Anda di halaman 1dari 12

MODUL 6

PENDEKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

Kegiatan Belajar 1

Pendekatan Pembelajaran Holistik dan konstruktivisme


Ada dua istilah yang berkaitan erat dengan pembelajaran, yaitu pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, sehingga
memiliki pengertian yang lebih luas. Sedangkan pelatihan lebih menekankan pada pembentukan
keterampilan. Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, sedangkan pelatihan pada
umumnya dilaksanakan dalam lingkungan industri. Akan tetapi, pendidikan kepribadian saja
belum cukup. Para siswa perlu juga memiliki keterampilan agar dapat bekerja, bereproduksi, dan
menghasilkan berbagai hal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya.
suatu sistem pengajaran selalu mengalami dan mengikuti tiga tahapan, yakni:
a. Tahap analisis untuk menentukan dan merumuskan tujuan;
b. Tahap sintesis yaitu tahap perencanaan proses yang akan ditempuh;
c. Tahap evaluasi untuk menilai tahap pertama dan kedua. (Oemar Hamalik, 1999)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran pada hakikatnya
merupakan kerangka acuan yang dianut seorang guru dalam praktek pembelajaran yang
dilakukan melalui pengorganisasian siswa dan pengolahan pesan untuk mencapai sasaran belajar
berupa peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor serta kepribadian siswa secara
keseluruhan.
A. Pendekatan Holistik
Pendekatan Holistik atau terpadu dalam pembelajaran, diilhami oleh Psikologi Gelstalt
yang dipelopori oleh Wertheimer, Koffka, dan Kohler. Menurut mereka, objek atau peristiwa
tertentu akan dipandang oleh individu sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Suatu objek atau peristiwa akan dapat dilihat maknanya jika diamati dari segi keseluruhannya
dan keseluruhan itu bukan jumlah bagian-bagian.
Aplikasi, teori Gestalt dalam pendekatan pembelajaran antara lain adalah dalam hal-hal
sebagai berikut (Moh.Surya, 1999):
1. Pengalaman memahami (insight)
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning)
3. Perilaku bertujuan (purposive behavior)
4. Prinsip ruang hidup (file space)
5. Transfer dalam pembelajaran
B. Pendekatan Konstruktivisme
Para penganut kontruktivisme berpendapat bahwa pengetahuan itu adalah merupakan
kontruksi dari kita yang sedang belajar. Pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu
kenyataan yang sedang dipelajari, tetapi merupakan konstruksi kognitif seseorang terhadap
objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada
di sana dan orang tinggal mengambilnya tetapi merupakan suatu bentukan terus-menerus dari
seseorang yang setiap kali mengadakan reorganisa si karena munculnya pemahaman yang
baru (Paul Suparno, 1977).
Kaum kontruktivis menyatakan bahwa manusia dapat mengetahui sesuatu dengan
inderanya. Dengan berinteraksi terhadap objek dan lingkungannya melalui proses melihat,
mendengar, menjamah, membau dan merasakan, orang dapat mengetahui sesuatu.

Von Glaserfeld menyebutkan beberapa kemampuan yang diperlukan untuk proses pembentukan
pengetahuan itu, seperti:
1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman;
2. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan;
3. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu daripada yang lain.

Bettencourt menyebutkan beberapa hal yang membatasi proses kontruksi pengetahuan, yaitu:
1. Kontruksi yang lama;
2. Domain pengalaman kita;
3. Jaringan struktur kognitif kita.

cara pembelajaran anak yang diharapkan dapat dideskripsikan berikut ini:


1. Orientasi mengajar tidak hanya pada segi pencapaian prestasi akademik,
2. Untuk membuat pelajaran bermakna bagi anak, topik-topik yang dipilih dan dipelajari
didasarkan pada pengalaman-pengalaman anak yang relevan,
3. Metode mengajar yang digunakan harus membuat anak terlibat dalam suatu aktivitas
langsung dan bersifat bermain yang menyenangkan atau a pleasurable hands-on and
playful activity
4. Dalam proses belajar, kesempatan anak untuk bermain dan bekerja sama dengan orang
lain juga diprioritaskan.
5. Bahan-bahan pelajaran yang digunakan hendaknya bahan-bahan yang konkrit dan kalau
mungkin ini bahkan yang sebenarnya,
6. Dalam menilai hasil belajar siswa, para guru tidak hanya menekankan aspek kognitif
dengan menggunakan tes tertulis (paper-pencil test), tetapi harus pula mencakup semua
domain perilaku anak yang relevan dengan melibatkan sejumlah alat penilaian,
Kegiatan Belajar 2
A. Pendekatan Experiential Learning
Untuk memahami makna, experiential learning, yang berarti belajar melalui penghayatan
langsung atas pengalaman yang dialami, sebaiknya digunakan pengertian baku yang dapat
ditemukan dalam kepustakaan. Hoover (Wisnubrata Hendrojuwana, 1990) mengungkapkan
bahwa: “Experiential Learning terjadi apabila siswa secara pribadi bertanggung jawab atas
proses pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap dan situasi belajar yang ditandai oleh taraf
keterlibatan sangat aktif, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotoris.”

Dengan demikian, mengandung arti bahwa ciri experiential learning adalah sebagai berikut:
1. Keterlibatan siswa di mana mereka aktif melakukan sesuatu,
2. Terjadi relevansi terhadap topik pada experiential learning,
3. Tanggung jawab siswa dalam experiential learning ditingkatkan,
4. Penggunaan experiential learning bersifat luwes, baik setting-nya, siswanya, maupun tipe
pengalaman belajarnya (termasuk tujuannya).

Menurut Hendrojuwono, pelaksanaan experiential learning meliputi lima tahapan, yaitu:


1. Tahap pengantar
2. Tahap kegiatan
3. Tahap Debriefing
4. Tahap Rangkuman
5. Tahap Evaluasi

Ada beberapa teknik pembelajaran yang dianggap tepat untuk digunakan merangsang perubahan
tingkah laku selama experiential learning yaitu: Simulasi, Latihan terstruktur, dan Interaksi
Kelompok.

B. Pendekatan Multiple Intelligence


Konsep dasar Multiple Intelligence diungkapkan oleh Howard Gadner dalam bukunya
“Frames of Mind: yang berbunyi “our culture defined intelligence too narrowly” merupakan
dasar pemikiran munculnya teori Multiple Intelligence. Ia memandang bahwa ruang lingkup
potensi manusia melebihi skor IQ dan tidak terbatas hanya pada kemampuan memecahkan
masalah dan menghasilkan produk. Dalam perspektif pragmatis, konsep inteligensi mulai
kehilangan unsur mistisnya dan menjadi lebih fungsional. Gadner (Thomas Amstrong. 1994)
telah melakukan pemetaan kemampuan manusia ke dalam tujuh kategori intelegensi yang
lebih komprehensif yaitu:
a. Kecerdasan bahasa
b. Kecerdasan matematika-logika
c. Kecerdasan pemahaman ruang
d. Kecerdasan musikal
e. Kecerdasan interpersonal
f. Kecerdasan intrapersonal

Hal yang penting tentang teori Multiple Intelegence ialah:


a. Setiap individu memiliki ketujuh inteligensi yang unik,
b. Individu mengembangkan masing-masing inteligensinya sesuai dengan tingkat tingkat
perkembangan,
c. Masing-masing inteligensi saling memiliki keterkaitan menjadi sistem yang kompleks,
d. Terdapat beragam cara untuk menjadi inteligen dalam setiap kategori inteligensi.

Ada tujuh langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan kurikulum yang berbasis teori
multiple intelligence, yaitu:
1. Fokuskan topik atau tujuan khusus, tetapkan apakah tujuan berskala besar (untuk jangka
panjang), atau bertujuan khusus (mendorong rencana pendidikan siswa secara
individual). Tujuan harus dinyatakan secara jelas dan singkat.
2. Munculkan pertanyaan multiple intelligence.
3. Pertimbangkan segala kemungkinan, pikirkanlah metode dan materi yang tepat bahkan
tidak tepat.
4. Curah pendapat, kemukakan segala gagasan yang ada dalam pikiran dan usahakan satu
ide untuksatu intelligensi kemudian konsultasikan dengan kolega untuk membantu
menstimulasi pikiran.
5. Pilihlah aktivitas yang cocok, setelah semua gagasan lengkap maka tentukan pendekatan
yang benar-benar operasional dalam adegan pendidikan.
6. Kembangkan urutan tindakan dengan menggunakan pendekatan yang telah dipilih
rancanglah rencana pelajaran dan tetapkan alokasi waktu untuk setiap hari pelajaran.
7. Implementasikan rencana, kumpulkan materi yang dibutuhkan, pilihlah waktu yang tepat
dan kemudian laksanakan rencana belajar. Modifikasi dapat dilakukan selama proses
implementasi strategi.
MODUL 10

IMPLIKASI HAK ANAK DISEKOLAH

Kegiatan Belajar 1

Implikasi Pelaksanaan Hak Anak Pada Pembelajaran Sd


Dengan mengacu pada teori Bronfenbrenner, Myers (1995) mengemukakan pandangannya
dimana lingkungan belajar anak yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya
dan tetangga, dan masyarakat institusi.

A. Pengertian kurikuler, kokurikuler dan ekstrakulikuler


Kurikuler merupakan kegiatan yang berkaitan dengan dengan kurikulum. Kegiatan
kokurikuler merupakan rangkaian kegiatan kesiswaan yang berada dalam sekolah.
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum
dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah.

B. Tujuan dilakukan kegian kokulikuler dan ekstrakulikuler


Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan agar anak dapat mengaitkan antara
pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan kebutuhan
lingkungan.

C. Pelaksanaan hak anak dalam kurikuler – kokulikuler – ekstrakulikuler


Dalam rencana strategis departemen pendidikan nasional 2005-2009 disebutkan
mengenai program penguatan kebijakan Depdiknas dengan rencana pembangunan jangka
menengah Bappenas. Rencana Bappenas mengenai wajib belajar 9 tahun.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan peraturan
pemerintah nomor 25 tahun 2005 tentang rencana pembangunan jangkan menengah nasional.
Rencana menunjang kegiatan kurikuler, kokulikuler, dan extrakurikuler dilakukan
sebagaimana dicantumkan dalam tujuan pembangunan pendidikan nasional jangka menengah
antara lain :
1. Meningkatkan iman, taqwa dan ahlak mulia
2. Meningkatkan penguasaan iptek
3. Meningkatkan sensitifitas dan kemampuan ekspresi estetis
4. Meningkatkan kualitas jasmani
5. Meningkatkan pemerataan kemerataan belajar pada semua jenis jenjang pendidikana
6. Memperluas akses pendidikan nonformal
Kegiatan Belajar 2

Contoh-Contoh Pelanggaran Hak Anak Di Sekolah Dasar


Di Indonesia pelanggaran hak anak yaitu : mempekerjakan anak di sektor formal maupun
informal dan eksploitasi hak anak.
Rencana pemerintah tampaknya mengacu pada data yang dihimpun dari direktorat pendidikan
nasional dan menengah diperoleh hal-hal berikut:

A. Mutu Pendidikan
Ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan serta kesejahteraannya belum memadai
baik secara kuantitas maupun kualitas. Padahal dalam kegiatan pokok pemerintah yang
menunjang rencana Bappenas untuk wajib belajar 9 tahun menunjukkan adanya
rekrutmen pendidik dan tenaga pendidik dalam program wajib belajar.
Kondisi pendidikan guru belum seluruhnya seperti yang diharapkan akan mempengaruhi
kualitas kerja mereka.
1. Sarana dan prasarana yang terbatas
2. Kondisi sekolah yang rusak
3. Pendanaan pendidikan yang belum memadai
4. Pembelajaran yang belum efisien dan efektif. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya
guru kreatif, kurangnya dukungan dari pihak sekolah, mahalnya buku pelajaran
sekolah.
5. Pelaksanaan pendidikan ekslusif
6. Adanya tindakan kekerasan terhadap siswa

B. Perlindungan Anak Dalam Pendidikan


Herlina dkk 2003 penyelenggaraan perlindungan anak dalam pendidikan perlu dilakukan
dengan cara :
1. Semua anak wajib belajar 9 tahun;
2. Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberi kesempatan yang sama dan
aksesibilitas untuk memeperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa;
3. Anak yang memiliki keunggulan diberi kesempatan dan akses untuk memperoleh
pendidikan khusus;
4. Anak dalam lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan, wajib dilindungi dari
tindak kekerasan yang dilakukan guru, pengelola sekolah atau teman – temannya
MODUL 11

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN


KONSELING DI SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1

Hakikat bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar


A. Latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di SD
Rohman Natawidjaja (1987) mengemukakan 5 faktor yang melatarbelakangi perlunya
bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan di sekolah yaitu :
a. Kesadaran akan perbedaan individual diantara setiap manusia
b. Kesadaran akan perlunya sistem pelayanan kependidikan lainnya yang berpusat pada
anak
c. Kesadaran akan perlunya konsep demokrasi dalam pendidikan secara tepat
d. kesadaran akan permasalahan yang dihadapi oleh individu dalam kehidupan
masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang
e. kesadaran akan persoalan yang dihadapi oleh individu dalam kehidupan modern

B. Pengertian Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar


Istilah bimbingan digunakan dalam konteks pendidikan, pengajaran, kepemimpinan dan
upaya-upaya yang berkaitan dengan proses kemanusiaan terutama dengan proses
mempengaruhi atau mengubah tingkah laku. Konseling lebih bersifat hubungan antar luar
pribadi yaitu antara seorang konselor dan dengan yang diberi bantuan.

C. Anggapan-anggapan yang Keliru tentang bimbingan dan konseling


Beberapa kekeliruan pemahaman tentang bimbingan :
1. Bimbingan diberikan kepada anak yang bermasalah.
2. Anggapan ini keliru karena bimbingan di sekolah dasar harus diberikan kepada semua
anak.
3. Bimbingan untuk semua anak
4. Bimbingan bukan hanya diberikan kepada anak yang nakal, aturan aturan yang
disebut sebagai kasus melainkan anak yang pintar.
5. Bimbingan diperuntukkan bagi siswa sekolah lanjutan
6. Anggapan ini keliru karena tidak sesuai dengan prinsip bimbingan.
7. Bimbingan sama dengan nasehat
8. Bimbingan tidak berarti pemberian nasehat kepada seseorang.
9. Bimbingan adalah tugas para ahli
10. Anggapan itupun keliru karena tidak semua kegiatan bimbingan dan konseling adalah
tugas para ahli bimbingan atau yang disebut guru pembimbing.
11. Bimbingan adalah obat mujarab untuk semua penyakit tingkah laku.
12. Bimbingan disamakan dengan konseling.

D. Tujuan – tujuan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar


Tujuan akhir bimbingan dan konseling ditingkatan pendidikan apapun adalah agar peserta
didik mencapai tugas-ugas perkembangan secara optimal dalam berbagai aspek sesuai
tingkat perkembangan dan lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

E. Prinsip bimbingan di SD
Tiedeman, Dinckmeyer dan Dreikurs dalam Stones (1983) memandang bahwa program
bimbingan di SD perlu diarahkan pada perkembangan kognitif dan afektif.

F. Hakikat bimbingan dan konseling


Hakikat bimbingan dapat dipahami sebagai berikut:
1. Bimbingan di SD merupakan suatu proses bantuan yang kontinyu
2. Bimbingan di SD merupakan proses membantu individu
3. Diberikan atas dasar pemahaman tentang kebutuhan
4. Bimbingan di SD bukan monopoli kegiatan suatu profesi
5. Bimbingan untuk semua siswa
6. Fungsi bimbingan untuk memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa

Kegiatan Belajar 2

Peran Guru Dalam Bimbingan Dan Konseling Di Sd


A. Pentingnya bimbingan di SD
Proses pendidikan di SD mengimplikasikan perlunya perubahan orientasi dalam beberapa
aspek sistemiknya terutama berkenaan dengan substansi kemampuan yang harus
dikembangkan proses pembelajaran dan bimbingan.

B. Peran Guru dalam bimbingan dan konseling di SD


Program bimbingan di SD diarahkan pada pencapaian kecakapan siswa dalam
pelaksanaan seluruh tugas perkembangannya secara efektif.
Rochman Natawidjaja (1984) salah seorang pakar terkemuka dalam bimbingan dan konseling
mengemukakan peran yang harus dikaksanakan oleh guru dalam keseluruhan program
bimbingan dan konseling dirumuskan kedalam 10 butir pernyataan:
1. Mengidentifikasi kebutuhan,minat,bakat,dan masalah tiap anak, terutama didalam kelas
2. Mengidentifikasi gejala salah suai pada diri anak dalam kegiatan di sekolah
3. Memberi kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak di lingkungan sekolah
4. Melaksanakan bimbingan kelompok baik didalam maupun diluar kelas
5. Melengkapi rencana yang telah dirumuskan oleh anak bersama guru
6. Melaksanakan pengajaran sesuai dengan kebutuhan anak
7. Mengumpulkan data dan informasi tentang anak terutama dalam kegiatan belajarnya
8. Melaksanakan kontak dengan masyarakat, terutama pada orang tua atau wali anak
9. Melaksanakan konseling terbatas
10. Memberikan pelayanan rujukan

Kegiatan Belajar 3

Peran Orang Tua Dalam Bimbingan Dan Konseling Di Sd


A. Keterkaitan Antara Peran Orang Tua dan Guru dalam bimbingan dan konseling
Peran orang tua dalam bimbingan tidak dapat dilepaskan dari peran guru karena peran
keduanya dalam hal bimbingan merupakan peran yang bersifat kolaboratif.

B. Perwujudan peran orang tua dalam bimbingan dan konseling


Bentuk perwujudan peran yang diharapkan dari orang tua dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling di SD di satu pihak akan sangat bergantung pada faktor pengetahuan dan
kesadaran akan pendidikan anak, dipihak lain bergantung juga pada inisiatif sekolah serta
dukungan kedua belah pihak.
Hasil penelitian juga mendukung tentang bentuk-bentuk peran yang diharapkan oleh orang
tua siswa dalam rangka pelaksanaan pendidikan sekolah pada umumnya dan bimbingan
konseling antara lain sebagai berikut :
1. Mengadakan konsultasi
2. Memberikan balikan
3. Menjadi sumber belajar
4. Berupaya memenuhi perlengkapan belajar
5. Menerima dan menghargai individualitas anak
6. Memperlakukan anak sesuai norma sosial
7. Membantu warga masyarakat
MODUL 12

PROSEDUR PENGELOLAAN PROGRAM


BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD

Kegiatan Belajar 1

Jenis-Jenis Perangkat Bimbingan Dan Konseling Di Sd

A. Perangkat pengumpul data


Karena keterbatasan ruang akan dikemukakan beberapa perangkat bimbingan yang
dipandang sangat penting :
1. Pedoman observasi
Pengumpulan data dengan observasi dapat dilakukan dengan catatan anekdot, daftar
cek dan skala penilaian
2. Pedoman wawancara
Wawancara merupakan cara memahami atau mendapatkan data tentang siswa melalui
pembicaraan secara tatap muka.
Contoh pedoman wawancara masalah, tujuan umum, tujuan khusus, identitas subjek
dan tempat wawancara, pertanyaan-pertanyaan pokok, hasil wawancara, dan catatan
rekomendasi.
3. Angket atau daftar isian
4. Angket sosiometri

B. Perangkat penyimpanan data


Data tentang siswa harus dihimpun melalui data tentang kondisi fisik, karakteristik psikis,
seperti bakat, minat, kebiasaan, perkembangan dan riwayat hidup, kondisi keluarga, dan
prestasi pelajar.

C. Perangkat informasi
Perangkat informasi dalam hal ini merujuk pada mediah, alat perlengkapan yang
diperlukan.

D. Perangkat teknis administrasi


Perangkat Teknis Administrasi berkenaan dengan blanko-blanko tertentu, buku catatan
kegiatan bimbingan harian, program bimbingan dan konseling, beserta agenda dan format
lainnya.
Kegiatan Belajar 2

Perencanaan Bimbingan Dan Konseling Di Sd


A. Arti Penting Perencanaan Program Bimbingan
Perencanaan dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mempersiapkan sesuatu
kegiatan agar kegiatan tersebut dapat dilakasanakan secara efektif dan efisien
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan program bimbingan:
1. Tujuan pendidikan dan karakteristik di sd
Tujuan pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar baca tulis
hitung, pengetahuan, dan keterampilan dasar.
2. Kebutuhan dan Karakteristik siswa SD

Ciri-ciri Program bimbingan yang baik di SD


Program bimbingan yang baik, yaitu program yang apabila dilaksanakan akan efisien dan
efektif memiliki ciri-ciri :
1. Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa
sekolah yang bersangkutan.
2. Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan
kebutuhan siswa dan kemampuan petugas.
3. Program itu dikembangkan berangsur-angsur dengan melibatkan semua tenaga
pendidikan di sekolah dalam merencanakannya.
4. Program itu memiliki tujuan yang ideal, tetapi realistik dalam pelaksanaannya.
5. Program itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua
anggota staf pelaksanaannya.
6. Menyediakan fasilitas yang diperlukan.
7. Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan dilingkungan sekolah yang
bersangkutan.
8. Memberikan kemungkinan pelayanan kepada semua siswa sekolah yang
bersangkutan.
9. Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan
sekolah dengan masyarakat.
10. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri
maupun kemajuan dari siswa yang dibimbing, serta mengenai kemajuan pengetahuan
keterampilan dan sikap para petugas pelaksanaannya.
11. Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan.
Model perencanaan Program Bimbingan di SD
1. Karakteristik Model
Program bimbingan dan konseling komprehensif adalah suatu model pengembangan
program yan gdifokuskan pada penciptaan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk
dapat mengembangkan kebutuhan, kekuatan, minat dan isu-isu yang berkaitan dengan
berbagai tahap perkembangan siswa.
2. Struktur Program
Sturktur program model komprehensif mencakup empat komponen program, yaitu (1)
layanan dasar, (2) layanan responsif, (3) layanan perencanaan individual dan (4) layanan
dukungan sistem.
3. Distribusi Program
Untuk siswa Sekolah Dasar, distribusi keempat aspek layanan tersebut adalah (1) layanan
dasar sekitar 50%, (2) layanan responsif sekitar 25%, (3) layanan perencanaan individual
sekitar 25%.
4. Rumusan Tujuan Program
5. Komponen program.

Anda mungkin juga menyukai