Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR DI WILAYAH TEMPAT PEMBUANGAN

AKHIR (TPA) SAMPAH SUPIT URANG DESA MULYOREJO KECAMATAN


SUKUN KOTA MALANG

MAKALAH PROYEK
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pencemaran lingkungan
yang dibina oleh Bapak Dr. H. Sueb, M.Kes
(Email: sueb.fmipa@um.ac.id)
Disajikan pada kamis 27 september 2018

Oleh
1. Hana Veronica (160342606281)
(Email: hana.veronica8@gmail.com)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pencemaran lingkungan yang banyak dialami berbagai Negara yaitu meningkatnya


volume sampah yang diiringi peningkatan jumlah peduduk yang sangat pesat yang
mengaibatkan sampah yang dihasilkan semakin meningkat dan menjadi masalah yang sangat
pelik untuk diselesaikan. Di Indonesia telah banyak tempat pembuangan akhir yang masih
kesuliatan dalam mengolah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat perharinya. Hal ini
diakibatkan pesatnya jumlah penduduk yang mengakibatkan semakin meningkatnya kenaikan
volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir setiap harinya. Taraf hidup
masyarakat dan perubahan perilaku masyarakatlah yang diduga menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume sampah yang dihasilkan setiap harinya.

Pencemaran yang diakibatkan oleh menumpuknya sampah bisa mempengaruhi kualitas


tanah dibawahnya serta juga berpengaruh terhadap kualitas air disekitar tempat yang menjadi
pembuangan akhir sampah. Kualitas air disekitar tempat pembuangan akhir tersebut akan
menurun akibat dari polutan yang dihasilkan oleh sampah yang terus menerus tertimbun
diatas tanah, sehingga air yang terdapat disekiar tempat pembuangan akhir juga mengalami
pencemaran akibat dari polutan yang dihasilkan sampah yang telah tertimbun sejak lama, dan
menyebabkan air tersebut tidak layak konsumsi dan berpotensi menyebabkan penyakit bagi
masyarat sekitar TPA tersebut. Polutan tersebut dihasilkan oleh sampah yang menumpuk dan
menghasilkan air lindi yang banyak mengandung bahan berbahaya bagi manusia, air lindi
tersebut akan memberikan dampak yang tidak baik bagi air dan tanah dibawahnya. Pelindian
inilah yang dapat menyebabkan logam berat pindah dari lapisan perakaran ke lapisan tanah di
bawahnya sehingga tanah menjadi tercemar (Triastuti, 2013).Lindi yang dihasilkan dari
pembusukan sampah terdiri dari berbagai macam unsur kimia, salah satunya yaitu timbal.
Lindi yang banyak mengandung tibal akan terserap oleh tanah dibawahnya, hal ini
mengakibatkan kandungan timbal (Pb) didalam tanah menjadi sangat tinggi. Tanaman yang
terlalu banyak menyerap timbal (Pb) akan berdampak buruk bagi tanaman tersebut karena
akan mempengaruhi klorofil yang terdapat dalam tanaman tersebut.

Malang merupakan salah satu kota yang memiliki tempat pembuangan akhir sampah
yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Tempat pembuangan akhir sampah
ini terletak di desa mulyorejo yang bernama tempat pembuangan akhir sampah Supit Urang
atau yang lebih dikenal dengan TPA Supit Urang. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Kota Malang (2013), penduduk tetap kota Malang pada tahun 2013
berjumlah 867.832 jiwa dan penduduk pendatang kurang lebih 300.000 jiwa. Jumlah
penduduk yang sangat banyak tersebut mengakibatkan timbunan sampah pada tahun 2013
yang dihasilkan mencapai 464,74 ton per hari (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Malang, 2014).

Sampah yang dibuang pada TPA Supit Urang tersebut merupakan sampah organik yang
proses pembusukannya sangat cepat, sehingga menyebabkan terbentunya lindi dari proses
pembusukan tersebut. Lindi memiliki berbagai macam kandungan kimia salah satunya yaitu
timbal (Pb). Lindi yang mengandung timbale akan terserap tanah, menyebabkan tanah
dibawahnya memiliki kandungan timbal yang sangat tinggi. Timbale pada tanaman akan
memiliki pengaruh terhadap klorofilyang dikandung oleh tanaman tersebut. Sedangkan
konduktivitas lindi berbeda dengan kondiktivitas air tanah. Dari hasil penelitian para ahli,
konduktivitas lindi yang dihasilkan oleh pembusukan sampah tersebuta memiliki kendutivitas
yang lebih tinggi daripada kondukivitas air. Sehingga, nilai resistivitas polutan ini lebih
rendah dari pada air tanah. Menurut Loke dan Barker (1997) resistivitas air bersih (fresh)
adalah antara 10-100 Ώm.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 2.1 Kualitas air
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi pemenuhan
kebutuhan tertentu bagi kehidupan manusia, seperti untuk mengairi tanaman, minuman
ternak, dan kebutuhan langsung untuk diminum, mandi, mencuci, dan sebagainya. Kualitas
air ditentukan oleh kandungan sedimen tersuspensi dan bahan kimia yang terlarut di dalam
air tersebut (Arsyad:2000). Derajat Keasaman Air (pH), nilai pH menyatakan intensitas
keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya.
Nilai pH merupakan parameter penting dalam analisis kualitas air karena pengaruhnya
terhadap proses biologis dan kimia di dalamnya (Chapman, 2000). Suatu lingkungan perairan
dapat dikatakan baik jika memenuhi syarat untuk menjamin kehidupan dan mempunyai pH
netral yaitu berkisar 6.5-7.5 (Purwanti et al. 2005). Dalam beberapa kasus pH air yang jauh
dari netral. Diketahui dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, misalnya
penurunan kekerasan gigi akibat konsumsi minuman yang memiliki pH lebih kecil dari 7
(Prasetyo: 2004).

Alaerts dan Santika (1984) menyatakan bahwa bakteri yang sering digunakan sebagai
indikator untuk menilai kualitas perairan adalah bakteri koliform, fecal koliform, dan fecal
streptococcus. Bakteri koliform merupakan bakteri yang berasal dari tinja manusia, hewan
berdarah panas, hewan berdarah dingin, dan dari tanah. Bakteri koliform mudah dideteksi,
sehingga jika bakteri tersebut ditemui dalam sampel air berarti air tersebut tercemar oleh tinja
dan kemungkinan besar perairan tersebut mengandung bakteri patogen. Menurut Peraturan
Pemerintah No. 82 tahun 2001, kadar maksimum total koliform yang diperbolehkan pada
perairan umum yang diperuntukkan untuk mengairi pertanaman dan peternakan sebesar
10.000 MPN/100ml.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Hal ini digunakan untuk mengetahui kualitas
air di sekitar TPA Supit Urang, sehingga kualitas ini dapat dijadikan patokan untuk
mengetahui besar pencemaran yang terjadi pada wilayah TPA maupun wilayah sekitarnya.
Pengambilan sampel tanah dan air dilakukan secara berurutan yang tersebar mulai dari loksai
TPA hingga daerah sekitar TPA.

Dafar rujukan
Alaerts, G. dan S.S Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. Hal.
309
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID) : IPB Pr.
Chapman D. 2000. Water Quality Assesment. London Edition 1.2, Cornell University,
Geneva, N.Y 59 pp.
Gugino, B.K., Idowu, O.J.,Schindelbeck, R.R., van Es, H.M., Wolfe, D.W., Thies, J.E.
Karlen, D.L, et all. 1997, Soil Quality: A Concept, Definition, and Framework for
Evaluation.Published in Soil Sci. Soc. Am. 61: halaman 4-10.
www.naldc.nal.usda.gov, diunduh 24 Maret 2017
Loke MH, Barker RD, 1996. Practical techniques for 3D resistivity surveys and data
inversion. Jurnal Geophy. Prosp., 44: halaman 499-524.
www.onlinelibrary.wiley.com, diunduh 28 Februari 2017
Madwiratna, Meidanta, 2012.Penerapan Metode Geolistrik Untuk Mengetahui Rembesan
Polutan Sampah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Desa
Mulyorejo Kota Malang. Malang: Universitas Negeri Malang.
Pambudi, 2009. Studi Dampak Lingkungan TPA Supit Urang Kota Malang. Skripsi tidak
dipublikasikan. Malang: Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas
Brawijaya.
Prasetyo EA. 2004. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan permukaan gigi
[artikel penelitian]. Surabaya (ID) : Universitas Airlangga
Puji Lestari, Ani. et all. 2014. Program Inovasi Pengelolaan Sampah Di Kota Malang. Jurnal
Administrasi Publik (JAP), 2(3): halaman571-577. www.download.portalgaruda.org,
diunduh 28 Februari 2017
Purwandari,Endah Rusiana, 2014. Studi Kualitas Airtanah Dangkal Kawasan Tpa Supit
Urang Kota Malang. Jurnal Ilmiah Konservasi Sumber Daya Air, 2(1) : halaman 1-5.
www.pengairan.ub.ac.id, diunduh 10 Februari 2017
Purwanti AA, Sunarto, Setyaningsih R. 2005. Kualitas air tanah di sekitar aliran Sungai Pepe,
Surakarta. BioSmart [internet]. [diunduh 2016 Mar 04];7(1):66-71. Tersedia pada :
http://dglib.uns.ac.id/dokumen/detail/689/Kualitas-air-tanah-di-sekitar-aliran-sungai-
Pepe-Surakarta
Soil Quality Institute. Natural Resources Conservation Services. USDA.
SQI, 2001. Guidelines for Soil Quality Assessment in Conservation Planning.
Triastuti, Y. 2013. Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg2+) Menggunakan Tanaman
Akar Wangi (Vetiverzizanioides) Pada Lahan Eks-TPA Keputih, Surabaya.
Wahab, Solichin Abdul. 2008, Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang, Universitas
Muhammadiyah Malang.

Lampiran
Cara/Alat
Skala Item
No Variabel Subvariabel Indikator Pengumpula
Variabel Pernyataan
n Data
1. Kualitas a. Warna a. Warna
- Indera
Air b. Ph air
Interval - mata
c. Tekstur b. pH air
- pH meter
c. Tekstur

Anda mungkin juga menyukai