Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Susu adalah hasil sekresi dari kelenjar mamae oleh semua mamalia yang
diperoleh dari ambing yang bersih dan sehat serta tidak dicampur atau
ditambahkan bahan apapun. Bagian utama susu terdiri dari air, protein,
susu sapi di Indonesia memiliki hasil yang cukup banyak, akan tetapi susu sangat
mudah dan cepat mengalami kerusakan oleh bakteri pembusuk. Kandungan gizi
yang tinggi pada susu tersebut menjadikannya sebagai salah satu media bagi
disimpan lebih lama maka perlu dilakukan penanganan lebih lanjut, salah satu
caranya yaitu dengan melakukan diversifikasi produk. Salah satu contoh produk
diversifikasi susu yaitu susu bubuk, susu kental manis, youghurt, es krim, keju,
mentega dan lain-lain dengan melalui berbagai proses. Selain itu susu juga dapat
diversifikasi seperti tahu susu. Tahu susu adalah hasil olahan air susu yang
mempunyai bentuk dan warna mirip tahu kedelai namun teksturnya (kekenyalan)
lebih halus dan baunya lebih menyerupai bau keju (Dewanti, 2000). Tahu susu
telah dibuat di berbagai daerah di Indonesia seperti Sumatera Utara, Jawa Barat,
Jawa Timur dan lain-lain. Prinsip pembuatan tahu susu adalah dengan
1
menggumpalkan protein (kasein) yang terdapat didalam susu dengan
tahu adalah asam cuka, batu tahu, biang tahu dan bahan kimia lainnya. Pembuatan
tahu dengan penggumpal asam cuka memiliki keuntungan yaitu dapat menghemat
biaya bahan (koagulan yang murah) serta mudah didapatkan. Namun produk tahu
pembuatan tahu di Indonesia adalah asam cuka yang mengandung 4% asam asetat,
alias cuka makan, dosis yang dipergunakan untuk setiap 0,5 kilogram kedelai
kering sebanyak 74 ml atau sekitar 16,4% dari berat kering kedelai (Sarwono et
al., 2001). Pemberian asam cuka yang terlalu banyak pada tahu sangat tidak
oleh pemberian bahan alami yang dapat membantu mengurangi level pemberian
asam cuka, serta dapat membantu mengoptimalkan hasil tahu. Adapun bahan yang
dapat digunakan sebagai pendamping asam cuka yaitu kitosan. Kitosan banyak
pengolahan limbah air, bahan pelembab, pelapis penih yang akan ditanam,
adsorben ion logam, bidang farmasi, pelarut lemak dan pengawet makanan serta
2
Penelitian mengenai penggunaan kitosan sebagai campuran dalam
pembuatan tahu telah dilakukan seperti dalam penelitian Manurung (2000) dengan
bakteri, kadar protein dan penilaian organoleptik sesuai dengan persyaratan SNI
pendahuluan yang telah dilakukan, didapatkan hasil rendemen tahu susu tanpa
penambahan larutan kitosan dan penambahan larutan kitosan (0,5%, 1%, 1,5%
dan 2%) masing-masing yaitu 10,68%, 12,13%, 10,68%, 15,05% dan 23,30%.
rendemen, kadar air, hardness dan daya simpan (fisik) tahu susu?
level larutan kitosan sebagai campuran bahan koagulan pada pembuatan tahu
terhadap kualitas tahu susu yang dimanifestasikan dalam rendemen, kadar air,
3
Manfaat penelitian ini, bagi peneliti adalah sebagai referensi bahwa
kitosan dapat dijadikan sebagai campuran bahan koagulan pada produk tahu susu.
dan kreatifitas mengenai penggunaan kitosan dalam pembuatan tahu susu. Serta
dan daya simpan (fisik) tahu susu. Penambahan bahan koagulan tersebut dapat
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Susu
adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh
dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi
atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu
makanan bagi anaknya yang baru dilahirkan. Karena berfungsi sebagai makanan
tunggal bagi mahluk yang baru dilahirkan dan mulai tumbuh, susu mempunyai
Susu dikenal sebagai bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia,
Kandungan nutrisi yang tinggi pada susu tersebut mudah rusak karena adanya
unsur-unsur gizi tersebut sangat beragam tergantung beberapa faktor seperti faktor
keturunan, jenis hewan, pakan yang meliputi jumlah dan komposisi pakan yang
diberikan, iklim, lokasi, prosedur pemerahan serta umur sapi (Muharastri, 2008)
Kualitas fisik dan kimia susu sapi segar dipengaruhi oleh faktor bangsa
5
pemerahan, perubahan musim dan periode laktasi (Lingathurai et al., 2009).
Adapun komposisi rata-rata susu (%) dari berbagai hewan mamalia adalah seperti
penyaringan kedelai yang telah digiling dengan penambahan air (Sarwono et al.,
2006). Tahu susu merupakan hasil olahan air susu yang mempunyai bentuk dan
warna mirip tahu kedelai namun teksturnya (kekenyalan) lebih halus dan baunya
lebih menyerupai bau keju. Tahu susu dapat dibuat dari susu segar maupun susu
yang telah layu. Untuk pembuatan tahu susu diperlukan enzim proteolitik untuk
adalah sama dengan pembuatan tahu dari kacang kedelai bahkan lebih singkat
pembuatan tahu susu dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
Tahu merupakan bahan makanan yang cepat rusak karena kadar air dan
protein tahu yang tinggi, masing-masing 86% dan 8-12% dan kandungan lemak
6
(4,8%) serta karbohidrat (1,6%). Tahu dapat bertahan selama 1-2 hari saja. Setelah
lebih dari sehari, rasa tahu akan menjadi asam dan terjadi perubahan warna, aroma,
dan tekstur sehingga tidak layak untuk dikonsumsi (Brananda et al., 2013).
penggumpal asam (asam laktat, asam asetat) (Anggraini et al., 2013). Selain itu
ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi mutu tahu yaitu adanya bakteri yang
tahan panas seperti golongan pembentuk spora dan bersifat termodurik, adanya
bakteri kontaminan yang mencemari tahu pada saat proses pembuatan tahu sampai
selesai, suhu penyimpanan dan adanya enzim tahan panas yang dihasilkan oleh
jenis mikroba tertentu yang dapat menghidrolisis lemak tahu (Mustafa, 2006).
Syarat mutu tahu menurut SNI 01-3142-1998 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
7
2.3. Asam Cuka
Asam cuka atau asam asetat merupakan senyawa kimia asam organik
(CH3-COOH) yaitu asam karboksilat yang sering digunakan dalam pemberi rasa
dan aroma dalam makanan. Bentuk murni asam atetat adalah asam asetat glacial
yang memiliki ciri-ciri tidak berwarna, mudah terbakar (titik beku 17°C dan titik
didih 118°C) mampu bercampur dengan air dan pelarut organic (Hewitt, 2003).
Asam cuka merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting.
selulosa cuka, dan polivinil cuka maupunberbagai macam serat. Dalam industri
Asam asetat berperan sebagai pengawet yang mana asam asetat akan
jumlah asam pada asam asetat juga akan menyebabkan denaturasi protein bakteri.
Asam asetat juga mampu memperbaiki tekstur, menambahi cita rasa dan
mengurangi rasa manis (Winarno, 2008). Penggumpalan protein oleh asam cuka
akan berlangsung secara cepat dan serentak diseluruh bagian cairan susu,
sehinggga sebagian protein yang semula tercapur dala susu akan terperangkap
air (whey) (Paramitha, 2017). Asam cuka yang dipergunakan dalam pebuatan tahu
di Indonesia adalah asam cuka yang mengandung 4% asam asetat, alias cuka
makan. Dosis yang dipergunakan untuk setiap 0,5 kg kedelai kering sebanyak 74
ml atau sekitar 16,4% dari berat kering kedelai. Penambahan asam cuka itu
dilakukan pada saat suhu sari kedelai antara 80-90°C (Sarwono et al., 2001).
8
2.4. Kitosan
sebagai pengawet makanan karena tidak beracun dan aman bagi kesehatan.
(Bautista-Banos, 2006). Kitosan adalah produk turunan dari polimer kitin, yakni
dan rajungan. Kulit udang mengandung protein (25%-40%), kitin (15%-20%) dan
kalsium karbonat (45%-50%) (Pratiwi et al., 2008). Kadar kitin dalam berat udang
bekisar 60%-70% dan bila diproses menjadi khitosan menghasilkan yield 15%-20
dalam bahan baku yang pada mulanya protein ini berikatan kovalen dengan khitin,
menggunakan larutan basa NaOH panas dalam waktu yang relatif lama. Proses
mineral yang ada pada khitin terutama CaCO3 menggunakan larutan asam HCl
dalam larutan alkali, kitosan asam akan mengendap (Kusumawati, 2009). Kitin
dan kitosan berisfat non toksik, dapat mengalami biodegradasi dan bersifat
biokompatibel. Kitosan tidak larut dalam air namun larut dalam asam, memiliki
9
meningkatkan kekuatan gel tahu sebesar 5-35%, umur simpannya selama 2-10
hari dan menurunkan kadar air tahu sebesar 1-3% (Chang et al., 2003).
2.5. Rendemen
terbentuk setelah kasein susu digumpalkan dan telah dipisah dengan whey
(Husain, 2016). Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan berat
curd yang dihasilkan semakin banyak (Irmayanti, 2016). Ketika susu dicampur
dengan asam, maka susu akan mengeluarkan ion hidrogen dan akan menyerang
10
Berdasarkan penelitian Marlina (2007) yang menggunakan bahan
tingkat keasaman dan semakin tinggi proteolitis yang terjadi sehingga protein
Semakin tinggi kadar lemak susu yang digunakan sebagai bahan baku, akan
(Herawati, 2011). Susu yang mengandung lebih banyak lemak dan protein akan
merupakan unsur utama yang mempengaruhi yield (persentase produk) keju yang
Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan
banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya dinyatakan
dengan persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap
100 gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan
11
kering atau padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa
Kadar air suatu bahan pangan merupakan salah satu faktor yang sangat
besar pengaruhnya terhadap daya tahan bahan pangan tersebut, semakin tinggi
kadar air bahan pangan maka semakin cepat terjadi kerusakan. Begitu sebaliknya,
semakin rendah kadar air bahan pangan maka bahan pangan tersebut semakin
tahan lama (Andarwulan et al., 2011). Kadar air suatu bahan menunjukkan
banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan yang dapat dinyatakan dalam
persen berat basah (wet basis) atau dalam persen berat kering (dry basis). Kadar
air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan
kadar air berat kering dapat lebih dari 100%. Kadar air berat basah (b.b) adalah
perbandingan antara berat air yang ada dalam bahan dengan berat total bahan
(Rahmawan, 2001).
sangat nyata terhadap kadar air tahu susu. Semakin tinggi konsentrasi kitosan
yang digunakan, maka semakin rendah kadarair yang dihasilkan.Hal ini karena
kemampuan protein untuk mengikat air (water holding capacity) semakin kuat
maka semakin tinggi kemampuan mengikat air pada protein tahu tersebut,
sehingga membentuk daya ikat protein dengan air semakin kuat, air bebas terikat
menjadi air terikat, hal ini menyebabkan kadar air semakin menurun. (Poedjiadi
et al., 2006).
12
2.7. Hardness
beberapa sifat fisik yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah dan unsur-unsur
pembentukan bahan yang dapat dirasakan oleh indera peraba dan perasa, termasuk
indera mulut dan penglihatan. Produk pangan dibuat dan diolah tidak semata-mata
untuk tujuan peningkatan nilai gizi, tetapi juga untuk mendapatkan karakteristik
Menurut Midiyanto et al. (2014) nilai tekstur tahu dipengaruhi oleh lama
dan suhu koagulasi. Nilai tekstur tahu yang tinggi diduga disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu lama penekanan curd dan pengepresan. Semakin singkat
waktu koagulasi dan suhu koagulasi yang digunakan maka ada kecenderungan
Tahu lunak digolongkan melalui rasa yang lunak dan tekstur yang halus
dikarenakan oleh kepadatan dan kerapatan struktur dari tahu (Estiasih, 2005).
Diduga tahu yang keras memiliki struktur yang lebih padat karena molekul
proteinnya sangat dekat akibat hilangnya kandungan air selama tahap koagulasi
(Midiyanto et al., 2014). Pengelompokan nilai tekstur tahu dengan tekstur mulai
keras, kenyal, maupun lunak (lembek). Pengelompokan tekstur tahu dapat dilihat
13
Tabel 4. Pengelompokan tekstur tahu
Kategori Nilai tekstur
Keras 7 – 9,00 N/m2
Kenyal 5 – 7,00 N/m2
Lembek / lunak 3 – 5,00 N/m2
Sumber : Midiyanto et al. (2014)
mengalami suatu tingkat degradasi mutu tertentu sehingga tidak layak dikonsumsi
atau tidak lagi sesuai dengan kriteria yang tertera pada kemasannya (mutu tidak
sesuai lagi dengan tingkatan mutu yang dijanjikan), akibat breaksi deteriorasi
mengantarkan produk ke suatu kondisi mutu yang rendah sehingga tidak layak
dikonsumsi (Rizqi, 2017). Salah satu faktor terjadinya reaksi penurunan mutu
Menurut Pelczar et al. (2007), khamir dan kapang dapat tumbuh dalam
suatu substrat atau mediu berisikan gula yang dapat menghambat bakteri. Sifat
pertumbuhan yang khas pada kapang adalah berbentuk kapas dan dapat ditemukan
pada buah-buahan yang membusuk dan selai. Selain itu, kapang dapat mencegah
aktivitas mikroba, umur simpan produk juga bergantung pada pH dalam produk.
Tahu normal tanpa bahan pengawet menunjukkan kekuatan yang sangat lemah
yaitu hanya sekitar 1 hari, sedangkan produk tahu yang telah dikombinasikan
dengan gel kitosan sebagai bahan pengawet alami dapat bertahan selama 14 hari
tanpa mengalami perubahan warna dan juga bau, namun setelah melebihi 14 hari,
14
produk tahu menjadi asam dan berubah warna menjadi keruh serta adanya jamur
15
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
Bahan yang dibutuhkan penelitian ini antara lain susu sapi segar berasal
dari peternakan di Limau Manis sebanyak 27,5 liter untuk pembuatan tahu susu.
Kemudian asam cuka 25% sebanyak 2224 ml yang diperoleh dari pasar tradisional
di kota Padang dan aquades. Selanjutnya kitosan seberat 6 gram yang diperoleh
loyang, kain bleaching, gelas ukur, alat press, baskom plastik, magnetic stirer,
dan thermometer. Alat yang diperlukan untuk analisis antara lain neraca analitik,
aluminium foil, cawan porselen, oven 60ºC dan 110ºC, dan Texture Analyzer
16
Model matematika rancangan yang digunakan menurut Steel dan Torrie
(1995) adalah:
Yij = µ + αi + βj + €ij
Keterangan :
Yij = Hasil pengamatan dari unit percobaan yang mendapat perlakuan ke- i dan
ulangan ke –j
€ij =Pengaruh sisa dari unit percobaan yang mendapat perlakuan ke–i dan
ulangan ke- j
𝑌̅Y11-
1 Y11 Y21 Y31 Y41 Y51 ∑ Y11-Y51
51
𝑌̅Y12-
2 Y12 Y22 Y32 Y42 Y52 ∑ Y12-Y52
Y52
𝑌̅Y13-
3 Y13 Y23 Y33 Y43 Y53 ∑ Y13-Y53
Y53
𝑌̅Y14-
4 Y14 Y24 Y34 Y44 Y54 ∑ Y14-Y54
Y54
Total ∑ Y1 ∑ Y2 ∑ Y3 ∑ Y4 ∑ Y5 ∑ Y...
Rataan 𝑌̅1 𝑌̅Y2 𝑌̅ 3 𝑌̅ 4 𝑌̅ 5 𝑌̅
17
Menurut Steel dan Torrie (1995) jika antar perlakuan berbeda nyata
(P<0,05) dan berbeda sangat nyata (P<0,01) maka dilakukan uji lanjut dengan
terbentuk setelah kasein susu digumpalkan dan telah dipisah dengan whey. Nilai
rendemen yang tinggi dan persentase whey yang rendah menunjukkan banyaknya
curd yang terbentuk. Nilai rendemen dapat dihitung dengen menggunakan rumus
2005).
18
a. Cawan yang akan digunakan dioven terlebih dahulu selama 30 menit pada
deformasi sebagai respon material tersebut. Cara kerja dari texture analyzer
adalah :
1. Setting alat
2. Atur tekanan
19
4. Speed
Sampel tahu diamati secara visual dan dilakukan penilaian setiap 0, 12, 24,
tahu yang buruk adalah adanya lendir, teksturnya lunak, adanya kapang, dan
berbau asam. Penilaian kriteria mutu sensori tahu mengacu pada Tabel 6 berikut.
2008)
Rumusnya: V1 x K1 = V2 x K2
V1 x 25 = 300 ml x 2
20
V1 = 600/25
V1 = 24 ml
Asam cuka 24 ml
Dihomogenkan
Indriyanti, 2008).
2017)
dan dilarutkan dengan magnetic stirer hingga kitosan larut dalam asam cuka.
21
Timbang serbuk kitosan sebanyak 6 gram
Larutan kitosan 2%
22
d. Saring susu yang telah diberi bahan penggumpal untuk
Pengadukan
23
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, R.P., A.H.D. Rahardjo dan R.S.S. Santosa. 2013. Pengaruh level
enzim bromelin dari nanas masak dalam pembuatan tahu susu terhadap
rendemen dan kekenyalan tahu susu. Fakultas Peternakan Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Astawan dan Astawan, 1989. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna.
Jakarta: CV. Akademika Pressindo.
Buckle, K.A., R.A Edwards, G.H. Fleet dan M. Wotton. 2007. Ilmu Pangan.
Terjemahan H. Purnomo dan Adiano. Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.
365.
Chang, K.L.B., Y.S. Lin, and R.H. Chen. 2003. The effect of kitosan on the gel
properties of tofu (soybean curd). Journal of Food Engineering, 57, pp.
315–319.
24
Estiasih, T. 2005. Kimia dan Teknologi Pengolahan Kacang -kacangan.
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Hasiholan, B. 2012. Pengaruh konsentrasi larutan kitosan jeruk nipis dan lama
penyimpanan terhadap mutu tahu segar. Program Studi Ilmu Dan
Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Indrawijaya, B., A. Paradiba dan S.A. Murni. 2017. Uji organoleptik dan tingkat
ketahanan produk tahu berpengawet kitosan. Fakultas Teknik UNPAM.
Tanggerang.
Indriyanti, N.T. 2008. Pengaruh perbedaan jenis kedelai dan bahan penggumpal
terhadap kadar protein, sifat organoleptik dan daya terima pada pembuatan
tahu. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
25
Mekawati, F.E., D. Sumardjo. 2000. Aplikasi kitosan hasil transformasi kitin
limbah udang (Penaeus merquiensis) untuk adsorpsi ion logam timbal.
Jurnal Sains dan Matematika. FMIPA UNDIP. Vol 8 (2) hal. 51-54.
Midiyanto, D. N. dan S. S., Yuwono. 2014. Penentuan Atribut Mutu Tekstur Tahu
Untuk Direkomendasikan Sebagai Syarat Tambahan Dalam Standar
Nasional Indonesia. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.259-
267. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang.
Muharastri, Y. 2008. Analisis kepuasan konsumen susu UHT merek Real Good di
kota Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian Institut Teknologi Bandung. Bogor.
Nugroho, A.T. 2012. Studi waktu fermentasi dan jenis aerasi terhadap kualitas
asam cuka dari nira aren (Arenga pinnata). Skripsi. Fakultas Materatika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.
Paramitha, D. A.P. 2017, sifat organoleptik tahu susu dengan jumlah pemakaian
koagulan yang berbeda. Program Tudi Manajemen Kuliner Politeknik
Pariwisata Batam Purwadi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak Vol. 2
No. 02.
Poedjiadi, A., dan S., Titin. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
Pratiwi, R D., A.E. Suryaningsih, F. Alhidayat, H. Widodo dan S.E. Kartika. 2008.
Pelatihan pembuatan kitosan dari limbah udang sebagai bahan pengawet
alami untuk memperlama daya simpan pada makanan di kelurahan
pucangsawit. Proposal PKMM Dikti. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rizqi, M., E. Afrianto dan R.I. Paratama. 2017. Pendugaaan umur simpan
menggunakan metode accelerated shelf life test (ASLT) model Arrhenius
pada Fruit Nori. Universitas Padjajaran. Bandung.
26
Rokhati, N. 2006.Pengaruh derajat deasetilasi khitosan dari kulit udang terhadap
aplikasinya sebagai pengawet makanan. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.
Rokhayati, U. 2011. Pengaruh penggunaan asam cuka dan substitusi susu kedelai
terhadap bau tahu susu.Jurnal Inovasi, 8 (1), hlm.113-122.
Safrizal, R. 2010. Kadar Air Bahan. Teknik Pasca Panen. Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Aceh.
Sameen, A., F.M. Anjum, N. Huma and H. Nawaz. 2008. Quality evaluation of
mozarella cheese from different milk sources. Pakistan Journal of
Nutrition 7(6): 753-756.
Sarwono, B. dan Y.P. Saragih. 2001. Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Setyadi, D. Pengaruhpencelupan tahu dalam pengawet asam organik terhadap
mutu sensori dan umur simpan. Skripsi. Fakulta stEknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie.1995. Prinsip Dan Prosedur Statistik Suatu
Pendekatan Biometric Ed. 2 Cetakan 2 Ahli Bahasa Bambang
Sumatri.Gramedia. Jakarta.
USDA. 2005. Nutrition Facts and Analysis for Tofu, Extra Firm, Prepaved with
Nigari. http://www.nutritiondata.com/. Tanggal akses 18 Januari 2018.
Widodo. 2003. Mikrobiologi Pangan dan Industri Hasil Ternak. Lacticia Press.
Yogyakarta.
27
LAMPIRAN
28
Whey Kotak 6 x 5 x 4 cm
29
Tahu susu koagulan larutan Tofu komersial
kitosan 2%
30