Kebakaran Vina Malihah
Kebakaran Vina Malihah
Oleh :
BANDUNG
2018
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan ridho rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Penyebab Kebakaran Hutan di Indonesia “
yang mana peenyusunan makalah tersebut diajukan sebagai tugas Ulangan Akhir
Semester pada matakuliah Kimia Lingkungan .
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunan kita
semua, yakn Habibana wanabiyana Muhammad SAW.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Imelda Helsy, M.Pd dan Dr. Yulia
Sukmawardani, M.Si selaku dosen mata kuliah Kimia Lingkungan, semoga
dengan makalah ini, kami bukan hanya mengetahui kejadian yang dapat merusak
lingkungan dan menggangu ekosistem, namun diharapkan kami dapat berperan
aktif mencegah dan menanggulangi kerusakan lingkungan yang dapat berdampak
bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................. 1
1.3 TUJUAN ................................................................................................................................... 2
1.4 MANFAAT ................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian, Jenis dan Manfaat Hutan..................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Hutan ............................................................................................................ 3
2.1.2 Jenis Hutan di Indonesia ................................................................................................. 3
2.2 Proses Terjadinya Kebakaran Hutan ....................................................................................... 4
2.3 Sejarah Kebakaran Hutan di Indonesia ................................................................................... 5
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia ..................... 7
2.5 Dampak Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia .............................................. 8
2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia ....................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 11
3.2 Saran ..................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masyarakat memiliki hak menghirup udara bersih dalam memperoleh lingkungan hidup
yang baik dan sehat. Namun, dalam beberapa dekade ini, hal tersebut mulai terganggu akibat
adanya pencemaran udara, salah satunya ialah kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran
hutan dan lahan. Khususnya di daerah Pulau Sumatera bagian selatan dan Pulau Kalimantan.
Kebakaran hutan berakibat pada meningkatnya emisi karbon yang bukan hanya berdampak di
Indonesia melainkan berdampak secara global.
Masalah kebakaran hutan di Indonesia telah menjadi isu Internasional yang patut diberi
perhatian serius, karena kejadian tersebut terus berulang setiap tahnnya. Dampak yang paling
menonjol adalah terjadinya kabut asap yang merugikan kesehatan masyarakat dan
terganggunya sistem transportasi sungai,laut,darat dan udara yang berdampak pada
merosotnya perekonomian (Hermawan, 2006)Selain itu, berdampak pula pada rusaknya
lingkungan diberbagai tempat di Indonesia seperti longsor, banjir, dan efek rumah kaca yang
meningkat (Cahyono & Warsito, 2015). Menurut (Amrullah, Trihastuti, & Samekto, 2017)
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merilis data pada tahun 2011-2016, luas lahan
kebakaran hutan dan lahan lebih dari 328 ribu Ha. Dari kejadian kebakaran hutan dan lahan
di Indonesia, 95 % disebabkan faktor aktivitas manusia dalam mengelola sumber daya alam
di area hutan maupun lahan.
1
5. Bagaimana pencegahan dan penangggulangan kebakaran hutan dan lahan di
Indonesia?
6. Bagaimana perkembangan penetapan Hukum Lingkungan Hidup di Indonesia?
1.3 TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini ialah :
1.4 MANFAAT
1. Bagi pembaca, makalah ini menyajikan pengetahuan mengenai persoalan yang harus
diberikan perhatian lebih untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Berawal dari
kesadaran diri menjaga lingkungan dan memahami kebijakan pemerintah untuk
menggatasi permasalahan kebakaran hutan dan lahan.
2. Bagi penulis. Selain untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester, makalah ini
digunakan untuk menggali pemahaman mengenai isu dalam kimia lingkungan.
Sehingga ilmu yang didapat bukan hanya teori mengenai kimia lingkungan secara
baku, melainkan ilmu yang dihubungkan dengan fenomena di alam sekitar dan
diaplikasikan dengan berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian, Jenis dan Manfaat Hutan
2.1.1 Pengertian Hutan
Dalam (UU No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan), hutan ialah kesatuan ekosistem
dalam hamparan lahan yang berisi sumber daya alam yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam dan lainnya. Flora dan fauna dari yang mikro bahkan sampai fauna gajah
yang besar sekalipun berkembang dan saling berinteraksi satu sama lain membentuk suatu
ekosistem yang saling mempengaruhi keberlangsungan antar makhluk hidup. (Sitomorang,
2012) Beragam sumber daya alam yang dihasilkan hutan tersebut dimanfaatkan oleh manusia
dengan membuka lahan, memanfaatkan jasa lingkungan dan memanfaatkan hasil hutan kayu
maupun bukan kayu secara optimal. Kemudian aktivitas pengolahan sumber daya alam
menjadi tidak terkendali dan menyebabkan kerusakan ekosistem lingkungan. Kerusakan dan
eksploitasi hutan skala besar mulai terasa pada tahun 1970-an saat perusahaan pengusahaan
hutan mulai beroperasi (Amrullah, Trihastuti, & Samekto, 2017)
Berdasarkan (UU No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan) kawasan hutan dibagi kedalam
kelompok Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai
berikut
1. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
2. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan system penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
3. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyia fungsi pokok memproduksi
hasil hutan. Hutan produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi
Terbatas (HTP) dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi. Hutan konversi sendiri
terdiri
3
a. Kawasan suaka alam berupa Cagar Alam (CA) dan Suaka Margastwa (SM)
b. Kawasan pelestarian alam berupa Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (THR)
Hutan adalah sumberdaya alam yang strategis. Oleh karenanya hutan seharusnya
dikekola secara berkelanjutan agar dpaat menberi manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat
Indonesia, sebagaimana amanat UndangUndang Dasar 1945. Kementerian Kehutanan
sebagai lembaga penyedia data resmi kehutanan mengatakan bahwa kelemahan tata
kelola telah menyebabkan tutupan hutan Indonesia terus berkurang. Di tahun 2004,
tutupan hutan diperkirakan sekitar 94 juta hektare atau 50% dari total luas lahan
Indonesia21 dan terus berkurang menjadi 90 juta hektare di tahun 2012. Di tahun 2013
tersebut urutan luas tutupan hutan alam adalah; Papua 29,4 juta hektare, Kalimantan 26,6
juta hektare, Sumatera 11,4 juta hektare, Sulawesi 8,9 juta hektare, Maluku 4,3 juta
hektare, Bali dan Nusa Tenggara 1,1 juta hektare, dan Jawa 675 ribu hektare. (Statistika
Kehutanan Tahun 2014)
Kebakaran berasal dari kata dasar bakar yang mendapat kata imbuhan awalan ke- dan
akhiran –an, yang memiliki artikegiatan yang menimbulkan api atau asap yang tidak
disengaja atau adanya api dan asap yang tidakdiharapkan dan keberadaannya tidak terkendali.
Secara umum, waktu terjadi kebakaran terjadi pada musim kemarau. Beberapa alasan terjadi
kebakaran pada musim tersebut salah satunya dipicu oleh kegiatan masyarakat. Masyarakat
biasanya melakukan penebasan biasanya dilakukan selama sekitar 40 hari, sebulan setelahnya
semak yang sudah ditebas biasanya sudah mengering. Aktivas masyarakat sekecil apapun
dapat memicu kebakaran seperti membuang puntung rokok apalagi jika melakukan
pembakaran di lahan yang kekeringan maka akan terjadi renteran kebakaran yang tidak
diharapkan dan seringkali tidak terkendali. (Supena, 2015)
4
taman industri merupakan mata rantai yang tidak terputus. Semua pihak memiliki andil
sebagai penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan. (Supena, 2015)
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, yang menyebabkan polusi asap lintas batas
sudah terjadi sejak tahun 1982, saat ASEAN khususnya Indonesia memiliki program kerja
untuk memajukan perekonomian bangsa. Pada akhirnya, dilakukan upaya penebangan pohon
untuk kemudian diproduksi dan dijual. Melalui penebangan hutan ini, mulai terjadi rentetan
kebakaran disebabkan masyarakat masih menggunakan cara tradisional dalammembersihkan
sisa-sisa kayu dengan cara membakarnya (Dwi, 2017)
Namun, sejarah mencatat kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia sudah terjadi sebelum
kemerdekaan. Berikut kilasan sejarah kebakaran hutan di Indonesia :
1. Pra Kemerdekaan
Sejak pemerintahan Hindia-Belanda, kebakaran hutan sudah menjadi permasalahan
yang menjadi perhatian dan dasar aturan yang ditetapkan pemerintah Hindia-Belanda
maupun pemerintah kerajaan. Beberapa aturan tersebut ialah
a. Ordonasi Hutan untuk Jawa dan Madura (1927) pasal 20
b. Provinciale Bosverordening Midden Java (pasal 14) mengenai upaya
kesiapsiagaan menghadapi musim kebakaran di bulan Mei-November dan tatacara
penggunaan api (pembakaran) diperbatasan hutan.
c. Rijkblad-Soerakarta Ongko 11 (1939) yang memuat anulak bencana geni ing alas
atau tatanan untuk menolak bencana yang disebabkan oleh api didalam hutan.
(Soedarmo, 1999)
d. Dalam beberapa tulisan dari penjelajah Eropa yang mendarat di Borneo
(Kalimantan) menyebutkan adanya serangan asap yan tercium sampai bermil-mil
jauhnya di laut (Browen, 2001)
5
2. Pasca Kemerdekaan
Menurut (Browen, 2001) Tercatat lima periode kebakaran hutan dalam skala besar
yang terjadi di Indonesia. Periode tersebut mulai dari tahun 1982-1983, 1987, 1991,
1994, 1997-1998 yang terjadi pada saat periode gelombang panas (El-Nino).
a. 1982/1983
Tahun 1982/1983 terjadi kemarau panjang yang menjadi pemicu kebakaran besar
di Kalimantan Timur yang menghancurkan 3,2 juta hektar dengan kerugian
mencapai lebih dari 6 trilyun rupiah
b. 1987
Tahun 1987, data yang dikeluarkan pemerintah, mencatat 66.000 Ha terbakar,
namun pada kenyataannya kemungkinan luas hutan dan lahan yang terbakar
sepuluh kali lebih luas dari data resmi tersebut. Kebakaran terjadi menyebar mulai
dari Sumatera bagian barat, Kalimantan sampai Timor sebelah timur.
c. 1991
Kebakaran besar kembali terjadi pada tahun 1991 pada lokasi-lokasi yang hampir
sama dengan kebakaran pada tahun 1987. Data resmi yang dirilis menyebutkan
terbakarnya 500.000 Ha dengan laporan terjadinya asap pada skala lokal
d. 1994/1995
Tahun 1994, terjadi kemarau panjang yang melanda Indonesia, tercatat terjadi
kebakaran besar di Pulau Sumatera dan Kalimantan. BAPPENAS mencatat
terjadinya kebakaran hutan dengan luasan 500.000 Ha pada tahun 1991 dan lebih
dari 5 juta hektar pada tahun 1994. Bencana asap melanda sampai Malaysia dan
Singapura pada akhir bulan September yang kemudian mendasari beberapa
project dan kerjasama Internasional dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan
di Indonesia.
e. 1997/1998
Tahun 1997/1998, di Indonesia kembali terjadi kekeringan dan gelombang panas
yang menyebabkan kebakaran hampir di seluruh pulau Sumatera dan Kalimantan
yang mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi serta menelan biaya ekonomi
sekitar USD 1.62 – 2.7 miliar. Asap tebal yang terjadi mengakibatkan lumpuhnya
beberapa bandara, pelabuhan dan jalan raya di Sumatera dan Kalimantan sehingga
mengganggu roda perekonomian masyarakat. Biaya pencemaran asap menelan
kerugian sekitar USD 674 – 799 juta dan terkait dengan emisi karbon kerugian
6
terhitung sekitar USD 2.8 miliar dollar. Bencana asap juga mempengaruhi
kesehatan.
Menurut (Rasyid, 2014)secara umum kebakaran disebabkan oleh dua faktor, yaitu
faktor alami dan faktor kegiatan manusia. Faktor alami antara lain pengaruh El-Nino yang
menyebabkan kemarau berkepanjangan yang menyebabkan tanaman / tumbuhan kering.
Tanaman/tumbuhan kering menjadi bahan bakar potensial jika terkena percikan api baik dari
batu bara yang muncul di permukaan maupun pembakaran yang disengaja maupun tidak
disengaja. Hal tersebut menyebabkan kebakaran bawah dan kebakaran permukaan. Dua tipe
kebakaran tersebut dapat merusak tumbuhan hingga bahan organik yang berada dibawah
lapisan.
Faktor utama terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia disebabkan tiga hal
yaitu ; 1) keadaan bahan bakar, 2) cuaca/iklim, dan 3) sosial budaya masyarakat.
Keadaan bahan bakar dapat menyebabkan kebakaran, ditambah jika ada faktor pemicu
seperti kekeringan (kurangnya kadar air) serta ketersediaan bahan bakar yang
berkesinambungan dalam beberapa titik. (Tacconi, 2003) Faktor iklim berupa suhu,
kelembaban, angin dan curah hujan turut menentukan kerawanan terjadinya kebakaran hal
ini dikarenakan suhu yang tinggi akibat sinar matahari dan angin yang besar dapat
mengeringkan bahan bakar dan mempengaruhi kecepatan penjalaran api, sementara
kelembaban yang tinggi dengan vegetasi yang lebat dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya kebakaran dan curah huja menentukan kadar air pada hutan dan lahan (Setiawan,
2018). Faktor yang ketiga ialah faktor sosial budaya masyarakat, yang memiliki andil paling
besar dalam kasus kebakaran hutan, beberapa sosial budaya masyarakat ialah (Rasyid, 2014):
7
tindak anarkis masyarakat. Terbatasnya pendidikan dan minimnya pengetahuan
masyarakat akan manfaat dan funggsi hutan akan berpengaruh terhadap tindakan
masyarakat dalam mengelola hutan yang cenderung desdruktif dan tidak
mempertimbangkan konservasi maupun hukum yang ada.
3. Pembalakan liar atau illegal logging
Kegiatan pembalakan liar atau illegal logging seringkali meningalkan bahan bakar
(daun, cabang,ranting) yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk. Dalam
kawasan hutan yang musim kemarau. bahan bakar tersebut akan mengering dan
berpotensi terjadinya kebakaran. Pembalakan liar atau ilegal logging akan
meninggalkan lahan-lahan kritis dan api yang tidak terkendali akan sangat mudah
merambat ke lahan kritis tersebut.
4. Kebutuhan akan tanaman hijau untuk ternak
Masyarakat yang memiliki ternak (terutama sapi) memiliki kebutuhan akan hijauan
makanan ternak. Untuk memenuhi kebutuhan rumput dengan kualitas bagus dan
mempunyai tingkat palatabilitas yang tinggi biasanya masyarakat membakar
kawasan padang rumput yang tidak produktif. Area yang dibakar tersebut dipercaya
akan tumbuh rumput baru yang kualitasnya lebih bagus dengan kandungan gizi
yang tinggi
5. Sebab lain
Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahayanya api dalam memicu kebakaran
hutan. Misalnya dengan membuang puntung rokok sembarangan di area hutan.
Hutan menyumbangkan banyak oksigen sebagai hasil dari proses fotosintesis. Oksigen
tersebut digunakan oleh manusia untuk bernapas. Dengan marak terjadinya kebakaran hutan,
menyebabkan kandungan oksigen yang ada dibumi pun semakin berkurang Pada keadaan
normal, udara bermuatan negatif. Namun, ketika udara telah tercampur polutan maka udara
akan bermuatan positif. Ion positif dapat menghambat gerakan bulu getar dan menyebabkan
peningkatan viskositas permukaan tenggorokan. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya
sensitifitas tenggorokan dan menurunnya kemampuan tubuh menolak partikulat sehingga
sulit keluar dari tenggorokan. Ion posotif tersebut juga dapat menyebabkan kecemasan,
depresi dan lemah mental. Selain bersifat toksik, polutan udara juga dapat menyerang
mekanisme daya tahan tubuh. Sehingga udara yang terpolusi khususnya oleh karbon dioksida
8
dan karbon mpnoksida akibat pembakaran tidak sempurna dapat berpengaruh buruk terhadap
makhluk hidup (Prodjosantoso, 2011). Selain itu, berkurangnya keanekaragaman hayati di
Indonesia. Butuh waktu hingga ratusan tahun untuk hutan dapat membangun kembali struktur
kompleks dari berbagai spesies yang beragam. (Iskandar, 2000)
Berbagai cara untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan di Indonesia telah
dilakukan, namun belum efektif karena kurangnya dukungan dan kerjasama dari semua
pihak. Pengendalian kebakaran hutan umumnya melalui usaha pencegahan pemadaman dan
penanganan pasca kebakaran. (Mauna, 2005) penanggulangan yang telah dilakukan Indonesia
untuk menghadapi persoalan tersebut ialah bekerjasama dengan ASEAN
Kebakaran hutan menyebabkan polusi asap yang berdampak bukan hanya di Indonesia
tetapi berdampak pula ke negara-negara tetangga, khususnya yang berada di wilayah Asia
Tenggara. Oleh karena itu, polusi asap lintas batas mendorong para petinggi ASEAN untuk
membuat peraturan yang mengatur asap lintas batas ini. ASEAN telah membuat tiga
perjanjian untuk mengatasi permasalahan polusi udara, yaitu 1) The 1985 ASEAN Agreement
on the Conservation of Nature and Natural Resources, 2) The 1995 Treaty on the Southeast
Asia Nuclear Weapon-Free Zone dan 3) ASEAN Agreement on Transboundary Haze
Polluticon. (Husin, 2014)
9
tersebut juga dijelaskan bantuan hanya dapat diberikan apabila terdapat permohonon bantuan
(Dwi, 2017)
Indonesia dapat dikatakan sedikit terlambat dalam mengajukan permohonan bantuan, hal
ini dapat dilihat dari besarnya dampak kebakaran hutan yang merugikan Indonesia dan negara
tetangga. Pada bulan Oktober 2015, Indonesia baru menyatakan akan mendapat bantuan dari
negara Malaysia, Jepang, dan Rusia, sementara Singapura masih dalam proses. (Cahyono &
Warsito, 2015)
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hutan memiliki manfaat yang luar biasa besar bagi keberlangsungan hidup dan
ekosistem makhluk hidup, Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan berupa hutan
hujan tropis dibeberapa wilayah harusnya menjamin dan bertanggungjawab teradap
keberlangsungan hutan.
Beragam sumber daya alam yang dihasilkan hutan tersebut dimanfaatkan oleh manusia
dengan membuka lahan, memanfaatkan jasa lingkungan dan memanfaatkan hasil hutan kayu
maupun bukan kayu secara optimal. Kemudian aktivitas pengolahan sumber daya alam
menjadi tidak terkendali dan menyebabkan kerusakan ekosistem lingkungan
Terjadinya kebakaran hutan bukan hanya berdampak bagi penduduk lokal namun
berdampak pada global dan menyebabkan kerugian yang besar baik dari keanekaragaman
hayati makhluk hidup dan perekonomian bangsa.
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, M., Trihastuti, N., & Samekto, A. (2017). Implementasi Prinsip-Prinsip Hukum Lingkungan
Internasional dalam Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di
Indonesia. Diponegoro Law Journal, Vol 6 No 3.
Browen. (2001). Antrhropogenic fires in Indonesia. Bogor: Departemen Kehutanan dan Perkebunan
Republik Indonesia.
Cahyono, A., & Warsito, S. P. (2015). Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebakaran Hutan di
Indonesia dan Implikasi Kebijakannya. Jurnal Lestari, 103-112.
Dwi, Y. (2017). Kerjasama Negara ASEAN dalam Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Hutan di Indonesia Berdasarkan ASEAN Agreement on the Transboundary Haze Polluticon.
Jurnal Lingkungan, 59-62.
Hermawan. (2006). Dampak Kebakaran Kebun dan Lahan tehadap Lingkungan Hidup. Kalimantan:
Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat.
Rasyid, F. (2014). Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan. Jurnal Lingkungan Widyaiswara, 47-
59.
Setiawan, A. (2018). Kebijakan Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Journal of
Political Ecology, 47-59.
Sitomorang, M. (2012). Kimia Lingkungan. Medan: Fakultas MIPA Universitas Negeri Medan.
Supena. (2015). Memahami Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan serta Upaya Penanggulangannya
Kasus di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Pertanian, 12-14.
12