5519 4787 1 SM PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

KLONING MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ETIKA KEILMUAN

DAN PENGATURAN HUKUMNYA DI INDONESIA

Masrudi Muchtar
Jurusan Ilmu Hukum, Universitas Ahmad Yani
Jl. Ahmad Yani Km 5.5 Banjarmasin
email:muchtarmasrudi@gmail.com

Abstract: One result of the progress made by science and technology is human cloning. From the
beginning of human cloning raises the pros and cons of various countries in the worlds. The proses
of creation of human being through technology that si so feared would destroy human dignity. This
will obvious impact on ethics and law. Although Indonesia has not been a country that has the
ability concerning human cloning, but the creation of human beings through cloning need to have
regulations that can be used to regulate the development and research on the human cloning.

Abstrak: Salah satu hasil kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kloning
manusia. Sejak semula usaha kloningi manusia menimbulkan pro-kontra diberbagai Negara di dunia.
Proses penciptaan manusia melalui teknologi yang demikian ini dikhawatirkan akan menghancurkan
harkat martabat manusia. Hal ini jelas akan berdampak pada etika dan hukum. Walaupun Indonesia
belum menjadi Negara yang memiliki kemampuan kloning manusia, perlu memiliki aturan hukum yang
tegas tentang kloning manusia untuk mengatur pengembangan dan penelitian tentang kloning
manusia.

Kata Kunci: Kloning Manusia, Etika Keilmuan

Pada hakikatnya manusia dianugerahi kelebihan memiliki rasa keinginan tahuan. Ibnu Sina
dan dibekali kemampuan oleh sang pencipta, yakni mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
Allah SWT. Manusia sebagai khalifah di muka memiliki tujuh kemampuan satu diantaranya adalah
bumi, tentu saja ia memiliki keistimewaan di memiliki kemampuan untuk mengetahui apa yang
bandingkan makhluk lain. Manusia adalah makhluk ada disekitarnya (Esha, 2010:10). Aristoteles
yang diciptakan dalam bentuknya yang sangat mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
paripurna (fi ahsani taqwim) (Mudlor, 1994:11). mampu berbicara dan mengeluarkan pendapat
Tidak ada makhluk ciptaan Allah SWT yang dengan akalnya (al-insan hayawanunnatiqun).
sesempurna manusia. Manusia telah dibekali Al- Beerling mengatakan bahwa manusia adalah
lah SWT dengan beragam alat pengetahuan makhluk yang suka bertanya (Esha, 2010:10).
berupa indera, akal, dan hati. Ketiga alat Kesemuanya itu mempertegas kenyataan bahwa
pengetahuan manusia itu merupakan modal dasar manusia adalah makhluk yang dibekali dengan
yang sangat penting bagi manusia dan kemampuan untuk bertanya dan rasa ingin tahu.
memungkinkannya untuk mendapatkan Kemampuan untuk bertanya dan rasa ingin
pengetahuan. Tetapi, kemampuan tahu tersebut tahu dari setiap manusia akan membawa kemajuan
bersifat statis. Untuk mengubahnya menjadi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
dinamis, diperlukan daya pendorong, yaitu Dari sebab yang demikian inilah, maka ilmu menjadi
keinginan tahu (Esha, 2010:9). Allah SWT tumbuh subur dan terus menerus berkembang.
membekali alat pengetahuan tersebut kepada Harus diakui bahwa perkembangan ilmu dan
manusia, sehingga tentu potensi manusia untuk teknologi telah banyak menyumbang kemajuan
mendapatkan pengetahuan sangat besar. peradaban manusia. Salah satu hasil kemajuan yang
Fitrah keinginan tahu manusia sangat besar. dicapai oleh Iptek adalah kloning, yaitu “suatu
Siapa pun yang namanya manusia pasti akan proses penggandaan makhluk hidup dengan cara

103
104 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 2, Agustus 2014

nucleus transfer dari sel janin yang sudah dipraktikkan dalam tataran realitas? Sedangkan
beerdiferensiasi dari sel dewasa”, atau “peng- para pendudung kloning melihat ini sebagai
gandaan makhluk hidup menjadi lebih banyak, baik kesempatan untuk bisa hidup kembali denga or-
dengan memindahkan inti sel tubuh ke dalam indung ang yang dicintai atau dipuja, tak peduli harus
telur pada tahap sebelum terjadi pemisahan sel-sel berbeda genarasi (Ibrahim, 2007:55)
bagian-bagian tubuh” (infad, 2011). Di negara- negara maju sangat berhati-hati
Secara etimologi, cloning berasal dari kata dalam menghadapi usaha klonasi manusia. Di
“clone” yang diturunkan dari bahasa yunani Inggris, pada tahun 1990 dibentuk suatu badan
“klon”, artinya potongan yang digunakan untuk independen yang dinamakan Human Fertillsation
memperbanyak tanaman. Kata ini digunakan and Embriology Authority (HFEA) yang
dalam dua pengertian, yaitu (1) klon sel yang yang berfungsi sebagai penasehat dalam pelaksanaan
memiliki sifat-sifat genetiknya identik, dan (2) klon kegiatan penelitian reproduksi buatan dan
gen atau molecular, artinya sekelompok selain gan pemberian ijin legalnya, serta melakukan
yang bersifat identik yang direplikasi dari satu gen pengawasan terhadapnya. Salah satu kebijakan
dimasukan dalam sel inang. Sedangkan secara dari HFEA adalah melarang Melakukan
terminologi, cloning adalah proses pembuatan kloning untuk tujuan reproduksi manusia (yendi,
sejumlah besar sel atau molekul aslinya. 2011). Di Negara Amerika melarang semua riset
Misteri reproduksi makhluk tanpa melalui yang melibatkan Kloning tanpa terkecuali (cisral,
perkawinan (aseksual) mulai menjadi perdebatan 2011). Di Negara mesir Dalam lokakarya yang
sengit ketika Ian Wilmut, Keith Campbell dan tim diselenggarakan oleh The International Islamic
di Roslin Institute – skotlandia berhasil Center For Population Studies and
mengkloning Domba Dolly pada tahun 1996. Research bertempat  di  Universitas Al-Azhar,
Sebelumnya manusia telah berhasil mengkloning Kairo, Mesir, dihasilkan pernyataan yang salah
kecebong (1952), ikan (1963), tikus (1986). satunya adalah Reproductive cloning atau
Keberhasilan Kloning dolly menuai kecaman kloning pada manusia, dilarang.
sebagian besar penduduk dunia baik institusi Pencapaian teknologi rekayasa genetik
keagamaan, pemeluk agama, dunia kedokteran, (bioteknologi) khususnya di bidang kloning tersebut
institusi riset sejenis, hingga pemerintahan tiap menunjukkan bahwa garis depan (frontier) ilmu
negara. Hal ini menyebabkan pengkloningan dari waktu ke waktu selalu berubah, bergerak dan
dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sejak berkembang secara dinamis. Gerakan dinamis
keberhasilan Kloning domba 1996, muncullah hasil tersebut disebut sebagai kemajuan (progress)
Kloning lain pada monyet (2000), lembu (2001), (Ibrahim, 2007:55). Kemajuan yang sangat
sapi (2001), kucing (2001), kuda (2003), anjing, mengesankan bahkan boleh dibilang revolusioner
serigala, kerbau dan dikomersialkan pada 2004. di bidang rekayasa genetika di akhir abad 20
Selain itu, beberapa lembaga riset telah berhasil tersebut oleh Walter Isaacson disebut sebagai abad
mengkloning bagian tubuh manusia seperti tangan. bioteknologi (the century of biotechnology)
kloning bagian tubuh manusia dilakukan untuk (Ibrahim, 2007:56).
kebutuhan medis, seperti tangan yang hilang Barang tentu jika suatu saat kloning manusia
karena kecelakaan dapat dikloning baru, begitu benar-benar berhasil dilakukan jelas akan
juga jika terjadi ginjal yang rusak (gagal ginjal). mengubah cara reproduksi manusia dari semula
Dan terakhir, ada dua berita pengkloningan melalui proses seksual menjadi aseksual. Proses
manusia yakni Severino Antinori seorang dokter repsoduksi yang demikian ini dikhawatirkan akan
Italia yang berhasil Kloning tiga bayi dan dr. menghancurkan harkat martabat manusia. Hal ini
Panayiotis Zavos seorang ilmuwan asal Amerika jelas akan berdampak pada etika dan hukum.
Serikat yang juga berhasil mengkloning manusia. Walaupun Indonesia belum menjadi Negara yang
(sains, 2011) memiliki kemampuan dibidang kloning manusia,
Sejak semula usaha kloning manusia perlu memiliki peraturan tegas tentang kloning
menimbulkan pro-kontra. Bagi pihak yang tidak manusia:. Tidak mustahil akan banyak pendatang
setuju, yang terbayang adalah kekhawatiran ke Indonesia untuk melakukan riset dan bisnis
munculnya pabrik manusia yang amat kloning manusia jika sejak dini Negara tidak
merendahkan martabat manusia. Bukankah membuat ketentuan hukum tentang kloning
penggunaan ilmu terapan sangat bias ketika manusia (Ibrahim, 2007:55).
Muchtar, Kloning Manusia dalam Perspektif Etika Keilmuan dan Pengaturan Hukumnya di Indonesia 105

Berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah suatu hal yang bebas nilai, sehingga tidak
berkenaan dengan kloning manusia dalam mempermasalahkan implikasi dari hasil-hasilnya.
perspektif etika keilmuan dan pengaturan Pendapat tersebut ditentang oleh Wilardo
hukumnya di Indonesia, maka dalam tulisan ini (1990:221), yang menegaskan bahwa sulit rasanya
akan memaparkan tentang landasan pemikiran untuk mengatakan bahwa ilmu itu netral, melainkan
perlunya pengaturan hukum kloning manusia di sarat akan nilai. Bukan saja nilai-nilai konstitutif yang
Indonesia, model hukum yang tepat dalam mempengaruhi ilmuwan beserta proses dan produk
mengantisipasi penciptaan manusia melalui kloning kegiatan keilmuannya, melainkan juga nilai-nilai
di Indonesia. kontekstual. Melalui nilai-nilai kontekstual itu barang
tentu ilmuwan rentan terhadap pengaruh
LANDASAN PEMIKIRAN PERLUNYA kepentingan-kepentingan pihak lain.
PENGATURAN HUKUM KLONING DI Keterkaitan antara ilmu dengan dimensi
INDONESIA lainnya membawa konsekuensi bahwa berolah
ilmu itu merupakan kegiatan sosial. Berolah ilmu
Jika kita merujuk pada sejarah filsafat tentang itu tidak sekedar menetapkan metode keilmuan
ilmu, maka hal yang biasanya muncul pertama kali untuk memperoleh kebenaran objektif. Sebagai
adalah pemaparan tentang kemungkinan manusia kegiatan sosial tentunya berolah ilmu senantiasa
mendapatkan pengetahuan. Para filsuf sependapat mempunyai tujuan tertentu, yaitu tujuan
bahwa di dalam diri manusia terdapat potensi untuk kemanusiaan yang lebih besar dan lebih dari
berpengetahuan karena manusia dibekali dengan sekedar ilmu untuk ilmu itu sendiri (Ibrahim,
alat-alat pengetahuan seperti indera, akal, dan juga 2007:63). Dengan demikian, setiap ilmuwan yang
hati. Pertanyaannya adalah apakah alat-alat mengembangkan keilmuannya tentunya memiliki
pengetahuan manusia itu mampu mengantarkan tanggung jawab etis kepada kemanusiaan sebagai
manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang individu dan sebagai warga masyarakat.
benar. Dalam perspektif Islam, ilmu itu tidaklah
Al-Qur’an menegaskan bahwa orang yang bebas nilai. Ilmu pengetahuan manusia harus
berilmu akan memiliki derajat yang tinggi. Allah diarahkan untuk mencapai ridha Allah SWT
akan mengangkat derajat orang yang beriman dan (Ilahiyah). Oleh karena itu, dalam ajaran islam
memiliki ilmu. Tidak hanya itu, kalau kita menunjuk sangat penting kedudukan iman dan ilmu
pada sejarah awal kehadiran Islam bahwa wahyu pengetahuan. Iman akan mengarahkan keingin
yang turun adalah wahyu yang memerintahkan kita tahuan manusia. Orang yang beriman dan berilmu
untuk “membaca”. Hal ini jelas bahwa Islam akan mendapatkan derajat yang luhur disisi
sengat mendorong umatnya untuk menjadi Allah.swt. ketika manusia bisa menggabungkan
makhluk yang berilmu pengetahuan. ketiganya ini, maka manusia akan menuju pada
Dalam konteks Islam, hasrat pengetahuan kesetiannya dalam hidup (insan kamil).
manusia tidaklah berhenti bersamaan dengan Pada masa sekarang ini tanggung jawab
diperolehnya pengetahuan. Manusia berpengata- keilmuan kepada masyarakat cenderung
huan bukan untuk pengetahuan itu sendiri. Terdapat mengabaikan tanggung jawab etis. Harus diakui
hal yang lebih mendasar dari sekedar pemerolehan bahwa perkembangan ilmu dan teknologi telah
pengetahuan yaitu ridha Allah SWT. Seperti yang banyak menyumbang kemajuan peradaban
dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa Allah SWT manusia. Pencapaian teknologi kloning terhadap
adalah sumber dari segalanya. Dialah yang awal manusia merupakan sebuah pencapaian yang luar
dan yang akhir. Ilmu adalah ciptaan Allah SWT, biasa dalam sejarah ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, ilmu yang diperoleh sudah Dalam perspektif etika keilmuan, penciptaan
selayaknya dimuarakan untuk mewujudkan manusia melalui kloning di Indonesia  hendaknya
pengabdian manusia kepada-Nya. dikaji secara cermat dengan mempertimbangkan
Manusia adalah makhluk yang serba ingin tiga dimensi filsafat ilmu, yakni ontologis,
tahu. ia merasa tidak akan pernah puas atas segala epistimologis, dan aksiologis. Mengenai hal tersebut
yang terhampar di depannya. Dari sebab yang (Suriasumantri, 1996:15-16) menjelaskan sebagai
demikian inilah, maka ilmu menjadi tumbuh subur berikut. Secara ontologis dalam pemilihan wujud
dan terus menerus berkembang. Robert G. Olson yang akan dijadikan objek penelaahannya (objek
(dalam Ibrahim, 2007:59) menyatakan bahwa ilmu ontologis/objek formal) ilmu dibimbing oleh kaidah
106 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 2, Agustus 2014

moral yang berazaskan tidak mengubah kodrat itu benar-benar terdapat tanda-tanda
manusia, tidak merendahkan martabat manusia, (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”
dan tidak mencampuri masalah kehidupan. (QS al-Jatsiyah [45J: 13).
Secara epistemologis, upaya ilmiah tercermin b. Firman Allah SWT :’’Dan Kami telah
dalam metoda keilmuan yang berporoskan proses memuliakan anak-anak Adam, Kami angkut
logiko-hipotetiko-verifikatif dengan kaidah moral mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
yang berazaskan menemukan kebenaran, yang mereka rezki dari yang baik-baik, dan Kami
dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa lebihkan mereka dengan kelebihan yang
kepentingan langsung tertentu dan berdasarkan sempurna atas makhluk yang telah Kami
kekuatan argumentasi an sich. Secara aksiologis ciptakan” (QS al-Isra’ (17): 70).
ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan manusia c. Firman AIIah SWT : “...apakah mereka
dengan jalan meningkatkan taraf hidupnya dan menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang
dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya
manusia, dan keseimbangan / kelestarian alam. sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut
Upaya ilmiah ini dilakukan dengan penggunaan dan pandangan mereka. Katakanlah, ‘Allah adalah
pemanfaatan pengetahuan ilmiah secara komunal Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang
universal. Maha Esa lagi Maha Perkasa (QS al-Ra’d [13):
Disamping itu Berdasarkan Keputusan 16)
Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama d. Firman AIIah SWT:”Dan sesungguhnya Kami
Indonesia (nomor: 3/MUNAS VI/MUI/2000) telah menciptakan manusia dari saripati
tentang kloning musyawarah nasional VI majelis (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan
ulama indonesia yang diselenggarakan pada saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tanggal 23-27 Rabi’ul akhir 1421 H / 25-29 Juli tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani
2000 M, menetapkan bahwa  Kloning terhadap itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
manusia dengan cara bagaimanapun yang darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
berakibat pada pelipatgandaan manusia hukumnya segumpal daging itu Kami jadikan tulang
adalah haram. belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
Dalam pertimbangannya menyebutkan bahwa dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
kloning terhadap manusia dapat menimbulkan makhluk yang (berbentuk) lain. Maha sucilah
mafsadat (dampak negatif) yang tidak sedikit, Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS. al-
antara lain: (a) menghilangkan nasab anak hasil Mu’minun (23J: 12-14).
kloning yang berakibat hilangnya banyak hak anak e. Kaidah Fiqhiyah: “Menghindarkan kerusakan
dan terabaikan-nya sejumlah hukum yang timbul (hal-hal negatif) diutamakan daripada
dari nasab; (b) institusi perkawinan yang telah mendatangkan kemaslahatan.
disyari’atkan sebagai media berketurunan secara
sah menjadi tidak diperlukan lagi, karena proses Kehadiran penciptaan manusia melalui
reproduksi dapat dilakukan tanpa melakukan kloning ini memberikan harapan sekaligus
hubungan seksual; (c) lembaga keluarga (yang ancaman besar bagi kehidupan manusia.
dibangun melalui perkawinan) akan menjadi hancur, Berdasarkan pertimbangan dari perspektif etika
dan pada gilirannya akan terjadi pula kehancuran keilmuan (ontologi, epistimologi, dan aksiologi) dan
moral (akhlak), budaya, hukum, dan syari’ah Islam filsafat Islam, maka penciptaan manusia melalui
lainnya; (d) tidak aka ada lagi rasa saling mencintai klonasi di Indonesia perlu aturan hukum yang dapat
dan saling memerlukan antara laki-laki dan digunakan untuk mengatur pengembangan dan
perempuan; (e) hilangnya maqashid syari’ah dari penelitian tentang klonasi manusia di Indonesia.
perkawinan, baik maqashid awwaliyah (utama)
maupun maqashid tabi’ah (sekunder) MODEL HUKUM YANG TEPAT DALAM
Adapun yang menjadi dasar hukum fatwa MENGANTISIPASI PENCIPTAAN
MUI ini adalah: MANUSIA MELALUI KLONING DI IN-
a. Firman Allah SWT :”Dan Dia menundukkan DONESIA
untuk kamu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) Deklarasi muktamar IDI ke-23 tahun 1997
dariNya. Sesungguhnya pada yang demikian di Padang telah mengeluarkan pernyataan yang
Muchtar, Kloning Manusia dalam Perspektif Etika Keilmuan dan Pengaturan Hukumnya di Indonesia 107

salah satunya adalah menolak dilakukannya kloning mungkin dapat diterapkan kepada manusia, maka
pada manusia. Sebab, kloning pada manusia pertanyaannya adalah apakah hukum dibiarkan
merupakan upaya yang mencerminkan penurunan menunggu untuk menerima informasi-informasi
derajat dan martabat manusia sampai setingkat dari kloning tersebut dan kemudian
dengan bakteri, kemudian akan menghasilkan menjustifikasikannya dalam rumusan-rumusan
manusia yang tidak memiliki ayah dan ibu maupun pasal hukum ataukah sejak jauh untuk
genetik, yang lebih lanjut akan merusak system mengantisipasi dan mengarahkan kemungkinan
pranata hukum dan sosial manusia. Sementara diterapkannya kloning manusia di Indonesia?
tanggapan berbagai kalangan di Indonesia sangat Dalam kaitannya antara hukum dan
beragam: ada yang tegas minta kloning manusia teknologi, Steven Vago menyatakan bahwa
dicegah, ada yang meminta agar tidak sekedar banyak sosiolog maupun aliran hukum yang
menghujat akan tetapi harus diberikan jalan keluar menegaskan bahwa tidak bisa dipungkiri
yang baik, dan ada yang berpendapat tengah- teknologi merupakan salah satu kekuatan yang
tengah bahwa kloning manusia harus diatur agar besar dalam perubahan hukum (Ibrahim,
tetap baik (Djokomoeljanto, 1990:7). Hal ini berarti 2007:73). Menurut Arthur Selwyn Miller hukum
membutuhkan etika mau pun aturan legal yang dipengaruhi oleh teknologi setidak-tidaknya
dapat digunakan untuk mengatur pengembangan melalui tiga cara, yaitu;
dan penelitian tentang kloning di Indonesia.
Eksistensi hukum ditengah-tengah The most obvious…is technology’s con-
masyarakat, dalam kaitanya dengan tribution to refinement of legal technique
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi by providing implements to be used in
(IPTEK) sering kali memunculkan pertanyaan- applying law (e.g., fingerprinting or the
pertanyaan seperti , apakah kehadiran hukum use of a lie detector). A second, no less
sekedar menjustifikasi kenyataan yang sudah ada significant is technology’s effect on the
lebih dhulu? Dengan kata lain hukum selalu process of formulating and applying law
tertinggal di belakang kenyataan, ataukah hukum as a result of the changes technology
itu seharusnya memimpin dan mengarahkan fosters in the social and intellectual cli-
kenyataan? Pertanyaan-pertanyaan ini menjurus mate in which the legal process is ex-
kepada fungsi hukum di tengah-tengah kehidupan ecuted (e.g., televised hearings). Finally,
masyarakat. technologi effect the substance of law
Roscoe pound (selanjutnya disebut Pound ) by presenting new problems and new
mengemukakan dalam bukunya yang berjudul in- condititions with which law must ideal
terpretation of legal history, bahwa law must (Ibrahim, 2007:73).
be stable and yet it cannot stand still. Pound
memperlihatkan usahanya untuk mengungkapkan Ini menunjukkan bahwa hukum sangat rentan
mengapa hukum itu selalu “dinamis” dengan terhadap pengaruh dari keadaan-keadaan
menelusuri nilai-nilai dan norma-norma yang ada sekelilingnya. Perubahan-perubahan sosial –
dan berkembang dalam masyarakat yang selalu termasuk kemajuan ilmu dan teknologi, juga akan
berubah-ubah sesuai perkembangan pemikiran berpengaruh terhadap hukum. Keadaan yang
masyarakat pada setiap waktu dan tempat. saling pengaruh-mempengaruhi inilah yang
Kedinamisan hukum yang demikian, membuat seringkali disebut sebagai pengaruh timbal balik
pound berasumsi bahwa hukum itu relatif. Yang antara hukum dan sosial. Perubahan sosial
dimaksud relatif disini adalah berubah sesuai menyebabkan peruabahan hukum, dan sebaliknya.
dengan waktu dan tempat yang sangat erat Sebagaimana sudah dipaparkan di depan,
kaitannya dengan kebudayaan. Namun, hukum Deklarasi muktamar IDI ke-23 tahun 1997 di
memiliki sifat universalitas karena hanya ada satu Padang telah mengeluarkan pertanyaan yang
ide dari hukum, yaitu keadilan/keseimbangan (Ali, salah satunya adalah menolak dilakukannya kloning
2008:42). pada manusia. Sebab, kloning pada manusia
Perkembangan hukum dimasyarakat akibat merupakan upaya yang mencerminkan penurunan
adanya perubahan sosial di masyarakat, termasuk derajat dan martabat manusia sampai setingkat
perubahan dan kemajuan di bidang Ilmu dengan bakteri, akan menghasilkan manusia yang
pengetahuan dan teknologi klonasi yang sangat tidak memiliki ayah dan ibu maupun genetik, yang
108 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 2, Agustus 2014

lebih lanjut akan merusak system pranata hukum hukum menjurus penggunaannya sebagai sarana.
dan sosial manusia. Pada dasarnya memang ada berbagai sarana untuk
Sejak deklarasi IDI tersebut hingga kini mewujudkan dan melaksanakan tujuan-tujuan
tampaknya belum ada tanda-tanda untuk mengatur yang telah dipilih dan ditentukan. Namun, salah
secara komprehensif masalah kloning manusia di satu yang dianggap cukup memadai dan efektif
Indonesia. Desakan IDI yang melarang kloning untuk mewujudkan hukum dengan berbagai bentuk
manusia tersebut selayaknya segera direspon oleh peraturan perundang-undangan (Sunggono,
kekuasaan yang memiliki wewenang membuat 1994:76)
hukum, yakni eksekutif dan legislatif untuk Philippe Nonet dan Philip Selznick dalam
menyiapkan hukum yang digunakan sebagai konsep berhukum membedakan tiga jenis hukum
pedoman mengikat dalam berolah ilmu beserta yaitu; hukum represif adalah hukum sebagai abdi
penerapannya di bidang teknologi. kekuasaan, hukum otonom adalah sebagai
Pandangan yang demikian ini ingin institusi yang mampu mengolah represif dan
menunjukkan bahwa hukum niscaya digunakan melindungi integritasnya sendiri, dan hukum
sebagai sarana untuk membingkai kebijakan responsif adalah hukum sebagai fasilitator dari
negara, dalam hal ini adalah kebijakan biologis. sejumlah respons-respons terhadap aspirasi
Hal ini berarti bahwa hukum tidak hanya digunakan kebutuhan sosial hukum yang berkembang
untuk mengatur perilaku yang sudah ada dalam dimasyarakat (Usman, 2008:39). Untuk lebih
masyrakat dan mempertahankan pola-pola jelasnya dapat dilihat dalam tabel 1 yang disusun
kebiasaan yang sudah ada. Akan tetapi lebih dari oleh Philippe Nonet & Philip Selznick.
itu, hukum secara sadar digunakan oleh negara Hukum yang digunakan sebagai sarana untuk
sebagai sarana untuk membingkai kebijakan membingkai kebijakan negara di bidang biologis,
biologis. tentu tidak serta merta menerima masukan dari
Dalam kaitan ini Hans Kelsen (dalam IDI yang melarang teknologi klonasi manusia di
Ibrahim, 2007:72) menyatakan bahwa peraturan- Indonesia. Sebagai Negara demokrasi, pengaturan
peraturan hukum yang diundangkan didalam suatu oleh hukum di bidang kloning sepatutnya
Negara modern mempunyai aspek ganda, yaitu: mempertimbangkan masukan-masukan dan
(1) bahwa peraturan hukum itu tertuju kepada aspirasi dari berbagai kalangan, seperti para
warga Negara dan mengarahkannya agar berbuat agamawan, etikawan, kalangan hukum, dan
menurut cara-cara tertentu, (2) bahwa peraturan- sebagainya. Pengaturan hukum kloning manusia
peraturan itu sekaligus juga ditujukan kepada para juga harus memprioritaskan nilai-nilai maupun
hakim agar menerapkan sanksi manakala ada asas-asas hukum yang hidup ditengah-tengah
warga Negara yang melanggar peraturan itu. masyarakat. Nilai adalah suatu pernyataan tentang
Pemberlakuan hukum sebagai sarana hal yang diinginkan oleh seseorang. Sedangkan
mencapai tujuan dikerenakan secara teknis hukum asas hukum merupakan “jantungnya” peraturan
dapat memberikan atau melakukan hal-hal, hukum. Hal ini dikerenakan asas hukum
menurut Pujirahayu (1991:54) sebagai berikut: (a) merupakan landasan yang paling luas sekaligus
hukum merupakan suatu sarana untuk menjamin alasan bagi lahirnya suatu peraturan hukum, atau
kepastian dan memberikan prediktabilitas di dalam merupakan ratio legis dari peraturan hokum
kehidupan masyarakat; (b) hukum merupakan (Rahardjo, 1991:45).
sarana pemerintah untuk menerapkan sanksi; (c) Dengan mempertimbangkan berbagai
hukum sering dipakai oleh pemerintah sebagai masukan dan aspirasi dari berbagai kalangan ahli
sarana untuk melindungi melawan kritik; (d) hukum yang kompeten, melakukan pilihan nilai-nilai dan
dapat digunakan sebagai sarana untuk asas-asas hukum, maka diharapkan hukum yang
mendistribusikan sumber daya. dibuat dalam rangka antisipasi klonasi di Indone-
Kehadiran hukum dan penggunaannya untuk sia adalah bercorak hukum responsif ( respon-
mencapai tujuan-tujuan tertentu harus dilakukan sive law ). Dengan demikian, kebijakan Negara
secara sadar dan terencana. Dalam hal ini berarti dalam pengembangan ilmu dan teknologi, termasuk
hukum bukan hanya sekedar digunakan untuk pula kebijakan di ranah biologi reproduksi
mengatur perilaku yang sudah ada dalam (khususnya kloning manusia) haruslah berdimensi
masyarakat dan mempertahankan pola-pola partisipasif, berisikan pilihan nilai-nilai yang tepat
kebiasaan yang sudah ada, tetapi lebih dari itu, adan taat asas sehingga dapat mengarahkan
Muchtar, Kloning Manusia dalam Perspektif Etika Keilmuan dan Pengaturan Hukumnya di Indonesia 109

Tabel 1. Tiga Jenis Hukum

HUKUM HUKUM HUKUM


REPRESIF OTONOM RESPONSIF
Tujuan Hukum ketertiban legitimasi Kompetensi
Legitimasi Ketahanan sosial dan Keadilan prosedural Keadilan substansif
tujuan negara
Peraturan Keras dan rinci namun Luas dan rinci: Subordinatif dari prinsip
berlaku lemah terhadap mengingat penguasa dan kebijakan
pembuat hukum maupun yang dikuasai
Pertimbangan Ad hock: memudahkan Sangat melekat pada Purposive (berorientasi
mencapai tujuan dan otoritas legal; rentan tujuan): perluasan
bersifat partikuler terhadap formalism dan kompetensi kognitif
legalisme
Diskresi Sangat luas; oportunistik Dibatasi oleh peraturan; Luas, tetapi tetap sesuai
delegasi yang sempit dengan tujuan
Paksaan Ekstensif; dibatasi Dikontrol oleh batasan- Pencarian positif bagi
secara lemah batasan hukum berbagai alternatif, seperti
insentif, system kewajiban
yang mampu bertahan
Moralitas Moralitas komunal; Moralitas kelembagaan; Moralitas sipil; “moralitas
moralisme hukum; yakni dipenuhi dengan kerja sama”
”moralitas pembatasan” integritas proses hukum
Politik Hukum subordinat Hukum “independen” Terintegrasinya aspirasi
terhadap politik dari politik; pemisahan hukum dan politik;
kekuasaan kekuasaan keberpaduan kekuasaan
Harapan Akan Tanpa syarat: Penyimpangan peraturan Pembangkangan dilihat
Ketaatan ketidaktaatan perse yang dibenarkan, dari aspek bahaya
dihukum sebagai misalnya untuk menguji substantive; dipandang
pembangkangan validitas undang-undang sebagai gugatan terhadap
atau perintah legitimasi
Partisipasi Pasif; kritik dilihat Akses dibatasi oleh Akses diperbesar dengan
sebagai ketidaksetiaan prosedur baku; integrasi advokasi hukum
munculnya kritik atas dan sosial
hukum .

secara lebih adil, pasti dan bermamfaat dalam manusia. Atas dasar pertimbangan dari perspektif
berolah ilmu untuk mencapai dan mendukung etika keilmuan (ontologi, epistimologi, dan aksiologi
keberadaan manusia yang memiliki harkat dan ) dan perspektif Islam, maka penciptaan manusia
martabat yang tinggi sebagai makhluk ciptaan melalui kloning perlu aturan hukum yang dapat
Tuhan. digunakan untuk mengatur pengembangan dan
penelitian tentang kloning manusia di Indonesia.
SIMPULAN Model hukum yang tepat dalam rangka
antisipasi kloning di Indonesia adalah model hukum
Penciptaan manusia melalui kloning bercorak hukum responsif ( responsive law ) yang
merupakan wujud pengabaian terhadap tanggung berdimensi partisipasif, berisikan pilihan nilai-nilai
jawab etis terhadap kemanusian dan lebih lanjut yang tepat dan taat asas dengan mempertimbang-
akan merusak sistem pranata hukum dan sosial kan masukan-masukan dan aspirasi dari berbagai
110 Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 2, Agustus 2014

kalangan, seperti para agamawan, etikawan, teknologi rekayasa genetik (bio teknologi) di bidang
kalangan hukum, dan sebagainya. Harapannya kloning lebih memperhatikan kodrat dan martabat
adalah dengan model hukum responsif para ilmuan manusia, serta bertanggung jawab terhadap
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan kepentingan umum dan generasi mendatang.

DAFTAR RUJUKAN

Achmad Mudlor. Ilmu Dan Keinginan Tahu Sabian Utsman. Menuju Penegakan Hukum
(Epistemologi Dalam Filsafat). Bandung: Responsif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
PT. Trigenda Karya, 1994. 2008.
Anis Ibrahim. Merekonstruksi Keilmuan Ilmu Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. Bandung: Citra
Hukum & Hukum Millennium Ketiga. Aditya Bakti, 1991.
Malang: In-Trans, 2007. _________, Hukum Dan Perilaku. Jakarta: PT
Bambang Sunggono. Hukum Dan Kompas Media Nusantara, 2009.
Kebijaksanaan Publik. Jakarta: Sinar Zainuddin Ali. Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar
Grafika, 1994. Grafika, 2008.
Esmi Warasih Pujirahayu. Implementasi
Kebijaksanaan Pemerintah Melalui Website
Peraturan Perundang-Undangan Dalam
Perspektif Sosiologis. Disertasi program http://infad.usim.edu.my Tanggal Akses: 1 Novem-
doktor ilmu hukum Pascasarjana Universi- ber 2011 (Kloning)
tas Airlangga, Surabaya, 1991. http://medykasep.blogspot.com Tanggal Akses: 1
Jujun S. Suriasumantri. Ilmu Dalam Perspektif November 2011 (Kloning Manusia)
Moral, Sosial, Dan Politik: Sebuah Dia- http://sains.kompas.com Tanggal Akses: 3 Novem-
log Tentang Dunia Keilmuan Dewasa ber 2011 (Kloning Anak Manusia Dan
Ini. Jakarta: Gramedia, 1996. Bisnis)
_________, Ilmu Dalam Perspektif, Sebuah http://sains.kompas.com Tanggal Akses: 1 Novem-
Kumpulan Karangan Tentang Hakekat ber 2011 (Dokter Itali Cloning Tiga Bayi)
Ilmu. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, http://sains.kompas.com Tanggal Akses: 1 Novem-
2003. ber 20011 (Dr. Zavos Mulai Cloning
Liek Wilardjo. Realita Dan Desiderata. Manusia)
Yogyakarta: Duta Wacana University http://yendi.blogdetik.com Tanggal Akses 3 No-
Press, 1990. vember 2011 (Perkembangan Hukum
Muhammad In’am Esha. Menuju Pemikiran Teknologi Reproduksi Buatan Di Indo-
Filsafat. Malang: UIN Maliki Press, 2010. nesia)
R. Djokomoeljanto. “Refleksi Terhadap http://cisral.unpad.ac.id Tanggal Akses: 3 Novem-
Perkembangan Bioteknologi”. Makalah ber 2011 (Pelarangan Kloning Manusia
disampaikan pada PS-S3 Fakultas Hukum Ditunda PBB).
Universitas Diponegoro. Semarang, 8 Sep-
tember 1990.

Anda mungkin juga menyukai