Anda di halaman 1dari 63

HUBUNGAN LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN

FORCED EXPIRATORY VOLUME (FEV1) DAN FORCED


VITAL CAPACITY (FVC) PADA PEROKOK PASIF
MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir


Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

ELSHA SASKIA
10100114021

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018
HUBUNGAN LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN
FORCED EXPIRATORY VOLUME (FEV1) DAN FORCED VITAL
CAPACITY (FVC) PADA PEROKOK PASIF MAHASISWA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG TAHUN 2018

SKRIPSI

ELSHA SASKIA
10100114021

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah dibuat oleh nama yang disebutkan
di atas telah diperiksa dan direvisi, secara lengkap dan memuaskan.

Bandung, 23 Juli 2018

Pembimbing I

Cice Tresnasari, dr., Sp. KFR., M.Kes


NIP: D.05.0415

Pembimbing II

Yuli Susanti, dr., M.M


NIP: D.10.0.529
Skripsi ini telah dipertahankan oleh penulis di dalam seminar yang diadakan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung
pada 30 Juli 2018
yang dihadiri oleh

Ketua (Pembahas I) : Ike Rahmawaty, dr., M.Kes


Sekretaris (Pembahas II) : Eka Nurhayati, dr., M.K.M
Pembimbing I : Cice Tresnasari, dr., Sp. KFR., M.Kes
Pembimbing II : Yuli Susanti, dr., M.M
MOTTO

Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan (5)


Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan (6)
Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras
untuk (urusan yang lain) (7)
dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (8)
(QS: Al-Insyirah, 94: 5-8)
ABSTRAK

World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 menyatakan bahwa


tembakau membunuh sekitar 6 juta orang per tahun. Lebih dari 5 juta
kematian mereka adalah hasil dari penggunaan tembakau secara langsung,
sementara lebih dari 600.000 adalah hasil dari bukan perokok atau
second-hand smoke. Passive smoking dikategorikan sebagai bukan
perokok yang mengisap asap rokok para perokok aktif paling tidak 15
menit dalam satu hari, setiap hari selama satu minggu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan lama paparan asap rokok dengan
FV1 (Forced Expiratory Volume In One Second ) dan FVC (Forced Vital
Capacity) dan FVC (Forced Vital Capacity). Metode penelitian ini
merupakan analitik dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian
ini adalah perokok pasif mahasiswa Universitas Islam Bandung. Teknik
pemilihan sampel purposive sampling sebanyak 46 orang. Data penelitian
dianalisis menggunakan uji Analisis korelasi pearson. Hasil penelitian
menunjukkan lama paparan asap rokok pada perokok pasif rata-rata
selama 47,93 menit perhari, dan memiliki nilai FEV1 dan FVC abnormal
sebanyak 69.5% yaitu restrictive mild 23,9%, restrictive moderate 23.9%,
restrictive severe 8.7% dan restrictive very severe 13% sedangkan yang
memiliki nilai FEV1 dan FVC kategori normal 30.4%. Terdapat hubungan
lama paparan asap rokok terhadap FEV1 dan FVC pada perokok pasif (p
value : <0.05)
Kata Kunci: FEV1, FVC, paparan, perokok pasif, rokok

i
ABSTRACT

World Health Organization declare that tobacco kills around 6


million people per year. More than 5 million of them are the direct users of
the tobacco, another 600,000 people died because of indirect exposure to
the smoke or second hand smoke. Passive smoking is categorised as not a
smoker but exposed to the smoke from the direct smoker for more than 15
minutes per day in a week. The method of the research is analytica
observational with cross sectional. The subject of the research is the
students in Islamic Bandung University. The technique in choosing the
sample is purposive sampling. Sample is taken from a sample framework
that fulfill the inclusion and exclusion criteria as many as 46 people. The
data in the analysis uses pearson correlation analysis. The result shows
that the p= <0.001 can be concluded that there is a relationship between
the duration of exposure to smoke with FEV1 and FCV to passive smoker
( p value: <0.05).
Keyword : Cigarattes, Exposure, FEV1, FVC, passive smoker

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas

rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Hubungan Lama Paparan Asap Rokok dengan Forced Expiratory Volume

(FEV1) dan Forced Vital Capacity (FVC) pada Perokok Pasif Mahasiswa

Universitas Islam Bandung Tahun 2018”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

persyaratan tugas akhir dari program pendidikan sarjana kedokteran di Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung.

Penyusunan skripsi ini berhasil disusun tidak lepas karena bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak yang ikut terlibat. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Islam Bandung Prof. Dr. H.

Edi Setiadi, S.H., M.H. dan Prof. Dr. Hj. Ieva B. Akbar, dr., AIF selaku dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, Prof. Dr. Tony S. Djajakusumah,

dr., Sp.KK (K)., selaku Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Bandung, Dr. H. Nugraha Sutadipura, dr., M.Sc., selaku Wakil Dekan II Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung, Dr. Zulmansyah, dr., Sp.A., M.Kes.,

selaku Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan

program sarjana kedokteran.

Cice Tresnasari, dr., Sp. KFR., M.Kes selaku pembimbing I, dan Yuli

Susanti, dr., M.M selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan waktu dan

tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan dorongan

dalam pembuatan skripsi ini. Tita Barriah Siddiq, dr. selaku dosen wali yang telah

iii
memberikan dorongan, motivasi, pengertian, dan tenaganya dalam membantu

penyusunan skripsi ini. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Bandung yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta,

Ayahanda Ir. H. Asep Suswanda dan Ibunda Hj. Susilawati, Spd, serta Adik

tercinta Ira Aura Islami, Keluarga Besar Sukabumi yang senantiasa mendoakan

dan memberikan dukungan moral, semangat, motivasi, doa yang tidak hentinya

mengalir dan pengertian kepada penulis.

Sahabat tersayang yang selalu menemani dan ada dalam suka maupun

duka, Ones Putri Fitriana, Rhesa, Indah, Bela, Dilla, Rafi Abdurafi, Rizky Ahmad

Sholeh, Ayu Insafi yang saling mengingatkan penulis dan berjuang bersama untuk

menyelesaikan skripsi. Seluruh keluarga Sutura 14 yang telah berjuang bersama

dalam menyelesaikan skripsi. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per

satu.

Permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak selama

penyusunan skripsi ini, penulis pernah melakukan kesalahan dan kekhilafan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

Akhirnya, dengan segala hasil yang ada, penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Bandung, Juli 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………… i

ABSTRACT………………………………………………………………. ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………. iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………… v

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... viii

DAFTAR TABEL………………………………………………………… ix

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. xi

DAFTAR SINGKATAN………………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang Penelitian…………………………………………...1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………..5

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………6

1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………….6

1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………………6

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………..6

1.4.1 Manfaat Teoritis…………………………………………………. 6

1.4.2 Manfaat Praktis………………………………………………….. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN……… 8

2.1 Kajian Pustaka……………………………………………………....8

2.1.1 Anatomi Paru……………………………………………………8

2.1.1.1 Bagian Paru…………………………………………………8

2.1.2 Fisiologi Paru………………………………………………......10

2.1.2.1 Volume Paru……………………………………………….. 10

v
2.1.2.2 Kapasitas Paru………………………………………………11

2.1.3 Spirometri……………………………………………….............13

2.1.3.1 Indikasi Pemeriksaan………………………………………..14


2.1.3.2 Persiapan Spirometri………………………………………...14
2.1.3.3 Gambaran Hasil Spirometri…………………………………15
2.1.4 Rokok………………………………………………...………….15

2.1.4.1 Definisi Rokok………………………………………………15


2.1.4.2 Kandungan Rokok…………………………………………..16
2.1.4.3 Bahaya Asap Rokok…………………………………………17
2.1.4.3.1 Rokok Pasif………………………………………..18
2.2 Kerangka Pemikiran…………………………………………………20

BAB III SUBJEK/OBJEK/BAHAN DAN METODE PENELITIAN…..22

3.1 Subjek/Objek/Bahan Penelitian……………………………………...22

3.1.1 Populasi………………………………………………………....22

3.1.2 Subjek dan Teknik Pengambilan Subyek……………………….22

3.1.3 Jumlah Subjek…………………………………………………..22

3.1.4 Kriteria Inklusi………………………………………………….24

3.1.5 Kriteria Eksklusi ………………………….…………………….24

3.1.6 Alat dan Bahan Penelitian……………………………………....24

3.2 Metode Penelitian……………………………………………………24

3.2.1 Rancangan Penelitian…………………………………………...24

3.2.2 Variabel Penelitian…………………………………………….. .25

3.2.3 Definisi Operasional…………………………………………….25

3.2.4 Alur Penelitian…………………………………………………..26

3.2.5 Prosedur Pemeriksaan…………………………………………...27

3.2.6 Pengolahan Data dan Analisis Data…………………………... ..27

vi
3.2.6.1 Pengolahan Data…………………………………………...27

3.2.6.2 Analisis Data……………………………………………… 28

3.2.7 Waktu dan Lokasi Penelitian…………………………………. 29

3.2.8 Aspek Etik Penelitian………………………………………….29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... 30

4.1 Hasil Penelitian...…………………………………………………... 30

4.2 Pembahasan….....…………………………………………………...

32

4.3 Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian…………………………... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 37

5.1 Simpulan…………………………………………………………… 37

5.2 Saran

5.1.1 Saran Akademis………………………………………………… 38

5.1.2 Saran Praktis…...………………………………………………... 38

DAFTAR PUSTAKA…...………………………………………………... 39

LAMPIRAN…...……………………………………………….................. 42

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Paru-Paru ……………………………………9
Gambar 2.2 Medial View Paru Dan Hilus…………………….........10
Gambar 2.3 Spirogram Kapasitas Paru-Paru Dan Volume Paru…....12
Gambar 2.4 Interpretasi Spirometer………………………………...15
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Pemikiran……………………………20
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian………………………………….25

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian………………….. 25
Tabel 3.2 Waktu Penelitian…………………………………. 29
Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 30
Tabel 4.2 Gambaran Lama Paparan Asap Rokok…………... 31
Tabel 4.3 Gambaran Nilai Kapasitas Paru Perokok Pasif 31

viii
Terhadap FEV1 dan FVC………………………...
Tabel 4.4 Hubungan Antara Antara Lama Paparan Asap
Rokok Dengan FEV1 Dan FVC………………… 32

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden…………….......42
Lampiran 2 Pernyataan Kesediaan Responden……………………... 43
Lampiran 3 Profil Responden..………………….……………….......44
Lampiran 4 Hasil Analisis Statistik.....................................................45
Lampiran 5 Permohonan Izin Penelitian Dan Pengambilan Data…...46
Lampiran 6 Permohonan Izin Penelitian, Peminjaman Laboratorium
dan Alat ………………………….……………………..47

x
DAFTAR SINGKATAN

ASEAN : Association Of South East Asia Nation

ERV : Volume Cadangan Ekspirasi

FEF : Forced expiratory flow

FEV1 : Forced Expiratory Volume in one second

FRC : Functional Residual Capacity

FVC : Forced Vital Capacity

PEF : Peak expiratory flow

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

ROS : Reactive oxygen species


RV : Residual Volume

SPSS : Statistical Product and Service Solution

TLC : Total Lung Capacity

VC : Vital Capacity

VR : Volume Residu

VT : Volume Tidal

WHO : World Health Organization

YLKI : Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Tembakau adalah salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia

yang pernah dihadapi. World Health Organization (WHO) pada tahun 2016

menyatakan bahwa tembakau membunuh sekitar 6 juta orang per tahun. Lebih

dari 5 juta kematian mereka adalah hasil dari penggunaan tembakau secara

langsung, sementara lebih dari 600.000 adalah hasil dari bukan perokok yang

terpapar asap tangan kedua atau second-hand smoke. Lebih dari 80% dari satu

milyar perokok di seluruh dunia tinggal di negara berpendapatan rendah dan

menengah.1 The ASEAN Tobacco Control Report pada tahun 2012, menyebutkan

bahwa jumlah perokok di negara-negara ASEAN mencapai 127 juta orang dewasa

dan negara Indonesia menyumbang perokok terbesar, yakni 65.000.000 juta orang

atau sekitar 51.11%.2

Pada tahun 2010 World Health Organization (WHO) memperkirakan

bahwa sekitar 36% penduduk Indonesia merokok, jumlah perokok aktif pria

masih sangat tinggi dengan prosentase perokok pria usia 15 tahun ke atas sekitar

76,2% dan wanita 3,6%. Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

pada tahun 2013, proporsi perokok diatas 15 tahun di Indonesia cenderung

meningkat dari 34,2% pada tahun 2007 menjadi 36,3% pada tahun 2013.

Penduduk Indonesia usia 30-34 tahun dan merokok aktif setiap hari mencapai

33,4% sedangkan usia 35-39 mencapai 32,2%.3,4

1
2

Jumlah penduduk di Jawa Barat yang termasuk perokok aktif masih cukup

tinggi. Hal ini dapat dilihat dari laporan RISKESDAS tahun 2013 bahwa proporsi

penduduk usia 10 tahun atau lebih di kota Bandung yang merokok aktif setiap hari

mencapai 27,1%. 4

Merokok adalah membakar tembakau kemudian diisap baik menggunakan

rokok maupun menggunakan pipa. Asap yang dihasilkan rokok terdiri dari asap

utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

adalah asap tembakau yang diisap langsung oleh perokok, sedangkan asap

samping adalah asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, sehingga dapat

terhirup oleh orang lain yang dikenal sebagai perokok pasif .5

Merujuk pada definisi World Health Organization (WHO), passive

smoking dikategorikan sebagai bukan perokok yang menghisap asap rokok para

perokok aktif paling tidak 15 menit dalam satu hari selama satu minggu. 6 Paparan

asap rokok lingkungan telah banyak dibuktikan sebagai faktor resiko berbagai

masalah kesehatan.7

Tujuh puluh satu persen keluarga Indonesia memiliki minimal satu

perokok di dalam rumahnya. Merokok di rumah membuat anggota keluarga

menjadi terpapar asap rokok lingkungan. Seorang yang terpapar asap rokok

lingkungan rentan akibat penyakit, karena menghisap asap sampingan yang 3 kali

lebih berbahaya daripada menghisap asap utama.8

Lebih dari 600.000 orang bukan perokok meninggal dunia akibat asap

rokok (perokok pasif). Sekitar 165.000 anak meninggal karena menjadi perokok

pasif, terutama di Asia Tenggara dan Afrika. Merokok pasif dapat mengakibatkan
3

sekitar 379.000 kasus kematian akibat penyakit jantung, 165.000 kasus kematian

akibat penyakit pernapasan, 36.900 kasus kematian akibat asma, dan 21.400 kasus

kematian akibat kanker paru-paru setiap tahunnya.9

Asap rokok mengandung sekitar 4000 komponen. Setidaknya terdapat 70

komponen zat yang dapat menyebabkan kanker. Rokok mengandung komponen

karbonil seperti formaldehid, asetaldehid, benzene, dan nitrosamin spesifik.

Beberapa diantaranya bersifat racun, beberapa lainnya dapat merubah sifat sel-sel

tubuh menjadi ganas. Setidaknya terdapat 3 zat yang sering kita dengar yaitu:

nikotin, tar dan karbon monoksida. 10,11,12

Penelitian yang dilakukan oleh National Institutes of Health pada tahun

2011 menunjukkan bahwa risiko terkena kanker serviks meningkat pada perokok

pasif.13Hasil penelitian oleh Birgitte Iversen tahun 2013 menunjukkan bahwa

merokok secara aktif maupun pasif sama-sama dapat meningkatkan risiko

myocardial infraction.14

Hasil survei paparan asap rokok kepada perokok pasif di daerah Indonesia

yang telah memberlakukan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) menunjukkan 12%

responden menyatakan selalu terpapar asap rokok di tempat umum, 62,7%

menyatakan sering, 23,1% menyatakan jarang dan 2,2% menyatakan tidak pernah

terpapar asap rokok di tempat umum.15Berdasarkan Riskesdas 2013, sebesar 85%

rumah tangga di Indonesia terpapar asap rokok, estimasinya adalah delapan

perokok meninggal karena perokok aktif, satu perokok pasif meninggal karena

terpapar asap rokok orang lain. Berdasarkan perhitungan rasio ini maka sedikitnya

25.000 kematian di Indonesia terjadi dikarenakan asap rokok orang lain.4


4

Pada penelitian yang di lakukan oleh Nurjanah (2014) tentang gangguan

fungsi paru dan kadar cotinine pada urin karyawan kafe dan restoran yang

terpapar asap rokok orang lain di kota Semarang dari 70 responden yaitu 52

(74,3%) memiliki fungsi paru yang masih normal,14 orang (20%) mengalami

gangguan restriksi (penyempitan) ringan, dan obstruksi ringan serta sedang

masing-masing 2 orang (2,9%).7

Di dalam tubuh paparan asap rokok orang lain dapat meningkatkan sekresi

mukus di saluran pernapasan dan memperlambat gerak silia (bulu getar) yang

terdapat di dinding saluran napas. Hal tersebut menyebabkan kemampuan silia

untuk mengeluarkan benda asing dan mukus menjadi berkurang, dinding saluran

nafas akan mengalami iritasi dan menyebabkan gangguan dalam proses

pengambilan udara untuk bernafas. Paru paru tidak dapat mengambil oksigen

yang di perlukan oleh tubuh secara maksimal dan kapasitas paru akan mengalami

penurunan, oleh karena itu dampak paparan asap rokok orang lain dapat

dibuktikan dengan pengukuran fungsi paru.16,17

Tes fungsi paru dapat digunakan untuk mengidentikasi abnormalitas fungsi

sistem pernapasan. Hasil spirometri memberi gambaran beberapa tipe pola

ventilasi yaitu: normal, obstruktif, restrikti atau campuran.18

Spirometri adalah tes fisiologi yang mengukur fungsi inhalasi dan

ekshalasi dari volume udara seseorang dalam suatu waktu. Fungsi paru dapat

ketahui melalui aspek penting dari tes spirometri beberapa diantaranya adalah

Volume Ekspirasi Paksa detik pertama atau FEV 1 (Forced Expiratory Volume in

one second), Kapasitas Vital Paru atau FVC (Forced Vital Capacity), dan Rasio

FEV1/FVC. Spirometri dapat memperlihatkan gambaran perbedaan fungsi paru


5

seseorang.19,20

Universitas Islam Bandung pada tahun 2018 memiliki 11.738 mahasiswa

aktif, banyak diantaranya menghabiskan waktu untuk menunggu pergantian kelas

dengan berkumpul bersama teman, atau sekedar duduk di kantin atau kafe. Hal

tersebut menyebabkan rentannya terpapar asap rokok lingkungan (passive

smoking), berdasarkan fenomena tersebut peneliti ingin melihat “Hubungan

Lama Paparan Asap Rokok dengan Forced Expiratory Volume (FEV1) dan

Forced Vital Capacity (FVC) pada mahasiswa perokok pasif Universitas Islam

Bandung tahun 2018”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran lama paparan asap rokok pada perokok pasif

mahasiswa Universitas Islam Bandung?


2. Bagaimana gambaran FEV1 (Forced Expiratory Volume in one second)

pada perokok pasif mahasiswa Universitas Islam Bandung?


3. Bagaimana gambaran FVC (Forced Vital Capacity) pada perokok pasif

mahasiswa Universitas Islam Bandung tahun 2018?


4. Apakah terdapat hubungan antara lama paparan asap rokok dengan

FEV1 (Forced Expiratory Volume in one second) dan FVC (Forced

Vital Capacity) pada perokok pasif mahasiswa Universitas Islam

Bandung tahun 2018?


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara paparan paparan asap rokok dengan FEV 1

(Forced Expiratory Volume in one second) dan FVC (Forced Vital Capacity) pada

perokok pasif mahasiswa Universitas Islam Bandung tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran lama paparan asap rokok pada perokok

pasif mahasiswa Universitas Islam Bandung tahun 2018.


2. Untuk mengetahui gambaran lama paparan asap rokok dengan FEV 1

(Forced Expiratory Volume in one second) pada perokok pasif

mahasiswa Universitas Islam Bandung tahun 2018.


3. Untuk mengetahui gambaran lama paparan asap rokok dengan FVC

(Forced Vital Capacity) pada perokok pasif mahasiswa Universitas

Islam Bandung tahun 2018.


4. Untuk menganalisis Hubungan Lama Paparan Asap Rokok dengan

FEV1 (Forced Expiratory Volume in one second) dan FVC (Forced

Vital Capacity) pada perokok pasif mahasiswa Universitas Islam

Bandung tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat pada mahasiswa Universitas

Islam Bandung agar dapat memberikan informasi mengenai Hubungan


7

Lama Paparan Asap Rokok dengan FEV1 (Forced Expiratory Volume

in one second) dan FVC (Forced Vital Capacity) pada perokok pasif.

2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk

penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai acuan informasi kepada mahasiswa Universitas Islam

Bandung untuk mencegah terkena paparan asap rokok agar fungsi

paru tidak menurun.

2. Sebagai acuan informasi bagi Universitas Islam Bandung agar

menambah kawasan bebas asap rokok.

3. Meningkatkan status kesehatan masyarakat luas dengan menanamkan

pengetahuan tentang bahaya paparan asap rokok terhadap kesehatan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Anatomi Paru

Paru merupakan organ vital pada sistem respirasi. Paru terletak pada

rongga thoraks. Fungsi utama paru adalah memberikan oksigen pada darah

dengan cara menyalurkan udara yang dihirup ke kapiler pulmonal. Paru sehat

memiliki karakteristik ringan, lembut, berbentuk seperti spon, dan memenuhi

keseluruhan rongga thoraks. Paru merupakan jaringan elastis dan dapat

mengembang sampai ukuran aslinya ketika rongga thoraks terbuka. 21 Paru

memiliki 2 lobus yaitu, lobus kanan dan lobus kiri yang dipisahkan oleh

mediastinum. paru kanan lebih besar dibanding paru kiri dan memiliki 2 fisura,

fisura obliqua dan fisura horizontalis.22

2.1.1.1 Bagian Paru

Bagian paru paru terdiri dari Apex yang merupakan ujung tumpul pada

bagian superior, berada dalam satu garis bersama iga ke satu dan dilapisi oleh

pleura cervicalis, lalu Base adalah bagian cekung pada dasar paru, selanjutnya

Hilus paru adalah wedge-shaped area tempat keluar masuknya root ke paru, dan

Roots of the lungs merupakan bagian paru yang terdiri dari bronki, arteri

pulmonaris, superior dan inferior vena pulmonaris, percabangan saraf dan

lympatik. Paru paru memiliki dua lobus yaitu lobus kiri dan kanan, lobus pada
paru kanan terbagi menjadi tiga lobus yaitbagian atas, bagian tengah dan bagian

bawah yang dibagi oleh fisura horizontalis dan fisura obliqua. Sedangkan, pada

paru kiri terbagi menjadi dua lobus atas dan bawah, dipisahkan oleh fisura

obliqua.

Gambar 2. 1 Anatomi paru-paru.


Dikutip dari : Moore 7 ed.21

Pada permukaan paru terdapat costa yang berukuran besar, halus dan

cembung dan berhubungan dengan costa pleura. Lalu terdapat Mediastinal yang

berbentuk cekung berhubungan dengan mediastinum bagian tengah. Pada

permukaan paru kanan terdapat alur dari esophagus dan cardiac impression. Pada

perrmukaan paru kiri terdapat cardiac impression yang lebih besar dari sebelah

kanan dan terdapat groove of arch aorta dan groove of descendding aorta. Dan

pada permukaan paru terdapat diafragma yang merupakan cekungan sebagai dasar

paru.

Bagian anterior dari paru berbatasan dengan costa dan permukaan

mediastinum, pada bagian inferior batas paru mengelilingin permukaan

diafragma, memisahkan permukaan ini dari permukaan costal dan mediastinal,


dan batas paru pada bagian posterior terdiri dari costa dan permukaan diafragma

Gambar 2.2 Medial view Paru dan Hilus


Dikutip dari : Moore 7 ed.21
2.1.2 Fisiologi Paru

2.1.2.1 Volume Paru

Volume paru adalah jumlah volume udara yang terdapat di dalam paru.

Pada orang normal dengan keadaan istirahat, dapat bernapas 12x per menit.

Terdapat empat volume udara paru yang jika dijumlahkan, sama dengan

volume maksimal ketika paru mengembang23. Empat volume udara tersebut di

antaranya:

1. Tidal Volume, merupakan volume udara yang dihirup atau

dihembuskan ketika bernapas normal pada laki-laki dewasa

berjumlah 500 ml.23

2. Inspiratory reserve volume, merupakan volume tambahan yang

dapat dihirup setelah akhir dari inspirasi normal. Nilai normal pada

laki laki adalah 3000 ml, sedangkan pada wanita yaitu 1.900 ml.2
3. Exspiratory reserve volume, adalah volume udara maksimal yang

dapat dikeluarkan dengan ekspirasi maksimal setelah berakhirnya

pernafasan tidal. Pada orang normal ekspiratory reserve volume

dapat mencapai 1100 ml.23

4. Residual volume, merupakan udara yang teatp berada di paru

setelah ekspirasi maksimal. Normal residual volume adalah 1200

ml.23

2.1.2.2 Kapasitas Paru

Kapasitas vital paru adalah kombinasi dari dua atau lebih volume paru

yang menggambarkan suatu kejadian pada siklus paru.23 Kapasitas paru dapat

digambarkan dengan penilaian sebagai berikut:

1. Inspiratory capacity adalah volume tidal (VT) ditambah

inspiratory reserve volume kurang lebih 3.500 ml udara. Volume ini

diperoleh setelah ekspirasi normal kemudian dimulai dengan

menarik nafas secara maksimal.23

2. Functional Residual Capacity (FRC) adalah gabungan dari volume

cadangan ekspirasi (ERV) ditambah dengan volume residu (RV).

Volume ini merupakan jumlah udara yang tersisa dalam paru pada

akhir ekspirasi, sekitar 2.300 ml.23

3. Vital Capacity (VC) atau kapasitas vital yaitu gabungan dari

volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan volume

cadangan ekspirasi. Volume ini merupakan udara maksimal yang


dapat dikeluarkan dari paru setelah inspirasi maksimal setelah itu

ekspirasi maksimal, volumenya sekitar 4.000 ml.23

4. Total Lung Capacity (TLC) yaitu gabungan Vital Capacity (VC)

ditambah dengan residual volume (RV). Total lung capacity ini

merupakan jumlah udara maksimal setelah paru mengembang

secara maksimal dengan inspirasi paksa, volumenya sekitar 5.800

ml.23

Gambar 2. 3 Spirogram kapasitas paru-paru dan volume paru


Dikutip dari: Gyton dan Hall.23

2.1.3 Spirometri

Spirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur waktu

pengeluaran (ekspirasi) serta pemasukan (inspirasi) udara kedalam paru.

Spirometer dapat juga digunakan untuk menghitung efektifitas paru dalam

mengosongkan dan mengisi udara.24


Dalam spirometer terdapat beberapa hal yang dinilai, diantaranya Vital

capacity (VC), forced expired volume in one second (FEV1), forced expiratory

flow (FEF), peak expiratory flow (PEF) dan force vital capacity ( FVC).

1. Vital Capacity adalah volume maksimal udara yang dapat

dikeluarkan (ekpirasi) secara maksimal (VC). Nilai VC biasanya

sebanding dengan nilai FVC kecuali terdapat obstruksi saluran

pernafasan, namun pada keadaan tertentu VC lebih tinggi dari FVC.

2. Forced Expired Volume in one second (FEV1) adalah volume udara

yang dapat diekspirasikan dalam 1 detik. Pengukuran FEV1 dapat

digunakan untuk mengukur seberapa cepat pengisian dan

pengosongan paru.

3. FEV1/VC (FEV1/FVC) pemeriksaan ini dapat digunakan untuk

menilai ada tidaknya keterbatasan udara .

4. Peak Expiratory Flow (PEF) kecepatan ekspirasi maksimal yang bisa

dicapai seseorang, dinyatakan dalam L/menit atau L/detik.

5. Force Vital Capacity (FVC) adalah pengukuran kapasitas vital yang

didapat pada ekspirasi yang dilakukan secepat dan sekuat mungkin.

Volume udara ini sangat penting dan dalam keadaan normal nilainya

kurang lebih sama dengan VC, tetapi sangat berkurang pada pasien

obstruksi saluran napas.

2.1.3.1 Indikasi Pemeriksaan

Indikasi pada pemeriksaan spirometer dibagi menjadi empat manfaat

antara lain untuk diagnostik yaitu untuk mengevaluasi tanda dan gejala dari
pemeriksaan lab yang abnormal, mengukur efek suatu penyakit terhadap fungsi

paru, menilai risiko sebelum operasi, menilai suatu prognosis khususnya pada

penyakit slauran pernafasan dan mengukur status kesehatan sebelum di mulai

program fisik berat. Spirometri juga di gunakan sebagai alat monitoring yaitu

untuk menilai intervensi terapi, menggambarkan efek penyakit terhadap fungsi

paru, menilai individu yang terpapar pencemar udara dan memantau efek

samping obat yang bersifat toksis terhadap paru. Untuk evaluasi kecacatan

spirometri dapat di gunakan untuk menilai pasien yang dalam program

rehabilitasi, menilai resiko sebagai bagian evaluasi asuransi, Untuk menilai

individu atas alasan legal. Dalam Kesehatan masyarakat spirometry dapat di

gunakan untuk suvei epidemiologis dan sebagai referensi atau rujukan.

2.1.3.2 Persiapan Spirometri

Sebelum melekukan tes pengujian subjek harus melakukan berbagai


persiapan yaitu:24

1. Tidak menggunakan inhaler selama 4 jam sebelum pemeriksaan

2. Tidak merokok selama 24 jam

3. Tidak mengkonsumsi alkohol selama 4 jam

4. Tidak boleh melakukan olahraga berlebihan selama 6 jam

5. Tidak makan makanan yang berat sebelum pemeriksaan

6. Tidak memakai pakaian yang ketat

2.1.3.3 Gambaran Hasil Spirometri

Dikatakan abnormal jika dibawah 80% dari normal prediksi. Hasil


abnormal mengindikasikan adanya obstruksi paru seperti asma, emphysema,

bronkitis kronik, atau penyakit paru restriksi seperti fibrosisi pulmonar. Nilai

FEV1 dan FVC dapat digunakan untuk mengklasifikasikan obstruksi.24

Gambar 2.4 Interpretasi spirometer


Dikutip dari spiromety handbook 2008.24

2.1.4 Rokok

2.1.4.1 Definisi Rokok

Rokok adalah produk tembakau yang diolah dalam bentuk cerutu atau

bentuk lainnya yang di buat dari tanaman Nicotiona tabacum, Nicotiana rustica

dan spesies lainnya. Komponen rokok diantaranya adalah zat nikotin, tar dan

bahan tambahan lain.10

2.1.4.2 Kandungan Rokok

Rokok mengandung kurang-lebih 600 bahan didalamnya. Ketika sebatang

rokok dibakar maka akan menghasilkan lebih dari 7000 bahan kimia, setidaknya

69 bahan kimia tersebut diketahui dapat mengakibatkan kanker.26 Beberapa bahan

kimia yang terkandung didalam rokok diantaranya adalah tar, benzene, cadmium,
arsenic. Secara umm bahan kimia yang terdapat pada rokok dibagi menjadi empat

yaitu Bahan penyebab kanker (karsinogen) yang dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

karsinogen lengkap, yaitu bahan kimia yang setelah dilakukan penelitian terhadap

binatang dapat menimbulkan kanker apabila melebihi batas tertentu. Pemicu atau

inisiator tumor.

Pengembang atau promotor tumor, akan melanjutkan tumor yang telah

dimulai. Bahan pemicu kanker utama yang terdapat pada asap rokok yaitu

senyawa polycyclic aromatic hidrocarbons dan N-nittroso. Kandungan rokok juga

terdiri dari bahan iritans dapat yang menimbulkan iritasi. Iritasi ini terutama pada

saluran pernafasan yang dapat menyebabkan sel-sel mukus menghasilkan mukosa

lebih banyak.

Lebih dari 10 senyawa pada rokok yang dapat menimbulkan iritasi, namun

yang terpenting adalah senyawa acrolein. Karbon monoksida dan gas-gas lainnya

juga terdapat dalam kandungan rokok, gas yang dihirup dari sebatang rokok

mengandung sekitar 1-5% karbon monoksida. Karbon monoksida yang masuk

kedalam tubuh manusia tersebut akan berikatan dengan hemoglobin dalam bentuk

carboxyhemoglobin atau hemogblobin inaktif yang tidak mempunyai kemampuan

untuk mengangkut oksigen. Kandungan carboxyhemoglobin di dalam tubuh

akibat asap rokok ini bisa mencapai 15%. Selanjutnya adalah Nikotin (Nicotiana

tabacum) yang merupakan zat, atau bahan senyawa pyrrolidine yang terdapat

dalam nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya

yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan.


2.1.4.3 Bahaya Asap Rokok

Kepulan asap rokok yang bersumber dari hasil pembakaran rokok disebut

dengan sidestream smoke, sedangkan asap rokok yang langsung dihirup oleh

perokok disebut dengan mainstream smoke. Gabungan antara sidestream smoke

dan mainstream smoke yang dihembuskan perokok kemudian dihirup oleh orang

lain sehingga orang tersebut disebut dengan secondhand smoke atau perokok

pasif. Bahan kima yang terkandung pada sidestream smoke diketahui 10 kali lebih

banyak dibanding pada mainstream smoke.28

Tar yang terkandung pada sidestream smoke juga menyebabkan dua

hingga enam kali tumor pada kulit mencit. Sidestream smoke juga terbukti dapat

menghambat pertumbuhan pada hewan percobaan.29

Merokok secara pasif dapat meningkatkan resiko masalah pernafasan

yang serius bagi anak-anak, bersifat karsinogen dan juga menyebabkan kanker

paru dan masalah kardiovaskular bagi orang dewasa.28

Perokok pasif dapat menyebabkan serangan jantung walaupun paparan

yang didapat hanya sebentar.30. Penelitian yang dilakukan di China oleh Xianglan

Zhang pada tahun 2004 memperlihatkan hasil bahwa seorang wanita yang

menikah dengan laki-laki perokok mempunyai kemungkinan terkena stroke lebih

tinggi dibanding wanita yang menikah dengan seorang laki-laki yang bukan

perokok.31 Hal yang sama berlaku pula untuk kemungkinan terkena kanker paru.

Di dalam tubuh paparan asap rokok dapat meningkatkan sekresi mukus di

saluran pernafasan dan memperlambat gerak silia (bulu getar) yang terdapat di

dinding saluran nafas. Hal tersebut menyebabkan kemampuan silia untuk


mengeluarkan benda asing dan mukus menjadi berkurang, dinding saluran nafas

akan mengalami iritasi dan menyebabkan gangguan dalam proses pengambilan

udara untuk bernafas. Paru paru tidak dapat mengambil oksigen yang di perlukan

oleh tubuh secara maksimal dan kapasitas paru akan mengalami penurunan.16

2.1.4.3.1 Rokok Pasif

Perokok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perokok aktif dan perokok

pasif. Perokok aktif adalah seseorang yang menghisap rokok secara langsung.

Perokok pasif adalah orang yang menghisap asap rokok secara tidak langsung.28

Perokok pasif dikategorikan sebagai bukan perokok yang mengisap asap

rokok para perokok aktif paling tidak 15 menit dalam satu hari selama satu

minggu.6

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dalam penelitiannya

mengungkapkan bahwa ternyata perokok aktif hanya mengisap 25% asap rokok

yang berasal dari ujung yang terbakar, yakni yang disebut sebagai asap utama,

sementara 75% lainnya dihisap oleh perokok pasif dalam bentuk asap

sampingan.32

Zat toksik rokok lebih banyak didapatkan pada asap sampingan yang akan

dihirup oleh perokok pasif. Karbon monoksida lima kali lipat, benzopiren tiga kali

lipat, dan amoniak lima puluh kali lipat lebih banyak ditemukan pada perokok

pasif. Bahan- bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam

ruangan setelah rokok berhenti. Asap sampingan memiliki konsentrasi lebih tinggi

karena tidak melalui proses penyaringan yang cukup. Dengan demikian pengisap
asap sampingan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan

kesehatan akibat rokok. 33

Peningkatan prevalensi perokok aktif yang tidak didukung dengan fasilitas

regulasi yang keras tentang etika merokok di ruang publik, maka dikhawatirkan

jumlah perokok pasif akan meningkat secara signifikan.34


2.2 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.3 Bagan kerangka pemikiran

Rokok merupakan produk olahan dari berbagai macam bahan campuran


seperti tembakau, filter dan kertas yang kemudian dapat dibakar dan

menghasilkan asap. Pada umumnya komponen utama rokok adalah tar, karbon

monoksida, nikotin dan ribuan zat yang berbahaya bagi tubuh, diantaranya

terdapat 70 zat yang diketahui bersifat karsinogenik.

Asap rokok mengandung radikal bebas dalam jumlah yang sangat besar

sehingga terjadi ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan, bsehingga

mengakibatkan stres oksidatif pada jaringan paru yang akhirnya menurunkan

Kapasitas Vital Paru pada bukan perokok.

Perokok pasif dikategorikan sebagai bukan perokok yang mengisap asap

rokok para perokok aktif paling tidak 15 menit dalam satu hari selama satu

minggu Paparan asap rokok yang terus menerus dapat meningkatkan sekresi

mukus di saluran pernafasan dan memperlambat gerak silia (bulu getar) yang

terdapat di dinding saluran napas. Hal tersebut menyebabkan kemampuan silia

untuk mengeluarkan benda asing dan mukus menjadi berkurang, dinding saluran

nafas akan mengalami iritasi dan menyebabkan gangguan dalam proses

pengambilan udara untuk bernafas. Paru paru tidak dapat mengambil oksigen

yang diperlukan oleh tubuh secara maksimal sehingga kapasitas paru akan

mengalami penurunan. Kapasitas paru dapat di ukur dengan alat spirometri

dengan aspek FEV1 (Forced Expiratory Volume in one second) dan FVC (Forced

Vital Capacity). Hasil penelitian sebelumnya menggambarkan bahwa terdapat

hubungan bermakna antara paparan asap rokok terhadap pervubahan fungsi paru.
BAB III

SUBJEK/OBJEK/BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Subjek/Objek/Bahan Penelitian

1.4.3 Populasi

1. Populasi target adalah mahasiswa Universitas Islam Bandung


2. Populasi terjangkau adalah mahasiswa Universitas Islam Bandung

yang mendapat paparan asap rokok

1.4.4 Subjek dan Teknik Pengambilan Subyek

Subjek akan diberikan formulir persetujuan menjadi subjek dalam

penelitian. Subjek diambil dari kerangka subjek yang memenuhi kriteria inkulusi

dan eksklusi.

Penarikan subjek dilakukan secara Purposive sampling dari mahasiswa

yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan cara menentukan secara acak

dari frame sampling.

1.4.5 Jumlah Subjek

Dalam penelitian ini ukuran sampel ditentukan dengan menggunakan

formula uji hipotesis dua rata-rata diperlukan total sampel minimal 46 orang

dengan perhitungan sebagai berikut:

2 2  Z  Z  
2
1
n1, 2  *
1 f  1  2  2
2 * 88,5481,96  1,28
2
1
n1, 2  *
1  0,10  94,30  84,70 2

n1, 2  1,11 * 20,2

n1, 2  22,4  23

Jadi diperlukan sampel minimal 46 orang

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini

z1-α = Derajat kepercayaan 95% (1,96)

z1-β = Kekuatan uji yaitu 90% (1,28)

Sd1 = Standar deviasi KVP pada bukan perokok (9,75%)

Sd2 = Standar deviasi KVP pada perokok (9,07%)

2 = Varians (kuadrat rerata Sd=88,548)

μ1 = Rerata KVP pada bukan perokok (94,30%)

μ2 = Rerata KVP pada perokok (84,70%)

μ1 – μ2 = Presisi

f = Faktor untuk non respons atau dropout (Respons Rate) =10%.

1.4.6 Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa Universitas Islam Bandung yang terdaftar dan aktif


2. Status perokok pasif (minimal terpapar asap rokok selama 15 menit

perhari/1 hari dalam 1 minggu)


3. Terdapat anggota keluarga yang merokok dalam satu rumah
4. Bersedia menjadi subjek penelitian

1.4.7 Kriteria Eksklusi

1. Memiliki memiliki riwayat diabetes mellitus


2. Memiliki gangguan pada otot pernafasan
3. Memiliki riwayat penyakit paru (PPOK, asma, hiperresponsif

bronkial)
4. Memiliki riwayat penyakit jantung (gagal jantung, penyakit jantung

coroner)

1.4.8 Alat dan Bahan Penelitian

1. Formulir kuesioner
2. Formulir persetujuan
3. Spirometri

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain

potong lintang yang mengukur variabel independent dan dependen pada waktu

bersamaan. Sampel dapat mewakili populasi mahasiswa Universitas Islam

Bandung yang telah memberikan persetujuan sebagai sampel penelitian yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.2.2 Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (bebas) yaitu mahasiswa Unisba yang terpapar

asap rokok
2. Variabel Dependen (terikat) yaitu Nilai kapasitas paru
1.4.9 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional penelitian

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Perokok Paparan asap rokok lingkungan Formulir 1) Ya Ordinal


pasif minimal 15 menit perhari dalam 2) Tidak
satu hari selama satu minggu

FEV1 volume udara yang dapat Spirometri 1) Normal Rasio


diekspirasikan dalam 1 detik
>80%

2) Restriktif

ringan

65%-79%

3)Restriktif
sedang

40%-59%

4)Restriktif
berat<40%

1) Normal
kapasitas vital yang didapat
pada ekspirasi yang dilakukan >80%
FVC secepat dan sekuat mungkin
2) Restriktif
Spirometri ringan Rasio

65%-79%

3)Restriktif
sedang

40%-59%

4)Restriktif
berat<40%
1.4.10 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Bagan alur penelitian

1.4.11 Prosedur Pemeriksaan

Prosedur pemeriksaan yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi


2. Penandatanganan formulir persetujuan oleh subjek penelitian
3. Pengambilan data menggunakan spirometri
4. Interpretasi data hasil pemeriksaan
1.4.12 Pengolahan Data dan Analisis Data

1.4.12.1 Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah secara komputerisasi untuk mengubah data menjadi

informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari:

1. Editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di

tempat penelitian untuk menghindari adanya kekurangan data.


2. Coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Pemberian kode sangat

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.


3. Data entry, yaitu memasukkan data dari kuesioner

kedalam program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau tabel kontingensi.


4. Cleaning, yaitu apabila semua data dari subyek

penelitian telah selesai dimasukkan, maka perlu dicek kembali untuk

melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan, kemudian dilakukan koreksi.

1.4.12.2 Analisis Data

Analisis univariabel bertujuan untuk menggambarkan karakteristik sampel

subjek penelitian yang meliputi usia, jenis kelamin, paparan perokok pasif serta

kapasitas fungsi paru berdasarkan aspek FEV1 dan FVC yang disajikan dalam

jumlah dan presentase untuk data kategorik serta rerata, standar deviasi, median,

minimum dan maksimum untuk data numerik.


Sebelum analisis bivariabel dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas data nilai kapasitas paru berdasarkan aspek FEV1 dan FVC untuk

mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan shapiro wilks test

karena besar sampel kurang dari 50. Jika nilai p>0,05 maka data berdistribusi

normal namun jika nilai p≤0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

Analisis bivariabel dilakukan untuk menguji hubungan antara perokok

pasif terhadap nilai kapasitas paru pada mahasiswa Universitas Islam Bandung

periode 2018-2019. Apabila data data nilai kapasitas paru berdasarkan aspek

FEV1 dan FVC berdistribusi normal, maka pengujian selanjutnya dilakukan

dengan menggunakan metode parametrik yaitu Independent T test sedangkan jika

data tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan

metode non-parametrik yaitu Mann Whitney Test.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product

and Service Solution (SPSS) for windows versi 24.0 pada derajat kepercayaan

95%.

1.4.13 Waktu dan Lokasi Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di lingkungan Universitas Islam Bandung.


Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Juli 2018.
Tabel 3.2 Waktu Penelitian
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Penentuan topik

Bimbingan
dengan dosen
pembimbing
Sidang usulan
penelitian
Penelitian
Pengolahan data
penelitian
Sidang

1.4.14 Aspek Etik Penelitian

Aspek etika yang diperhatikan pada penelitian ini meliputi:

1. Autonomy, yaitu memberikan kebebasan kepada subjek untuk

menerima atau menolak mengikuti penelitian ini.


2. Non maleficence, yaitu subjek tidak dirugikan baik ketika pengambilan

data dan kerahasiaan identitas subjek.


3. Beneficence, yaitu subjek mendapatkan manfaat dari proses maupun

hasil dari penelitian ini. Pengetahuan tentang bahaya merokok bagi

fungsi paru adalah salah satu manfaat dari penelitian ini.


4. Justice, yaitu subjek diberikan perlakuan secara adil dan merata.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.5 Hasil Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Universitas Islam Bandung dengan subjek

penelitian adalah Mahasiswa Universitas Islam Bandung yang sesuai kriteria

inkluasi dan eksklusi sejumlah 46 orang.

Metode penelitian ini adalah analitik menggunakan desain potong lintang

(cross sectional) yang di lakukan dengan melakukan tes fungsi paru menggunakan

spirometer terhadap subjek.

Karakteristik atau gambaran responden berdasarkan jenis kelamin

mahasiswa Universitas Islam Bandung tabel 1:

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Variabel N %
Jenis kelamin
Laki-laki 24 52,2
Perempuan 22 47,8

Berdasarkan tabel data responden jumlah perokok pasif berjenis kelamin

laki laki dan perempuan jumlahnya tidak berbeda jauh, laki laki 52.2% dan

perempuan 47.8%.
Tabel 4.2 Gambaran Lama Paparan Asap Rokok

Minimum Maksimum Rata-rata Simpangan Baku


(menit) (menit) (menit) (menit)

15 180 47,93 ± 11,99 40,35

Rata rata perokok pasif terpapar asap rokok selama 47,93 menit perhari

dengan simpangan baku 40.35. Waktu paparan minimum adalah 15 menit dan

maksimum 180 menit.

Tabel 4.3 Gambaran Nilai Kapasitas Paru Perokok Pasif Terhadap FEV1 dan FVC
Variabel Normal Restrictive Restrictive Restrictive Severe Restrictive
Mild Moderate Very Severe
N (%) N (%)
N (%) N (%) N (%)
Nilai
kapasitas
paru
FVC 14 (30.4) 11(23,9) 11 (23,9) 4(8.7) 6 (13)

FEV1 14 (30.4) 11(23,9) 11 (23,9) 4(8.7) 6 (13)

Berdasarkan tabel di atas dari 46 responden memiliki nilai FEV1 abnormal

sebanyak 69.5% yaitu restrictive mild 23,9%, mengalami restrictive moderate

23.9%, mengalami restrictive severe 8.7% dan yang mengalami restrictive very

severe 13% sedangkan yang memiliki nilai FEV1 kategori normal 30.4%.

Tabel 4.4 Hubungan Antara Lama Paparan Asap Rokok

Rerata Median
Variabel Korelasi Nilai p*)
(SD) (min-maks)
Nilai kapasitas paru
80,72 -0,545 < 0,001
FEV1 74,89
FVC 67,23 71,45 -0,521 < 0,001
dengan FEV1 dan FVC

Dari tabel diatas dapat diketahui korelasi antara lama paparan dan FEV1

adalah -0,545, sehingga dapat dikatakan ada hubungan negatif antara lama

paparan dan FEV1 artinya, jika lama paparan naik maka FEV1 akan turun. Hasil

uji korelasi menunjukkan nilai P (< 0,001) kurang dari 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang bermakna antara lama paparan dan

FEV1.

Korelasi antara lama paparan dan FVC adalah -0,521. Sehingga dapat

dikatakan ada hubungan negatif antara lama paparan dan FVC, artinya, jika lama

paparan naik maka FVC akan turun. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai P (<

0,001) kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif

yang bermakna antara lama paparan dan FVC.

1.6 Pembahasan

Hasil menunjukkan dari 46 perokok pasif terdapat 24 orang (52.2%)

berjenis kelamin laki laki dan 22 orang (47.8%) berjenis kelamin perempuan.

Hasil ini tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah di

Semarang (2014) yang menunjukkan bahwa respondennya yang merupakan

karyawan kafe dan restoran terdiri dari 35 orang berjenis kelamin perempuan dan
8
35 orang berjenis kelamin laki laki. Data penelitian ini tidak sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Bridevaux et al yang respondennya terdiri dari

2500 orang warga Swiss yang merupakan perokok pasif 60% berjenis kelamin

perempuan dan 40% berjenis kelamin laki laki.36


Pada penelitiannya Bridevaux menyebutkan bahwa responden laki laki

yang mengalami penurunan fungsi paru sebesar 18.05% sedikit lebih banyak

dibanding perempuan yang mengalami penurunan fungsi paru 17.03%. pada

penelitian yang dilakukan Nurjanah dan Soeharyo menyebutkan responden laki-

laki lebih banyak mengalami fungsi paru yang tidak normal (75,0%) dibanding
37
dengan responden perempuan (64,7%). Hal ini disebabkan karena laki laki

cenderung tidak peduli apabila ada yang merokok di sekitarnya. Selain itu laki

laki dalam perkumpulan dengan teman temannya, lebih sering terpapar asap rokok

di lingkungannya 36

Hasil penelitian mengenai lama paparan asap rokok pada perokok pasif

rata-rata selama 47,93 menit perhari dengan simpangan baku 40.35 menit. Waktu

paparan minimum adalah 15 menit dan maksimum 180 menit. Hasil ini tidak

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah pada tahun (2014) di

Semarang terhadap respondennya yang berprofesi sebagai karyawan kafe dan

restoran yang rata rata memiliki paparan selama 4.4 jam perhari di karenakan kafe

dan restoran adalah tempat umum yang sangat potensial terjadinya paparan asap

rokok orang lain karena sebagian besar kafe dan restoran tidak menerapkan aturan

kawasan bebas asap rokok.8 Data penelitian ini juga tidak sesuai dengan yang

dilakukan oleh Bridevaux et al yang menyebutkan bahwa rata rata respondennya

mendapat paparan asap rokok orang lain selama <3 jam setiap hari. 36

Penelitian ini menunjukan bahwa rata rata mahasiswa perokok pasif

memiliki nilai FEV1 (Forced Expiratory Volume In One Second ) dan FVC

(Forced Vital Capacity) abnormal sebanyak 69.5% yaitu restrictive mild 23,9%,

mengalami restrictive moderate 23.9%, mengalami restrictive severe 8.7% dan


yang mengalami restrictive very severe 13% sedangkan yang memiliki nilai

FEV1dan FVC kategori normal 30.4%. Pada   penelitian   ini   terdapat   beberapa

responden yang memiliki nilai hasil spirometri  restrictive severe  dan  restrictive

very severe  tanpa diikuti oleh sesak atau penyakit pernafasan lainnya, hal ini bisa

di sebabkan oleh adanya kesalahan pada saat menggunakan alat seperti batuk pada

detik pertama peniupan dan inhalasi yang kurang.39 

Faktor   yang   mempengaruhi   penurunan   nilai   FEV1   dan   FVC   pada

mahasiswa perokok pasif adalah usia dan gaya hidup anak muda yang terbiasa

menghabiskan waktu untuk menunggu jam pergantian kelas atau mengerjakan

tugas di sebuah kafe yang merupakan tempat umum yang sangat potensial

terjadinya paparan asap rokok orang lain karena sebagian besar kafe tidak

menerapkan aturan kawasan bebas asap rokok.38 Pada Penelitian yang dilakukan

oleh Nurjanah (2014) di Semarang terlihat sebagian besar responden yaitu 52

(74,3%) memiliki fungsi paru yang masih normal, namun demikian ada 14 orang

(20%) yang telah mengalami gangguan restrictive mild, dan restrictive very severe

serta sedang masing-masing 2 orang (2,9%).

Menurut penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh Soeharyo dan

Nurjanah pada tahun 2013 sebagian besar responden memiliki fungsi paru
37
restrictive, yaitu restrictive mild (50,0%) dan restrictive moderate (20,0%). Hal

tersebut tergantung kepada faktor faktor yang mempengaruhi seperti usia, paparan

polusi udara dan aktivitas fisik.8

Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan

bermakna antara lama paparan asap rokok pada perokok pasif dengan Forced
Expiratory Volume in one second dan Force Vital Capacity pada perokok pasif

mahasiswa Universitas Islam Bandung tahun 2018 dengan nilai p value < 0,001.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2014)

bahwa ada hubungan yang bermakna antara efek paparan asap rokok orang lain

terhadap fungsi paru dan urine cotinine pada karyawan kafe dan restoran di kota

Semarang dengan nilai p value 0.026.8 Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian Lai di Hongkong (2011) yang mendapatkan hasil bahwa fungsi paru

berhubungan negative bermakna dengan paparan hand second smoke pada tempat

kerja. 8 Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Lai di

Hongkong (2011) yang mendapatkan hasil bahwa fungsi paru berhubungan

negatif bermakna dengan paparan hand second smoke pada tempat kerja. 8

Menurut Daniel (2013) di dalam tubuh paparan asap rokok orang lain

dapat meningkatkan sekresi mukus di saluran pernapasan dan memperlambat

gerak silia (bulu getar) yang terdapat di dinding saluran napas. Hal tersebut

menyebabkan kemampuan silia untuk mengeluarkan benda asing dan mukus

menjadi berkurang, dinding saluran nafas akan mengalami iritasi dan

menyebabkan gangguan dalam proses pengambilan udara untuk bernafas. Paru

paru tidak dapat mengambil oksigen yang di perlukan oleh tubuh secara maksimal

dan kapasitas paru akan mengalami penurunan. 17

Menurut Julianty Pradono (2003) zat toksik rokok lebih banyak

didapatkan pada asap sampingan yang akan dihirup oleh perokok pasif. Karbon

monoksida lima kali lipat, benzopiren tiga kali lipat, dan amoniak lima puluh kali

lipat lebih banyak ditemukan pada perokok pasif. Bahan- bahan ini dapat bertahan

sampai beberapa jam lamanya dalam ruangan setelah rokok berhenti. Asap
sampingan memiliki konsentrasi lebih tinggi karena tidak melalui proses

penyaringan yang cukup, dengan demikian pengisap asap sampingan memiliki

resiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok. 33

Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Soeharyo dan Nurjanah pada tahun 2013 dimana tidak terdapat hubungan antara

paparan second hand smoke terhadap fungsi paru karyawan Universitas Dian

Nuswontoro dengan nilai p value 0.794, hal ini karena sebagaian besar karyawan

bekerja selama 8 jam perhari di kawasan gedung Universitas yang banyak

menerapkan kawasan bebas asap rokok, adapun paparan yang didapatkan yaitu

dari luar tempat kerja.

1.7 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dalam melakukan

penelitian diantaranya :

1. Peneliti tidak meneliti faktor perancu yang dapat menyebabkan bias pada

penelitian ini, contohnya paparan polusi udara dan paparan polusi

angkutan umum.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.8 Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di Universitas

Islam Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Lama paparan rokok pada perokok pasif yaitu 47,93 menit perhari dengan

simpangan baku 40.35. Waktu paparan minimum adalah 15 menit dan

maksimum 180 menit.

2. Nilai FEV1 (Forced Expiratory Volume in one second) abnormal sebanyak

69.5% yaitu restrictive mild 23,9%, mengalami restrictive moderate

23.9%, mengalami restrictive severe 8.7% dan yang mengalami restrictive

very severe 13% sedangkan yang memiliki nilai FEV1 kategori normal

30.4%

3. Nilai FVC (Forced Vital Capacity) abnormal sebanyak 69.5% yaitu

restrictive mild 23,9%, mengalami restrictive moderate 23.9%, mengalami

restrictive severe 8.7% dan yang mengalami restrictive very severe 13%

sedangkan yang memiliki nilai FVC kategori normal 30.4%

4. Terdapat hubungan antara lama paparan asap rokok pada perokok pasif

dengan Forced Expiratory Volume in one second dan Force Vital Capacity
pada perokok pasif mahasiswa Universitas Islam Bandung tahun 2018

dengan nilai p value < 0,001.

1.9 Saran

5.1.1 Saran Akademis

1. Perlu di lakukan penelitian lebih lanjut

mengenai hubungan lama paparan asap rokok pada perokok pasif dengan

Forced Expiratory Volume in one second (FEV1) dan Force Vital

Capacity (FVC) pada perokok pasif dengan populasi yang lebih luas.

5.1.2 Saran Praktis

1. Perokok pasif dapat mengurangi lama paparan dengan menghindari

tempat-tempat yang banyak paparan asap rokok, karena lama paparan asap

rokok dapat menyebabkan penurunan fungsi paru.

2. Masukan kepada institusi untuk memperluas kawasan bebas asap rokok


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada Yth,
Calon Responden Peneliti
di tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Elsha Saskia
NPM : 10100114021

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Lama


Paparan Asap Rokok Dengan Forced Expiratory Volume (Fev1)
Dan Forced Vital Capacity (Fvc) Pada Mahasiswa Perokok Pasif
UNISBA Tahun 2018”. Tujuannya adalah mengetahui hubungan lama
paparan asap rokok dengan forced expiratory volume (fev1) dan
Forced Vital Capacity (Fvc) pada mahasiswa perokok pasif UNISBA
tahun 2018
Peneliti ini tidak berakibat buruk bagi responden dan akan
dijamin kerahasiaannya. Apabila responden menyetujui, maka saya
mohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang tersedia.
Atas perhatian responden, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Elsha Saskia
43

Lampiran 2 Pernyataan Kesediaan Responden

PERNYATAAN KESEDIAAN RESPONDEN

Setelah membaca pernyataan dari peneliti secara sukarelawan dan

tidak ada unsur paksaan dan dapat menjamin efek kerahasiaan, nama

baik serta aspek hukum secara langsung maupun tidak langsung.

Dengan ini saya bersedia menjadi responden dalam penelitian


Hubungan Lama Paparan Asap Rokok Dengan Forced Expiratory
Volume (Fev1) Dan Forced Vital Capacity (Fvc) Pada Mahasiswa
Perokok Pasif UNISBA Tahun 2018.

Responden,

(..............................................)
44

Lampiran 3 Pernyataan Kesediaan Responden

PROFIL RESPONDEN

Nama :
Usia :
Alamat :

No hp/ id line :
Fakultas :
Angkatan :

Terpapar Asap rokok?


a. Ya
b. Tidak

Berapa lama dalam satu hari?


a. 15 menit
b. > 15 menit
c. 30 menit
d. 60 menit
e. 90 menit
f. ……..(isi sesuai lama paparan)

Berapa hari dalam satu minggu?


a. Setiap hari
b. Hanya beberapa hari
c. ……….(isi sesuai jumlah hari yang terpapar)
45

Lampiran 4 Hasil Analisis Statistik

Correlations

Durasi paparan FVC FEV1


(menit)

Pearson Correlation 1 -.521** -.545**

Durasi paparan (menit) Sig. (2-tailed) .000 .000

N 46 46 46
**
Pearson Correlation -.521 1 .925**
FVC Sig. (2-tailed) .000 .000
N 46 46 46
** **
Pearson Correlation -.545 .925 1

FEV1 Sig. (2-tailed) .000 .000

N 46 46 46

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


46

Lampiran 5 Permohonan izin Penelitian dan Pengambilan Data


47

Lampiran 6 Permohonan izin Penelitian, Peminjaman Laboratorium dan

Alat
48

Lampiran 7 Etik
49

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Elsha Saskia, lahir di Sukabumi pada hari Selasa

tanggal 11 April 1995 yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari

pasangan Ir H Asep Suswanda dan Hj Susilawati, Spd.

Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak kanak di Tk

Islamic Center Cianjur tahun 1999-2001. Sekolah Dasar Negeri Taman Sari

Cianjur 2001-2007, SMPN 4 Cianjur 2006-2009, SMAN 1 Cianjur 2010-2013.

Sejak tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Bandung.

Organisasi yang pernah di ikuti oleh penulis antara lain anggota Persatuan

Bulu Tangkis Seluruh Indonesia 2007-2010,Bendahara Umum OSIS SMPN 4

Cianjur periode 2007-2010, Anggota Smansa Badminton Club 2011-2013,

Anggota Badminton Club FK Unisba Anggota Tim Medis Bakti Sosial Fakultas

Kedokteran Unisba tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai