Anda di halaman 1dari 8

Tektonik & Vulkanisme - Magmatisme

Tektonisme merupakan satu hal yang dapat mempengaruhi atau merubah letak (dislokasi)
maupun bentuk (deformasi) kulit Bumi. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama
bahwasannya permukaan Bumi terbentuk dari lapisan- lapisan yang kita sebut sebagai litosfer.
Kulit Bumi memiliki ketebalan yang relatif sangat tipis sehingga mudah sekali untuk pecah
menjadi potongan- potongan kulit Bumi yang beraturan yang disebut dengan lempeng tektonik
atau Tectonic Plate.

Teori ini dikemukakan oleh Mc Kenzie dan Robert Parker (1968) yang merupakan
penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya (Teori Pergeseran Benua, Teori Konveksi, dan Teori
Pemekaran Dasar Samudera).Teori ini menjelaskan bahwa kerak bumi mengapung di atas lapisan
astenosfer.Karena adanya aliran arus konveksi, maka bagian kerak bumi di atasnya terseret
mengikuti arah arus konveksi tersebut.Itulah sebabnya maka selalu terjadi pergeseran pada kerak
bumi. Akibat pergeseran tersebut adalah terjadinya gerakan lempeng kerak bumi yang saling
menjauh, berpapasan, atau bertabrakan. Salah satu teori yang dewasa ini banyak digunakan untuk
menjelaskan terjadinya tenaga endogen adalah teori tektonik lempeng. Teori ini mengasumsikan

bahwa kulit bumi terdiri dari lempeng-lempeng tektonik. Lempeng-lempeng ini selalu bergerak
sebagai akibat dari pengaruh gerakan arus konveksi yang ada pada lapisan mantel. Aliran arus
yang berada di bawah lithosfer bisa berpapasan, bertabrakan, atau saling menjauh. Arus konveksi
ini dapat menyeret lapisan kerak bumi yang ada di atasnya, sehingga menimbulkan berbagai
bentuk dipermukaan bumi, seperti retakan, celahan, patahan, lipatan, maupun pengangkatan.
Adanya arus konveksi yang menyeret lapisan kerak bumi di atasnya mengakibatkan bentuk dan
posisi tempat-tempat dipermukaan bumi selalu berubah. Bentuk permukaan bumi seperti yang ada
pada saat ini terjadi dari sebuah benua yang sangat besar yang dinamakan Pangea atau super
continent. Sebagai akibat adanya gerakan lempeng tektonik, benua tersebut terpecah belah
sebagaimana benua-benua yang ada pada saat ini.
Gambar 1 Arus konvesi, mid oceanic ridge dan subduksi

Jenis – jenis tektonisme terbagi menjadi sebagai berikut :

Gerak Epirogenetik

Jenis dari tektonisme yang pertama adalah gerak epirogenetik. Gerak epirogenetik
merupakan gerak lapisan kerak Bumi yang relatif lambat dan terjadi dalam waktu yang relatif
lama. Gerak epirogenetik ini juga meliputi daerah yang luas. Gerak epirogenetik ini pernah terjadi
di dunia dan menimbulkan suatu persitiwa besar, contohnya adalah tenggelamnya benua
Gondwana menjadi Sesar Hindia. Gerak epirogenetik ini dibagi menjadi dua macam, yakni
epirogenetik positif dan epirogenetik negatif. Adapun penjelasan dari macam- macam gerak
epirogenetik ini antara lain sebagai berikut:

Epirogenetik positif

Gerak epirogenetik posotif merupakan gerak turunnya daratan sehingga kelihatannya


permukaan air laut yang bergerak naik. Sebagai contoh adalah turunnya pulau- pulai di Indonesia
bagian timur, yakni Kepulauan Maluku Barat Daya hingga ke Pulai Banda.

Epirogenetik Negatif

Jenis gerak epirogenetik yang selanjutnya adalah gerak epirogenetik negatif. Yang
dimaksud dengan gerak epirogeteik negatif ini adalah gerak naiknya daratan sehingga akan
kelihatannya permukaan air yang menyusut. Gerak epirogenetik negatif ini merupakan lawan dari
gerak epirogenetik positif. Sebagai contoh terjadinya gerakan ini adalah naiknya Pulau Buton dan
Pulau Timor.

Gambar 2 Gerak Epirogenetik positif & Epirogenetik Negatif

Gerak Orogenetik

Jenis dari gerakan tektonisme yang kedua adalah gerak orogenetik. Gerakan orogenetik ini
sangat berkaitan dengan pegunungan. Adapun yang dimaksud dengan gerak orogenetik ini adalah
proses pembentukan pegunungan. Proses gerak orogenetik ini meliputi area yang relatif sempit
dan terjadi dalam waktu yang singkat. Dari pengertian ini kita menyadari bahwasannya gerak
orogenetik ini berlawanan dengan gerak yang sebelumnya, yakni gerak epirogenetik baik dalam
luas area dan juga waktu berlangsungnya gerakan tersebut. Contoh dari gerakan orogenetik ini
misalnya adalah pembentukan pegunungan- pegunungan yang ada di Bumi, seperti Pegunungan
Andes, Pegunungan Rocky, Pegunungan Sirkum Mediterania dan juga Pegunungan Alpen.

Gerakan orogenetik ini dapat menyebabkan tekanan horizontal dan juga vertikal di kulit
Bumi. Gerak orogenetik ini juga bisa menyebabkan terjadinya dislokasi atau perpindahan letak
lapisan kulit Bumi, seperti lipatan dan juga patahan. Adapun penjelasan dari lipatan dan juga
patahan adalah sebagai berikut:

Lipatan atau Folded Process

Proses lipatan atau folded process merupakan suatu bentukan kulit Bumi yang berbentuk
lipatan atau gelombang yang terjadi karena adanya tenaga endogen yang arahnya mendatar dari
dua arah yang berlawanan sehingga lapisan- lapisan batuan di sekitar daerah tersebu terlipat dan
juga membentuk puncak lipatan atau antiklin dan lembah lipatan atau sinklin.

Jika terbentuk beberapa puncak lipatan, maka disebut sebagai antiklinorium dan beberapa
lembah lipatan yang disebut dengan sinklinorium. Di dunia ada pegunungan lipatan, contohnya
adalah pegunungan tua seperti Pegunungan Ural. Lipatan yang ada ini pada pegunungan terjadi
pada zaman primer. Selain itu ada pegunungan muda seperti Pegununga Mediterania dan juga
Sirkum Pasifik (baca: daftar gunung tertinggi di Indonesia) yang terjadi pada zaman tersier.

Gambar 3 Macam – macam lipatan pada batuan

Patahan atau Fault Process

Bentuk dari gerak orogenetik yang selanjutnya adalah proses patahan atau Fault Process.
Proses patahan atau Fault Process akan terjadi ketika lempang yang membentuk kerak Bumi
bergerak dan juga saling berdekatan. Gerakan ini akan memberi tegangan yang sangat besar
sampai akhirnya memecahkan batuan. Tempat batuan tersebut pecah dan disebut dengan patahan
atau Fault, dan alur akibat pecahnya batuan tersebut disebut dengan alur patahan. Alur patahan
yang besar ini dapat sampai ke bantuan di bawah tanha yang dalam dan juga merentang di
sepanjang benua.

Patahan ini dapat terjadi karena beberapa sebab, selain gempa Bumi, patahan dapat terjadi
karena adanya tenaga endogen yang mempunyai arah mendatar dan juga saling menjauh satu sama
lain sehingga pada bongkahan batuan terjadi retakan- retakan dan pada akhirnya patah membentuk
bagian yang merosot (graben atau slenk) dan juga bagian yang menonjol atau horst. Bentuk
gerakan inilah yang menjadikan patahan ini terdiri atas berbagai macam. Adapun macam- macam
patahan adalah sebagai berikut:

Sesar naik da sesar turun, yaitu patahan yang pada bagian atap sesarnya bergeser turun
terhadap alas sesarnya disebut dengan sesar turun. Sementara patahan yang bagian atap sesarnya
bergerak ke atas disebut dengan sesar naik.

Graben dan Horst, yaitu patahan yang berbentuk jalur batuan pada dua bidang sesar yang
hampir sejajar, sempit, dan juga panjang. Sementara patahan yang bagiannya meninggi, sehingga
muncul pada daerah di sekitarnya disebut dengan horst.

Sesar mendatar, yaitu patahan berbentuk tegak lurus yang bergeser secara horizontal, tetapi
ada sedikit yang bergeser secara vertikal.

Gambar 4 Macam – macam patahan

Magmatisme – Vulkanisme

Proses magmatisme adalah proses kompleks yang terjadi karena aktifitas arus konveksi,
yang menyebabkan terjadinya pergerakan tektonisme lempeng-lempeng di bumi. Dari pergerakan
lempeng-lempeng tersebut, didapatkan suatu setting tektonik yang menghasilkan magma yang
berbeda-beda, baik secara komposisi maupun sifatnya. Salah satu setting tektonik yang umum
diteliti adalah pada zona subduksi. Zona subduksi adalah zona penunjaman salah satu lempeng,
baik itu lempeng benua maupun samudera, dibawah lempeng yang lain setelah terjadi proses
tumbukan diantara keduanya akibat pengaruh arus konveksi. Proses magmatisme ini sendiri selalu
berkaitan dengan setting tektonik. Lokasi-lokasi pembentukan magma inilah yang menjadi model-
model setting tektonik.

Gambar 5 Lokasi terbentuknya magma dalam konteks tatanan tektonik global ( Schimncke, 2004
dalam Setijadji, 2011)

Magma terbentuk karena adanya perubahan tiga parameter utama, yaitu temperatur, tekanan, dan
komposisi kimia. Berdasarkan konteks tektonik global, lokasi terbentuknya magma dapat
dibedakan menjadi (Wilson, 1989) :

a. Batas lempeng konstruktif, merupakan batas lempeng divergen yang meliputi rekahan tengah
samudera dan back-arc spreading.

b. Batas lempeng destruktif, merupakan batas lempeng konvergen yang meliputi busur kepulauan
(island arc) dan tepi benua aktif (active continental margin).

c. Tatanan antar lempeng samudera, meliputi busur samudera.

d. Tatanan antar lempeng benua, meliputi continental flood basalt, zona rekahan benua.

Vulkanisme adalah peristiwa penerobosan magma dari dalam bumi ke permukaan bumi terdapat
dua kemungkinan bsebagai akibat akhtivitas vulkanisme. Pertama, dalam penerobosan tersebut
magma tidak sampai kepermukaan bumi, sehingga menyusup pada lapisan-lapisan kerak bumi.
Kedua, dalam penerobosan tersebut magma dapat keluar mencapai permukaan bumi. Peristiwa
penyusupan magma kgedalam lapisan kerak bumi disebut intrusi, sedangkan jika magma itu dapat
mencapai permukaan bumi disebut ekstrusi atau gunung berapi.

Intrusi

Intrusi terbentuk jika magma dalam perjalanannya terjebak kedalam lapisan kerak bumi dan
kemudian membeku ditempat tersebut. Lapisan kerak bumi yang ada disekitarnya dimasuki,
diterobos atau diubah. Adanya pengerjaan proses eksogen, badan intrusi tersebut kadang-kadang
dapat tersingkap dipermukaan bumi, bentuk intrusi sangat bervariasi, hal ini dapat dipengaruhi
oleh jenis magma, struktur batuan, dan elastisitas batuan. Berdasarkan bentuknya intrusi dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :

Batolit

Merupakan Intrusi ini terletak cukup dalam pada kerak bumi. Biasanya terbentuk bersamaan
dengan terjadinya pegunungan dan bnayak terdapat dalam inti pegunungan rantai dengan
mengikuti struktur jalur pegunungan tersebut. Badan intrusi ini memiliki bentuk yang tidak teratur
dengan batas-batas tepi yang sangat curam dan ukurannya sangat besar. Batolit yang terdapat di
Alaska – British Columbia memiliki ukuran luas sekitar 100.000 km persegi. Di Indonesia juga
ditemukan adanya batolit antara lain dipegunungan Schwaner, daan massif Sulandi Lampung.

Stok

Stok adalah badan intrusi yang agak besar tetapi lebih lecil disbanding batolit, luasnya kurang dari
100 km persegi. Intrusi ini memiliki formasi, bentuk dan komposisi yang sama dengan batolit.

Lakolit

Lakolit adalah badan intrusi yang menyuap diantara lapisan batuan yang menyerupai dome di
bagian atas dan datar pada bagian dasarnya. Badan intrusi ini memiliki diameter yang bervariasi,
yaitu dari ratusan meter sampai beberapa kilo meter. Penyusupan konkordan dengan lapisan batuan
disekelilingnya, terdiri dari magma yang kental sehingga mampu mendorong kerak batuan yang
ada diatasnya.

Sill
Sill adalah intrusi yang terbentuk lempengan/lembaran tipis yang menyusup melalui bidang yang
menyusup melalui bidang yang relative datar dan konkordan dengan lapisan batuan yang ada
disekitarnya. Ketebalannya bervariasi, yaitu dari beberapa sentimeter sampai puluhan meter.
Magma pembentuk sill ini terdiri dari magma yang bersifat cair sehingga mampu mengalir pada
sela-sela lapisan batuan pada areal yang cukup luas. Great whin sill di inggris utara luasnya sekitar
5000 km2.

Dike

Dike adalah intrusi yang menerobos dan memotong lapisan batuan secara vertikal, akibatnya
intrusi ini relatif tegak memotong lapisan batuan di atasnya dan membentuk dinding batuan beku
yang panjang dan sempit.

Phakolit

Phakolit dalah intrusi yang menyusup pada lapisan batuan yang berstruktur antiklin atau sinklin.
Dalam hubungannya dengan lapisan batuan disekitarnya intrusi ini tetap konkordan.

Anda mungkin juga menyukai