Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

BATUAN PIROKLASTIK

DISUSUN OLEH:

PATARDO NAIBAHO

F1D217014

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi tersusun oleh lapisan yang dibedakan berdasarkan sifat fisika dan
kadungan kimianya. Masing-masing lapisan bumi memiliki sifat dan unsur
pembentukan yang berbeda. Seperti halnya lapisan litosfer yang seluruhnya
tersusun oleh batuan. Lapisan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu lapisan
atau disebut juga dengan kerak benua dan kerak samudera.
Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari hasil proses vulkanik
klastik dan proses tersebut sangat berkaitan dengan letusan gunung api. Hasil-
hasil letusan tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami
transportasi oleh air atau es. Batuan piroklastik dapat terbentuk dengan
beberapa proses, antara lain adalah dari aliran material vulkanik, jatuhan dan
hembusan yang terbawa oleh angin. Material yang dihasilkan tersebut dapat
bersifat padat, cair, ataupun gas yang terdapat dari dalam gunung api.
Proses tektonik lempeng tersebut akan menghasilkan pembentukan
mineral-mineral yang berharga dan ekonomis dalam batuan piroklastik ini,
sehingga berguna untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia.. Bom
gunungapi adalah klastika batuan gunungapi yang mempunyai struktur-
struktur pendinginan yang terjadi pada saat magma dilontarkan dan membeku
secara cepat di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu struktur
yang sangat khas adalah struktur kerak roti (bread crust structure).

1.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui proses pembentukan batuan piroklastik.
2. Dapat mengetahui kandungan mineral batuan piroklastik.
3. Dapat mengetahui klasifikasi batuan piroklastik.

1.3 Alat dan Bahan


1.3.1 Alat
- Alat Tulis
- Kertas HVS
- Kertas LKS
- Komparator Batuan Sedimen
- Lup

1.3.2 Bahan
- 8 Sampel batuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Batuan piroklastik adalah batuan klastik semata-mata atau terutama


terdiri dari material vulkanik. Mana materi vulkanik telah diangkut dan ulang
melalui tindakan mekanis, seperti oleh angin atau air, batu-batuan ini disebut
vulkanik klastik. Umumnya terkait dengan aktivitas gunung berapi ledakan
seperti plinian atau letusan Krakatau gaya, atau letusan phreatomagmatic
piroklastik deposito yang umumnya terbentuk dari udara abu, dan bom lapilli
atau blok yang dikeluarkan dari gunung berapi itu sendiri, dicampur dengan
material batuan sekitarnya (Fenton, 1940).
Batuan piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dari
agglomerates terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu. Pyroclasts dengan
ukuran yang berbeda diklasifikasikan sebagai bom vulkanik, lapilli dan abu
vulkanik. Abu dianggap piroklastik karena debu halus terbuat dari batu
vulkanik. Salah satu bentuk yang paling spektakuler adalah deposito piroklastik
ignimbrites, deposito dibentuk oleh suhu tinggi gas dan abu campuran dari
aliran piroklastik acara (Magetsari, 2001).
Tiga jenis transportasi dapat dibedakan: aliran piroklastik, aliran
piroklastik, dan piroklastik jatuh. Selama letusan plinian, batu apung dan abu
yang terbentuk ketika magma silicic terpecah dalam saluran vulkanik, karena
dekompresi dan pertumbuhan gelembung. Pyroklastik kemudian dalam letusan
apung yang dapat naik beberapa kilometer ke udara dan menyebabkan bahaya
penerbangan. Piroklastik kerapatan arus, yang disebut sebagai aliran,
tergantung pada konsentrasi partikel dan tingkat turbulensi, kadang-kadang
disebut bercahaya longsoran. Deposit batu apung yang kaya aliran piroklastik
dapat disebut ignimbrites (Benyamin, 2011).
Ukuran butir pada piroklastik tersebut merupakan salah satu kriteria
untuk menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi
endapan piroklastik tersebut. Ada tiga cara kejadian endapan piroklastik:
piroklastik jatuhan, piroklastik aliran dan piroklastik hembusan. Derajat
pembundaran Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian
tepi butiran pada batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran
dibagi menjadi, Membundar sempurna (well rounded), Membundar (rounded),
Agak membundar (subrounded), Agak menyudut (subangular), Derajat
pemilahan (sortasi) adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan
endapan atau sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan
terpilah baik dan kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir yang
seragam pada semua komponen batuan sedimen (Soetoto, 2001).
Menurut Soetoo, S (2001), material-material penyusun batuan piroklastik
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Kelompok Esensial, Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material
langsung dari magma yang diletuskan baik yang tadinya berupa padatan
atau cairan serta buih magma. Massa yang tadinya berupa padatan akan
menjadi biok piroklastik, massa cairan akan segera membeku selama
diletuskan dan cenderung membentuk bom piroklastik dan buih magma
akan menjadi batuan yang porous dan sangat ringan, dikenal dengan
batuapung.
b. Kelompok Asesori, Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bila
materialnya berasal dari endapan letusan sebelumnya dari gunung api yang
sama atau tubuh vulkanik yang lebih tua.
c. Kelompok Asidental , Yang dimaksud dengan material asidental adalah
material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua dibaewah gunung api
tersebut, terutama adalah batuan dingin disekitar leher volkanik. Batuannya
dapat berupa batuan beku, endapan maupun batuan ubahan.
Pada prinsipnya batuan piroklastika adalah batuan beku luar yang
bertekstur klastika. Hanya saja pada saat proses pengendapan, batuan
piroklastika ini mengikuti hukum-hukum di dalam proses pembentukan batuan
sedimen. Misalnya diangkut oleh angin atau air dan membentuk struktur-
struktur sedimen, sehingga kenampakan fisik secara keseluruhan batuannya
seperti batuan sedimen. Oleh sebab itu ada ahli yang memasukkan batuan
Piroklastik ini kedalam Jenis batuan sedimen.Pada kenyataannya, setelah
menjadi batuan, tidak selalu mudah untuk menyatakan apakah batuan itu
sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu letusan gunungapi (sebagai endapan
primer piroklastika).Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas
(endapan) dan setelah menjadi batuan piroklastika (Amin, 2014).
Proses pembentukan batuan piroklastik diawali oleh meletusnya
gunungapi, mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang
sangat besar yaitu gaya endogen dari pusat bumi. Magma yang dikeluarkan oleh
gunung itu terhempas ke udara, sehingga magma tersebut membeku dan
membentuk gumpalan yang mengeras (yang kemudian disebut batu). Gumpalan
tersebut memiliki tekstur dan struktur yang tertentu pula. Sedangkan batu-
batu tadi yang telah mengalami prosespengangkutan (transportasi) oleh angin
dan air, maka batuan tersebut disebut dengan batuan epiklastik.
3.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini, terdapat delapan sampel bongkahan batuan
piroklastik yang telah diidentifikasikan yang dimana merupakan batuan produk
gunung api. Namun dalam proses praktikum hanya menggunakan pengamatan
dengan kasat mata. Parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi masing-
masing batuan adalah warna, tekstur, struktur, dan komposisi mineral dari
batuan serta terdapat juga genesa dan cara penambangannya. Alat pendukung
praktikum ini digunakan komparator batuan beku dan lup untuk memperjelas
sifat fisik batuan beku tersebut.

Kuarsa feldspar biotit


Gambar 1. Breksi Piroklastik

Batuan piroklastik yang pertama adalah Batua breksi piroklastik. Batuan


ini memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuknya kecoklatan. Tekstur
batuan ini memiliki ukuran butir blok karena berukuran lebih dari 64 mm dan
dapat digunakan komparator batuan sedimen untuk mengetahuinya. Batuan ini
merupakan bongkahan langsung dari hasil jatuh dari material letusan gunung
api. Alasan tidak menggunakan parameter angka dikarenakan pengidentifikasin
hanya dilakukan secara megaskopis atau kasat mata. Derajat kebundaran
batuan ini menyudut bentuk batuannya yang memang seperti membentuk
sudut dan runcing. Kemudian yang ketiga derajat pemilahan pada batuan ini
terpilah baik. Batuan ini mengandung komposisi mineral ferromagnesian yaitu
biotit dan hornblende. Struktur dari batuan ini adalah berbentuk masif. Dari
hasil identifikasi maka batuan ini dimerupakan batuan Breksi piroklasstik.
Genesa dari batuan ini adalah terbentuk akibat letusan gunung api yang
mengakibatkan pengendapan melalui proses jatuhan.
Kuarsa biotit hornblende
Gambar 2. Lapili
Batuan piroklastik yang kedua adalah Lapili. Batuan ini memiliki warna
segar hitam dan warna lapuknya putih keabuan. Tekstur batuan ini memiliki
ukuran butir Lapili karena berukuran antara 2 mm sampai 64 mm dan dapat
ketahui dengan menggunakan komparator batuan sedimen. Alasan tidak
menggunakan parameter angka dikarenakan pengidentifikasin hanya dilakukan
secara megaskopis atau kasat mata. Derajat kebundaran batuan ini agak
menyudut karena bentuk batuannya yang memang seperti membentuk sudut.
Kemudian yang ketiga derajat pemilahan pada batuan ini baik. Batuan ini
mengandung komposisi mineral sialisa yaitu kuarsa dan feldspar dan mineral
ferromagnesian yaitu biotit dan piroxine. Struktur dari batuan ini adalah
Amigdaloidal dikarenakan adanya mineral yang terisi pada lubang-lubang gas
yang terbentuk akibat pelepasan gas saat pendinginan batuan diluar
permukaan bumi. Dari hasil identifikasi maka batuan ini dimerupakan batuan
Batu Lapili. Genesa dari batuan ini adalah terbentuk sebagai hasil aliran
material dari letusan gunung api sehingga memiliki massa yang berat karena
melewati banyak jenis batuan yang terkumpul saat proses aliran lava tersebut.

Lubang gas
Gambar 3. Skoria
Batuan piroklastik yang ketiga adalah Skoria. Batuan ini memiliki warna
segar Abu-abu dan warna lapuknya Abu-abu terang. Tekstur batuan ini
memiliki ukuran butir 0.04 mm dalam bentuk debu halus sehingga mudah
terbang dan dapat ketahui dengan menggunakan komparator batuan sedimen..
Derajat kebundaran batuan ini agak membundar karena bentuk batuannya
yang memang seperti membentuk bundaran atau melebar ke samping.
Kemudian yang ketiga derajat pemilahan pada batuan ini terpilah buruk.
Batuan ini mengandung komposisi mineral sialis yaitu kuarsa dan mineral
ferromagnesian yaitu biotit. Struktur dari batuan ini adalah Skoria dikarenakan
pada permukaan batuan ini terdapat banyak lubang gas. Dari hasil identifikasi
maka batuan ini dimerupakan batuan Batu Skoria. Genesa dari batuan ini
adalah merupakan hasil material erupsi gunung api yang mengandung silika
tinggi.

Feldspar
Gambar 4. Pumice
Batuan piroklastik yang keempat yang akan dideskripsi adalah Pumice.
Batuan ini memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuknya abu kecoklatan.
Tekstur batuan ini memiliki ukuran butir Bom karena berukuran lebih dari 64
mm dan dapat digunakan komparator batuan sedimen untuk mengetahuinya.
Batuan ini merupakan bongkahan langsung dari hasil jatuh dari material
letusan gunung api. Alasan tidak menggunakan parameter angka dikarenakan
pengidentifikasin hanya dilakukan secara megaskopis atau kasat mata. Derajat
kebundaran batuan ini agak menyudut karena bentuk batuannya yang memang
seperti membentuk sudut. Kemudian yang ketiga derajat pemilahan pada
batuan ini baik. Batuan ini mengandung komposisi mineral ferromagnesian
yaitu biotit dan piroxine. Struktur dari batuan ini adalah pumice. Dari hasil
identifikasi maka batuan ini dimerupakan batuan Pumice. Genesa dari batuan
ini adalah terbentuk sebagai hasil jatuhan material dari letusan gunung api.
Kuarsa
Gambar 5. Tuff halus
Batuan piroklastik yang kelima adalah Tuff halus. Batuan ini memiliki
warna segar putih keabuan dan warna lapuknya kecoklatan. Tekstur batuan
ini memiliki ukuran butir debu halus karena berukuran 0.04 mm dan dapat
digunakan komparator batuan sedimen untuk mengetahuinya. Derajat
kebundaran batuan ini membundar sempurna karena bentuk batuannya yang
memang seperti membentuk bundar atau melebar. Kemudian yang ketiga
derajat pemilahan pada batuan ini terpilah baik. Batuan ini mengandung
mineral, yaitu kuarsa. Struktur dari batuan ini adalah masif karena adanya
kesejajaran bentuk massa dasar gelasnya. Dari hasil identifikasi maka batuan
ini merupakan batuan Tuff halus. Genesa dari batuan ini adalah terbentuk dari
letusan dari letusan gunung api yang kemudian terendapkan melalui proses
hembusan.

Massa gelas
Gambar 6. Obsidian
Batuan piroklastik yang terakhir adalah Obsidian. Batuan ini memiliki
warna segar hitam dan warna lapuknya hitam kecoklatan. Tekstur batuan ini
memiliki ukuran butir Blok karena berukuran 2 mm sampai 64 mm dan dapat
digunakan komparator batuan sedimen untuk mengetahuinya. Batuan ini
merupakan bongkahan langsung dari hasil ekstrusi lava tanpa membawa
partikel lain dari material letusan gunung api. Alasan tidak menggunakan
parameter angka dikarenakan pengidentifikasin hanya dilakukan secara
megaskopis atau kasat mata. Derajat kebundaran batuan ini agak menyudut
karena bentuk batuannya yang memang seperti membentuk sudut. Kemudian
yang ketiga derajat pemilahan pada batuan ini baik. Batuan ini tidak
mengandung mineral, melainkan hanya membentuk massa dasar gelas saja.
Struktur dari batuan ini adalah masih karena adanya kesejajaran bentuk
massa dasar gelasnya. Dari hasil identifikasi maka batuan ini merupakan
batuan Obsidian. Genesa dari batuan ini adalah terbentuk dari hasil ekstrusi
lava yang mendingin dalam waktu sangat cepat sehingga yang terbentuk hanya
massa dasar gelas saja.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Batuan piroklastik terbentuk dari hasil aliran, jatuhan dan hembusan
material akibat letusan gunung api.
2. Batuan piroklastik mengandung mineral, antara lain adalah mineral
sialis, mineral ferromagnesiu, mineral tambahan dan mineral ubahan.
3. Batuan piroklastik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: endapan
piroklastik tak terkonsolidasi, endapan piroklastik yang terkonsolidasi
dan batuan akibat lithifikasi endapan piroklastik aliran.
4.2 Saran
Sebaiknya dalam mengidentifikasi sampel batuan dilakukan dengan lebih
teliti dan sehingga pendeskripsiannya tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Mustaghfirin. 2014. Batuan SMK Geologi Pertambangan. Jakarta:


Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Fenton. 1940. The Rock Book. New York: Doubleday Company, inc.
Magetsari. Noer. A. 2013. Catatan Geologi Fisik. Bandung : Nova.
Saphe Benyamin, dkk. 2011. Geologi Fisik SI 1211. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Skinner, Brian. 1979. Rocks and Rock Minerals. Canada: John Wiley and Sons.
Soetoto, S.U 2001. Geologi. Yogyakarta : Laboratorium Geologi Dinamik
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Geologi Universitas Gadjah
Mada.

Anda mungkin juga menyukai