Anda di halaman 1dari 8

BIOLOGI LAUT

KETERKAITAN FAKTOR BIOTIK DAN ABIOTIK

OLEH :

CHRISTIAN S. WONGSO

1813010005

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN KELAS A

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
“Keterkaitan Faktor Biotik dan Abiotik”
Macam-macam faktor abiotik.
Komponen Abiotik atau sering kita kenal dengan sebutan komponen tak hidup adalah
komponen fisik dan kimia dimana pada permukaan terdapat organisme yang hidup.
Sebagian besar komponen abiotik bermacam jenisnya dalam ruang dan waktu, komponen
abiotik dapat berupa senyawa organik, bahan organik, dan faktor yang mempengaruhi
distribusi organisme. Adapun faktor tersebut adalah :

 Air, Ketersediaan air sangat mempengaruhi distribusi organisme, organisme di gurun


beradaptasi dengan ketersediaan air di padang pasir.
 Sinar Matahari, Kadar dan kualitas cahaya juga mempengaruhi proses fotosintesis,
fotosintesis sendiri terjadi di sekitar permukaan matahari yang terjangkau. Dalam
kawasan padang pasir kadar cahaya yang besar membuat peningkatan suhu, sehingga
hewan dan tumbuhan mengalami depresi.
 Tanah dan Batu, Karakteristik struktur fisik tanah, pH dan komposisi mineral
membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada isi sumber makanan atau nutrien
mereka di tanah.
 Garam, Konsentrasi garam yang dapat mempengaruhi keseimbangan air dalam
organisme melalui osmosis. Sebagian organisme terestrial beradaptasi dengan
lingkungan yang mengandung kadar garam tinggi.
 Suhu, Proses biologis dapat terpengaruh oleh suhu, seperti mamalia dan burung
membutuhkan energi untuk mengatur suhu di dalam tubuh.
 Iklim, Merupakan kondisi cuaca untuk kurun waktu yang lama di suatu wilayah.
o Iklim makro meliputi iklim global, regional, dan lokal.
o Iklim mikro termasuk iklim di daerah yang dihuni oleh komunitas tertentu.

Macam-macam faktor biotik.


Komponen biotik adalah komponen yang tersusun dari sejumlah makhluk hidup. Dimana
organisme yang terdapat didalamnya sangatlah beragam, mulai dari ukuran kecil hingga
besar. Ada beberapa macam komponen biotik ini, seperti :

 Produsen, Adalah organisme yang dapat memproduksi makanan sendiri lewat


fotosintesis, contoh organismenya seperti tumbuhan hijau, maupun tumbuhan-
tumbuhan lain yang memiliki klorofil.
 Konsumen (Heterotrof), Ialah suatu organisme yang tidak mampu membuat
makanannya sendiri, biasanya bergantung pada organisme lain yang dapat
memproduksi makanan sendiri.
 Pengurai (Dekomposer), adalah organisme yang bertugas menguraikan bahan-bahan
organik yang berasal dari organisme yang telah mati, dia akan menyerap hasil dari
penguraiannya, serta akan melepaskan bahan-bahan sederhana yang akan digunakan
oleh produsen. Pengurai juga terdapat beberapa jenis dekomposer, sepert :
o Aerobik, yaitu pengurai yang memanfaatkan oksigen sebagai penerima
oksidan atau elektron.
o Anaerobik, yaitu pengurai yang memanfaatkan bahan organik sebagai
penerima oksidan/elektronik, sedangkan oksigen tidak termasuk didalamnya.
Keterkaitan faktor abiotik dan biotik pada ekosistem mangrove.
Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, dan merupakan komunitas yang
hidup di dalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Mangrove disebut juga sebagai hutan pantai, hutan payau atau hutan bakau. Ekosistem
mangrove termasuk ekosistem pantai atau komunitas bahari dangkal yang lebih spesifik jika
dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang terdapat pada perairan tropik dan subtropik.
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang terdapat di wilayah perairan, keterkaitan
antara faktor biotik dan abiotik sangatlah erat hubungannya.

 Keterkaitan faktor abiotik Topografi dan Fisiografi Pantai dengan hutan mangrove.
Formasi mangrove yang luas umumnya terdapat di dataran lumpur pantai (mudflat) dan
delta muara yang terlindung. Topografi pantai merupakan faktor penting yang
mempengaruhi komposisi spesies, distribusi spesies dan luas kosistem mangrove.
Karakteristik pantai dipengaruhi oleh penggenangan pasang, sedimentasi, dan sifat
sedimen. Dataran lumpur dan muara dipengaruhi oleh pasang surut air laut atau sungai
yang umumnya terkait dengan kesuburan dan mendukung keragaman tumbuhan dan
hewan. Semakin datar pantai dan semakin besar pasang surut, maka semakin lebar
ekosistem mangrovenya (SNM, 2003).

 Keterkaitan faktor abiotik air dan tanah.


Yakni sebagai media atau tempat hidup dan bertumbuhnya berbagai tumbuhan atau
pepohonan pada ekosistem mangrove, selain itu faktor abiotik tanah dan lumpur juga
berperan sebagai tempat tinggal dan berlindungnya fauna peralihan yang menempati
daerah dengan substrat yang keras (tanah) atau akar mangrove maupun pada substrat
yang lunak (lumpur). Fauna ini antara lain adalah jenis kepiting mangrove, kerang -
kerangan dan golongan invertebrata lainnya, sehingga sering kita jumpai lubang-lubang
kecil yang terdapat di daerah mangrove. Adanya kandungan kalsium dari cangkan
Molluska dan karang lepas pantai menyebabkan air di ekosistem mangrove bersifat
alkali.

 Keterkaitan faktor abiotik Iklim dan ekosistem mangrove


Sebagian besar daerah pantai Indonesia beriklim tropis basah, dengan kelembaban, angin
musim, curah hujan, dan temperatur tinggi, sehingga mencegah akumulasi garam-garam
tanah. Kondisi di atas dataran terbuka dan di bawah kanopi hutan sangat berbeda.
Dataran lumpur yang tersinari matahari langsung pada saat laut surut menjadi sangat
panas dan memantulkan cahaya, sedangkan permukaan tanah di bawah kanopi tetap
sejuk. Kelembaban ekosistem mangrove lebih rendah daripada hutan tropis pada
umumnya karena adanya angin. Suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh
terhadap keanekaragaman spesies (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993).
 Keterkaitan faktor abiotik gelombang laut.
Pada ikan pengunjung pada periode pasang, yaitu ikan yang berkunjung ke hutan
mangrove pada saat air pasang untuk mencari makan, contohnya ikan Kekemek, Gelama,
Krot (Scianidae), ikan Barakuda, Alu-alu, Tancak (Sphyraenidae), dan ikan-ikan dari
familia Exocietidae serta Carangidae. Selain itu, gelombang laut dapat menyebabkan
sedimentasi, keberadaan mangrove di pesisir pantai dapat melindungi kerusakan pantai
akibat gelombang dan arus laut. Pasang surut juga berpengaruh terhadap perpindahan
massa air tawar dan laut, sehingga ekosistem mangrove yang tumbuh di daerah pasang
harian memiliki struktur dan kesuburan yang berbeda dari daerah semi-diurnal atau
pasang campuran. Rentang pasang surut dapat mempengaruhi sistem perakaran
mangrove. Di daerah dengan rentang pasang yang lebar, pneumatofora Rhizophora,
Sonneratia, dan Aegialites tumbuh lebih tinggi daripada di daerah yang rentangnya
sempit. Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas area
mangrove. Salinitas air meningkat pada saat pasang naik, dan menurun pada saat pasang
surut. Hal ini dapat membatasi distribusi spesies mangrove, terutama distribusi
horizontal. Pada area yang selalu tergenang hanya R. mucronata yang tumbuh baik,
sedang Bruguiera dan Xylocarpusjarang mendominasi area ini. Pasang surut juga
berpengaruh terhadap perpindahan massa air tawar dan laut, sehingga mempengaruhi
distribusi vertikal spesies mangrove. Ekosistem mangrove yang tumbuh di daerah pasang
harian memiliki struktur dan kesuburan yang berbeda dari daerah semi-diurnal atau
pasang campuran. Rentang pasang surut dapat mempengaruhi sistem perakaran
mangrove.

 Keterkaitan faktor abiotik oksigen.


Kondisi kekurangan oksigen juga dipenuhi oleh adanya lubang-lubang dalam tanah yang
dibuat oleh hewan, misalnya kepiting. Konsentrasi oksigen terlarut bervariasi menurut
waktu, musim, kesuburan tanah, keanekaragaman tumbuhan dan organisme akuatik.
Konsentrasi oksigen terlarut harian tertinggi terjadi pada siang hari dan terendah pada
malam hari. Sedangkan Kandungan oksigen semakin rendah pada tempat yang kelebihan
bahan organik, mengingat oksigen diserap untuk peruraian bahan organik, sehingga
terbentuk zona anoksik. Oksigen pada permukaan sedimen (sediment water interface)
digunakan bakteri untuk mengurai bahan organik dan respirasi. Semua faktor biotik
tentunya bergantung pada oksigen, baik tumbuhan, ikan-ikan, burung-burung, bahkan
zooplankton dan fitoplankton.

 Keterkaitan faktor abiotik kontaminan atau pencemar.


Yakni berbagai macam zat-zat kimia limbah dari pabrik-pabrik, limbah pertanian,
maupun dari limbah masyarakat berupa racun, detergen, pestisida, dan sampah plastik
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan pada ekosistem mangrove sebab racun dan
sampah tersebut dapat menghambat dan mengganggu pertumbuhan tumbuhan dan juga
dapat mematikan biota-biota pada ekosistem mangrove seperti kepiting dan ikan-ikan
kecil lainnya sehingga dapat mengancam keseimbangan ekosistem yang ada.
 Keterkaitan faktor abiotik cahaya.
Cahaya yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan mangrove yang umumnya membutuhkan
intensitas cahaya matahari tinggi. Kisaran intensitas cahaya optimal untuk pertumbuhan
mangrove adalah 3000-3800 kkal/m2/hari. Pada saat bibit, tumbuhan mangrove
memerlukan naungan, sebab bibit mangrove memerlukan cahaya untuk melakukan proses
fotosintesis tetapi cahaya yang dibutuhkan tidak berintensitas tinggi, apa bila intensitas
cahayanya terlalu tinggi maka justru akan menghambat pertumbuhan bibit mangrove.
Cahaya merupakan kunci utama dalam proses fotosintesis, dimana karbondioksida dan air
diubah menjadi oksigen dan gula(energi) oleh bantuan sinar matahari dan klorofil,
umumnya yang melakukan proses fotosintesis ialah tumbuhan mangrove dan fitoplankton
yang terdapat diperairan ekosistem mangrove, kemudian oksigen yang dihasilkan akan
digunakan oleh produsen oksigen tersebut dan lebihnya akan terlepas ke udara atau
terlarut kedalam air. Semakin banyak mendapat sinar matahari dan semakin dalam suatu
perairan, maka jumlah plankton akan semakin banyak.

 Keterkaitan faktor abiotik Curah Hujan.


Jumlah, durasi, dan distribusi curah hujan merupakan faktor penting yang mengatur
perkembangan dan distribusi tumbuhan. Curah hujan juga mempengaruhi faktor
lingkungan lain, seperti suhu dan salinitas habitat mangrove. Berdasarkan klasifikasi
iklim Schmid-Ferguson, ekosistem mangrove di Indonesia tumbuh pada daerah dengan
tipe curah hujan A, B, C, dan D, dengan nilai Q yang bervariasi mulai 0-73,7%
(Kartawinata, 1977 dalam SNM, 2003). Tumbuhan mangrove umumnya tumbuh baik di
daerah dengan curuh hujan rata-rata 1500-3000 mm/tahun, namun juga tumbuh pada
daerah yang bercurah hujan tinggi, yaitu 4000 mm/tahun yang tersebar selam 8-10 bulan
(Aksornkoae, 1993).

Keterkaitan faktor abiotik dan biotik pada ekosistem terumbu karang.

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis
tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum
Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua
Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan
secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi.

Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk
sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti
tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada
kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu
yang disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat
menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan
laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.
 Keterkaitan faktor abiotik Sedimentasi

Sedimentasi merupakan proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair
oleh gaya gravitasi dan juga melalui proses flokulasi dan koagulasi. Proses sedimentasi
dapat berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan terumbu karang sebab, proses
sedimentasi yang terjadi mengakibatkan membersarnya partikel padatan sehingga
menjadi lebih berat, dan juga dapat menghalagi prose fotosintesis yang dilakukan pada
zoxantella karena partikel tersebut dapat menyumbat dan menutupi struktur saluran
makan pada polip karang.

 Keterkaitan faktor abiotik Suhu

Suhu merupakan derajat panas atau dingin suatu perairan yang dapat mempengaruhi
biota yang hidup didalamnya.Suhu sangat berpengaruh penting terhadap pertumbuhan
terumbu karang karena terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat rapuh dan
sensitif terhadap perubahan suhu. Hal yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
terumbu karang, ialah kenaikan suhu air laut. Penyebab kenaikan suhu air laut adalah
pemanasan global,dan juga fluktuasi air yang terjadi di suatu perairan. Faktor yang
mengakibatkan pemutihan karang dan menyebabkan degenerasi atau hilangnya
zooxantehella yang hidup di dalam terumbu karang ialah kenaikan suhu, tingginya sinar
ultraviolet, kurangnya cahaya,tingginya tingkat kekeruhan, sedimentasi, penyakit,dan
kadar garam yang tidak normal.

 Keterkaitan faktor abiotik Nutrisi

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrien adalah bahan-bahan
organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae untuk kelangsungan hidup
terumbu karang.jadi semakin banyak nutrisi yang didapat semakin baik juga
pertumbuhan terumbu karang.

 Keterkaitan faktor abiotik Gelombang air laut

Gelombang merupakan faktor pembatas pada perairan. Gelombang yang terlalu besar
dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun
demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang memiliki
gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan air segar, oksigen,
plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip
karang.
 Keterkaitan faktor abiotik Intensitas cahaya

Intensitas cahaya merupakan salah satu komponen abiotik yang mempengaruhi proses
pertumbuhan terumbu karang karena kurangnya intensitas cahaya dapat mempengaruhi
pross fotosintesis pada zooxanthellae.ada pula faktor lain yang mempengaruhi inensitas
cahaya yaitu kepadatan fitoplankton,kedalaman, serta kekeruhan air laut.

Keterkaitan faktor abiotik dan biotik pada ekosistem lamun.


Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi (berbunga,berbuah) yang mengadakan adaptasi
tertentu sehingga mampu hidup di lingkungan aquatik yang asin.Ekosistem lamun terletak di
antara dua ekosistem bahari penting yaitu,ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu
karang.Di mana terjadi interaksi timbal balik yang saling mendukung.
Secara fisik lamun berperan sebagai stabilator sedimen di dasar perairan dan pelindung pantai
dari gempuran ombak dan arus.Dari segi ekologi lamun berfungsi sebagai penghasil bahan
organik,habitat berbagai satwa laut,sebagai substrat bagi banyak biota penempel serta sebagai
daerah asuhan bagi larva ikan dan biota laut, lamun juga memberikan substrat tumbuh bagi
mikroalgae epifit dan benthos epifauna

 Keterkaitan faktor abiotik Kecerahan

Penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat mempengaruhi proses fotosintesis
yang dilakukan oleh tumbuhan lamun. Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang
tinggi untuk proses fotosintesa tersebut dan jika suatu perairan mendapat pengaruh
akibat aktivitas pembangunan sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air yang
akhirnya mempengaruhi turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses
fotosintesis. Kondisi ini secara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem
lamun.

 Keterkaitan faktor abiotik Temperatur

Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di daerah bersuhu
dingindan di tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun memiliki toleransi yang luas
terhadap perubahan temparatur. Kondisi ini tidak selamanya benar jika kita hanya
memfokuskan terhadap lamun di daerah tropis karena kisaran lamun dapat tumbuh
optimal hanya pada temperatur 28-300C. Hal ini berkaitan dengan kemampuan proses
fotosintesis yang akan menurun jika temperatur berada di luar kisaran tersebut.
 Keterkaitan faktor abiotik Salinitas

Kisaran salinitas yang dapat ditolerir lamun adalah 10-40 ppt dan nilai optimumnya
adalah 35 ppt. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk
melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap jenis
dan umur. Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas
juga berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan
pulih. Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas.

 Keterkaitan faktor abiotik Substrat

Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai
karang. Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang lamun adalah
kedalaman sedimen yang cukup. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen
mencakup 2 hal yaitu : pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan
pemasok nutrien.

 Keterkaitan faktor abiotik Kecepatan arus

Produktivitas padang lamun dipengaruhi oleh kecepatan arus. Kecepatan arus ayng
baik bagi perkembangbiakan lamun berkisar 0,5 m/detik.sedangkan apabila kecepatan
arus terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada lamun akibat tergerusnya substrat
tempat tumbuh lamun.

Anda mungkin juga menyukai