan
6. Mengadakan koordinasi dengan seluruh upaya kesehatan pokok
Puskesmas dalam memberikan pelayanan yang komprehensif sesuai dengan
fungsi Puskesmas.
Intervensi keperawatan komunitas berupa:
1. Home visite, menemukan kasus, home nursing, terapi keperawatan, observasi
keperawatan
2. Mengorganisasi masyarakat, diklat Kader, pendidikan kesehatan, mendorong
partisipasi aktif masyarakat
3. Mengembangkan kerjasama lintas program dan sektor
4. Bimbingan dan konseling keperawatan
5. Terapi medis (bersifat kolaboratif dengan dokter)
6. Memanfaatkan fasilitas kesehatan, rujukan keperawatan dan non keperawatan

2.3 Peran Perawat Komunitas


Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam unit sosial. Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Banyak
peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya
adalah (Widyanto, 2014):
1. Pemberian asuhan keperawatan (care provider)
Peran perawat sebagai care provider ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat berupa asuhan keperawatan masyarakat yang utuh
(holistic) serta berkesinambungan (komprehensif). Asuhan keperawatan dapat
diberikan secara langsung maupun tidak langsung pada berbagai tatanan
kesehatan meliputi di puskesmas, ruang rawat inap puskesmas, puskesmas
pembantu, puskesmas keliling, sekolah, panti, posyandu, dan keluarga.
2. Peran sebagai pendidik (educator)
Peran sebagai pendidik (educator) menuntut perawat untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku
seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Perawat bertindak sebagai pendidik kesehatan harus mampu mengkaji
kebutuhan klien yaitu kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat,
pemulihan kesehatan dari suatu penyakit, menyusun program penyuluhan
atau pendidikan kesehatan baik sehat maupun sakit. Misalnya penyuluhan
tentang nutrisi, senam lansia, manajemen stress, terapi relaksasi, gaya hidup
bahkan penyuluhan mengenai proses terjadinya suatu penyakit.
3. Peran sebagai konselor (counsellor)
Perawat sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai usaha
memecahkan masalah secara efektif. Pemberian konseling dapat dilakukan
dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4. Peran sebagai panutan (role model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat.
5. Peran sebagai pembela (advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien
adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk diantaranya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien.
6. Peran sebagai manajer kasus (case manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas
dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
7. Peran sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.
Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang
akan dilaksanakan.
8. Peran sebaga penemu kasus (case finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-
masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap
status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi
dan pengumpulan data.
Menurut CPHA (The Canadian Public Health Association) dalam
Swarjana (2014), terdapat beberapa peran perawat kesehatan komunitas yang
terkait dengan promosi kesehatan (health promotion), pencegahan penyakit dan
injuri (disease and injury preventation), perlindungan kesehatan (health
protection), surveilen kesehatan (health surveillance), pengkajian kesehatan
populasi (population health assessment), kesiapsiagaan dan tanggap darurat
(emergency preparedness and response).
1. Promosi kesehatan
a. Mendorong adopsi terhadap keyakinan kesehatan, sikap dan perilaku
yang berkontribusi terhadap kesehatan populasi secara keseluruhan. Hal
ini dapat dilakukan melalui kebijakan kesehatan, aksi yang berbasis
komunitas (community based action), partisipasi masyarakat, advokasi
ataupun aksi tentang lingkungan dan determinan kesehatan yang terkait
dengan sosial ekonomi, serta keadilan dalam bidang kesehatan.
b. Mendukung perubahan kebijakan kesehatan untuk memodifikasi fisik
dan lingkungan sosial yang berkontribusi terhadap risiko.
c. Membantu masyarakat, keluarga, individu untuk ikut bertanggung jawab
dalam membangun, memelihara dana tau meningkatkan kesehatan
mereka dengan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk
mempengaruhi determinan kesehatan.
d. Bekerja dengan orang lain dan mempengaruhi proses untuk
meningkatkan perencanaan komunitas, kelompok atau individu yang
akan membantu masyarakat untuk merencanakan, mengatasi dan
mengelola perubahan.
e. Mendorong pengembangan keterampilan komunitas, keluarga, dan
individu sehingga mereka dapat belajar untuk menyeimbangkan pilihan
dengan tanggung jawab sosial dan pada gilirannya, membuat masa
depan yang sehat untuk semua.
f. Menginisiasi dan berpartisipasi dalam aktivitas promosi kesehatan
dalam kemitraan dengan pihak lain seperti komunitas dan dengan rekan
di sektor lain.
2. Pencegahan penyakit dan injuri
a. Menurunkan risiko wabah penyakit menular, termasuk identifikasi awal,
investigasi, pelacakan kontak, langkah-langkah pencegahan, dan aktivitas
untuk mempromosikan perilaku yang aman.
b. Mengaplikasikan prinsip-prinsip epidemiologi dan pengetahuan proses
penyakit untuk mengelola dan mengontrol penyakit-penyakit menular
menggunakan teknik pencegahan, pengendalian penyakit menular,
konseling perubahan perilaku, manajemen wabah, surveillance,
imunisasi, pelayanan yang episodik, dan manajemen kasus.
c. Menggunakan teknologi yang tepat untuk pelaporan dan tindak lanjut.
d. Menggunakan strategi yang efektif untuk menurunkan faktor risiko
yang dapat berkontribusi terhadap penyakit kronis dan kecacatan, hal ini
termasuk perubahan sosial dan lingkungan ekonomi dan ketidakadilan
yang dapat meningkatkan risiko.
e. Membantu individu dan keluraga untuk mengadopsi perilaku kesehatan
yang menurunkan kemungkinan terkena penyakit, injuri dan atau
kecacatan.
f. Mendorong perubahan perilaku untuk meningkatkan hasil di bidang
kesehatan.
3. Perlindungan kesehatan
a. Bertindak dalam kemitraan dengan rekan-rekan kesehatan masyarakat,
pemerintah, dan lembaga lainnya dalam memastikan keamanan air, udara
dan makanan; mengontrol penyakit-penyakit menular, dan memberikan
perlindungan dari ancaman lingkungan.
b. Mengajak pemimpin mengidentifikasi isu-isu yang membutuhkan
perhatian dan menawarkan saran dalam kesehatan masyarakat kepada
kelompok termasuk pemerintah kota atau kabupaten tentang dampak
kesehatan masyarakat dari kebijakan dan regulasi.
c. Bekerja dengan individu, keluarga dan komunitas untuk membuat atau
mempertahankan lingkungan yang aman dimana orang-orang dapat
hidup, bekerja dan bermain.
4. Surveilen kesehatan
a. Menyadari adanya data surveilen kesehatan dan menggunakan hal
tersebut untuk pekerjaan sehari-hari.
b. Mengintegrasikan eko-sosial surveilen dengan fokus yang lebih luas,
kondisi multi level yang berkontribusi terhadap ketidakadilan dalam
kesehatan.
c. Memobilisasi jaringan formal dan informal untuk mengumpulkan data
secara sistematik dan rutin, serta laporan data kesehatan untuk menelusuri
dan peramalan kejadian kesehatan atau determinan kesehatan.
d. Mengumpulkan dan menyimpan data dalam sistem yang bersifat rahasia;
mengintegrasikan, menganalisis dan menginterpretasi data tersebut.
e. Menyediakan keahlian untuk orang-orang yang mengembangkan atau
berkontribusi untuk sistem surveilen termasuk risk surveillance.
5. Pengkajian kesehatan populasi
a. Menggunakan data surveilen kesehatan untuk meluncurkan pelayanan
baru atau merevisi yang telah ada.
b. Berkontribusi terhadap pengkajian komunitas dan termasuk sudut
pandang masyarakat.
c. Memainkan peran penting dalam memproduksi dan menggunakan
pengetahuan tentang kesehatan komunitas dan faktor yang mendukung
kesehatan atau risiko potensial untuk menghasilkan kebijakan dan
pelayanan yang lebih baik.
6. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat
a. Berkontribusi dan menyadari peran kesehatan masyarakat dalam
merespon keadaan darurat kesehatan masyarakat.
b. Rencana, merupakan bagian dari, dan mengevaluasi respon bencana alam
(banjir, gempa bumi, kebakaran, ataupun wabah penyakit menular) dan
bencana alam buatan manusia (ledakan kimia, radioaktif, ataupun
ancaman biologis) untuk meminimalkan penyakit yang serius, kematian
atau gangguan sosial.
c. Mengkomunikasikan secara detail tentang risiko sub kelompok populasi
yang lebih berisiko tinggi dan mengintervensi atas nama mereka, selama
kondisi darurat kesehatan masyarakat menggunakan saluran komunikasi
yang beragam dan teknik keterlibatan.

2.4 Fungsi Perawat Komunitas


Fungsi merupakan rincian tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu
sama lain untuk dilakukan menurut sifat atau pelaksanaannya. Fungsi
keperawatan komunitas erat kaitannya dengan aspek khusus dari suatu tugas
tertentu dalam komunitas. Adapaun fungsi keperawatan komunitas sebagai berikut
(Widyanto, 2014):
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya di bidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan.

2.5 Standar dan Etik Keperawatan


1. Standar Keperawatan
Standar praktik keperawatan merupakan acuan untuk praktik keperawatan
yang harus dicapai oleh seorang perawat, dan dikembangkan untuk mernbantu
perawat melakukan validasi mutu dan rnengembangkan keperawatan. Standar
praktik keperawatan komunitas merupakan salah satu karakteristik profesi
perawat komunitas yang diperlukan untuk jarninan mutu praktik keperawatan
kornunitas sehingga mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat
dapat dipertahankan pada tingkat optimal.
Menurut Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (DPP PPNI) tahun 1999,standar praktik keperawatan merupakan
kornitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktik
yang dilakukan oleh anggota profesi. Di dalamnya terdapat penegasan tentang
mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang
digunakan sebagai pedoman daJam pemberian pelayanan keperawatan serta tolok
ukur dalam penilaian kerja seorang perawat. Tujuan standar praktik keperawatan
di antaranya sebagai berikut.
a. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memberikan perhatian pada
upaya dan peningkatan kinerja perawat terhadap target pencapaian tujuan.
b. Meminimalkan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat bagi kllen sehlngga
dapat menekan biaya perawatan.
c. Menjaga mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien di
masyarakat, kornunitas, kelompok, dan keluarga.
Menurut ANA (2004), standar praktik keperawatan dapat dibagi dalam 16
standar dengan membagi dalam kompetensi perawat komunitas generalis dan
spesialis. Berikut adalah penjelasan mengenai standar praktik keperawatan
menurut ANA.
a. Standar 1: Pengkajian
Perawat kesehatan kornunitas mengkaji status komunitas menggunakan data,
idcntifikasi sumber surnber yang ada di komunitas, masukan dari komunitas
dan pemangku kepentingan (stakeholder) lain, serta penilaian profesional.
b. Standar 2: Prioritas dan Diagnosis Komunitas
Perawat kesehatan komunitas menganalisis pengkajian data untuk menentukan
prioritas atau diagnosis komunitas.
c. Standar 3: Identifikasi hasil
Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk
merencanakan berdasarkan prioritas atau diagnosis komunitas.
d. Standar 4: Perencanaan
Perawat kesehatan komunitas mengembangkan perencanaan untuk
mengidentifikasi strategi, rencana tindakan, dan alternatif untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
e. Standar 5: Implementasi
Perawat kesehatan komunitas mengimplementasikan rencana yang telah
dlidentifikasi bersama tim kesehatan lain.
f. Standar 5A: Koordinasi
Perawat kesehatan komunitas mengoordinasikan program, pelayanan, dan
aktivitas lain dalam mengimplementasikan reneana yang teridentifikasi.
g. Standar 5B: Pendidikan dan Promosi Kesehatan
Perawat kesehatan komunitas bekerja dengan strategi pendidikan untuk
promosi kesehatan, mencegah penyakit, dan meyakinkan lingkungan yang
nyaman pada komunitas.
h. Standar 5C: Konsultasi
Perawat kesehatan komunitas menyediakan konsultasi pada berbagai
kelompok komunitas dan pemerintah untuk memfasilitasi implementasi
program dan pelayanan.
i. Standar 5B: Aktivitas Pengaturan
Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi, menginterpretasi, dan
mengimplementasikan hukum kesehatan masyarakat, pengaturan, dan
kebijakan.
j. Standar 6: Evaluasi
Perawat kesehatan komunitas melakukan evaluasi status kesehatan komunitas.
k. Standar 7: Kualitas Praktik
Perawat kesehatan komunitas secara sistematis mcnirrgkatkan kualitas dan
efektivitas praktik keperawatan.
l. Standar 8: Pendidikan
Perawat kesehatan komunit.asmemperoleh pengetahuan dan kompetensi yang
menggambarkan praktik keperawatan kesehatan komunitas terkini.
m. Standar 9: Evaluasi Praktik Profesional
Perawat kesehatan masyarakat mengevaluasi praktik keperawatan mandiri
yang sesuai dengan standar dan panduan praktik profesional, sesuai undang-
undang, aturan, dan regulasi,
n. Standar 10: Hubungan Sejawat dan Profesi Lain
Perawat kesehatan komunitas membangun hubungan kesejawatan ketika
berinteraksi dengan wakil komunitas, organisasi, dan pelayanan profesional
serta berkontribusi terhadap pengembanganke1ompok, sejawat, dan lainnya.
o. Standar 11: Kolaborasi
Perawat kesehatan komunitas berkolaborasi dengan perwakilan kornunitas,
organisasi, dan tenaga profesionallain dalam menyediakan dan melakukan
promosi kesehatan pada komunitas.
p. Standar 12: Etik
Perawat kesehatan komunitas harus mengintegrasikan nilai-nilai etik dalam
semua area praktik.
q. Standar 13: Penelitian
Perawat kesehatan komunitas mengintegrasikan hasil penelitian ke dalarn
praktik keperawatan komunitas.
r. Standar 14: Menggunakan Sumber-Sumber
Perawat kesehatan komunitas mempertimbangkan faktor-faktor yang
berhubungan dengan keamanan, efektivitas, biaya, serta dampak praktik pada
komunitas dalam merencanakan dan memberikan peJayanan, program,
maupun kebijakan keperawatan dan kesehatan masyarakat.
s. Standar 15: Kepemimpinan
Perawat kesehatan komunitas menerapkan prinsip kepemimpinan dalam
keperawatan dan kesehatan komunitas.
t. Standar 16: Advokasi
Perawat kesehatan kornunitas melakukan advokasi dan usaha keras untuk
melindungi kesehatan, keamanan, dan hak-hak komunitas.

2. Etik Keperawatan
Etik profesi keperawatan adalah kesadaran atau pedoman yang mengatur
nilai-nilai moral di dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan, sehingga
mutu dan kualitas profesi keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat.
Etik keperawatan sangat penting dihayati oleh para mahasiswa dibidang
keperawatan. Meskipun secara teoritis mahasiswa keperawatan belum terikat oleh
etika keperawatan, tetapi hal tersebut harus sudah dimulai, dipahami dan dihayati
oleh para mahasiswa sebagai bagian kurikulum pendidikan keperawatan dalam
menghadapi tugas dan kewajiban sebagai perawat di masa mendatang.
Etik keperawatan merupakan kesadaran dan pedoman yang mengatur
prinsip-prinsip moral dan etik dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan,
sehingga mutu dan kualitas profesi keperawatan tetap terajaga dengan cara yang
terhomat. Etika keperawatan tersebut antara lain mengandung unsur-unsur
pengorbanan, dedikasi, pengabdian dan hubungan antara perawat dengan klie,
dokter, sejawat perawat, maupun diri sendiri, perilaku etik dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu sebagai berikut:
a. Etik yang berorientasi pada kewajiban
Pedoman yang digunakan adalah apa yang seharusnya dan wajib dilakukan
oleh seseorang untuk mencapai kebaikan dan kebajikan.
b. Etik yang berorientasi dengan larangan
Pedoman yang digunakan adalah apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan
untuk mencapai suatu kebaikan dan kebajikan.
Enam asas etik yang tidak berubah dalam etik profesi kedokteran atau
perawat dan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Asas menghormati otonomi klien (autonomi)
Setelah mendapat informasi yang memadai, klien bebas dan berhak
memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya. Klien berhak untuk
dihormati dan didengarkan pendapatnnya untuk itu perlu adanya persetujuan
tindakan medik (informed consent). Dokter dan perawat tidak boleh memaksa
suatu tindakan atau pengorbanan.
b. Asas manfaat (eneficence)
Semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat untuk menolong klien.
Untuk itu, dokter atau perawat harus menyadari bahwa tindakan atau
pengobatan yang dilakukan benar-benar bermanfaat bagi kesehatan dan
kesembuhan klien. Kesehatan klien senantiasa harus diutamakan oleh para
perawat. Resiko yang mungkin timbul dikurangi sampai seminimal
mungkindan memaksimalkan manfaat bagi klien.
c. Asas tidak merugikan (non-malificence)
Tindakan dan pengobatan harus berpedoman pada prinsip Primum Non
Nocere (yang paling utama, jangan merugikan). Resiko fisik, psikologi,
maupun sosial akibat tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan
hendaknya seminimal mungkin.
d. Asas kejujuran (veracity)
Dokter dan perawat hendaknya mengatakan secara jujur dan jelas apa yang
dilakukan, serta akibat yang dapat terjadi, informasi yang diberikan
hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan kliean.
e. Asas kerahasiaan (confidentiality)
Dokter dan perawat harus menghormati (privacy) dan kerahasian klien, meski
klien telah meninggal.
f. Asas keadilan (justice)
Dokter dan perawat harus berlaku adil dan tidak berat sebelah.
Keenam asas etik di atas dituangkan dalam suatu kesepakatan nasional
yang pada umumnya disebut kode etik keperawatan di Indonsia.

3. Prinsip Dasar dan Etika dalam Kesehatan Komunitas


Prinsip dasar keperawatan kesehatan komunitas ini meliputi:
a. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
b. Empat (4) tingkat sasaran pelayanan kesehatan masalah: individu, keluarga,
kelompok, khusus dan masyarakat.
c. Perawat komunitas selalu mengikut sertakan partisipasi masayarakat dalam
menanggulangi kesehatan mereka sendiri.
d. Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan lebih menekanankan
pada upaya promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) dengan tidak
melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
e. Dasar utama pelayanan kesehatan masyarakat adalah menggukanan
pendekatan pemecahan masalah yang dituangakan dalam proses keperawatan
(Problem Solving Approach).
f. Kegiatan utamanya yaitu, masyarakat secara keseluruhan baik yang sehat
maupun yang sakit.
g. Tujuannnya yaitu meningkatkan fungsi kehidupan, sehingga dapat
menigkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.Penekanan pada
upaya pembinaan perilaku sehat masyarakat.
h. Bekerja secara tim, bukan individu.
i. Meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang
sehat dan sakit
j. ‘Home visit’, membantu mengatasi masalah klien.
k. Pendidikan kesehatan masyarakat merupakan kegiatan utama.
l. Pelaksanaan kesehatan masyarakat mengacu pada sistem pelayanan kesehatan
yang ada.
m. Pelaksanaan pelayanan kesehatan komunitas dilakukan di Puskesmas, panti,
sekolah dan keluarga.
Prinsip Etika Dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas
a. Prinsip kebaikan: mempertimbangkan bahaya dan keuntungan.
b. Prinsip autonomi: individu bebas menentukan tindakan atau keputusannya.
c. Prinsip kejujuran/veracity: menjadi dasar terbinanya sikap percaya sau sama
lain.
2.6 Unsur dan Elemen CHN
Keperawatan kesehatan komunitas lahir dari ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu keperawatan. Keperawatan kesehatan komunitas ini diarahkan untuk
kebutuhan dan masalah kesehatan komunitas dan fokus terhadap komunitas dan
populasi yang berisiko dan rentan terkena penyakit atau masalah kesehatan
lainnya. Hal terpenting dalam keperawatan kesehatan komunitas adalah
kontribusinya terhadap bagaimana meningkatkan kesehatan masyarakat. Berikut
ini beberapa elemen yang sangat esensial dalam community health nursing (dalam
Swarjana, 2014).
1. Prioritas terhadap pencegahan, proteksi dan strategi promosi kesehatan dari
pada curative strategies.
2. Pengukuran dan analisa masalah kesehatan komunitas, termasuk konsep
epidemiologi dan biostatistik.
3. Pengaruh faktor lingkungan terhadap kesehatan masyarakat.
4. Prinsip yang mendasari manajemen dan organisasi kesehatan komunitas
5. Analisis kebijakan dan pembangunan masyarakat, advokasi kesehatan dan
pemahaman terhadap proses politik.
Tiga unsur utama CHN
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio, psiko, sosio, kultural dan spiritual) terhadap
kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas
mengacu kepada falsafah atau paradigma keperawatan secara umum. Yaitu
manusia merupakan titik sentral setiap upaya pembangunan kesehatan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini
disusun falsafah atau paradigma keperawatan komunitas yang terdiri dari empat
komponen dasar, yaitu:

Manusia
(komunitas dengan keluarga
sebagai unit pelayanan dasar)

Keperawatan Kesehatan
(3 level prevensi) (sehat – sakit)

Lingkungan
(bio, psiko, sosial, spiritual)

1. Manusia: Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu/ klien yang


berada pada lokasi atau batas geografis tertentu yang memiliki nilai-nilai,
keyakinan dan minat relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi
keluarga. Komunitas sebagai klien yang dimaksudkan termasuk kelompok
risiko tinggi, natara lain adalah daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh
2. Kesehatan: Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien (komunitas). Sehat merupakan keseimbangan yang
dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stresor.
3. Lingkungan: Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar
klien, yang bersifat biologis, psikologis, sosial kultural dan spiritual.
4. Keperawatan; Intervensi yang bertujuan untuk menekan stresor atau
meningkatkan kemampuan klien (komunitas) menghadapi stresor, melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier.

BAB III
PENUTUP

1.1 Simpulan

1.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca khususnya mahasiswa/i Stikes Wira
Medika PPNI Bali dapat memahami dan mengetahui tentang konsep dasar
penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan sindrom
TURP sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan
sistem perkemihan yang cepat dan tepat dengan masalah yang dialami pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
I: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Swarjana, I Ketut,. 2014. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Denpasar: STIKES
Bali Pres.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Widyanto, Faisalado Candra. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan
Praktis. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai