Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh pemberian jengkol pada saluran kemih 6

1
ABSTRACT
Jenkolic acid into xication has been a spesific health problem in Indonesia,
especially in West Sumatra. The clinical manifestation. The patophisilogy was still
unclear yet.The aim of this study to explore the exchange of urinary tract system due to
jengkolic bean consumption.
The study was conducted to 4 group of wistar strain rats. The first group was
control without jengkol bean consumption and another group with jengkol consumption
In differents consentration 150 mg, 300 mg, 400 mg/100 gram body weight respectively.
There were significant of blood acidity (p 0,012) and tend to be increased
according to dosage. Incase of urine pH there were significant differences and (0,001)
and its different trend to follow dosage increment. There were significant correlation
between hyperemia of the kidney (p 0,0228) and haemorrhagic Inpartu urethra (p
0,0000471) with jengkol consumption.
Further research needed to be done to proved jengkolic acid intoxication Inpartu
relation to acid urine and increased of the dosage may be needed.

key words : jenkol, acid,

PENDAHULUAN methionin, cistein dan asam jengkol. Asam


Buah jengkol (pithecolobium lobatum jengkol terdapat sebanyak 1%–2% dari
syn. Pithecolobium jiringa) sangat digemari buah jengkol.(3-5)
oleh golongan tertentu penduduk Indonesia, Oksidasi asam amino yang
terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Di mengandung belerang yang terdapat dalam
Sumatera Barat penduduknya sangat makanan sehari – hari akan membentuk
menyukai masakan jengkol. Pada beberapa asam sulfat (H2SO4). Setiap hari dihasilkan
tempat, misalnya di suatu acara pesta tidak 50 – 100 mEq asam melalui proses ini.
akan berarti apa – apa tanpa adanya Walaupun system buffer ekstrasel dari
masakan jengkol.(1,2) intrasel bekerja dengan baik, jika beban
Asal tanaman jengkol tidak di ketahui asam melalui diet harian ini tidak
pasti tetapi tanaman sudah sejak lama di dikeluarkan melalui urine akan
tanam di Indonesia dan wilayah – wilayah menghabiskan cadangan buffer tubuh.
lain sebelah barat Indonesia seperti Proses yang terjadi melalui tahap berikut :

Thailand dan Malaysia. Di lema yang Ekskresi hydrogen melalui sekresi oleh
menarik dalam konsumsi jengkol adalah sel tubulus proksimal, ansa henle dan
kemanfaatan sebagai sumber karbonhidrat tublus colligentes.
dan kerugian bau yang ditimbulkan serta 
PH urine minimal yang dapat di capai
kemungkinan keracunan akibat asam adalah 4,5.(6)
jengkol.
Tidak satupun text book Urologi Keracunan jengkol disebabkan oleh
ataupun pediatrik non Indonesia yang sumbatan saluran kemih akibat presipitasi
membahas masalah keracunan jengkol. Hal kristal asam jengkol. Pada masa lalu
ini disebabkan oleh penyakit ini spesifik timbulnya keracunan di duga disebabkan
muncul di Indonesia terutama di Jawa oleh kandungan minyak atsiri yang banyak
Barat. Dalam buah jengkol terdapat asam terkomsumsi. Namun akhirnya diketahui
amino mengandung belerang seperti bahwa penyebab keracunan adalah kristal

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.28. Juli– Desember 2004


Pengaruh pemberian jengkol pada saluran kemih 6
2
asam jengkol (jengkolic acid) yang terdapat Penelitian tentang gambaran
dalam buah jengkol.(1,3-5) histopatologi saluran kemih pada manusia
Meskipun telah disepakati bahwa gejala dengan keracunan jengkol memerlukan
keracunan jengkol disebabkan oleh tindakan yang invasif dalam pengambilan
pengendapan kristal asam jengkol yang spesimen. Untuk itu di pilih penelitian pada
menyumbat saluran kemih tapi belum jelas binatang percobaan.
faktor apa yang menyebabkan asam jengkol Pemilihan tikus sebagai percobaan
mengendap. Secara teoritis makin banyak selain di dasarkan pada alasan ekonomis
buah jengkol yang di konsumsi makin dan praktis terlebih lagi pada pengetahuan
tinggi kemungkinan keracunan. Tapi dari tentang fisiologi, anatomi, genetik dan
penelitian tidak terbukti adanya hubungan perangainya sehingga hasil yang bermakna
erat antara jumlah buah jengkol yang di yang dapat di peroleh dari tikus jika di
konsumsi dengan kejadian keracunan interpretasikan dengan baik dapat
jengkol. Dalam kenyataan memang tidak diramalkan kemungkinan pada manusia.(14)
semua pemakan jengkol terserang Dari uraian yang telah disampaikan di
keracunan.(1,3) Faktor alergi seperti yang di atas maka masalah yang akan di teliti adalah
ajukan oleh Van dan hyman, mungkin turut sebagai berikut :
berperan walaupun belum ada bukti yang 1. Apakah pemberian jengkol pada hewan
menyokong. Dengan demikian juga faktor coba dapat menimbulkan keracunan
kerentanan perorangan serta pengaruh jengkol.
makanan lain yang di makan sebelum atau 2. Apakah jumlah jengkol yang diberikan
pada saat yang bersamaan dengan makan berpengaruh terhadap terjadinya
jengkol mugkin berperan.(7) keracunan jengkol.
Oen dkk seperti di kutip Tambunan 3. Apakah pemberian jengkol berpengaruh
dapat membuktikan bahwa asam jengkol pada histopatologi saluran kemih.
selalu ada dalam urine setiap pemakan 4. Apakah terdapat perbedaan pH darah
jengkol, meskipun pada pemeriksaan dan urine antara paparan jengkol dan
mikroskopis tidak selalu ditemukan asam tanpa paparan jengkol.
jengkol. Pada keracunan jengkol hanya 60%
penderita yang di temukan kristal asam Kerangka Pikiran
jengkol.(1) Pemberian jengkol dapat menimbulkan
Sampai saat ini bagaimana perubahan keracunan jengkol dengan berbagai gejala
patologi saluran kemih akibat keracunan seperti adanya tanda sumbatan, anuria,
jengkol belum jelas betul. Usaha untuk hematuria dan ditemukan kristal asam
membuktikan apakah benar kristal asam jengkol pada pemeriksaan sedimen urine.
jengkol menumpuk dan menyumbat saluran Timbulnya keracunan jengkol di pengaruhi
kemih terus dilakukan para peneliti. Mreyen oleh adanya urine dengan suasana asam,
pada percobaan terhadap kelinci hanya sensitifitas terhadap asam jengkol dan
menemukan tanda-tanda hiperemia pada kemungkinan jumlah jengkol yang di
tubulus dan pielum ginjal.(8.) konsumsi. Perobahan yang terjadi pada
Dari hal-hal yang dikemukakan di atas keracunan jengkol dapat terjadi pada
jelaslah bahwa masih banyak hal yang perlu sepanjang saluran kemih mulai dari ginjal
dijelaskan dalam hal keracunan jengkol. sampai ke uretra.
Penelitian tentang jengkol dan segala akibat Kerangka konsep
yang ditimbulkan karena mengkonsumsi
jengkol masih sangat relevan. KONSUMSI
JENGKOL

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.28. Juli– Desember 2004


Pengaruh pemberian jengkol pada saluran kemih 6
3
blok dari ginjal manusia untuk melihat
perobahan histologis akibat paparan dengan
jengkol. Dengan menerapkan hewan coba
maka dari segi metode dan analisis lebih
mudah di lakukan karena dapat dilakukan
ASAM JENGKOL
kontrol terhadap faktor perancu dan bias. Di
pakai tikus Wistar sebagai hewan coba.

Sampel
 KRISTAL  SENSITIFITA Sampel dikelompokan atas 4 kelompok
ASAM KERACUNAN S
secara random, masing-masing di sebut
JENGKOL  PH URIN
JENGKOL
 OBSTRUKSI
dengan kelompok A, B, C dan D. kelompok
 HEMATURIA A adalah kelompok kontrol dengan
 PERUBAHA pemberian bubur tanpa jengkol (plasebo).
N
HISTOPATO SALURAN Kelompok B dengan pemberian 150 mg/100
LOGI KEMIH gram BB tikus, kelompok C dengan 300
mg/100 gram dan kelompok D dengan 150
mg/100 gram.
Dengan pemberian jengkol. Ternyata
walaupun terdapat kenaikan derajat Skema rancangan penelitian :
keasaman darah akan tetapi kadar ion Populasi Randomisasi Sampel
bikarbonas tidak berubah dengan bermakna. Kelompok A

}
Ini dimungkinkan karena masih dapat di Kelompok B
atasi oleh sistem buffer. Barangkali untuk Kelompok C
penelitian selanjutnya perlu di ukur kadar Kelompok D
asam sulfat (H2SO4) untuk membuktikan
bahwa penurunan pH disebabkan oleh Sebagai populasi dari penelitian ini
peningkatan kadar asam sulfat (H2SO4). adalah tikus jenis Wistar yang di peroleh
Pemeriksaan urine yang meliputi dari Laboratorium Farmalogi Jurusan
pemeriksaan pH dan sedimen ternyata Farmasi, FMIPA Universitas Andalas
bahwa rata-rata pH urine kelompok A Padang.
adalah 8,063 ± 0,678, kelompok B 7,563 ± Sampel adalah tikus Wistar jantan,
0,531, kelompok C 7,438 ± 0,674 dan umur berkisar antara 8 – 12 minggu dengan
kelompok D adalah 6,375 ± 0,625 terdapat berat badan antara 200 – 250 gram. Secara
perbedaan pH urine. random di pilih 32 ekor dan selanjutnya
secara random pula di bagi kepada
METODE kelompok A, B, C dan D masing-masing 8
Jenis dan Rancangan Penelitian ekor.
Merupakan penelitian eksperimental
dengan hewan coba ini, peneliti ingin Variabel penelitian
melihat pengaruh jengkol terhadap alat dan Skema hubungan antara variabel adalah
saluran kemih. Hal ini tidak mungkin
dilakukan pada manusia secara langsung SEBAB PENGHUBUNG AKIBAT
karena tidak bisa melihat perobahan alat Bebas Penghubung Variabel
dan saluran kemih secara mikroskopis. Random
Tidak mungkin membuat sediaan parafin

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.28. Juli– Desember 2004


Pengaruh pemberian jengkol pada saluran kemih 6
4
Kendali Reagent Strip buatan Yeong Dong
Pharmaceutical Corporation.
Variabel-variabel diklasifikasikan sebagai
berikut : Derajat Keasaman Darah : derajat keasaman
1. Variabel Bebas : Paparan jengkol. ph darah yang di ukur dengan alat
2. Variabel Random : Berat badan dan spektrofotometer AVL Omni TM.
umur sampel. Kadar Eritrosit Urine : adalah jumlah
3. Variabel Kendali : eritrosit yang di periksa dengan
a. Tikus wistar jantan. menggunakan kamar hitung improved
b. Kandang. Neubauer.
c. Pakan pelet.
d. Minuman air. Kristal Asam Jengkol : adalah adanya
e. Pemeliharaan. kristal asam jengkol pada lapangan pandang
f. Dosis dan cara pemberian bubur bawah mikroskop.
jengkol. Histopatologi Ginjal, Ureta dan uretra
4. Variabel penghubung : pH Urine adalah pemeriksaan histopalogi blok parafin
dan pH darah. dari organ bersangkutan dengan memakai
5. Variabel tergantung : merupakan mikroskop, di periksa oleh ahli patologi
variabel yang akan di teliti. anatomi.
a. Kadar Eritrosit dalam urine.
b. Adanya kristal asam jengkol dalam Cara Kerja
urine. Hewan percobaan di pelihara dengan
c. Histopatologi, ureter dan buli-buli. sebaik-baiknya menurut persyaratan yang
d. Mortalitas. ada sehingga di peroleh kondisi yang
optimal. Kandang yang digunakan adalah
Defenisi Operasional kandang metabolik sedemikian rupa
Pada penelitian ini yang di maksud sehingga kotoran dan urine jatuh langsung
dengan : ke dalam bak penampung secara terpisah,
Paparan jengkol : adalah pemberian bubur urine langsung di tampung dengan tabung
jengkol yang di buat dari rebusan jengkol yang bersih, tidak berkontak dengan tikus.
dengan jumlah yang sesuai dengan kandang ditempatkan dalam suhu kamar
kelompok dan berat badam tikus. Di buat dengan cahaya tak langsung. Makanan
bubur dengan penambahan air matang hewan percobaan menggunkan pellet
menjadi 5 cc. diberikan dua kali sehari produksi PT. Charoen Pok phan, Medan.
selama dua hari berturut-turut. Makanan dan minuman di beri ad libitum
dengan wadah dibersihkan tiap hari.
Keracunan jengkol : adalah terdapatnya
kristal asam jengkol dengan atau tanpa Paparan Jengkol
adanya hematuria pada saluran kemih Setelah hewan percobaan disiapkan dan
dengan atau tanpa hiperemia pada di timbang berat badannya dengan neraca
pemeriksaan histopatologi. analitik dan di catat, di mulai perlakuan
terhadap ke-4 kelompok dengan urutan
Derajat keasaman Urine : adalah derajat kerja sebagai berikut ;
keasaman (pH) urine yang di ukur dengan 1. Tikus di pegang dengan tangan kiri
menggunakan spektrofotometer Urisca TM sedemikian rupa mulut dibukakan.

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.28. Juli– Desember 2004


Pengaruh pemberian jengkol pada saluran kemih 6
5
2. Bubur yang telah disiapkan dimasukkan
ke dalam semprit dan di antarkan Pengambilan Spesimen
dengan memakai pipa lambung. Di identifikasi dan dibebaskan ginjal,
Kelompok A di berikan bubur tanpa ureter dan dilakukan di seksi pada ureter
jengkol, sedangkan kelompok B, C dan bagian distal.(14) Uretra di ambil dengan cara
D di berikan bubur jengkol sesuai dosis membebaskan penis dari jaringan sekitarnya
masing-masing. Di amati selama dua dan di ambil sampai uretra posterior. Semua
jam untuk dipastikan tidak muntah. spesimen di simpan dalam cairan formalin
3. Jika di muntahkan maka prosedur 10% dan siap untuk dilakukan pemeriksaan
tersebut di atas di ulang. histopatologis.
4. Tikus kemudian dimasukkan ke dalam Pemeliharaan dan perlakuan terhadap
kandang metabolik. hewan percobaan dilakukan di
Laboratorium Farmalogi Jurusan Farmasi
Perlakuan seperti di atas dilaksanakan FMIPA Universitas Andalas. Mulai 27 Mei
dua kali sehari setiap pagi dan sore selama 2002 - 22 Agustus 2002. Data yang
dua hari berturut-turut. Tikus di amati dikumpulkan di sajikan dalam bentuk
secara seksama, jika terdapat tanda-tanda tabulasi dilakukan analisa statistik secara
kesakitan, segera dilakukan pengambilan komputerisasi dengan test Anova untuk data
spesimen untuk pemeriksaan. Jika hewan parametric da Fischer Exact Test untuk data
percobaan mati sebelum di ambil spesimen non parametrik.
maka di ganti dengan hewan yang baru.
Etika Penelitian
Pengambilan Urine Tikus percobaan diperlakukan dengan
Urine di ambil pada hari ke-3 mulas layak, di pelihara pada kandang yang
jam 07.00 - jam 10.00 dari penampungan bersih, cahaya yang cukup, serta makan dan
khusus urine pada kandang metabolik. Di minum yang cukup. Perlakuan yang
dapat urine yang tidak terkontaminasi feses. menimbulkan nyeri dilakukan dalam anesti
(14)
Urine di periksa secara spektofotometer umum.(17,18) Pengorbanan hewan dilakukan
terhadap pH, eritrosit. Kemudian dengan mengambil darah sebanyak-
discentrifuge pada 3.000 rpm selama 5 banyaknya dalam anesti umum. Setelah
menit. Kemudian dilakukan pemeriksaan hewan coba dikorbankan, dikuburkan
mikroskopis pada sedimen untuk melihat sebaik-baiknya. Seluruh prosedur
adanya kristal asam jengkol. penatalaksanaan hewan percobaan di awasi
Pengambilan Darah oleh supervisor yang berkompeten dalam
Tikus diletakan dalam posisi supine penelitian ini.
dengan ekor menghadap operator. Di buat
insisi dari bagian depan muara uretra HASIL
sampai prossesus sifoideus. Sebelum Sebelum perlakuan semua hewan
dilakukan pengambilan spesimen saluran cobaan di timbang dengan neraca analitik.
kemih, aorta abdominalis di isolasi sebelum Hasil pengukuran berat badan terlihat
bifurkasio aorta, di klem dan di ambil darah seperti pada tabel 1.
dengan spuit yang telah di campur heparin.
(14)
Darah di ambil sebanyak-banyaknya Tabel 1. Berat Badan Hewan Percobaan Menurut
sampai tikus mati (terminal prosedur). Kelompok Perlakuan
Darah siap untuk menjalani tahap No Kel. A Kel.B Kel.C Kel.D
pemeriksaan pH dan analisa gas darah. gr gr gr gr gr

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.28. Juli– Desember 2004


Pengaruh pemberian jengkol pada saluran kemih 6
6
1 242 244 235 242 No Kel. A Kel.B Kel.C Kel.D
2 238 227 226 246 gr gr gr Gr gr
3 235 238 243 235 1 7,260 7,264 7,034 7,224
4 240 244 218 240 2 7,315 7,264 7,030 7,116
5 235 226 248 238 3 7,135 7,254 7,211 6,975
6 230 245 224 228 4 7,141 7,240 7,188 7,109
7 236 234 226 237 5 7,251 7,099 7,072 7,052
8 228 228 236 232 6 7,221 6,936 7,121 7,023
Rata 234,5 235,75 232 237,25 7 7,261 7,075 7,048 7,023
Rata 4,721 8,120 10,240 5,676 8 7,233 7,026 7,117 7,110
SD Rata 7,227 7,144 7,103 7,079
Rata
Proses pemberian bubur jengkol dapat SD 0,062 0,127 0,069 0,078
dilakukan tanpa kesulitan, pengamatan
ternyata tidak terdapat perubahan tingkah Pada tabel 2 di atas derajat keasaman
laku yang memberikan tanda adanya (pH) darah rata-rata kelompok kontrol
kesakitan. Tidak ada hewan percobaan yang adalah 7,227  0,062 pH tertinggi 7,315 dan
memuntahkan apa yang diberikan. Tidak terendah 6,936. Ternyata secara statistik
ada hewan coba yang mati sebelum terdapat perbedaan yang bermakna pH
dilakukan pengambilan spesimen. darah antara ke-4 kelompok (p=0,012).
Pada proses pengambilan urine dalam Analisa lebih jauh dengan multi regresi
waktu 3 jam di peroleh jumlah urine yang terbukti secara bermakna jumlah bubur
bervariasi 1 – 2,5 cc. jumlah ini cukup baik jengkol yang diberikan (dosis).
untuk pemeriksaan. Dalam pengambilan
darah dapat dilakukan tanpa kesulitan. Tabel 3.Kadar Ion Bikarbonas (How CO3’) Darah
Darah di ambil dengan spuit sebanyak 2 cc Menurut Kelompok
untuk analisa gas darah. Untuk No Kel. A Kel.B Kel.C Kel.D
mengorbankan tikus diberikan anestesi gr gr gr gr gr
umum yang dalam dan darah di aspirasi 1 9,1 11,5 7,0 10,3
sebanyak-banyaknya. Rata-rata di dapat 4 – 2 14,2 11,4 8,8 12,8
7 cc darah dari aspirasi aorta abdominalis. 3 11,2 12,2 12,6 6,3
Pada pengambilan spesimen organ 4 10,7 12,4 13,0 10,9
ginjal dan ureter dapat di ambil sampai ke 5 18,3 10,8 7,3 6,8
distal ureter. Uretra di ambil secara 6 18,2 9,0 13,1 27,1
retrogade. 7 12,2 11,5 24,5 9,3
Hasil analisa terhadap berat badan 8 14,0 14,0 9,0 7,0
hewan coba ternyata tidak terdapat Rata 13,525 11,600 11,913 11,313
perbedaan berat badan yang bermakna Rata
secara statistik antara ke-4 kelompok SD 3,367 1,425 5,671 6,770
(p=0,559). Dengan kata lain dapat Pada pengukuran kadar ion bikarbonas
dinyatakan bahwa sebaran berat badan dalam darah ternyata tidak terdapat
sampel cukup homogen. perbedaan yang bermakna kadar ion
bikarbonas di dalam darah di antara ke-4
Pemeriksaan Darah dan Urine kelompok (P=0,795) seperti terlihat pada
Tabel 2. Derajat Keasaman (pH) Darah Menurut tabel 3.
Kelompok Perlakuan

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.28. Juli– Desember 2004


Pengaruh pemberian jengkol pada saluran kemih 6
7
5 0 0 0 5
Tabel 4. Derajat Keasaman (pH) Urine 6 0 0 0 0
Menurut Kelompok Perlakuan 7 0 0 0 0
No Kel. A Kel.B Kel.C Kel.D 8 0 50 0 0
gr gr gr gr gr Mean 0 6,25 0 31,875
1 8 8 8 6 SD 0 17,676 0 88,153
2 8 8 6 7,5
3 8,5 7,5 8 5,5 Pada pemeriksaan sedimen eritrosit
4 8,5 8 8 5,5 ternyata hanya pada kelompok B dan D
5 8,5 7,5 7 6 terdapat yang positif, dari analisa ternyata
6 8,5 8,5 6,5 7,5 tidak terdapat perbedaan yang bermakna
7 8 6,5 8 6,5 antara ke-4 kelompok. (p =0,477).
8 6,5 6,5 8 6,5 Pada pemeriksaan terhadap adanya
Rata 8,063 7,563 7,438 6,375 kristal asam jengkol ternyata tidak
Rata ditemukan kristal asam jengkol pada semua
SD 0,678 0,729 0,821 0,791 urine sampel.

Pada table 4 di atas terlihat bahwa pH Histopatologi saluran kemih


urine ternyata bervariasi antara 5.5 – 8.5. Proses bedah pengambilan saluran
Rata-rata kelompok A adalah 8,063  0,678 kemih dapat dilakukan tanpa kesulitan
sedangkan kelompok dengan pemberian berarti. Ginjal dan ureter dapat di ambil
jengkol tertinggi pH rata-rata adalah 6,375 secara keseluruhan sampai ke ureter distal.
 0,791. Terdapat perbedaan yang bermakna Uretra di ambil secara retrograde dengan
pH urine pada ke-4 kelompok. Analisa labih mengambil penis sampai ke uretro vesical
lanjut secara multi regresi test ternyata junction. Semuanya dimasukkan ke dalam
terdapat kecendrungan yang bermakna dosis pot berisi larutan formalin 10%. Di
jengkol menurunkan pH urine. Laboratorium Patologi Anatomi di buat
sediaan blok paraffin untuk di lihat di
bawah mikroskop.
Secara mikroskopis tidak terlihat
perbedaan antara masing-masing kelompok
perlakuan baik ginjal, ureter maupun uretra.
Secara mikroskopis secara umum kelainan
yang terlihat antara lain berupa gambaran
hiperemia yang ditandai oleh pelebaran
kapiler dan heloragia yang di tandai oleh
adanya eritrosit di luar pembuluh atau di
Tabel 5. Jumlah sel Eritrosit / uL Urine Menurut jaringan pada ginjal, ureter dan uretra pada
Kelompok Perlakuan sebagian hewan percobaan. Tingkatan
No Kel. A Kel.B Kel.C Kel.D perubahan tersebut mulai dari yang ringan,
gr gr gr Gr gr sedang dan berat. Di sebut ringan apabila
1 0 0 0 0 kelainan tersebut hanya terlihat pada
2 0 0 0 250 sebagian dari lapangan pandang pada
3 0 0 0 0 beberapa tempat, di sebut sedang bila
4 0 0 0 0 gambaran tersebut terdapat pada banyak

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.28. Juli– Desember 2004


Pengaruh pemberian jengkol pada saluran kemih 6
8
tepat dan berat bila terlihat pada seluruh menghasilkan H2SO4 sehingga dapat
bagian. Pada beberapa sampel terdapat menurunkan pH darah.(12)
degenerasi albumin. Pada pemeriksaan kadar ion bikarbonas
Secara umum terlihat jelas perbedaan (HCO3) ternyata tidak terdapat perbedaan
gambaran histopatologis antara ke-2 yang bermakna kadar ion bikarbonas dalam
kelompok. Pada kelompok tanpa paparan darah dengan pemberian jengkol. Ternyata
jengkol sebagian besar terlihat normal dan walaupun terdapat kenaikan derajat
kalaupun ada kelainan hanya pada tingkat keasaman darah akan tetapi kadar ion
ringan sampai sedang. Pada kelompok bikarbonas tidak berubah dengan bermakna.
paparan sebagian besar terdapat kelainan Ini di mungkinkan karena masih dapat di
dengan tingkatan sedang sampai berat. atasi oleh system buffer. Barang kali untuk
penelitian selanjutnya perlu di ukur kadar
DISKUSI asam sulfat (H2SO4) untuk membuktikan
Telah dilakukan penelitian bahwa penurunan pH disebabkan oleh
eksperimental terhadap 32 ekor tikus yang peningkatan kadar asam sulfat (H2SO4).
di bagi dalam 4 kelompok. Dari analisa Pemeriksaan Urine yang meliputi
terhadap perbedaan berat badan di antara pemeriksaan pH dan sedimen ternyata
kelompok ternyata tidak terdapat perbedaan bahwa rata-rata pH urine kelompok A
berat badan yang bermakna. Artinya ke-4 adalah 8,063 + 0,678, kelompok B 7.563 +
kelompok cukup homogen dalam hal berat 0,531, kelompok C 7,438 + 0,674 dan
badan. kelompok D 6,375 + 0,625 terdapat
Pada pengamatan selama penelitian perbedaan pH urine yang bermakna antara
tidak terdapat perubahan perilaku yang ke-4 kelompok (p=0,001). Analisa lebih
menggambarkan tanda-tanda kesakitan dan lanjut secara multi regresi test ternyata
tidak ada hewan coba yang mati karena terdapat kecendrungan yang bermakna
pemberian jengkol. Pada awal-awal peningkatan dosis jengkol menurunkan pH
penelitian terjadi kematian pada 2 ekor urine.
hewan coba karena tindakan anestesi yang Pada seluruh sampel tidak terdapat
terlalu dalam untuk hal ini hewan di ganti kristal asam jengkol di dalam urine. Hal ini
dengan yang baru. sesuai dengan pendapat bahwa untuk
Pada pemeriksaan derajat keasaman terbentuknya asam jengkol diperlukan pH
percobaan (pH) darah terdapat perbedaan urine yang asam di bawah 5,5. Akan tetapi
yang bermakna antara ke-4 kelompok belum dapat dipastikan tidak ada asam
percobaan (p=0.012), analisa lebih jauh jengkol di dalam urine binatang coba yang
dengan multi regrasi terbukti secara di beri jengkol. Ini perlu penelitian lebih
bermakna bahwa perbedaan tersebut lanjut dengan cara mengisolasi asam
berhubungan dengan perbedaan jumlah jengkol atau dengan manipulasi sehingga
bubur jengkol yang di berikan (dosis). Hal urine hewan coba dapat menjadi lebih asam.
ini berarti bahwa dengan konsumsi jengkol Karena terdapat kecendrungan penurunan
terjadi perubahan yang bermakna pada pH pH darah dan urine dengan peningkatan
darah. Dan ini berhubungan dengan jumlah dosis besar kemungkinan dengan dosis yang
yang diberikan, makin banyak jengkol yang lebih besar dapat terjadi endapan kristal
di konsumsi makin rendah pH darah. Ini asam jengkol pada urine.
sesuai dengan pendapat bahwa dalam buah Salah satu kesulitan dalam
jengkol terdapat banyak asam amino pengambilan urine adalah dalam
mengandung belerang yang dapat

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.28. Juli– Desember 2004


Pengaruh pemberian jengkol pada saluran kemih 6
9
mendapatkan urine segar. Pada penelitian mengambil darah pada aorta abdominal
ini urine di tampung melalui alat khusus yang sangat dekat dengan saluran kemih.
yang terdapat pada kandang metabolic Analisa statistik lanjutan untuk melihat
(metabolic cage), urine pagi yang di apakah ada hubungan kelainan tersebut
tampung selama 3 jam. Di samping telah dengan kenaikan dosis jengkol yang
cukup lama waktunya juga kemungkinan diberikan ternyata tidak dapat di lakukan
bercampur dengan zat lain selama melewati karena jumlah sampel yang tidak
dinding kandang metabolik yang dapat mencukupi. Diperlukan penelitian lebih
merobah pH. Yang terbaik sebenarnya lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
adalah dengan kateterisasi buli-buli, namun besar untuk melihat hubungan antara tingkat
kekurangannya adalah sukar dilakukan dan perubahan histopatologi dengan kenaikan
dapat memberikan trauma terhadap uretra dosis jengkol yang diberikan.
dan buli-buli sehingga mengganggu hasil
pemeriksaan sedimen urine dan histologi KESIMPULAN
uretra. Terdapat perbedaan yang bermakna pH
Pemeriksaan histopatologi ginjal darah antara kelompok paparan tersebut
sebagian besar terjadi kelaian berupa berhubungan dengan peningkatan dosis
hiperemua dan hemoragia pada ginjal, pemberian jengkol. Akan tetapi tidak
ureter dan uretra. Kelainan tersebut terdapat hubungan yang bermakna kadar ion
bervariasi mulai dari yang ringan sampai bikarbonas (HCO3) dalam darah dengan
luas. Analisa statistik untuk melihat pemberian jengkol.
hubungan antara kelainan yang timbul Terbukti secara statistik bahwa terdapat
dengan kelompok perlakuan ternyata perbedaan yang bermakna pH urine antara
terdapat hubungan yang bermakna antara paparan jengkol dengan kelompok tanpa
pemberian jengkol pada tikus dengan paparan jengkol dan perbedaan tersebut
timbulnya hiperemia pada ginjal (p 0,0228, berhubungan dengan perbedaan dosis
1,49<RR<12,56 CL 95%) dan hemoragia paparan jengkol.
pada uretra (p 0,0000471). Tidak terdapat Dalam hal jumlah eritrosit dalam urine
hubungan yang bermakna antara pemberian ternyata tidak terdapat perbedaan yang
jengkol dengan timbulnya hiperemia pada bermakna antara kelompok kontrol dan
ureter (p 0,08145), hiperemia pada uretra (p perlakuan.
0,2964), hemoragia pada ginjal (p 0,6464) Pada seluruh sampel tidak terjadi
dan hemoragia pada ureter (p 0,1497). keracunan jengkol dengan bukti tidak
Hal ini barang kali memang terjadi terdapatnya kristal asam jengkol dalam
hiperemia terhadap ginjal yang merupakan sedimen urine seluruh sampel dengan dosis
reaksi terhadap adanya asam jengkol pada 150 mg/100 gram berat badan tikus sampai
darah atau urine. Namun hiperemia tidak 450 mg/100 gram berat badan.
terjadi secara bermakna di ureter dan uretra Pemeriksaan histopatologi ginjal
boleh jadi karena keduanya merupakan ternyata terjadinya hiperemia pada ginjal
organ fungsinya sebagai drainase urine dan hemoragi pada uretra berhubungan
dengan reaksi yang sangat minim. dengan paparan jengkol. Untuk
Keterangan untuk terjadi hemoragia pada membuktikan adanya hubungan
uretran yang bermakna dapat disebabkan peningkatan dosis dengan berat atau
antara lain oleh adanya hemoragia pada ringannya kelainan tersebut perlu penelitian
proses pengambilan spesimen, Untuk masa
mendatang di anjurkan untuk tidak

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.28. Juli– Desember 2004


Pengaruh pemberian jengkol pada saluran kemih 7
0
lebih lanjut dengan sampel yang lebih Urology, 6 th Ed, WB Saunders Company,
banyak. Philladelphia 1992.

KEPUSTAKAAN 13. Sukandar E, Pemeriksaan Penunjang


1. Tambunan T, Keracunan Jengkol Pada Diagnosis Bidang Nefrologi dalam
Anak dalam : Nefrologi Anak, Balai nefrologi Klinik Edisi II Penerbit ITB
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Bandang 1997.
Indonesia, Jakarta 1993.
14. Waynforth HB, Experimental and Surgical
2. Ismail R, Sugeng B, Thalut K.Jengkolic Techinque in the Rat, Academic Press,
Acid Intoxication : An Acute Paediatric London,1980.
Problem in West Sumatera, Southeast
Asian J.Surgery 1987;Vol 10 (2) : 112–115 15. Oen, LH, Kusumahastuti T, Parwati S,
Kenaikan Jumlah Asam dalam buah
3. Pitojo S. Jengkol Budidaya dan Jengkol Sesuai dengan Usia Buanya, MKI
Pemanfaatannya, Penerbit Kanisius Vol 41 No. 1 Januari 1991.
Jogyakarta 1992.
16. Wila Wirya IGN, Muhidin, Tambunan,
4. Suharjono, Sadatun. Djengkol Intoxication Alatas H, Erwin L. Beta2 Microglobulin in
in Children, Paediatrica Indonesia 8, Jan – Renal Function of Patiens With Jengkol
Feb, 1968, Intoxication, Pediatrica Indonesiana 27 :
155 – 162 July – August, 1987.
5. Winarno, Senyawa Beracun Dalam Bahan
Pangan dalam: Kimia Pangan dan Gizi, PT. 17. Oenzil F, Percobaan Binatang Di dalam :
Gramdedia Jakarta 1984. Kumpulan Kuliah Pengayaan Dasar PPDS
FK-Unand Padang 29 Juni – 11 Juli 1998.
6. Rose BD, Rennke HG, Renal
Pathophysiology – the Essentials, Williams 18. Thalut K. Etika Penelitian Di Dalam :
& Wilkins, Baltimore, 1994. Kumpulan Kuliah Pengayaan Dasar PPDS
FK–Unand Padang 29 Juni – 11 Juli 1998.
7. Van Veen AG, Hijman AJ. Over het
Djengkolzuur, Geneesk Tijdschr N l, 1936. 19. Thalut K, Personal komunikasi tanggal 25
Maret 2002.
8. Mreyen F,W,Over djengkolintoxicatie,
Geneesk, Tijdschr.N I, 1941.

9. Suryawirya U, Tanaman Lalab dan


Penyakit Masa Kini, Penerbit Papas Sinar
Sinanti, Jakarta, 2000.

10. Barnett SA, The Rat: a study in behevior.


Australian National University Press, 1976.
11. Griffin D R, Novick A, Animal Structure
and Function 2nd Ed, Holt, Rinehart and
Winston Inc, New York 1970.

12. Gilbert BR, Leslie BR, Vaughan ED,


Normal Renal Physiology, In: Campbell’s

Majalah Kedokteran Andalas No. 2. Vol.28. Juli– Desember 2004

Anda mungkin juga menyukai