Anda di halaman 1dari 10

Volume 18, No.

2, Mei 2018 p-ISSN 1410-9794


e-ISSN 2597-792X

Implementasi Kebijakan Program Relawan


Demokrasi Pada Pemilu 2014
di KPU Kota Yogyakarta
Pangky Febriantanto
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pangky_f@yahoo.co.id

ABSTRAK – Secara kuantitatif, jumlah pemilih pada pemilihan umum (Pemilu) pasca
reformasi cenderung menurun. Realita tersebut membuat Komisi Pemilihan Umum (KPU)
mengambil kebijakan Relawan Demokrasi (Relasi) yang pengelolanya berada di KPUdi level
kota atau kabupaten. Tujuan utama dari kebijakan Relawan Demokrasi adalah meningkatkan
partisipasi pemilih. Di Kota Yogyakarta, kebijakan Program tersebut dinilai berhasil. Ini dilihat
dari partisipasi pemilih pada pemilu legislatif 2009 yang menurun dari pemilu legislatif 2004
dan kemudian pada pemilu legislatif 2014 di mana terdapat kebijakan Relawan Demokrasi
tingkat partisipasi kembali naik yang menjadi angka partisipasi tertinggi sepanjang pemilu
legislatif di Kota Yogyakarta. Hal tersebut dapat secara ilmiah diteliti tentang bagaimana
implementasi program relawan demokrasi KPU Kota Yogyakarta jika dilihat dari faktor-faktor
keberhasilannya. Metode penelitian yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian didapat bahwa implementasi kebijakan program relawan demokrasi di KPU Kota
Yogyakarta terdapat faktor keberhasilan seperti komunikasi yang diterapkan cukup jelas,
kepemilikan sumber daya dinilai cukup memadai, disposisi yang sudah optimal, dan struktur
birokrasi sudah mencerminkan efisiensi. Tujuan penelitian adalah sebagai salah satu evaluasi
dalam kebijakan yang diambil KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu.
Kata Kunci: Implementasi, Relawan Demokrasi, Pemilu 2014

ABSTRACT -The number of voters participation in the declining elections during the reform
period made the General Election Commission take the policy of Democratic Volunteers whose
managers were handed over to the Regional Election Commission at city or district level. One
of the goals of the Democratic Volunteer policy is to increase voter participation. In
Yogyakarta city, the Policy of Democratic Volunteer Program is considered successful. This is
seen from the number of voter participation in the legislative elections in 2009 that declined
from the 2004 legislative election and then in the 2014 legislative elections in which there is a
policy of Democracy Volunteers re-participation level that became the highest participation
rate during the legislative elections in the city of Yogyakarta. It can be scientifically researched
about how the implementation of the program of democratic volunteers Election Commission of
Yogyakarta city when viewed from the factors of success. The research method used is
descriptive approach of skin. The result of the research shows that the implementat ion of the
policy of democracy volunteer program in the General Election Commission of Yogyakarta city
has success factors such as the communication that is applied quite clearly, the resources are
considered sufficient, the optimal disposition, and the bureaucratic structure reflects the
efficiency. The purpose of this study is as one of the evaluations in the policies taken by the
Election Commission in increasing voter participation in the election.
Keywords: Implementation, Democracy Volunteers, Election 2014

Naskah diterima : 29 Januari 2018, Naskah dipublikasikan : 15 Mei 2018

Jurnal Kajian Ilmiah


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 137
Volume 18, No. 2, Mei 2018 p-ISSN 1410-9794
e-ISSN 2597-792X

PENDAHULUAN kepada pemimpin pemerintahan dan wakil-


Indonesia merupakan salah satu wakil rakyat. Penghargaan (reward) dapat
negara demokrati di Asia Tenggara dengan diberikan kepada wakil rakyat dan
kuantitas penduduk terbanyak. Sebagai pemimpin yang berprestasi dan
layaknya negara demokrasi, tentu Indonesia memperjuangkan aspirasi rakyat. Kepada
secara rutin melaksanakan proses para pemimpin yang tidak memperjuangkan
pergantian kekuasaan di wilayah eksekutif aspirasi rakyat, bisa memberikan hukuman
dan juga di wilayah legislatif. Pergantian (punishment) dengan cara tidak memilihnya
kekuasaan tersebut lazim dengan istilah lagi jika wakil rakyat tersebut mencalonkan
pemilu atau pemilihan umum.Pemilu pada diri lagi sebagai calon wakil rakyat.
zaman Orde Baru sampai pada pemilu Namun, ada fenomena menarik
tahun 1999, pemilu murni untuk memilih terkait dengan pemilu yang dilaksanakan
calon-calon anggota legislatif untuk setiap 5 (lima) tahun sekali, terutama
ditempatkan di DPR dengan sistem pemilu yang diselenggarakan pasca
proporsional tertutup. Barulah mulai pada reformasi. Tren pemilu cenderung
tahun 2004, pemilu dilaksanakan tidak mengemuka pada penurunan angka
hanya untuk memilih calon anggota partisipasi. Dalam pemilu yang pernah
legislatif, namun juga memilih pimpinan diselenggarakan di Indonesia, tingkat
eksekutif atau presiden dan wakil presiden. partisipasi pemilih semakin lama semakin
Pemilu untuk memilih anggota legislatif mengalami penurunan. Warga negara yang
biasa disebut pemilu legislatif, sedangkan memiliki hak pilih secara kuantitatif banyak
Pemilu untuk memilih presiden dan wakil yang tidak menggunakan hak pilihnya
presiden kemudian disebut pemilu presiden dalam pemilu. Pasca reformasi animo atau
dan wakil presiden. partisipasi pemilih dalam pemilu
Berdasarkan keterangan dalam mengalami penurunan.
dokumen sosialisasi pemilu KPU Kota Pada Pemilu 1999 tingkatpartisipasi
Yogyakarta, pemilihan umum atau pemilu pemilihmencapai 92,6 persen dan jumlah
sendiri mempunyai 4 (empat) arti penting, Golongan putih hanya 7,3 persen. Angka
yaitu: (1). Sarana perwujudan kedaulatan partisipasi yang lebih menurun kemudian
rakyat. Melalui pemilu warga negara dapat terjadi pada Pemilu 2004, di mana jumlah
menunjukkan haknya untuk memilih pemilih turun menjadi 84,1 persen dan
pemimpin pemerintahan dan wakil rakyat jumlah golongan putih meningkat 15,9
yang diharapkan akan memperjuangkan persen. Pada Pemilu Presiden 2004 putaran
aspirasi dan kepentingannya. (2). pertama angka partisipasi pemilih secara
Membentuk pemerintahan yang legitimate. prosentase mencapai 78,2 persen dan
Melalui pemilu juga dapat terbentuk golongan putih secara prosentase berada
pemerintahan yang memiliki legitimasi diangka 21,8 persen, sedangkan pada
(pengakuan dari rakyat). Tanpa pemilu Pemilu Presiden 2004 putaran kedua angka
maka pemerintahan hanya mewakili elit partisipasi pemilih secara prosentase
atau sekelompok masyarakat. (3). mencapai 76,6 persen dan golongan putih
Pergantian kekuasaan pemerintahan secara naik menjadi 23,4 persen. Pada Pemilu
teratur dan damai. Melalui pemilu yang Legislatif 2009 angka partisipasi pemilih
diselenggarakan secara rutin (setiap 5 tahun kembali mengalami penurunan menjadi
sekali) pergantian pemerintahan dapat 70,9 persen dan angka golongan putih
dilakukan dengan tidak menggunakan meningkat menjadi 29,1 persen. Pemilu
kekerasan, kudeta, dan sebagainya. (4). Presiden 2009 juga menunjukkan angka
Sebagai sarana pemberian penghargaan partisipasi pemilih hanya sejumlah 71,7
(reward) dan hukuman (punishment)

Jurnal Kajian Ilmiah


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 137
Volume 18, No. 2, Mei 2018 p-ISSN 1410-9794
e-ISSN 2597-792X
persen dan golongan putih terus meningkat Tentu saja, implementasi kebijakan
sekitar menjadi 28,3 persen. program relawan demokrasi tidak lepas dari
Kecenderungan angka golput yang persoalan. Secara umum, jumlah relawan
semakin bertambah tersebut menjadi salah demokrasi di setiap kota dan kabupaten
satu latar belakang KPU untuk membuat berjumlah 25 (dua puluh lima) orang.
Program Relawan Demokrasi Pemilu 2014. Menurut Komisioner KPU Kota Surabaya,
Dalam Surat Edaran KPU RI Nomor Edward Dewaruci yang dikutip dari
609/KPU/IX/2013 Tentang Penyampaian berpendapat bahwa jumlah 25 (dua puluh
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Program lima) relawan demokrasi sebenarnya jauh
Relawan Demokrasi Pemilu 2014 dari ideal. Menurut Edward Dewaruci
disebutkan bahwa Pemilu 2014 diharapkan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) di
menjadi titik balik persoalan tentang angka Surabaya sebanyak 5015 (lima ribu lima
partisipasi pemilih agar meningkat dan belas) buah tidak sebanding dengan jumlah
memulihkan inflasi kualitas memilih. relawan demokrasi, sehingga tidak semua
Dalam surat tersebut dikatakan bahwa kelompok masyarakat mendapat layanan
memilih adalah tindakan atau kegiatan dari relawan demokrasi. Bahkan, di
politik yang mulia, maka KPU memiliki Kabupaten Pamekasan KPU Kabupaten
tanggung jawab besar dalam memastikan Pamekasan jumlah relawan demokrasi yang
titik balik itu terwujud. terekrut hanya 15 (lima belas) orang karena
Selanjutnya, kebijakan program faktor anggaran.
Relawan Demokrasi yang digagas oleh Sedangkan di Kota Yogyakarta
KPU RI ini melibatkan berbagai segmen sendiri, jumlah relawan demokrasi segmen
yang berasal dari 5 (lima) segmen pemilih kelompok agama semuanya memiliki latar
strategis. Kelima segmen pemilih yang belakang keagamaan yang sama, sehingga,
bersifat strategis yaitu yang pertama membutuhkan pembelajaran lebih untuk
pemilih pemula, yang kedua kelompok dapat memberi sosialisasi dan pendidikan
agama, yang ketiga kelompok perempuan, pemilih kepada kelompok agama yang lain.
yang keempat penyandang disabilitas, dan Selain itu, terbatasnya alat peraga khusus
yang kelima kelompok pinggiran. Pelopor- untuk segmen marginal juga dinilai sebagai
pelopor demokrasi dibentuk pada setiap penghambat kelancaran sosialisasi dan
segmen yang kemudian diarahkan untuk pendidikan pemilih.
menjadi penghubung atau penyuluh di Mengingat Program Relawan
setiap komunitasnya. KPU RI melalui Demokrasi ini merupakan kebijakan KPU
Kebijakan Program Relawan Demokrasi tingkat pusat yang notabene baru pertama
yang rekruitmennya ditugaskan pada KPU kali diadakan, serta adanya persoalan dalam
Daerah tingkat kota dan kabupaten juga implementasi program relawan demokrasi
diharapkan mampu menumbuhkan kembali maka cukup menarik untuk dilihat hasilnya.
kesadaran positif terhadap pentingnya Tabel 1 berikut menunjukkan
pemilu dalam kehidupan berbangsa dan partisipasi pemilih dalam pemilu di Kota
bernegara. Diharapkan relawan demokrasi Yogyakarta. Dari tabel tersebut dapat dilihat
menjadi penggerak kelompok masyarakat bahwa kebijakan Relawan Demokrasi di
sesuai segmentasinya agar bersedia Kota Yogyakarta cukup berhasil.
menggunakan hak pilihnya dengan Pada pemilu legislatif 2004 jumlah
bijaksana serta penuh tanggung jawab, partisipasi pemilih adalah 75,04%,
sehingga angka partisipasi pemilih sedangkan pemilu legislatif 2009 menurun
meningkat dan juga kualitas Pemilu 2014 menjadi 66,54% dan pada pemilu legislatif
dapat lebih baik jika dibandingkan dengan 2014 di mana terdapat kebijakan Relawan
pemilu-pemilu sebelumnya. Demokrasi tingkat pertisipasi naik menjadi
75,88%.

Jurnal Kajian Ilmiah


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 138
Volume 18, No. 2, Mei 2018 p-ISSN 1410-9794
e-ISSN 2597-792X
yang sangat menitikberatkan pelaksanaan
Tabel 1. Partisipasi Pemilih dalam Pemilu kebijakan dalam mencapai tujuan agar
di Kota Yogyakarta sesuai sasaran.
Dalam buku tersebut juga dibahas
Pemilu Partisipasi
mengenai model-model implementasi.
Pemilu Legislatif 2004 75,04 % Salah satunya adalah model implementasi
dari George C. Edward III. Geoge C.
Pemilu Presiden 2004 (I) 79,08 %
Edward III menilai bahwa setidaknya ada 4
Pemilu Presiden 2004 (II) 75,61 % (empat) faktor yang dapat mempengaruhi
Pemilukada 2006 53,32 % implementasi kebijakan. Keempat faktor
Pemilu Legislatif 2009 66,54 % yang dapat mempengaruhitersebut yaitu,
yang pertama komunikasi, yang kedua
Pemilu Presiden 2009 69,21 % sumber daya, yang ketiga disposisi, dan
Pemilukada 2011 64,50 % yang keempat struktur birokrasi.
Pemilu Legislatif 2014 75,88 % Pertama adalah komunikasi.
Implementasi sebuah kebijakan nantinya
Pemilu Presiden 2014 77,76 % berjalan efektif jika terdapat ukuran-ukuran
Sumber : KPU Kota Yogyakarta (2014) serta tujuan-tujuan kebijakan dapat
dipahami secara baik oleh setiap individu
Dari hal tersebut maka menarik yang bertanggungjawab dalam proses
untuk diteliti bagaimana implementasi mencapai tujuan kebijakan. Kejelasan
Kebijakan Relawan Demokrasi di KPU mengenai ukuran serta mengenai tujuan
Kota Yogyakarta sehingga berhasil kebijakan diperlukan adanya komunikasi
menaikkan angka partisipasi pemilih. yang tepat dengan para pelaksana.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai Konsistensi ataupun juga keseragaman
salah satu bahan evaluasi kebijakan ukuran dasar serta tujuan perlu adanya
program Relawan Demokrasi dalam sebuah komunikasiagar nantinya
meningkatkan angka partisipasi pemilih di implementator mengetahui tepat secara
Kota Yogyakarta. Manfaat akademik yang ukuran maupun tepat dalam mencapai
diharapkan dari penelitian ini adalah dapat tujuan kebijakan itu.
dijadikan salah satu referensi kajian Komunikasi dalam suatu institusi
mengenai pendidikan pemilih dalam ataupun organisasi merupakan proses yang
kepemiluan. Sedangkan manfaat praktis bernilai kompleks dan juga rumit, maka
bagi masyarakat adalah sebagai salah satu agar sebuah implementasi dapat berjalan
bahan pembelajaran mengenai kepemiluan. efektif, seseorang ataupun personal yang
bertanggungjawab melaksanakan suatu
LANDASAN TEORI keputusan nantinya memang harus
Menurut Riant Nugroho (2003) mengetahui secara pasti, apakah dapat
menyebutkan bahwa Implementasi melakukannya atau tidak. Ini dikarenakan
Kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar komunikasi tidak lengkap kepada para
sebuah kebijakan dapat tercapai tujuannya. implementator nantinya secara serius akan
Untuk mengimplementasikan kebijakan mempengaruhi implementasi kebijakan.
publik, maka ada 2 (dua) pilihan, yaitu yang Kedua adalah sumber daya. Adapun
pertama langsung mengimplementasikan komponen-komponen dalam faktor sumber
dalam bentuk program–program, atau yang daya meliputi tentang jumlah anggota atau
kedua melalui formulasi kebijakan derivate staf, keahlian atau kemampuan dari
atau turunan dari kebijakan publik tersebut. pelaksana, informasi relevan serta cukup
Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa untuk mengimplementasikan dan
implementasi merupakan sebuah proses pemenuhan sumber-sumber yang terkait

Jurnal Kajian Ilmiah


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 139
Volume 18, No. 2, Mei 2018 p-ISSN 1410-9794
e-ISSN 2597-792X
dengan pelaksanaan program, adanya Keempat adalah struktur organisasi.
sebuah kewenangan yang menjamin bahwa Struktur organisasi mempunyai pengaruh
nantinya sebuah program dapat diarahkan signifikan terhadap sebuah implementasi
sesuai harapan, serta adanya fasilitas- kebijakan. Aspek struktur organisasi
fasilitas pendukung seperti keuangan atau mencakup mekanisme dan struktur
dana dan juga sarana prasarana. Sumber birokrasi itu sendiri. Terkait mekanisme,
daya manusia atau personalia yang kurang sewajarnya dibuat standard operation
memadai terkait jumlah dan kemampuan procedure (SOP), yang nantinya dijadikan
nantinya akan berakibat pada program yang pedoman dalam bekerja agar pelaksanaan
tidak sempurna. Apabila secara jumlah staf kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan
pelaksana pada sebuah kebijakan terbatas, sasaran kebijakan. Terkait dengan struktur
maka hal yang harus dilakukan adalah birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu
meningkatkan kemampuan para pelaksana panjang akan menyebabkan prosedur yang
untuk melakukan sebuah program. Untuk rumit dan menyebabkan pengawasan yang
itu perlu adanya manajemen SDM atau lemah.
personalia yang baik dalam rangka
meningkatkan kinerja sebuah program. METODE PENELITIAN
Sumberdaya yang juga tidak kalah penting Penelitian ini mempergunakan
adalah mengenai kewenangan dalam metode penelitian yang bersifat deskriptif
menentukan bagaimana sebuah program kualitatif, di mana pembahasan terhadap
akan dilakukan, kewenangan mengatur data dilakukan dengan cara
dana keuangan, penyediaan dana keuangan, mendeskripsikan analisis yang didapat
pengadaan personel atau staf, dan juga secara kualitatif yaitu memberikan
pengadaan supervisor. Fasilitas lain yang gambaran tentang masalah yang diteliti.
diperlukan seperti kantor atau sekretariat, Dengan kata lain, deskriptif kualitatif
peralatan dan perlengkapan, serta dana yang merupakan suatu penelitian yang
mencukupi. Tanpa fasilitas-fasilitastersebut, menggambarkan atau melukiskan suatu
maka program akan sulitterlaksana. peristiwa untuk diambil kesimpulan secara
Ketiga adalah disposisi. Sikap umum, yang mana pada penelitian ini
implementator merupakan satu faktor menyangkut pada implementasi kebijakan
berpengaruh terhadap efektif atau tidaknya program Relawan Demokrasi pada Pemilu
sebuah implementasi kebijakan. Jika 2014 di KPU Kota Yogyakarta.
implementator sejalan dengan isi pokok Lokasi yang menjadi tempat
kebijakan maka akan berjalan sesuai apa penelitian ini berfokus di KPU Kota
yang diarahkan, namunapabilaterdapat Yogyakarta dan terbatas pada wilayah
perbedaan pandangan dengan pembuat hukum Kota Yogyakarta. Sumber data yang
kebijakan maka perjalanan proses sebuah digunakan dalam penelitian ini didapatkan
implementasi akan bermasalah. Ada 3 (tiga) melalui 2 (dua) sumber data, yaitu data
bentuk sikap seorang implementator primer dan data sekunder. Data primer
terhadap sebuah kebijakan yaitu kesadaran diperoleh langsung dari data informan yang
pelaksana, kemudian arahan pelaksana berpotensi dalam memberikan
dalam merespon sebuah program untuk informasiyang sebenarnya. Di mana,
menerima atau menolak, dan intensitas dari informan yang menjadi sumber penelitian
respon tersebut. Di samping itu, dukungan ini berasal dari unsur KPU Kota
dari pejabat-pejabat pelaksana juga Yogyakarta dan Relawan Demokrasi KPU
dibutuhkan untuk mencapai sebuah sasaran Kota Yogyakarta.
program. Penyediaan dana keuangan yang Sedangkan data sekunder
cukup untuk para pelaksana agar bekerja merupakan data pendukung data primer dari
secara optimal. literatur dan dokumen serta data yang isinya

Jurnal Kajian Ilmiah


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 140
Volume 18, No. 2, Mei 2018 p-ISSN 1410-9794
e-ISSN 2597-792X
menyangkut tentang masalah yang Kota Yogyakarta. (2). konsistensi
bersangkutan dengan penelitian yang pelaksanaan program Relawan Demokrasi.
dikaji,yang diambil dari KPU Kota Dari sisi struktur birokrasi antara
Yogyakarta dengan permasalahan lain: (1). garis hirarki dari KPU Kota
dilapangan yang terdapat pada lokasi Yogyakarta ke Relawan Demokrasi. (2).
penelitian berupa penelitian pustaka dan SOP yang diberikan kepada Relawan
dokumentasi dari dokumen yang dimiliki Demokrasi.
KPU Kota Yogyakarta dan Relawan
Demokrasi KPU Kota Yogyakarta. Faktor Komunikasi
Teknik analisis data yang dipakai Dalam tataran organisasi, Relawan
adalah mengkonversikan data kedalam Demokrasi merupakan badan yang bersifat
sebuah bentuk yang lebih mudah dipahami ad hoc di bawah koordinasi KPU
dan diinterpretasikan. Analisis data dalam Kabupaten atau Kota khususnya Divisi
penelitian ini dilakukan dengan cara Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan
deskriptif kualitatif untuk menganalisa data Humas. Di KPU Kota Yogyakarta,
dengan cara memaparkan dan menafsirkan Komisioner KPU Kota Yogyakarta yang
hasil penelitian dengan susunan kata-kata mengepalai Divisi Sosialisasi, Pendidikan
dan kalimat sebagai jawaban atas Pemilih, dan Humas dijabat oleh Sri Surani.
permasalahan yang diteliti. Analisis data Pelaksanaan sosialisasi dan pendidikan
yang digunakan dalam penelitian ini pemilih yang dilakukan oleh Relawan
bersifat kualitatif, dengan memasukkan data Demokrasi setiap segmen tetap
dari informanatau wawancara yang berkoordinasi dengan Ketua lalu
kemudian dianalisis dan ditarik sebuah disampaikan kepada Komisioner KPU
kesimpulan. Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan
Humas. Pola koordinasi disajikan pada
PEMBAHASAN gambar 1 berikut:
Dalam menilai implementasi
Program Relawan Demokrasi di KPU Kota
Yogyakarta dapat dilihat dari Komunikasi,
Sumber Daya, Disposisi, dan Struktur Komisioner KPU
Birokrasi. Dari sisi komunikasi, antara lain: (Divisi Sosialisasi,
(1). metode dan pola komunikasi yang Pendidikan Pemilih,
dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta,
Relawan Demokrasi, dan segmen sasaran. dan Humas)
(2). respon dari segmen sasaran. (3).
intensitas komunikasi. Ketua
Dari sisi sumber daya, antara lain: Relawan
(1). dana yang dimiliki KPU Kota
Yogyakarta untuk operasional Relawan Demokrasi
Demokrasi. (2). kualitas dan kuantitas
SDM, dalam hal ini Relawan Demokrasi Relawan
Segmen
yang dikembangkan oleh KPU Kota Demokrasi
Sasaran
Yogyakarta. (3). fasilitas yang diberikan
oleh KPU Kota Yogyakarta kepada
Relawan Demokrasi. Gambar 1. Pola koordinasi antara Segmen
Dari sisi disposisi, antara lain: (1). Sasaran, Relawan Demokrasi, dan KPU
komitmen Relawan Demokrasi terhadap Sumber : KPU Kota Yogyakarta (2014)
tanggung jawab yang diberikan dari KPU

Jurnal Kajian Ilmiah


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 141
Volume 18, No. 2, Mei 2018 p-ISSN 1410-9794
e-ISSN 2597-792X
Dalam gambar tersebut dapat disimpulkan demokrasi dibantu oleh para koordinator
bahwa dalam implementasi kebijakan segmen.
program Relawan Demokrasi, kelima
segmen Relawan Demokrasi melakukan Sumber Daya
kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih Dilihat dari segi kuantitas, SDM
ke segmen sasaran masing-masing. Segmen atau personel yang tergabung dalam
Pemilih Pemula dengan segmen sasaran Relawan Demokrasi di bawah KPU Kota
sekolah-sekolah tingkat menengah atas dan Yogyakarta ini sudah mencukupi bahkan
organisasi kepemudaan. Segmen marginal dapat dikatakan sudah optimal. Ini dilihat
dengan segmen sasaran kelompok dari jumlah Relawan Demokrasi yang
masyarakat pinggiran. Segmen disabilitas berjumlah 25 (dua puluh lima) orang, sesuai
dengan segmen sasaran kelompok dan dengan ketentuan yang diputuskan oleh
perkumpulan para penyandang difabel atau KPU RI. Dari sisi kualitas, tentu sudah
berkebutuhan khusus. Sedangkan segmen terpilih orang-orang yang tepat karena
Perempuan dengan sasaran kelompok semua anggota Relawan Demokrasi telah
organisasi-organisasi perempuan dan melalui seleksi. Relawan Demokrasi KPU
organisasi pergerakan yang fokus pada Kota Yogyakarta sendiri jika dilihat dari
masalah perempuan. Segmen agama dengan segi akses pendidikan juga dapat dikatakan
segmen sasaran pada kelompok-kelompok mumpuni karena rata-rata sudah
dan kegiatan-kegiatan yang bersifat menamatkan sekolah tingkat menengah atas
keagamaan. bahkan sebagian masih berstatus
Setiap koordinator segmen dalam mahasiswa baik mahasiswa strata satu
pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan maupun strata dua. Dan untuk
pendidikan kemudian berkoordinasi dengan meningkatkan kualitas SDM serta memberi
Ketua Relawan Demokrasi. Baik itu mulai pembekalan kepada Relawan Demokrasi,
perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi KPU Kota Yogyakarta berdasarkan Surat
kegiatan. Kemudian Ketua Relawan Edaran KPU RI Nomor 609/KPU/IX/2013
Demokrasi berkoordinasi dan melakukan usaha meningkatkan kompetensi
bertanggungjawab kepada Komisioner KPU yang diperlukan dalam menjalankan tugas
yang mengepalai Divisi Sosialisasi, Relawan Demokrasi. Usaha tersebut dengan
Pendidikan Pemilih, dan Humas. Selain cara membekali Relawan demokrasi dalam
fokus utama kepada kelompok sasaran Training of trainer dengan materi: (1)
segmen, Relawan Demokrasi lintas segmen Pentingnya demokrasi, pemilu dan
juga secara bersama-sama melakukan partisipasi. (2). Pemahaman tentang teknis
sosialisasi dan pendidikan pemilih via tahapan pemilu yang strategis. (3). Kode
media massa. Secara umum, kegiatan- etik relawan. (4). Teknik-teknik
kegiatan sosialisasi dan pendidikan pemilih berkomunikasi publik. (5). Materi lain yang
yang dilakukan kelima segmen tersebut relevan.
mendapat respon yang baik. Tabel 2 menyajikan Daftar Relawan
Dalam implementasinya, pola Demokrasi KPU Kota Yogyakarta 2014
komunikasi tersebut memang cenderung
lebih banyak memberi ruang kepada ketua Tabel 2. Daftar Relawan Demokrasi KPU
relawan demokrasi untuk Kota Yogyakarta 2014
bertanggungjawab mewakili relasi No Nama Segmen Keterangan
berkomunikasi dengan komisioner KPU Ketua
Pemilih
Kota Yogyakarta. Terlihat beban kerja 1. Prayoga Relawan
Pemula
seorang ketua yang mewakili 25 (dua puluh Demokrasi
lima) orang dalam 5 (lima) segmen, maka Pangky Pemilih Koordinator
2.
untuk mempermudah seorang ketua relawan Febriantanto Pemula Segmen

Jurnal Kajian Ilmiah


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 142
Volume 18, No. 2, Mei 2018 p-ISSN 1410-9794
e-ISSN 2597-792X
Pemilih operasional yang diperlukan Relawan
3. Okti Tersani ---
Pemula Demokrasi dalam melaksanakan dan
Nurul mempermudah kegiatan sosialisasi dan
Pemilih
4. Hafizahah --- pendidikan pemilih, KPU Kota Yogyakarta
Pemula
Suria S. menyediakan anggaran khusus untuk hal-
Pemilih hal tersebut.
5. Faizal Akbar ---
Pemula
Namun, dalam implementasinya di
Yusuf Cahya Pemilih
6. --- lapangan, ternyata jumlah relawan
Mahardika Pemula
Syaifudin demokrasi sebanyak 25 (dua puluh lima)
Pemilih orang belum mampu menjangkau semua
7. Dharma ---
Pemula kelompok sasaran. Contohnya adalah dalam
Putra
Dewi segmen pemula, dari 11 (sebelas) SMA
8. Marginal --- Negeri yang ada di Kota Yogyakarta,
Januarita
Hernina Tri relawan demokrasi yang segmen pemula
9. Marginal ---
Purna H. yang berjumlah 7 (tujuh) orang mampu
Oktiviani melaksanakan sosialisasi dan pendidikan
10. Marginal ---
Primardianti pemilih langsung di 8 (delapan) SMA
Fika Negeri. Begitu pula dengan segmen agama
Koordinator
11. Nurazam Marginal yang melaksanakan sosialisasi dan
Segmen
Wirastuti pendidikan pemilih tidak semua kelompok
Widi Koordinator
12.
Haryanti
Disabilitas
Segmen
agama. Terutama kelompok agama Budha
dan kelompok Agama Hindu yang belum
13. Rubilah Disabilitas ---
14. Juju Yulianti Disabilitas --- dapat diberi sosialisasi dan pendidikan
15. Ayu Rahayu Disabilitas --- pemilih.
16. Sri Lestari Perempuan ---
17. Sariningtiyas Perempuan --- Disposisi
M. Zuhaldi Dilihat dari segi komitmen,
18. Perempuan --- Relawan Demokrasi KPU Kota Yogyakarta
Feriawan W.
Rochmah mempunyai tingkat komitmen yang tinggi.
19. Perempuan ---
Aini Ini dikarenakan dari 25 (dua puluh lima)
Tri Lida Koordinator orang yang terpilih untuk menjadi anggota
20. Perempuan
Riyani Segmen Relawan Demokrasi absensi yang hadir
Rachmat Kelompok dalam setiap rapat dan kegiatan bersama
21. ---
Gunawan Agama lintas segmen mencapai rata-rata 20 (dua
Arif Kelompok Koordinator puluh) orang. Begitu juga pada saat
22.
Harmiyanto Agama Segmen pelaksanaan sosialisasi dan pendidikan
Marzuki Kelompok
23. --- pemilih hampir semua segmen sering penuh
Abdul Choir Agama
anggotanya bahkan bergantian dalam
Badrudin
Kelompok pembagian tugasnya. Adanya beberapa
24. Abdul ---
Agama ketidakhadiran anggota Relawan
Rochman
Kelompok Demokrasi lebih karena kendala jadwal
25. Priyono --- kuliah, jadwal pekerjaan, serta kegiatan
Agama
Sumber : KPU Kota Yogyakarta (2014) lain. Namun, adanya ketidakhadiran
tersebut seringnya telah berkoordinasi
Dalam sumber daya lain seperti terlebih dahulu pada koordinator masing-
fasilitas dan pendanaan, setiap Relawan masing segmen dan diteruskan kepada
Demokrasi dibekali honoranium masing- Ketua Relawan Demokrasi.
masing Rp. 350.000,- setiap bulannya. Ini Dalam pelaksanaan sosialisasi dan
murni untuk honoranium. Sedangkan untuk pendidikan pemilih, Relawan Demokrasi

Jurnal Kajian Ilmiah


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 143
Volume 18, No. 2, Mei 2018 p-ISSN 1410-9794
e-ISSN 2597-792X
KPU Kota Yogyakarta dapat dikatakan Dari struktur tersebut dapat
sudah sesuai dengan jalurnya. Ini dilihat dikatakan bahwa organisasi relawan
dari semua anggota Relawan Demokrasi demokrasi sudah memiliki pola komando
yang memegang teguh kode etik yang yang jelas. Struktur yang tidak gemuk dan
dibebankan dari KPU Kota Yogyakarta. dibuat berdasarkan kelompok sasaran
Tidak adanya protes serta catatan dari dinilai sudah tepat. Seorang ketua yang
peserta pemilu maupun masyarakat sendiri mewakili relawan demokrasi di tempatkan
juga menguatkan hal tersebut. di bawah koordinasi Komisioner KPU Kota
Yogyakarta juga menggambarkan bahwa
Struktur Birokrasi relawan demokrasi merupakan sebuah
Struktur birokrasi yang organisasi yang memang berada di bawah
menghubungkan antara KPU Kota naungan KPU Kota Yogyakarta.
Yogyakarta dengan Relawan Demokrasi Sedangkan untuk SOP sendiri, tidak
tidaklah begitu rumit. Pertanggungjawaban SOP yang baku yang dibebankan pada
Relawan Demokrasi diwakili oleh Ketua Relawan Demokrasi. Relawan Demokrasi
Relawan Demokrasi kepada Komisioner hanya diberi bimbingan teknis dan buku
KPU Kota Yogyakarta yang mengepalai panduan per segmen yang digunakan untuk
Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan terjun ke lapangan dalam melaksanakan
Humas. Jadi, ketika ada komando dari KPU sosialisasi dan pendidikan pemilih. Selain
Kota Yogyakarta kepada Ketua Relawan itu, Relawan Demokrasi juga dibekali
Demokrasi, Ketua Relawan Demokrasi lalu dengan kode etik yang sebelumnya telah
menyampaikan kepada Koordinator disepakati bersama. Kode etik tersebut
Segmen untuk kemudian sampai apada antara lain: (1). Bersikap independen,
anggota Relawan Demokrasi. Lebih imparsial, dan non partisan terhadap peserta
jelasnya terlihat dari gambar 2 berikut : pemilu. (2). Tidak melakukan tindak
kekerasan. (3). Menghormati adat dan
Komisioner KPU budaya setempat. (4). Tidak bertindak
Kota Yogyakarta
(Divisi Sosialisasi, diskriminatif. (5). Tidak menerima
Pendidikan Pemilih, pemberian dalam bentuk apapun dari
dan Humas)
peserta pemilu yang menunjukkan indikasi
keberpihakan atau gratifikasi.

Ketua PENUTUP
Relawan
Demokrasi Dari pembahasan tersebut, dapat
diperoleh kesimpulan bahwa dalam
implementasi kebijakan program relawan
Koor. Koor. Koor. Koor. Koor.
demokrasi di KPU Kota Yogyakarta
Segmen Segmen Segmen Segmen Segmen terdapat faktor keberhasilan sebagai
Pemilih Margin Peremp Disabili Agama
Pemula al uan tas
berikut: (1). Komunikasi yang diterapkan
dalam implementasi program relawan
demokrasi sudah cukup jelas, di mana
Komisioner berkoordinasi dengan ketua
Ang Ang Ang Ang Ang relawan demokrasi untuk diteruskan kepada
gota gota gota gota
gota koordinator segmen dan disampaikan
kepada anggota-anggotanya. Namun, untuk
meminimalisir misskomunikasi maka ketua
Gambar 2. Struktur Organisasi Relawan relawan demokrasi lebih banyak dibantu
Demokrasi KPU Kota Yogyakarta 2014 oleh para koordinator segmen, terutama
Sumber : KPU Kota Yogyakarta (2014) dalam komunikasi yang terkait dengan

Jurnal Kajian Ilmiah


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 144
Volume 18, No. 2, Mei 2018 p-ISSN 1410-9794
e-ISSN 2597-792X
kelompok sasaran. (2). Sumber daya yang demokrasi. (4). KPU Kota Yogyakarta
dimiliki dinilai cukup memadai kecuali sebaiknya mempertahankan struktur
jumlah sumber daya manusia yang dinilai birokrasi yang tercermin pada struktur
karena tidak semua kelompok masyarakat organisasi dan SOP relawan demokrasi
dalam kelompok sasaran mendapat KPU Kota Yogyakarta 2014.
sosialisasi dan pendidikan pemilih dari
relawan demokrasi. (3). Disposisi yang
berkaitan dengan komitmen relawan DAFTAR PUSTAKA
demokrasi dalam melaksanakan tugas dan Budiyanto, Wawan. (2014), Laporan
tanggungjawabnya sudah optimal. (4). Pelaksanaan Sosialisasi dan
Struktur birokrasi yang tercermin dalam Pendidikan Pemilih Segmen Pemilih
struktur organisasi dan SOP Relawan Pemula KPU Kota Yogyakarta 2014.
Demokrasi KPU Kota Yogyakarta sudah Yogyakarta: KPU Kota Yogyakarta
mencerminkan efisiensi dan kejelasan
fungsi dan wewenang. Manik, Husni Kamil, dkk. (2013). “Surat
Menurut data yang diperoleh dari Edaran KPU RI No.
KPU Kota Yogyakarta, jumlah partisipasi 609/KPU/IX/2013”.Jakarta:
pemilih di Kota Yogyakarta pada pemilu Sekretariat KPU RI.
legislatif 2014 menunjukkan peningkatan
dibandingkan pemilu legislatif 2009. Manik, Husni Kamil. (2013). “Petunjuk
Partisipasi pemilih pada pemilu legislatif Pelaksanaan Program Relawan
mencapai 75,88 % atau meningkat cukup Demokrasi 2014 KPU RI”.Jakarta:
banyak dibanding pemilu legislatif 2009 Sekretariat KPU RI.
yaitu sekitar 68 %. Dengan melihat hasil
tersebut, dapat dikatakan salah satu tujuan Nugroho, Riant. (2013).Kebijakan Publik :
dari program Relawan Demokrasi untuk Formulasi, Implementasi dan
meningkatkan jumlah partisipasi pemilih Kebijakan. Jakarta: Gramedia.
khususnya di Kota Yogyakarta sudah
berhasil. Dengan demikian, program Pratomo, Yulistyo. (2014). Ini Tingkat
Relawan Demokrasi dapat PartisipasiPemilihdariPemilu 1955-
direkomendasikan untuk dibentuk lagi pada 2014.Diakses 10 Desember 2017, dari
masa pemilu legislatif 2019. http://www.merdeka.com/politik/ini-
Agar implementasi program relawan tingkat-partisipasi-pemilih-dari-
demokrasi KPU Kota Yogyakarta menjadi pemilu-1955-2014.html.
lebih baik lagi pada tahun 2019, maka perlu
diperhatikan faktor implementasi dengan Sekretariat Negara RI. (2012). “Undang-
saran dan rekomendasiantara lain: (1). undang Nomor 08 Tahun 2012
Komunikasi antara Komisioner KPU Kota tentang Pemilu anggota DPR,DPD
Yogyakarta dengan organisasi Relawan dan DPRD”. Jakarta: Sekretariat
Demokrasi sebaiknya tidak terlalu Negara RI
dibebankan pada seorang ketua saja, namun
juga dibantu oleh masing-masing Srianto, TeguhArdi. (2014).KPU Surabaya
koordinator segmen. (2). Jumlah sumber terusMerekrutRelawanDemokrasi.
daya manusia dalam relawan demokrasi Diakses 10 Desember 2017, dari
sebaiknya ditambah tidak hanya 25 (dua http://www.suarasurabaya.net/roadtop
puluh lima) orang saja. (3). Berkaitan arlemen/news/2014/129645-KPU-
disposisi, KPU Kota Yogyakarta sebaiknya Surabaya-Terus-Merekrut-Relawan-
tetap merekrut dan menyeleksi orang-orang Demokrasi.
terbaik yang akan menjadi relawan

Jurnal Kajian Ilmiah


Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 145

Anda mungkin juga menyukai