Anda di halaman 1dari 3

Nona hujan pergi

Namun Kali ini berhari hari

Tanah ini gersang

Harapan dan impian hilang.

Nona hujan pergi

Meninggalkan tuan matahari sendiri

Petani pun kembali tidak bisa mengais rezeki

Sawah kering, padi tak tumbuh lagi

Nona hujan pergi

Katak katak tak lagi bernyanyi

Hari hari pun suram dan sunyi

Tak berarti, sepi.

Nona hujan benar benar pergi

Kini tak ada tawa anak-anak lagi

Yang biasanya tertawa dan berlari

Dibawah tetesannya yang begitu berarti.

Kemanakah nona hujan pergi

Sedangkan disini

Tuan matahari begitu berjuang mati matian

Melawan sepi
Tuan matahari sedih tak terperi

Apakah nona hujan merasakan hal yang sama ?

Tanya ia didalam hati

Impian dan harapannya mati

Semangat hidupnya tak ada lagi

Pelangi yang indah itu kini tak bisa dinikmati

Namun ia masih mengharapkan nona hujan tuk kembali.

Pada akhirnya nona hujan datang lagi

Tapi kini, bagi tuan matahari ia adalah badai

Badai itu tak ingin lagi mendampingi tuan matahari

Tak akan ada lagi pelang, begitu pikir tuan matahari

Lalu tuan matahati pun meredup

Mereka sama sama merindu

Ingin kembali seperti dulu

Namun yang ada malah jalan buntu

Tuan matahari sadar

Ia ingin mengubah nona hujan kembali

Ia tak ingin orang lain membuat nona hujan tersakiti

Ia mencoba bersinar dan menjadi lebih baik lagi


Ia yakin setiap hubungan dapat diperbaiki kembali dengan intropeksi diri

Nah, Akankah mereka kembali bersama sama membentuk pelangi ?.

Anda mungkin juga menyukai