KESELAMATAN PASIEN
OLEH:
KELOMPOK 8
IKM A
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SUBARAYA
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
BAB 1 DEFINISI .......................................................................................................... 4
1.1 Definisi Keselamatan ..................................................................................... 4
1.2 Definisi Pasien ................................................................................................ 5
1.3 Definisi Keselamatan Pasien .......................................................................... 6
BAB 2 TUJUAN DAN FUNGSI KESELAMATAN PASIEN .................................... 9
2.1 Tujuan Keselamatan Pasien (Patient Safety) ...................................................... 9
2.2 Fungsi Keselamatan Pasien (Patient Safety) ....................................................... 9
BAB 3 PRINSIP KESELAMATAN PASIEN ............................................................ 11
3.1 Prinsip Keselamatan Pasien............................................................................... 11
BAB 4 PILAR, STANDAR, DAN INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN ........ 12
4.1 Pilar Keselamatan Pasien .................................................................................. 12
4.2 Standar dan Indikator Keselamatan Pasien ....................................................... 16
4.3 Standar dan Indikator Instalasi Rawat Inap (IRNA) ......................................... 20
BAB 5 HOW TO CREATE PATIENT SAFETY PROGRAM ................................. 23
5.1 Proses Manajemen (POAC) Keselamatan Pasien (Patient Safety) ................... 23
5.1.1 Planning ...................................................................................................... 23
5.1.2. Organizing ................................................................................................. 23
5.1.3. Actuating .................................................................................................... 24
5.1.4 Controlling .................................................................................................. 24
5.2 Langkah-Langkah Keselamatan Pasien (Patient Safety)................................... 25
5.3 Cara Mengembangkan Strategi dalam Menciptakan Keselamatan Pasien........ 30
5.3.1 Learning from Errors (Belajar dari Kesalahan) ......................................... 30
5.3.2 Communication (Komunikasi) .................................................................... 30
5.3.3 Performance Improvement Methodologies (Metodologi Peningkatan
Kinerja) ................................................................................................................ 35
BAB 6 MANAJEMEN RISIKO ................................................................................. 36
6.1 Definisi Manajemen Risiko ............................................................................... 36
6.1.1 Definisi Manajemen .................................................................................... 36
2
6.1.2 Definisi Risiko ............................................................................................ 36
6.1.3 Definisi Manajemen risiko.......................................................................... 36
6.2 Tujuan Manajemen Risiko ................................................................................ 37
6.3 Prinsip Manajemen Risiko ................................................................................ 37
6.4 Ruang Lingkup Manajemen Risiko ................................................................... 40
6.5 Proses Manajemen Risiko ................................................................................. 42
BAB 7 KESIMPULAN ............................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 49
3
BAB 1
DEFINISI
4
tetapi juga keselamatan sosial dimana seseorang mampu kembali beraktifitas kembali
setelah menjalani serangkaian kegiatan pelayanan dan perawatan kesehatan. Pemberian
pelayanan dan perawatan juga harus memperhatikan keselamatan emosional dan
psikologis, keselamatan emosional dan prikologis merupakan kemampuan seseorang
mampu mengendalikan emosi, trauma serta gelisah setelah menjalani serangkaian
kegiatan pelayanan dan perawatan kesehatan yang telah diberikan.
5
kesehatan dalam bentuk asuransi dan konsultasi. Manusia sebagai makhluk sosial
tentunya tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya,
terutama orang yang sedang sakit. Orang yang sedang sakit atau pasien yang tidak
dapat menyembuhkan penyakit yang diderita, oleh karena itu pasien membutuhkan
orang yang dapat membantu menyembuhkan penyakitnya, yaitu tenaga kesehatan.
6
kesehatan. Tenaga medis yang terbaik tidak menutup kemungkinan dapat
membahayakan pasien pada saat memberikan pelayanan medis.
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan keselamatan
pasien. Menurut Quality Interagency Coordination Task Force (2000) menyebutkan
tiga kegiatan yang dapat mweujudkannya yaitu:
1. Preventing errors (mencegah eror)
2. Making errors visible (membuat eror mudah terlihat)
3. Mitigating the effect of errors (meminimalkan akibat dari eror)
Keselamatan pasien yang diberikan oleh tenaga kesehatan pada rumah sakit
dapat diciptakan dan dipelihara oleh dua faktor. Pertama, yaitu keselamatan pasien
merupakan sudah menjadi kebijakan mutlak pagi tenaga kesehatan rumah sakit
tersebut, sehingga seperti memberikan kesan memaksa bagi tenaga kesehatan untuk
bekerja dengan sangat hati-hati. Faktor kedua adalah keselamatan pasien tercipta
karena keahlian, sikap dan tingkah laku dari tenaga kesehatan dalam suatu rumah sakit
tersebut. Kedua kondisi ini diperlukan untuk menciptakan keamanan dan keselamatan
dari fungsi pelayanan kesehatan.
Keselamatan pasien menurut Institute of Medicine (IOM) yaitu “patient safety
is the prevention of harm to patients.” yang artinya pencegahan bahaya kepada pasien,
dimana terdapat penekanan pada sistem pemberian perawatan yaitu:
1. Prevents errors,
2. Learns from the errors that do occur,
3. Is built on a culture of safety that involves health care professionals,
organizations, and patients.
Baik bahaya yang disebabkan oleh aktifitas medis maupun bahaya yang tidak
disebabkan oleh aktifitas medis. Sebagai contoh bahaya yang disebabkan oleh aktifitas
medis yaitu pemasangan saluran infus yang tidak tepat lebih dari satu kali. Sedangkan
contoh bahaya yang tidak disebabkan oleh aktifitas medis yaitu terpaparnya seorang
pasien oleh virus atau bakteri dari pasien lain, sehingga risiko yang di dapat oleh pasien
tersebut lebih besar dari pasien yang tidak terpapar virus.
7
Keselamatan pasien yang tercipta dengan baik akan mengurangi Kejadian
Tidak Diinginkan (KTD) dan juga menghindari kesalahan medis yang dapat berakibat
fatal pada manajemen mutu pelayanan dalam suatu rumah sakit. Kesalahan dalam
penanganan pasien dapat dicegah dengan berbagai cara salah satunya dengan perbaikan
sistem pengamanan keselamatan pasien maupun dengan perlindungan hukum.
Summary:
Safety is the right that everyone must have and also must be available in every
medical actions in hospital. Safety can be created by many prevention actions by health
workers. Patient's safety is an effort from health workers to keep hospital condition in
safety, by prevents errors, learns from the errors that occur and build a safety culture
that involves health care professionals, organizations, and patients.
8
BAB 2
TUJUAN DAN FUNGSI KESELAMATAN PASIEN
9
Summary:
Patient safety is a system for reducing, preventing and avoiding errors in
patient health care by improving performance, managing safety and environmental
risks including infection control, safe use of drugs, equipment safety, safe clinical
practice and safe care environments. The general purpose of Patient Safety which is
expected by the WHO is a world where every patient receives safe health care, without
risks and harm, every time, everywhere. There are four function of Patient Safety:
Ensuring the safety of patients, Prevent harm and medical errors in patients, Treating
and caring patient in a safe environment, and Psrovide high quality health services
such as the safety of each and every patient.
10
BAB 3
PRINSIP KESELAMATAN PASIEN
Summary:
The principle of patient safety is used as an effort to improve patient safety that
must be met by all parts of the hospital including organizational leaders, consumers,
and facilities by recognizing characteristics that can make this effort a success.
11
BAB 4
PILAR, STANDAR, DAN INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN
12
Data untuk Rumah sakit menetapkan dan
meningkatkan meninjau target yang terkait dengan
keselamatan pasien tujuan.
2. Patient and public Keselamatan pasien Rumah sakit memiliki pernyataan hak
involvement dimasukkan ke dalam pasien dan itu terlihat oleh pasien.
pernyataan pasien dan
Keselamatan pasien termasuk dalam
keluarga
pernyataan hak pasien.
13
Memastikan pasien Rumah sakit memerlukan setidaknya
yang tepat identifikasi dua cara untuk mengidentifikasi
dan verifikasi di semua seorang pasien dan dua pengenal.
tahapan perawatan
Sebuah sistem untuk mengidentifikasi
alergi.
14
Rumah sakit
Rumah sakit memiliki sistem untuk
memastikan suntikan
memastikannya praktek injeksi yang
yang aman, infus dan
aman.
imunisasi
pengunjung
Summary:
The five domains under which the pillar of patient safety are organized are
leadership and management, patient and public involvement, safe evidence-based
clinical practice, safe environment, and lifelong learning. Each domains comprises
several subdomains and each subdomains comprises several standards.
15
4.2 Standar dan Indikator Keselamatan Pasien
Tujuh Standar Keselamatan Pasien mengacu pada Standar Keselamatan Pasien
(Joint Commission on Accreditation of Health Organizations, 2002)
No. Standar Definisi Indikator
2. Mendidik Dalam sistem dan Pemberian info yang benar, jelas, lengkap,
pasien dan mekanisme rumah sakit dan jujur.
keluarga harus ada aturan untuk
Pengetahuan kewajiban dan tanggung
mendidik pasien dan
jawabnya.
keluarga tentang
kewajiban & tanggung Pengajuan pertanyaan untuk hal yang tidak
jawab pasien dalam dimengerti.
perawatannya dengan
Pemahaman dan penerimaan konsekuensi
melibatkan pasien mitra
pelayanan.
dalam proses
pelayanan. Pematuhan instruksi dan peraturan yang
menghormati rumah sakit.
16
3. Keselamatan Rumah sakit Terdapat koordinasi layanan mulai saat
Pasien dan memastikan pasien masuk sampai pasien keluar dari
kesinambungan kesinambungan layanan rumah sakit.
perawatan dan koordinasi antara
pekerja dan antar unit
Terdapat koordinasi layanan yang
layanan
disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara
kesinambungan, sehingga layanan berjalan
baik dan lancar.
17
peningkatan data, menganalisis akreditasi, manajemen risiko, utilisasi,
keselamatan secara intensif insiden, mutu pelayanan, keuangan.
pasien dan melakukan
Setiap rumah sakit harus melakukan
perubahan untuk
evaluasi intensif terkait dengan semua
meningkatkan kinerja
insiden.
serta keselamatan
pasien. Setiap rumah sakit harus menggunakan
semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang
diperlukan.
18
serta meningkatkan dan jelas tentang Analisis Akar Masalah
keselamatan pasien. “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan
“Kejadian Sentinel’ pada saat program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6. Mendidik staf Rumah sakit memiliki Setiap rumah sakit harus memiliki program
tentang proses pendidikan, pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi
keselamatan pelatihan dan orientasi staf baru dengan topik keselamatan pasien.
pasien untuk setiap jabatan
Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan
mencakup terkait
topik keselamatan pasien.
keselamatan pasien,
serta melaksanakan Setiap rumah sakit harus
pelatihan yang menyelenggarakan pelatihan tentang
berkelanjutan untuk kerjasama kelompok (teamwork) guna
meningkatkan dan mendukung pendekatan interdisipliner dan
memelihara kompetensi kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
staf
Summary:
Hospital Patient Safety Standards by Joint Commission for Accreditation of
Health Organization in the form of rules defined as the provision of health care services
to patients with the priority of patient safety goals. The Standard embraces all sectors,
19
from rights, family, care, methods of improvement, leadership, staff education, till
communication.
20
dengan kualitas asuhan yang Tingkat kematian korona bypass arteri
lebih buruk. koroner.
21
secara signifikan di antara Tingkat kelahiran normal setelah sesar
rumah sakit dan pemeriksaan (VBAC).
penggunaan dan
Tingkat VBAC, tidak rumit.
penyalahgunaan berlebihan.
Tingkat tinggi atau rendah Tingkat kolesistektomi laparoskopi
untuk indikator ini mewakili
Apendektomi insidentil pada tingkat
pemberian perawatan yang
lanjut usia.
tidak tepat atau tidak efisien.
Tingkat kateterisasi jantung bilateral.
Summary:
IQI (Inpatient Quality Indicators) are standards and indicators issued by the
Agency for Healthcare Research and Quality regarding a set of actions that can be
used with hospital discharge data to provide a quality perspective. IQI consists of
volume, mortality for inpatient procedures, mortality for inpatient conditions, and
utilization. These indicators will show the quality of inpatients produced by a hospital.
22
BAB 5
HOW TO CREATE PATIENT SAFETY PROGRAM
5.1.2. Organizing
Kegiatan keselamatan pasien pada proses pengorganisasian antara lain
menentukan lingkup praktik asuhan keperawatan, struktur dan hubungan manajemen
di organisasi, dan melaksanakan rencana yang sudah disusun sebelumnya. Tim
keselamatan pasien sebagai penggerak keselamatan pasien di rumah sakit perlu
menciptakan kerjasama yang baik, pemberian tanggung jawab dan wewenang yang
sesuai dan menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, karena berpengaruh besar
dalam menumbuhkan motivasi perawat maupun staf pelaksana lainnya. Proses
pengorganisasian bertujuan untuk meningkatkan pemahaman staf dalam memahami
struktur organisasi dan tanggung jawab dari struktur tersebut, dan memudahkan serta
mengembangkan jaringan pengawasan. Pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai
23
kemampuan, koordinasi yang baik, serta terjalin hubungan yang baik antara staf
pelaksana dengan tim keselamatan pasien yang dimana tim keselamatan pasien dapat
melakukan peran dan fungsinya dengan baik dalam menjalankan program mentoring
budaya keselamatan pasien.
5.1.3. Actuating
Kegiatan pada proses pergerakan dalam keselamatan pasien dilakukan dengan
melakukan pengarahan pada staf kesehatan yang dapat dilakukan dengan memberikan
motivasi dan mengatasi konflik. Kegiatan pergerakan dilakukan untuk meminimalkan
stressor kerja tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang bekerja dibawah stressor akan
mengurangi produktivitas, menaikkan jumlah hari ijin kerja dan meningkatkan angka
turnover. Manajer dalam proses pengarahan memiliki deskripsi pekerjaan sebagai
berikut: memberitahukan serta menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, mengelola dan
mengajak para bawahan agar bekerja maksimal, membimbing, serta mengembangkan
para bawahan. Program mentoring sebenarnya juga merupakan bentuk dari proses
penggerakan. Pelaksanaan dalam program mentoring, mentor akan memberikan
penjelasan, mengajar tenaga kesehatan sebagai pelaksana, membimbing serta
memotivasi tenaga kesehatan untuk menerapkan budaya keselamatan pasien.
5.1.4 Controlling
Kegiatan pada proses pengendalian dalam keselamatan pasien meliputi
penilaian kinerja, tanggung gugat fiskal, pengawasan mutu, pengawasan hukum dan
etika, dan pengawasan hubungan profesional dan kolegial. Kegiatan pada proses
pengendalian ini lebih ditekankan pada memastikan bahwa proses pelaksanaan
keselamatan pasien sudah dilakukan dengan baik dan benar. Proses pengendalian
diharapkan akan lebih memantapkan pelaksanaan mentoring yang baik sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
24
5.2 Langkah-Langkah Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Tujuh langkah keselamatan pasien dalam praktik umum menjelaskan langkah-
langkah kunci untuk praktik umum yang harus dilakukan untuk menghindari bahaya
pada pasien (National Patient Safety Agency, 2009).
25
7. Sistem keselamatan - sistem ya ng kuat diletakkan pada tempat untuk mencegah
kesalahan umum.
Ketika ada yang tidak beres, semua staf harus memiliki kepercayaan diri untuk
bersikap terbuka; berfokus pada 'apa', 'bagaimana' dan 'mengapa', bukan harus 'siapa'.
Tanggapan harus mendukung individu, proporsional dan kuat, dan fokus pada
pembelajaran yang bisa didapat dari kejadian tersebut. Keselamatan pasien dapat
menjadi bagian rutin dari tinjauan atau penilaian kinerja staf tahunan, dan penilaian
tahunan, selain menjadi diskusi sehari-hari yang dapat didiskusikan di rapat staf dan
praktek.
26
tentang semua aktivitas ini secara terpadu membantu praktik untuk berfokus pada
keselamatan pasien. Elemen kunci pengelolaan risiko adalah pencegahan. Praktik yang
lebih aman:
Tim dapat belajar dari apa yang terjadi dalam suatu latihan agar dapat mencegah
bahaya pada pasien dalam praktik lainnya. Kita berbagi pengalaman agar orang lain
belajar dari kita dan kita juga bisa belajar dari orang lain. Rumah sakit melaporkan
kejadian keselamatan pasien dan mencegah insiden untuk memberikan kesempatan
dalam memastikan bahwa pengalaman dari seorang pasien di suatu rumah sakit dapat
digunakan untuk mengurangi risiko terjadinya hal serupa di tempat lain pada masa yang
akan datang. Rumah sakit memungkinkan pembelajaran dari kejadian yang dilaporkan
diterapkan dengan cara yang sesuai dengan praktik setempat dan hanya bisa terjadi jika
insiden dilaporkan terjadi di tempat pertama.
27
Langkah 5: Involve and communicate with patients and the public
Perawatan diri adalah bagian penting dari pengobatan modern: pasien yang
diinformasikan harus didukung untuk mengambil keputusan untuk melindungi dan
meningkatkan kesehatan mereka. Pasien memiliki peran penting dalam diagnosis,
perawatan, pemilihan penyedia layanan mereka, memastikan perawatan mereka
diberikan dengan tepat, dipantau dan dipatuhi, dan dalam mengidentifikasi kejadian
buruk.
Praktik yang baik adalah praktik yang belajar dari kesalahan atau kesenjangan
dalam perawatan dan mengubah kejadian yang berpotensi negatif menjadi masalah
positif yang lebih baik dan lebih aman. Secara umum, hal ini dapat dicapai melalui
pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien yang dilakukan secara teratur.
Tindakan yang dilakukan oleh satu praktik mungkin sangat relevan dengan
praktik lainnya. Cobalah mencari cara untuk berbagi pelajaran melalui jaringan lokal
seperti acara pendidikan, forum pengelola praktikum, komisioning konsorsium, dan
Komite Medis Lokal dan terhubung dengan tim tata kelola klinis di organisasi
perawatan primer.
28
harus sederhana, tepat, mudah dicapai, terukur, berkelanjutan dan efektif. Tetapkan
skala waktu dan sepakati siapa yang akan bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
Tindakan yang akan dilaksanakan perlu memanfaatkan pengalaman staf, pasien, dan
masyarakat untuk memastikan solusi tersebut dapat dicapai dalam pelaksanaannya.
Tindakan yang disepakati harus ditinjau ulang untuk memastikan penerapannya.
Langkah utamanya adalah:
Summary:
A hospital in making a patient safety program can be done with management
process consisting of Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC). The seven
steps to patient safety in general practice explain key steps for general practice to be
undertaken to avoid harm to patients consisting of Build a safety culture, Lead and
support your practice team, Integrate your risk management activity, Promote
reporting, Involve and communicate with patients and the public, Learn and share
safety lessons, Implement solutions to prevent harm.
29
5.3 Cara Mengembangkan Strategi dalam Menciptakan Keselamatan Pasien
Sistem kesehatan memiliki banyak komponen yang dapat membantu
melindungi pasien dari kecelakaan sehingga meningkatkan keselamatan pasien
membutuhkan sebuah perubahan menyeluruh dari intervensi yang reaktif dan sedikit
demi sedikit menjadi pendekatan sistem total untuk kesehatan dengan penerapan
sistematis dan seragam dalam keseluruhan proses (Pronovost, et al., 2015). Menurut
Wolper (2011), beberapa contoh cara meningkatkan kualitas keselamatan pasien
dijelaskan di bawah ini:
30
perawatan kesehatan. Usaha untuk meningkatkan kepedulian dan keikutsertaan ini
didukung oleh The Centers for Medicare & Medicaid Service. Program “SPEAK UP”
memberikan saran sederhana kepada pasien sehingga membuat perawatan kesehatan
menjadi pengalaman yang menyenangkan. Berikut adalah penjelasan program
“SPEAK UP”.
31
mendapatkan perawatan dan 3. Pastikan tenaga kesehatan sudah
obat-obatan yang tepat dari mencuci tangannya untuk
dokter. Jangan mengasumsikan menghambat penyebaran infeksi.
apapun. Jangan takut untuk mengingatkan
tenaga kesehatan.
4. Pastikan dokter atau perawat telah
memeriksa data pasien sebelum
memberikan perawatan atau obat-
obatan.
E Educate yourself about your 1. Cari tahu spesialisasi dan
illness. Learn about the medical pengalaman dokter.
tests you get, and your treatment 2. Cari tahu tentang kondisi kesehatan
plan. pribadi melalui dokter, perpustakaan,
Edukasi diri sendiri. Pelajari dan grup atau website resmi.
informasi mengenai penyakit 3. Catat informasi dari dokter.
yang diderita. Cari tahu tes dan Tanyakan kepada dokter jika ada
rencana perawatan yang perlu informasi yang perlu diketahui lebih
dijalani. lanjut.
4. Baca semua form kesehatan dan
jangan tanda tangan sebelum
mengerti. Tanyakan dokter atau
perawat jika ada yang belum
dimengerti.
5. Ketahui semua alat kesehatan yang
digunakan sendiri. Jangan sampai
salah prosedur.
A Ask a trusted family member 1. Wali dapat menanyakan sesuatu yang
or friend to be your advocate kurang jelas kepada dokter atau
(advisor or supporter).
32
Ajak anggota keluarga atau perawat saat kondisi pasien tidak
teman yang paling dipercaya mampu bertanya.
untuk menjadi penasehat atau 2. Wali harus memastikan pasien
yang membantu (wali). mendapatkan perawatan yang tepat.
3. Wali dapat mengingat pertanyaan
yang pasien ajukan kepada dokter.
Dokter dan wali dapat berbicara
disaat pasien tidak dapat berbicara
untuk diri sendiri.
4. Pastikan wali mengerti apa yang
pasien inginkan jikayang dilakukan
pasien adalah untuk keselamatan
pasien sendiri.
5. Pastikan wali dan pasien mengerti
kesepakatannya sebelum pasien
menandatangani apapun.
6. Pastikan wali paham benar perawatan
dan tindakan kegawatdaruratan pasca
keluar dari rumah sakit.
K Know what medicines you 1. Tanyakan informasi yang jelas
take and why you take them. tentang obat tersebut, meliputi
Medicine errors are the most kegunaan obat, merek dan generik
common health care mistakes. obat, dan efek samping.
Ketahui betul obat-obatan 2. Baca label pada obat atau bahkan
yang dikonsumsi dan mengapa cairan infus yang diberikan.
harus dikonsumsi. Kesalahan 3. Jika anda diberikan cairan melalui
dalam pengobatan penyakit intravena, tanyakan kepada perawat
adalah kesalahan konsumsi obat. lama waktu pemberian cairan dan
33
jika dirasa tetesan cairan tersebut
terlalu cepat atau lambat.
4. Informasikan kepada dokter atau
perawat tentang riwayat alergi atau
reaksi terhadap obat-obatan.
5. Pastikan untuk membaca resep dari
dokter atau tanyakan kepada petugas
apotek dan mintalah untuk menulis
ulang yang lebih jelas.
U Use a hospital, clinic, 1. Tanyakan kepada organisasi tersebut
surgery center, or other type of apakah pernah merawat orang
health care organization that has dengan kondisi penyakit seperti anda,
been carefully checked out. seberapa sering dan perawatan
Upaya mencari organisasi atau khusus yang diberikan sehingga
pelayanan kesehatan yang tepat pasien sembuh.
dan terjamin. 2. Jika anda membutuhkan lebih dari
satu ambulatory care center,
tanyakan kepada dokter mana yang
terbaik untuk anda.
3. Sebelum meninggalkan fasilitas
tersebut, pahami instruksi yang
diberikan
P Participate in all decisions 1. Pasien dan dokter harus saling
about your treatment. You are sepakat untuk setiap tahap perawatan.
the center of the health care 2. Pahami berapa lama perawatan, siapa
team. yang merawat, dan pahami apa yang
Partisipasi atau keikutsertaan akan terjadi.
dalam segala keputusan 3. Tanyakan kepada dokter bagaimana
mengenai perawatan sangat tindakan, obat dan tes yang terbaik.
34
penting. Pasien adalah pusat dari 4. Simpan semua salinan catatan
proses perawatan kesehatan. kesehatan dan informasikan kepada
dokter atau perawat.
5. Jangan takut untuk meminta
pendapat kedua.
6. Bertanyalah dengan pasien lain yang
mendapat tindakan atau operasi yang
sama dengan anda.
Summary:
Improving patient safety requires an overarching shift within the system and
applied across the total process. Several key examples to improve patient safety are
learning from errors, communication, and performance improvement methodologies.
Each of them has an important role in developing patient safety.
35
BAB 6
MANAJEMEN RISIKO
36
Menurut World Health Organization (WHO), risk management is the
process of weighing policy alternatives to accept, minimize or reduce assessed
risks and to select and implement appropriate option. Manajemen Risiko
merupakan suatu proses untuk menimbang sebuah alternatif kebijakan untuk
,meminimalkan atau mengurangi nilai risiko dan memilih dan menerapkan
suatu opsi yang tepat. Dengan adanya manajemen risiko, hal yang tidak
diinginkan akan diminimalisir dengan cara memilih jalan alternatif setelah
dilakukan proses manajemen risiko dengan mempertimbangkan keuntungan
dan kerugiannya.
37
kinerja keuangan, kualitas produk, efisiensi operasi, serta tata kelola dan
reputasi perusahaan.
2. Manajemen risiko adalah bagian integral proses dalam organisasi (an integral
part of organizational processes)
Manajemen risiko adalah bagian tanggung jawab manajemen dan
merupakan suatu bagian integral dalam proses normal organisasi seperti juga
merupakan bagian dari seluruh proses proyek dan manajemen perubahan.
Manajemen risiko bukanlah merupakan aktivitas yang berdiri sendiri yang
terpisah dari aktivitas utama dan proses dalam organisasi.
3. Manajemen risiko adalah bagian dari pengambilan keputusan (part of decision
making)
Manajemen risiko membantu pengambil keputusan megambil
keputusan dengan informasi yang cukup. Manajemen risiko dapat membantu
memprioritaskan tindakan dan membedakan berbagai pilihan alternatif
tindakan. Pada akhirnya, manajemen risiko dapat membantu memutuskan
apakah suatu risiko dapat diterima atau apakah suatu penanganan risiko telat
memadai dan efektif
4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian (explicitly
addresses uncertainty)
Manajemen risiko menangani aspek ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan, sifat alami dari ketidakpastian itu, dan bagaimana menanganinya.
5. Manajemen risiko bersifat sistematis, terstruktur, dan tepat waktu (systematic,
structured and timely)
Suatu pendekatan sistematis, tepat waktu, dan terstruktur terhadap
manajemen risiko memiliki kontribusi terhadap efisiensi dan hasil yang
konsisten, dapat dibandingkan, serta andal.
6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia (based on the
best available information)
Masukan untuk proses pengelolaan risiko didasarkan oleh sumber
informasi seperti pengalaman, umpan balik, pengamatan, prakiraan, dan
38
pertimbangan pakar. Meskipun demikian, pengambil keputusan harus
terinformasi dan harus mempertimbangkan segala keterbatasan data atau
model yang digunakan atau kemungkinan perbedaan pendapat antar pakar.
7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan (tailored)
Manajemen risiko diselaraskan dengan konteks eksternal dan internal
organisasi serta profil risikonya.
8. Manajemen risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya (takes human
and cultural factors into account)
Manajemen risiko organisasi mengakui kapabilitas, persepsi, dan tujuan
pihak eksternal dan internal yang dapat mendukung atau malah menghambat
pencapaian tujuan organisasi.
9. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif (transparent and inclusive)
Pelibatan para pemangku kepentingan, terutama pengambil keputusan,
dengan sesuai dan tepat waktu pada semua tingkatan organisasi, memastikan
manajemen risiko tetap relevan dan mengikuti perkembangan. Pelibatan ini
juga memungkinkan pemangku kepentingan untuk cukup terwakili dan
diperhitungkan sudut pandangnya dalam menentukan kriteria risiko.
10. Manajemen risiko bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap perubahan
(dynamic, iterative and responsive to change)
Seiring dengan timbulnya peristiwa internal dan eksternal, perubahan
konteks dan pengetahuan, serta diterapkannya pemantauan dan peninjauan,
risiko baru bermunculan, sedangkan yang ada bisa berubah atau hilang.
Karenanya, suatu organisasi harus memastikan bahwa manajemen risiko terus
menerus memantau dan menanggapi perubahan.
11. Manajemen risiko memfasilitasi perbaikan dan pengembangan berkelanjutan
organisasi (facilitates continual improvement and enhancement of the
organization)
Organisasi harus mengembangkan dan mengimplementasikan strategi
untuk memperbaiki kematangan manajemen risiko mereka bersama aspek lain
dalam organisasi mereka.
39
6.4 Ruang Lingkup Manajemen Risiko
Konsep awal dan tujuan dari manajemen risiko adalah untuk memilih satu
jalan alternatif dari beberapa pilihan yang melewati proses identifikasi, analisis,
monitoring evaluasi, yang berguna untuk meminimalisir risiko terjadinya suatu hal
yang menyebabkan kerugian. Ruang lingkup manajemen risiko, yaitu : (Caroll,
2009)
1. Patient Care – Related Risks (Risiko Perawatan Pasien)
Perawatan pasien atau manajemen risiko klinis termasuk pengumpulan
informasi, upaya pengendalian kerusakan, pertanggungjawaban risiko
profesional medis, dan aktivitas pengelolaan klaim, merupakan inti dari
program manajemen risiko pelayanan kesehatan. Aktivitas manajemen
berfokus pada aktivitas perawatan pasien klinis langsung dan konsekuensinya
perawatan medis yang tidak tepat atau salah, penting lainnya. Isu terkait pasien
juga menghadapi profesional manajemen risiko, yaitu : (Caroll, 2009)
a. Kerahasiaan dan pelepasan informasi medis pasien secara tepat, terutama
mengingat HIPAA dan persyaratan privasi lainnya
b. Perlindungan pasien dari penyalahgunaan dan pengabaian dan dari
serangan oleh pasien lain,pengunjung, atau staf.
c. Mengamankan informed consent untuk perawatan medis
d. Perlakuan tidak diskriminatif terhadap pasien, terlepas dari ras, agama, asal
negara, atau status pembayaran
e. Perlindungan barang berharga pasien karena kehilangan atau kerusakan.
f. Triase, stabilisasi, dan transfer pasien yang tepat untuk dipersembahkan
departemen darurat (DEDs)
g. Partisipasi pasien dalam penelitian dan penggunaan obat percobaan dan
prosedur medis.
h. Keputusan review pemanfaatan terkait dengan waktu pembuangan pasien
dan penyediaan layanan medis yang diperlukan berdasarkan berbagai
perawatan pihak ketiga yang dikelola pengaturan
i. Akses terhadap masalah perawatan risiko terkait staf medis.
40
2. Medical Staff - Related Risks (Risiko Terkait dengan Karyawan)
Staf medis merupakan ujung tombak dari image sebuah pelayanan
kesehatan. Staff medis juga tidak jauh dari sebuah kesalahan bahkan bisa
menimbulkan malpraktik atau masalah lainnya. Hal yang sangat penting
adalah sebagai berikut: proses pemberian mandat, pengangkatan, dan
pengabdian kepada staf medis, proses pendisiplinan staf medis, pertimbangan
proses yang matang, dan tuduhan dugaan antimonopoly, pengaturan bisnis dan
insentif finansial bagi dokter yang mungkin memiliki kecurangan dan
penyalahgunaan.
3. Employee - Related Risks (Risiko terkait dengan Karyawan)
Aspek yang paling penting terkait dengan risiko terkait dengan
karyawan adalah mengurangi risiko penyakit akibat kerja dan cedera serta
menyediakan perawatan dan kompensasi pekerja yang menderita luka atau
penyakit akibat kerja. Manajemen risiko profesional harus memahami
pengetahuan tentang kompensasi pekerja yang relevan dengan undang-undang
dan peraturan yang diumumkan oleh Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Federal Administrasi (OSHA).
4. Property - Related Risks (Risiko terkait dengan Property)
Banyak entitas perawatan kesehatan yang kompleks dan memiliki aset
properti yang signifikan, termasuk rumah sakit dan struktur klinik, gedung
medis, dan peralatan pengolahan data medis yang berharga. Maka dari itu
manajemen risiko sangat berperan untuk untuk melindungi dan menjaga aset
tersebut dari risiko kerugian akibat kebakaran, banjir, bencana alam, dan
bahaya lain yang mungkin merusak atau menghancurkan properti tersebut.
5. Financial Risks (Risiko terkait Finansial)
Pada kenyataannya, risiko bisnis terkait dengan usaha atau layanan
baru dan kelanjutan kelayakan finansial dari operasi organisasi yang ada secara
tradisional, dianggap berada di luar lingkup masalah manajemen risiko,
setidaknya ada dua bidang risiko keuangan dimana manajemen risiko
professional harus prihatin, yaitu :
41
a. Direksi dan direktur organisasi perawatan kesehatan, seperti organisasi
lainnya yang terkait dan entitas perusahaan, menghadapi kewajiban yang
dikenakan oleh pemegang saham atau pihak lainnya menuduh tindakan
yang tidak sesuai dalam memenuhi tugas direksi dan direktur.
b. Profesional manajemen risiko yang mewakili kepentingan penyedia
layanan kesehatan yang mengontrak organisasi perawatan terpadu (MCOs)
dengan basis "berisiko" (biasanya melalui pengaturan pembayaran yang
dikapitalisasi) perlu mempertimbangkan opsi yang tersedia untuk
membatasi risiko keuangan yang ada dalam perjanjian tersebut.
6. Other Risks (Risiko lainnya)
Risiko lainnya yang terkait dengan manajemen risiko adalah kerugian
properti dan kewajiban yang terkait dengan operasi mobil, truk, van, dan
ambulans yang dimiliki atau disewa oleh organisasi.
42
Sumber : International Organization for Standardization (ISO). “ISO
13000:2009—Risk Management: Principles and Guidelines.” Geneva,2009 (Berg,
2011) (Berg, 2011) (Berg, 2011) (Berg, 2011) (Berg, 2011)
43
b. Analisis risiko yaitu menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko
yang telah diidentifikasi.
c. Evaluasi risiko yaitu membandingkan hasil analisis risiko dengan kriteria
risiko untuk menentukan bagaimana penanganan risiko yang akan
diterapkan.
44
Organizations of the Treadway Commission) mengeluarkan ERM (Enterprise
Risk Management - Integrated Framework). ERM adalah suatu proses yang
dipengaruhi oleh board of director, dan personel lain dari suatu organisasi,
diterapkan dalam setting strategi, dan mencakup organisasi secara keseluruhan,
didesain untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang mempengaruhi suatu
organisasi, untuk memberikan jaminan yang cukup pantas berkaitan dengan
pencapaian tujuan organisasi (Commision, 2004).
Menurut Maria dan Peter (2008) proses ERM hanya berfungsi secara
efektif jika informasi mengalir melalui semua komponen dan pemantauan yang
sedang berlangsung dilakukan. Komponen tersebut ialah internal environment,
objective setting, event identification, risk assessment, risk response, control
activities, information and communication, monitoring. Setiap elemen tersebut
seharusnya memiliki bobot yang sama karena memiliki kepentingan yang sama.
Namun tingkat kematangan efektivitas manajemen risiko dapat dilihat dari :
a. Very weak (Sangat Lemah)
Pada tingkat very weak tidak terdapat komunikasi, formalisasi sangat
rendah, dan tidak ada dokumentasi yang tersedia sehingga efektivitas sangat
lemah karena peran manajemen risiko juga sangat lemah
b. Weak (Lemah)
Pada tingkat weak regulasi hanya diatur secara informal atau tidak
tertulis dan belum ada pendidikan, pelatihan, dan komunikasi sehingga
efektivitas juga lemah, karena peran manajemen risiko juga lemah.
c. Middle (Sedang)
Pada tingkat middle manajemen risiko telah terstandarisasi, prinsip
telah didefinisikan dan didokumentasi, latihan dasar juga telah dilakukan,
pelaksanaan rencana diimplementasikan dengan memprioritaskan risiko yang
tinggi sehingga efektivitas sudah cukup baik karena sudah terbangun suatu
komunikasi dan standar yang cukup baik.
d. Good (Baik)
45
Pada tingkat good telah dilakukan pengawasan pada kegiatan
manajemen risiko, prinsip sudah digunakan, dan ketaatan menjadi sesuatu
yang diatur dan regularly improved sehingga efektivitas dalam tingkatan ini
tergolong baik, meski belum ada diskusi keberlanjutan mengenai risiko yang
mungkin terjadi secara mendesak karena berfokus pada proses manajemen
risiko.
e. Very Good (Sangat Baik)
Pada tingkat very good manajemen risiko terimplemetasikan dengan
baik dan optimal. Prinsip dan proses manajemen risiko telah terintegrasikan
pada proses manajemen dan efektivitas manajemen risiko sangat baik, artinya
terdapat kemungkinan kecil untuk berisiko menimbulkan kerugian yang tidak
diinginkan.
Summary:
46
BAB 7
KESIMPULAN
47
errors, communication, and performance improvement methodologies. Each of
them has an important role in developing patient safety.
6. Risk management is the systematic process of identifying, evaluating, and
addressing the potential and actual risk in select the best alternative way. The
purpose of risk management is to minimize the financial loss of the hospital by
improving the quality of patient safety based on the 11 basic principles in order
to be effective. The process of risk management is establishing the context, risk
assessment, and risk treatment. Its effectiveness is measured by the size of the
risks that arise during the risk management process
48
DAFTAR PUSTAKA
7. Galt, K. A., Paschal, K. A., & Gleason, J. M. (2000). Key Concepts in Patient
Safety. Washington, DC: Jones and Bartlett.
11. International
Standard Organization. (2009). ISO 13000:2009—Risk
Management : Principles and Guidlines. Geneva.
49
14. Patterson. E. S., & Wears, R. L. (2010). Patient Handoffs: Standardized and
Reliable Measurement Tools Remain Elusive. Joint Commision Journal on
Quality and Patient Safety, 52-61 (10).
15. Pronovost, P. et al., 2015. Patient Safety Incident Reporting: A Qualitative
Study of Thoughts and Perceptions of Experts 15 Years after “To Err is
Human”. London: BMJ Publishing Group Limited.
18. Ulrich, B & Kear, T. (2014). Patient Safety and Patient Safety Culture:
Foundations of Excellent Health Care Delivery. Nephrology Nursing Journal.
19. WHO. (2016). Patient safety assesment manual second edition. WHO Library
Cataloguing in Publication Data .
20. WHO. (2017). Patient safety making health care safer. WHO Library
Cataloguing in Publication Data.
50