terapkan?
Katanya tujuan kita sekolah untuk cari ilmu tapi kayaknya kita mungkin sekolah
untuk dapat nilai ujian sempurna aja.
Tapi seperti biasa kita pasti suka mikir gimana caranya biar dapet keuntungan
sebesar besarnya dengan usaha sekecil kecilnya
Dari situ tercetuslah ide brilian yang bernama “’SKS”, Tapi benarkah SKS semujarab
seperti kata orang orang ?
Pada dasarnya SKS merupakan sebuah metode mirip mirip teks proklamasi kemerdekaan indonesia
dimana porsi jangka waktu kerjaan tertentu dikerjakan ‘dalam tempo yang sesingkat singkatnya’.
Biasanya orang yang melakukan SKS adalah mereka yang menunda nunda pekerjaan, beranggapan
masih banyak waktu dan gampang.
Kata orang orang yang melakukannya, SKS membuat otak kita super fresh,
logikanya saat ‘kepepet’ akan memicu ‘hormon adrenaline rush yang bisa
melipatgandakan kemampuan kita melebihi hari hari biasa, TAPI efeknya akan
mengakibatkan stres dan cape yang luar biasa, apalagi jika kita melakukannya
dengan begadang, karena begadang hanya akan membuat memori jangka pendek
yang sifatnya hanya sementara, apalagi begadang akan membuat pagi kita kurang
konsentrasi, moody dan yang pasti ngantuk.
Tapi kalau dampak jeleknya banyak banget kenapa masih banyak orang yang suka menunda nunda ? di
dunia psikologi, sifat menunda sangat akrab dengan istilah ‘Temporal Discount’ artinya menghiraukan
deadline sehingga mengganggap tugas itu kurang penting, misalnya tugas belum penting penting amat
kalau belum mepet mepet deadline, pokoknya “selalu ada alasan jika sesuatu itu belum mengancam
nyawa atau gengsi kita”
Jadi teman teman sudah tau kan efek Sistem Kebut Semalam, berefek banyak untuk kedepannya, masih
banyak waktu untuk menyicil materi, waktu yang diberikan itu 24 jam sehari, 8 jam digunakan untuk
tidur, pergunakan 16 jam mu dengan baik, syukuri helaan nafas tiap detiknya, banyak orang yang
menyesal karena banyak waktu terlewatkan
Swastamika
Tak peduli bagi penghuninya yang ber Sawala mengenai mana yang paling indah katanya
Mereka lupa
Tengadahnya turun
Berkaca, melihat bayangan diri dan apa yang ada diatas sana.
Lantas ia bersenandika
“tidakkah Engkau ciptakan semua ini dengan sia sia? Mengapa aku hanya terfokus pada satu hal dan
lupa mensyukuri yang ada?’