Anda di halaman 1dari 26

KIMIA FISIKA

TEORI KUANTUM

Disusun oleh:

Kelompok : IV

Nama Anggota : - GATOT ADI PERDANA

- JAUHARA SAHIRA

- REZA PAHLAWAN

- RIZALDI FIRDAUS

FAKULTAS TEKNIK

PRODI TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS PAMULANG

2018

BAB 1
1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia kuantum adalah sebuah aplikasi mekanika kuantum pada ilmu kimia.
Dengan bantuan kimia kuantum, kita dapat memahami dan memprediksi struktur, sifat
dan mekanisme reaksi dari berbagai bahan. Penjelasan perilaku elektron pada atom
dan molekul dalam kaitannya dengan kereaktifan adalah salah satu terapan kimia
kuantum. Kimia kuantum terletak di perbatasan antara kimia dan fisika, dan
sumbangan yang berarti telah dicapai oleh ilmuwan dari kedua bidang tersebut. Tanpa
kimia kuantum, kesamaan sifat unsur-unsur dalam satu golongan maupun periode
belum dapat dijelaskan. Begitu juga dengan bagaimana letak atom-atom dalam satu
molekul (struktur molekul). Kimia kuantum juga dapat menjelaskan apakah suatu
reaksi dapat berlangsung atau tidak, ataupun memerlukan bantuan katalis dalam
kondisi terentu.

Menjelang akhir abad ke Sembilan belas semakin tampak bahwa mekanika


klasik atau mekanika kuantum mampu menjelaskan banyak fakta eksperimen yang
menyangkut perilaku sistem yang berukuran atom. Di tahun 1900, dalam penurunan
dari persamaan yang betul bagi intensitas radiasi berbagi frekuensi dari suatu rongga,
Planck mengandaikan bahwa radiasi elektro maknetik adalah terkuantisasi. Gagasan
Planck mengenai kuantisasi ini digunakan oleh Einsten pada tahun 1905 untuk
mengaitkan efek fotolistrik secara gemilang. Di tahun 1913 de Broglie menggunakan
gagasan kuantisasi energi untuk mendapatkan ungkapan bagi panjang gelombang
suatu electron yang mengalami percepatan dalam medan listrik. Di tahun 1926
Schrodinnger dan Heisenberg secara terpisah mengembangkan mekanika kuantum.
Mekanika kuantum telah menjadi sangat penting untuk mengerti kimia.

Dalam makalah ini akan ditinjau mengenai penerapan mekanika kuantum pada
sistem-sistem sederhana, termasuk atom hydrogen, yang dapat ditangani secara eksak
dan pada atom-atom dengan banyak electron yang penyelesaian analitiknya tak dapat
diperoleh.

1.2 Dasar Pemikiran


2
Tidak terbantahkan lagi, bagi seorang sarjana Teknik Kimia penguasaan akan
kimia kuantum ini mutlak diperlukan. Mengingat pentingnya cabang ilmu kimia
kuantum tersebut, dan dengan tanggung jawab pembuatan paper dan presentasi
mengenai kimia kuantum yang diberikan, maka disusunlah paper ini.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut
1.

BAB 2
PEMBAHASAN

Teori Kuantum

3
Teori kuantum merupakan gagasan paling cemerlang yang pernah dibuat manusia.
Teori ini berhasil menjelaskan ribuan gejala fisika: susunan berkala unsur-unsur dan
terjadinya reaksi kimia, kerja laser, mikrochip, kestabilan dna, penembusan partikel alfa ke
inti atom. Teori kuantum tidak terjangkau intuisi dan menentang pikiran lazim. Konsepnya
disejajarkan dengan filsafat timur, malah dipakai untuk meneliti rahasia kesadaran,
kehendak bebas, dan paranormal, Teori kuantum tak pernah gagal Teori ini sangat
matematis Gagasannya sama sekali mengubah cara kita memandang realitas. Ilmuan yang
berpengaruh yaitu NEWTON sehingga teori ini lebih dikenal dengan HUKUM II
NEWTON atau HUKUM GERAK NEWTON.

Hukum ini menjelaskan pergerakan suatu materi baik translasi, rotasi ataupun
vibrasi. Namun faktanya, teori ini gagal menjelaskan pergerakan elektron disebabkan oleh
massa yang dimilikinya sangat kecil hingga dapat dianggap tidak berpengaruh (me = 9,
109. 10-31 kg). Pada perkembangan selanjutnya, seorang ilmuan Fisika yang berasal dari
Prancis “Louis de Brouglie” berusaha menjelaskan alasan tingkatan energi yang dimiliki
elektron. Ia berpendapat bahwa jika cahaya yang merupakan gelombang memiliki sifat
partikel seperti yang telah dijelaskan Max Plank – Einstein pada fenomena radiasi benda
hitam, maka partikel juga dapat berperilaku seperti gelombang. Teori ini dikenal dengan
nama “Dualisme Gelombang-Partikel”

Berkenaan dengan “Dualisme Gelombang-Partikel” yang berlaku pada elektron,


Werner Heisenberg ahli Fisika asal jerman berpendapat bahwa posisi dan momentum
elektron tidak mungkin dapat ditentukan bersamaan dengan ketelitian tinggi. Pendapat ini

4
kemudian dikenal dengan “Prinsip ketidakpastian Heisenberg”. prinsip inilah yang
dijadikan dasar pemikiran munculnya teori Mekanika Kuantum.

2.1 Radiasi Rongga

Benda hitam adalah benda ideal yang mampu menyerap atau mengabsorbsi
semua radiasi yang mengenainya, serta tidak bergantung pada frekuensi radiasi
tersebut. Bisa dikatakan benda hitam merupakan penyerap dan pemancar yang
sempurna. Benda hitam pada temperatur tertentu meradiasi energi dengan laju lebih
besar dari beanda lain. Model yang dapat digunakan untuk mengamati sifat radiasi
benda hitam adalah model rongga.

Distribusi kerapatan tenaga spektral eksperimental :

Teori Rayleigh-Jeans
Reyleigh dan Jeans menggunakan pendekatan fisika klasik untuk menjelaskan
spektrum benda hitam, karena pada masa itu fisika kuantum belum diketahui.
Mereka meninjau radiasi dalam rongga bertemperatur T yang dindingnya adalah
pemantul sempurna sebagai sederetan gelombang elektromagnetik berdiri. Rumus
Rayleigh-Jeans

Hukum radiasi planck


Planck menemukan rumus dengan menginterpolasikan rumus wein dan rumus
Rayleigh-Jeans dengan mengasumsikan bahwa terbentuknya radiasi benda hitam
adalah dalam paket-paket energi. Konsep paket energi atau energi terkuantisasi ini
5
merupakan hipotesis Max Planck yang merupakan rumus yang benar tentang
kerapatan energi radiasi benda hitam.

Gagasan awal Planck:

1. Ada sekumpulan osilator listrik dalam dinding rongga yg bergetar maju


mundur karena rangsangan panas
2. Harus ada semua frekuensi yg mungkin
3. Jika suhu makin tinggi maka osilator bergetar kian cepat sehingga frekuensi
rata-rata naik sampai tercapai kesetimbangan termal.

Planck mencoba melihat hubungan entropi dan peluang menurut Boltzmann.“Tapi,


Planck menolak asumsi terjadinya fluktuasi.

Gagasan Planck:
1. Persamaan statistik: untuk menghitung entropi

2. Keadaan: entropi harus maksimum

Teknik menghitung: untuk menentukan peluang w


Untuk menghitung peluang variasi susunan yg mungkin, Planck mengiris-iris
energi osilator menjadi keping-keping yg sangat kecil. Jadi, energi totalnya E = N e,
dengan N banyaknya keping, e keping energi sebarang.

Maklumat Postulat Planck


Pokoknya ya, nilai e = h f , harus terbatas dan nilai h tidak boleh nol.
Pengirisan energi ini menyebabkan energi radiasi harus tidak kontinyu. Tapi,
Planck tak punya alasan teoretis untuk konsep ini. Ya sudah, ini dianggap sebagai
postulat. Jika postulat ini kelak terbukti sahih, maka osilator menyerap dan
memancarkan nergi secara tidak kontinyu, dalam satuan e = h f. Ini disebut sebagai
kuanta energi. Pada f tinggi, kuanta energinya e = h f sangat besar, sehingga hanya
sedikit getaran yang tereksitasi, sehingga osilator tertekan, sehingga radiasi turun
menuju nol pada f tinggi.

Teori Foton

6
Foton atau kuanta merupakan paket-paket energi diskrit pada radiasi
elektromagnetik. Tiap energi pada foton tergantung pada frekuensi f . Sebuah foton
akan bergerak dengan kecepatan cahaya, jika foton bergerak dibawah kecepatan
tersebut maka foton tidak ada. Foton hanya memiliki energi kinetik dan massa
diamnya adalah nol. Sedangkan momentumnya :

2.2 Spektrum Garis

Spektrum garis adalah spektrum yang tersusun oleh garis - garis putus yang
berhubungan dengan panjang gelombang tunggal dari suatu pancaran atau serapan
radiasi. Jika radiasi rongga adalah sinambung, jenis – jenis spektra lain
mengandung garis – garis. Hal – hal yang tidak dapat diterangkan oleh teori klasik.
Frekuensi dari garis garis spektrum dapat dihitung dengan mengambil selisih dari
besaran – besaran yang disebut suku. Berbagai macam garis dapat dihitung dengan
mengambil selisih antara sejumlah kecil harga – harga suku. Pada tahun 1885
balmer menemukan bahwa panjang gelombang (lamda) dari garis – garis dalam
daerah tampak dari spektrum pancaran atom hidrogen dapat diungkapkan oleh
suatu hubungan yang sederhana yang dapat ditulis sebagai.

dengan n2 suatu bilangan bulat yang lebih besar dari 2 dan R tetapan rydberg =
109677,58 cm-1 .
harga R dapat ditenetukan secara teliti sekali karena sangat
tingginya ketelitian dalam pengukuran dari panjang gelombang garis – garis
spektrum.

Kebalikan dari panjang gelombang diberikan dengan dan disebut sebagai

angka gelombang dimana biasanya dinyatakan dalam cm-1. Perlu diperhatikan

bahwa persamaan 8.6 bahwa n2 tak dapat dikurang dari 2, karena akan menjadi

bilangan negatif yang tidak ada artinya, dan tidak juga dapat sama dengan 2 karena

7
akan menjadi nol. Tetapi bila n2 cukup besar pertambahan lebih lanjut hanya

menambah sedikit sekali dan, selagi n2 menuju tak hingga, akan mendekati ¼

R sebagai suatu limit. Keberhasilan rumus balmer mendorong penelitian lebih


lanjut dengan deret – deret lain yang kemudian ditemukan dalam spektrum atom
hidrogen yang dapat diungkapkan dalam persamaan.

Dengan n1 juga bilangan bulat. Deret dengan n1 = 1 (deret lyman) terletak di ultra
violet dengan n1 = 3 (deret paschen), 4 (deret brackett), atau 5 (deret pfund)
terletak didaerah infra merah. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa tiap garis
dalam spektrum dapat diungkapkan sebagai selisih dari dua “suku” R/n1 dan R/n2.
Spektrum atom – atom lain lebih rumit, tetapi secra umum didapatkan bahwa
adalah mungkin untuk mengunkapkan garis – garis spektrum sebagai selisih dari
nilai – nilai suku . konsep dapat cepat dimengerti melalui penerapan dari azas
kekekalan energi yang mensyaratkan bahwa :

Dengan E2 energi dari atom atau molekul sebelum memancarkan suatu foton hv
dan E1 energi setelah pemancaran. Persamaan ini adalah dasar dari segala jenis
spektroskopi.

Pada tahun 1913 bohr meninggalkan mekanika klasik dengan mengandaikan


bahwa atom hidrogen momentum sudut dari elektron di lintasan hanya dapat
mengambil harga harga yang merupakan kelipatan bulat dari suatu kuantum
momentum sudut yang besarnya h, disebut sebagai h coret yang sama dengan h/
2pi. Bohr mengandaikan bahwa suatu elektron dalam suatu lintasan tak
memerlukan sifat seperti itu tetapi apapun juga bohr telah dapa menurunkan suatu
ungkapan yang benar bagi tingkat energi atom serupa hidrogen ( yaitu atom – atom
dengan satu elektron ). Ia juga dapat menghitung ukuran dari atom – atom serupa
hidrogen ; jari – jari dari lintasan terdalam dari atom hidrogen sebagai 0,0529 nm.

8
Tingkat energi elektronik dalam atom hidrogen, dihitung menurut teori bohr
degambarkan secara ringkas di gambar 8.3. garis garis deret lyman dihasilkan oleh
elektron – elektron yang meloncat dari lintasan dengan bilangan kuantum 2, 3,
4 ...... ke lintasan terendah yang diperbolehkan (n1 = 1). Garis –garis deret balmer
dihentikan oleh elektron – elektron yang jatuh dari lintasan lebih besar kelintasan
kedua (n1 = 2), dan sebagainya . angka gelombang v dari suatu garis dalam
spektrum dapat diperoleh dengan mengurangkan harga – harga di bagian kanan
bagi kedua tingkat energi yang bersangkutan. Dengan demikian garis kedua dari
deret balmer disebabkan oleh suatu elektron yang jatuh dari lintasan keempat yang
kedua da angka gelombangnya ialah 27420 – 6855 = 20565 cm-1 .

Gambar 2 deret balmer dari garis – garis dalam spektrum pancaran atom hidrogen.
Panjang gelombang yang diberikan dalam manometer ( 1 nm = 10-9 m).

Gambar 2 Tingkat energi bagi atom hidrogen dihitung dari teori Bohr. Potensial
pengionan dibahas di sub-bab 2.21.
2.3 Hubungan De Broglie

Berdasarkan peristiwa efek fotolistrik dari Einstein, yang kemudian


didukung dengan percobaan yang dilakukan oleh Compton telah membuktikan

9
tentang dualisme (sifat kembar) cahaya, yaitu cahaya bisa berkelakuan sebagai
gelombang, tetapi cahaya juga dapat bersifat partikel. Pada tahun 1924 Louise de
Broglie mengemukakan pendapatnya bahwa : cahaya dapat berkelakuan seperti
partikel, maka partikel pun seperti halnya electron dapat berkelakuan seperti
gelombang

Gambar 4.1 Skema Percobaan Louise de Broglie


Sebuah foton dengan frekuensi f memiliki energi sebesar hf dan memiliki
momentum p = , karena c = f λ, maka momentum foton dapat dinyatakan p = hf/c
sehingga panjanggelombang foton dapat dinyatakan λ = h/p. Untuk benda yang
bermassa m bergerak dengan kecepatan memiliki momentum linier sebesar mv
maka panjang gelombang de Broglie dari benda itu dinyatakan dengan persamaan

Untuk menguji hipotesis yang dilakukan oleh Louise de Broglie pada tahun 1927,
Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G.P. Thomson di Inggris secara bebas
meyakinkan hipotesis Louise de Broglie dengan menunjukkan berkas elektron yang
terdifraksi bila berkas ini terhambur oleh kisi atom yang teratur dari suatu kristal.
Davisson dan Germer melakukan suatu eksperimen dengan menembakkan elektron
berenergi rendah yang telah diketahui tingkat energinya kemudian ditembakkan
pada atom dari nikel yang diletakkan dalam ruang hampa. Berdasarkan hasil
pengamatan Davisson dan Germer terhadap elektron-elektron yang terhambur
10
ternyata dapat menunjukkan adanya gejala interferensi dan difraksi. Dengan
demikian hipotesis de Broglie yang menyatakan partikel dapat berkelakuan sebagai
gelombang adalah benar.

Percobaan Davisson dan Germer.

Jika partikel berlaku sebagai gelombang, harus dapat ditunjukkan bahwa partikel
dapat menimbulkan pola-pola difraksi seperti halnya pola-pola difraksi pada
gelombang. Pada tahun 1927 Davisson dan Germer memilih elektron sebagai
partikel untuk menguji hipotesa de Broglie. Elektron-elektron diperoleh dari
filamen yang dipijarkan, kemudian elektron-elektron itu dipercepat dalam medan
listrik yang tegangannya 54 Volt. Setelah dipercepat elektron-elektron memiliki
energi kinetik.

Ek = 54 eV = 54 . 1,6 .10 –19 Joule

Momentum elektron :

Untuk memperoleh pola difraksi diperlukan kisi-kisi yang lebar celahnya kira-kira
sama dengan panjang gelombang yang akan diuji. Sebab jika celah terlampau lebar,
tidak menimbulkan gangguan pada gelombang, dan jika kisi terlampau sempit,
pola-pola difraksi sukar teramati. Kisi-kisi yang tepat untuk memperoleh pola
difraksi gelombang elektron adalah kisi yang terjadi secara alamiah yakni celah-
celah yang berada antara deretan atom-atom kristal bahan padat, dalam hal ini
dipergunakan kisi kristal nikel. Hasil percobaan Davisson dan Germer
menunjukkan bahwa elektron-elektron dapat menimbulkan pola-pola difraksi. Kini

11
tidak disangsikan lagi bahwa apa yang kita kenal sebagai materi dapat pula
menunjukkan sifat gelombang, tepat seperti yang diramalkan oleh de Broglie.

Hipotesis de Broglie mendorong tafsiran bahwa gelombang elektron


didifraksikan oleh target sama seperti sinar X didifraksikan oleh bidang-bidang
atom dalam kristal. Dari beberapa percobaan yang dilakukan pada akhirnya terbukti
bahwa eksperimen Davisson dan Germer merupakan bukti langsung dari hipotesis
de Broglie mengenai sifat gelombang benda bergerak. Komplikasi lainnya timbul
dari interferensi antara gelombang yang didifraksi oleh keluarga lain dari bidang
Bragg yang membatasi terjadinya maksimum dan minimum yang menjadi hanya
kombinasi tertentu dari energi elektron dan sudut datang sebagai pengganti dari

setiap kombinasi yang memenuhi persamaan Bragg : .

2.4 Azas Ketidaktentuan Heisenberg


Berangkat dari sebuah pernyataan seorang ilmuwan Perancis Marquis de
Laplace pada awal abad ke-19, bahwa alam semesta bersifat deterministik. Laplace
menyarankan seharusnya ada seperangkat hukum-hukum ilmiah yang akan terjadi
dalam alam semesta, dengan cukup mengetahui keadaan lengkap alam semesta
pada satu waktu. Bahkan ia mengandaikan adanya hukum-hukum serupa yang
mengatur semua hal lain, termasuk tabiat manusia.

Hal ini mendorong seorang ilmuwan Jerman Werner Heisenberg untuk


merumuskan asas ketidakpastiannya (1926 M) yang mempunyai implikasi yang
sangat signifikan terhadap cara manusia memandang dunia. Sebelum itu, seorang
ilmuwan Jerman lain,Max Planck (1858-1947 M), mengemukakan Teori Kuantum
(1900) yang menjelaskan laju pemancaran radiasi dari dalam benda panas dengan
sangat memuaskan. Max Planck mengemukakan, bahwa cahaya, sinar-X dan
gelombang-gelombang lain tidak dapat dipancarkan dengan laju sewenang-wenang
(arbitrer), melainkan hanya dalam paket-paket tertentu yang disebutnya kuantum
(jamak: kuanta). Lebih dari itu, tiap kuantum mempunyai kuantitas energi tertentu,
yang makin besar dengan makin tingginya frekuensi, sehingga pada frekuensi yang
cukup tinggi pemancaran sebuah kuantum tunggal menuntut energi yang lebih
besar daripada yang tersedia. Jadi radiasi pada frekuensi tinggi akan dikurangi dan
laju hilangnya energi benda itu akan terhingga.

12
Teori kuantum inilah yang kemudian berimplikasi pada lahirnya asas
ketidakpastian Heisenberg. Menurut Heisenberg, untuk memprediksikan posisi dan
kecepatan sebuah partikel di masa depan, orang harus mampu mengukur posisi dan
kecepatannya di masa kini dengan tepat. Cara yang jelas adalah dengan menyinari
partikel itu. Beberapa gelombang cahaya akan dihamburkan oleh partikel itu dan
hamburannya ini akan menyatakan posisinya. Namun posisi suatu partikel tidak
akan mampu ditetapkan dengan lebih tepat daripada jarak antara puncak gelombang
cahaya. Jadi diperlukan cahaya dengan gelombang pendek agar lebih cermat dalam
mengukur posisi partikel tersebut. Menurut hipotesis kuantum Planck, cahaya tidak
dapat digunakan dengan kuantitas sewenang-wenang kecilnya, cahaya bisa
digunakan dalam sekurang-kurangnya satu kuantum. Kuantum ini akan
mengganggu partikel itu dan mengubah kecepatannya sehingga kecepatannya itu
tidak bisa diprediksikan. Lebih dari itu makin tepat posisi suatu partikel diukur,
makin pendek gelombang cahaya yang diperlukan. Hal ini akan mengakibatkan
makin tinggi energi suatu kuantum tunggal, sehingga makin parah kecepatan
partikel itu terganggu. Dengan kata lain, makin tepat posisi partikel itu diukur,
maka makin kurang tepat pula untuk mengukur kecepatannya, demikian juga
sebaliknya. Heisenberg menunjukkan bahwa ketidakpastian posisi partikel kali
ketidakpastian kecepatan kali massa partikel tidak pernah dapat lebih kecil daripada
suatu kuantitas tertentu, yang disebut tetapan planck. Lagi pula batas ini tidak
bergantung pada cara pengukuran posisi atau kecepatan partikel, atau pada tipe
partikel: asas ketidakpastian Heisenberg adalah sifat mendasar yang tidak dapat
dihindari dari dunia ini.

Asas ketidakpastian mengisyaratkan berakhirnya impian Laplace akan suatu


teori sains, suatu model alam semesta yang sama sekali bersifat deterministik: pasti
orang tidak dapat meramalkan masa depan peristiwa-peristiwa dengan eksak jika
orang bahkan tidak dapat mengukur keadaan masa kini alam semesta dengan
cermat. Hingga kemudian pada dasa warsa 1920-an Heisenberg, Erwin
Schrödinger, dan Paul Dirac, mereka merumuskan kembali mekanika kuantum,
yang didasarkan pada asas ketidakpastian. Dalam teori ini, partikel tidak lagi
mempunyai posisi dan kecepatan yang terumus dengan baik dan terpisah, yang

13
tidak dapat diamati. Sebagai gantinya, partikel itu mempunyai keadaan kuantum
yang merupakan gabungan dari posisi dan kecepatan.

Pada umumnya mekanika kuantum tidak memprediksikan suatu hasil


tunggal yang terpastikan untuk suatu pengamatan. Sebagai gantinya, mekanika
kuantum memprediksikan sejumlah hasil yang berlainan yang mungkin dan
mengatakan bagaimana peluang hasil ini benar-benar didapatkan. Dengan kata lain,
jika orang melakukan pengukuran yang sama terhadap sejumlah besar sistem yang
serupa, yang masing-masing berawal dengan cara yang sama, ia akan mendapatkan
hasil pengukuran sebesar A dalam sejumlah kasus, B dalam sejumlah kasus lain,
dan seterusnya. Orang dapat memprediksikan kira-kira berapa kali hasil itu akan A
atau B, namun ia tidak dapat memprediksikan hasil khas dari suatu pengukuran.
Oleh karena itu, mekanika kuantum mengemukakan suatu unsur ketidakpastian
atau keacakan yang tidak dapat dihindari ke dalam sains. Teori ini mengalami
kesuksesan yang luar biasa. Ia mendasari hampir semua sains dan teknologi
modern. Hanya gravitas dan struktur skala besar alam semesta yang merupakan
daerah-daerah sains fisika yang belum dimasuki mekanika kuantum.

Prinsip Ketidakpastian (Uncertainty Principle) Heisenberg menyatakan


bahwa adalah (hampir) tidak mungkin untuk mengukur dua besaran secara
bersamaan, misalnya posisi dan momentum suatu partikel. Dia menyimpulkan
suatu keterbatasan dalam menentukan posisi dan momentum elektron dalam atom.
Maksud dari azas ketidakpastian yaitu, apabila suatu percobaan di tujukan untuk
menentukan posisi elektron dalam atom maka ketidakpastian momentumnya
(kecepatan) semakin besar, dan sebaliknya. Berkaitan dengan dualisme sifat
elektron, Werner Heisenberg menyimpulkan suatu keterbatasan dalam menentukan
posisi dan momentum elektron dalam atom, yang dikenal sebagai Asas
Ketidakpastian (Uncertainty Principle) pada tahun 1927. Heisenberg merumuskan
Asas Ketidakpastian di Institut Niels Bohr di Copenhagen, sambil berpikir
membuat fondasi matematika untuk Teori Atom Mekanika Kuantum. Saat
pengajaran di Chicago, Heisenberg merumuskan teorinya sebagai berikut:

Δx.Δp ≥h

Keterangan :

14
Δx = ketidakpastian posisi
Δp = ketidakpastian momentum
h = tetapanPlanck (6,63 x 10-34 J s)

Menurut Heisenberg, tidaklah mungkin menentukan posisi dan momentum elektron


secara bersamaan dengan ketelitian tinggi. Jika suatu eksperimen dirancang untuk
menentukan posisi elektron, maka ketidakpastian momentum elektron akan
semakin besar (penentuan momentum menjadi tidak akurat). Jika suatu eksperimen
dirancang untuk menentukan momentum elektron, maka ketidakpastian posisi
elektron akan semakin besar (penentuan posisi menjadi tidak akurat). Hal ini dapat
diatasi jika pengamatan dilakukan oleh 2 orang secara bersamaan. Orang pertama
merancang eksperimen untuk menentukan posisi elektron, dan orang kedua
merancang eksperimen untuk menentukan momentum elektron yang sama.

2.5 Persamaan Schrodinger

Persamaan Schrodinger diajukan pada tahun 1925 oleh fisikawan Erwin


Schrodinger (1887-1961). Persamaan ini pada awalnya merupakan jawaban dari
dualitas partikel-gelombang yang lahir dari gagasan de Broglie yang menggunakan
persamaan kuantisasi cahaya Planck dan prinsip fotolistrik Einstein untuk
melakukan kuantisasi pada orbit elektron. Selain Schrodinger dua orang fisikawan
lainnya yang mengajukan teorinya masing-masing adalah Werner Heisenberg
dengan Mekanika Matriks dan Paul Dirac dengan Aljabar Kuantum. Ketiga teori ini
merupakan tiga teori kuantum lengkap yang berbeda dan dikerjakan terpisah namun
ketiganya setara. Teori Schrodinger kemudian lebih sering digunakan karena
rumusan matematisnya yang relatif lebih sederhana. Meskipun banyak mendapat
kritikan persamaan Schrodinger telah diterima secara luas sebagai persamaan yang
menjadi postulat dasar mekanika kuantum.

Persamaan Schrodinger merupakan persamaan pokok dalam mekanika


kuantum – seperti halnya hukum gerak kedua yang merupakan persamaan pokok
dalam mekanika Newton – dan seperti persamaan fisika umumnya persamaan
Schrodinger berbentuk persamaan diferensial. Persamaan Schrödinger merupakan
fungsi gelombang yang digunakan untuk memberikan informasi tentang perilaku

15
gelombang dari partikel. Suatu persamaan differensial akan menghasilkan
pemecahan yang sesuai dengan fisika kuantum
.
Menurunkan Persamaan Schrodinger
Kondisi dualisme partikel adalah saat partikel diperlakukan sebagai gelombang

Misalkan : .

Lihat persamaan gelombang yang kita kenal :

Kemudian persamaan momentum :

Maka persamaan gelombang diatas dapat kita modifikasi menjadi :

Kemudian mari lihat modifikasi rumus energi kinetik :

Dengan hukum kekekalan momentum : E=K+V atau K=E-V maka :

Sehingga persamaan gelombang dapat kembali dimodifikasi menjadi :

16
Kali ini, dengan

(karena fungsi gelombang).

Maka,

(melalui penurunan 2 kali terhadap t dari fungsi gelombang, lihat catatan


sebelumnya).

Maka didapatlah persamaan gelombang atau persamaan Schrodinger menjadi :

dimana :

m = massa partikel
E = Energi total partikel
V = Energi potensial partikel

Persyaratan Fungsi Gelombang, Fungsi gelombang (x) hasil solusi persamaan

Schrödinger mempunyai arti fisis. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Elektron sebagai suatu yang nyata harus ada di suatu tempat. Oleh karena itu

fungsi gelombang (untuk satu dimensi) harus memenuhi

2. Fungsi gelombang (x), harus kontinyu sebab jika terjadi ketidak-

kontinyuan hal itu dapat ditafsirkan sebagai rusaknya elektron, suatu hal
yang tidak dapat diterima.

17
3. Turunan fungsi gelombang terhadap posisi, d / dx, juga harus kontinyu.

Kita telah melihat bahwa turunan fungsi gelombang terhadap posisi terkait
dengan momentum elektron sebagai gelombang. Oleh karena itu persyaratan
ini dapat diartikan sebagai persyaratan kekontinyuan momentum.

4. Fungsi gelombang harus bernilai tunggal dan terbatas sebab jika tidak akan
berarti ada lebih dari satu kemungkinan keberadaan elektron.

5. Fungsi gelombang tidak boleh sama dengan nol disemua posisi sebab
kemungkinan elektron haruslah nyata, betapapun kecilnya.

2.6 Partikel Dalam Suatu Kotak Satu-Dimensi

Marilah kita menyelesaikan persamaan Shrödinger bebas waktu ??ψ = Eψ


untuk sebuah partikel dengan massa m yang terkurung pada daerah (0 < x < L) pada
sumbu-x (kotak satu dimensi). Hamiltonian untuk sistem ini dituliskan sebagai
berikut

U(x) adalah energi potensial dari sistem yang dipelajari. Pembatasan terhadap
gerakan partikel dilakukan pada U(x) dengan ketentuan sebagai berikut (Gambar
1.13)

(1.43)

Perlakuan ini secara alami akan menuju pada ketidakmungkinan untuk menemukan
partikel di luar kotak. Jika ψ(x) ≠ 0 pada U(x) = +∞, maka kedua sisi pada
persamaan ??ψ = Eψ akan divergen.

18
Gambar 1.13 Energi potensial U(x) untuk sebuah partikel dalam sebuah kotak satu
dimensi.

Karena U(x) = 0 di dalam kotak, persamaan gelombang ??ψ = Eψ akan menjadi


bentuk yang sangat sederhana yaitu

(1.44)

dimana

(1.45)

Solusi umum dari persamaan (1.44) telah diketahui dengan baik dan dituliskan
sebagai berikut

(1.46)

Substitusi dari ekspresi ini pada sisi kiri persamaan (1.44) akan menghasilkan suku
di sisi kanan.
Agar dapat mengambil makna atau interpretasi fisis dari ψ(x) dalam
persamaan (1.46) dalam konteks teori kuantum , kita harus memperhatikan sifat

19
kontinyu dari fungsi gelombang. Dalam kasus ini, ψ(x) harus kontinyu pada kedua
sisi kotak (x = 0 dan x = L). Dengan demikian, kondisi berikut harus diperlukan.

Pada perbatasan kotak (x = 0),


dan pada perbatasan kotak yang lain (x = L),

(1.47)

(1.48)

Karena nilai yang mungkin untuk nilai eigen energi E tidak muncul, kita harus
melakukan klasifikasi atas kasus-kasus yang mungkin sebagai berikut.

1. (E < 0)
Dari persamaan (1.45) κ adalah murni bilangan imajiner, dan kerenanya suku
dalam tanda kurung pada sisi kiri persamaan (1.48) tidak dapat sama dengan
nol. Ini akan mengakibatkan a + b = 0 dan kemudian ψ(x) = aeikx + be
&minusikx = 0 untuk seluruh nilai x (0 < x < L). Jelas, ini tidak konsisten
dengan dengan asumsi kita tentang partikel dalam kotak.

2. (E = 0)
Dari persamaan (1.45) κ = 0 dan ψ(x) = a + b = 0 untuk seluruh x (0 < x < L).
Ini juga tidak sesuai dengan asumsi dari partikel dalam kotak.

3. (E > 0)
Dalam kasus ini κ > o dan karenanya suku dalam kurung pada sisi kiri di
persamaan (1.48) dapat menjadi sama dengan 0. Kondisi ini dapat dinyatakan
sebagai

(1.49)

Perlu dicatat bahwa e2ikL = 1 adalah untuk κ yang merupakan bilangan bulat sem
barang. Dengan demikian nilai-nilai untuk κ (κ > 0) yang mungkin harus memenuhi
kondisi berikut

(1.50)
20
Dengan memasukkan nilai κ ke dalam persamaan (1.45), kita akan mendapatkan
nilai-nilai yang mungkin untuk energi E dengan nilai integer n.

(1.51)

Ini adalah formula untuk tingkat-tingkat energi dari sebuah partikel yang berada
dalam sebuah kotak satu dimensi. Untuk energi yang bernilai lain selain yang
diberikan pada persamaan (1.51), tidak ada solusinya. Munculnya tingkat-tingkat
energi yang bersifat diskrit adalah sebuah konsekuensi dari kuantisasi energi.
Tingkat energi yang terkuantisasi diklasifikasikan dengan bilangan bulat positif n.
Bilangan-bilangan ini merepresentasikan keadaan terkuantisasi dan disebut sebagai
bilangan kuantum.

Fungsi gelombang yang berkorespondensi dengan tingkat-tingkat energi Eω, dapat


ditentukan melalui persamaan (1.46), (1.47) dan (1.50).

Di sini, rumus eiθ = cos θ + i sin θ digunakan dan 2ai ditulis sebagai c. Nilai dari c
ditentukan melalui persyaratan normalisasi.

Nilai dari integral terakhir adalah L/2 dan c2 ·(L/2) = 1. Dengan demikian maka c =
√2/L, dan kita memperoleh solusi di dalam kotak sebagai berikut.

Tingkat energi En dan fungsi gelombang ψn(x) untuk sebuah partikel dalam sebuah
kotak satu dimensi dengan panjang L ditunjukkan pada Gambar 1.14.

21
Tingkat energi terendah dengan bilangan kuantum n = 1 adalah keadaan
dasar dari sebuah partikel dalam kotak. Probabilitas untuk menemukan partikel
yang terbesar adalah pada posisi di tengah kotak dan kemudian menurun jika
bergeser ke arah sisi-sisi kotak. Dalam dunia makroskopik, kita dapat meletakkan
sebuah partikel di mana saja di dalam sebuah kotak. Akan tetapi di dalam dunia
kuantum, hanya probabilitas saja yang dapat ditentukan. Hal sangat aneh adalah
energi tingkat dasar E1 = h 2/8mL2 > 0 adalah lebih besar dari energi potensial yang
ada dalam kotak tersebut U = 0. Dalam sebuah sistem makroskopik, keadaan energi
minimum dari sebuah partikel adalah keadaan keadaan di mana tidak ada gerak dan
energi akan sama dengan energi potensial minimum Umin (dalam kasus ini Umin =
0). Fakta yang menyatakan bahwa E1 − Umin > 0 menunjukkan bahwa sebuah
partikel dapat bergerak dengan energi sebesar E1 − Umin, bahkan pada temperatur
absolut nol di mana tidak ada energi yang dapat dipindahkan dari sistem lagi.
Karenanya energi sebesar E1 − Umin disebut sebagai energi titik-nol (zero-point
energy) dan gerakan pada keadaan dasar disebut sebagai gerakan titik-nol (zero-
point motion). Dalam dunia makroskopik, masa dari materi m, dan panjang dari
kotak L adalah sangat besar dan karenanya energi sebesar E1 = h2/8mL2 dapat
dikatakan sangat kecil. Ini akan menyebabkan bahwa energi titik-nol dan gerakan
titik-nol dalam dunia makroskopik dapat diabaikan. Nilai diskrit yang definit hanya
diperbolehkan untuk keadaan tereksitasi dari sebuah partikel dalam kotak dan hal
ini sangat berlawanan dengan dunia makroskopik di mana semua nilai energi
diperbolehkan. Tingkat energi untuk sebuah sistem makroskopik dapat ditinjau
sebagai hal yang kontinyu disebabkan oleh nilai m da n L yang sangat besar.
Sebagaimana dapat dilihat pada fungsi gelombang pada gambar 1.14, terdapat
beberapa posisi di mana tidak ada probabilitas untuk menemukan partikel dalam
keadaan tereksitasi, meskipun partikel tersebut bergerak dalam kotak. Posisi
geometris di mana ψ = 0 disebut sebagai sebuah noda. Jumlah dari noda-noda
dalam kotak adalah n-1, yang akan meningkat dengan meningkatnya bilangan
kuantum n. Gelombang dengan noda yang banyak secara umum memiliki energi
yang lebih besar. Sifat ini perlu dicatat dan diingat dan ini akan sangat berguna
untuk memahami sifat dari gelombang elektron yang bergerak dalam materi.

22
Gambar 1.14 Tingkat-tingkat energi En = h2/8mL2 dan fungsi gelombang ψn(x)
untuk partikel dalam sebuah kotak satu dimensi.

Contoh 1.11. Tunjukkan hubungan berikut akan terjadi di antara fungsi gelombang
ψn(x) dan ψm(x) untuk sebuah partikel dalam sebuah kotak satu dimensi.

δ nm adalah Kronecker delta di mana akan sama dengan 1 jika n = m dan 0 jika n ≠
m.

(Jawaban) :
Fungsi gelombang dengan bilangan kuantum n dalam sebuah kotak ( 0 < x < L)
dengan panjang L diberikan oleh persamaan

(1.52)

Untuk posisi di luar kotak ψn(x) = 0 . Marilah kita menyebutkan integral yang
menjadi masalah sebagai Inm.

23
Rumus penjumlahan sudut untuk fungsi trigonometri

akan menghasilkan

Dengan demikian

Inm = I(−) − I(+)

Disini

Dengan menuliskan θ = πx/L dan dengan menggunakan dθ = (π/L)dx , kita akan


memperoleh

Ketika (n ± m) tidak sama dengan 0,

Ketika (n − m = 0),
24
Karenanya,
1. Untuk n = m, Inm = 1 − 0 = 1 dan
2. Untuk n ≠ m, Inm = 0 − 0 = 0, dengan menggunakan delta Kronecker, kita
akan memperoleh Inm = δnm.

Integral dari contoh ini dengan n = m adalah kondisi normalisasi, dengan


diberikan bahwa fungsi gelombangnya telah dinormalisasi terlebih dahulu. Untuk n
≠ m, integralnya akan sama dengan 0, di mana dua fungsi gelombangnya dikatakan
saling ortogonal dan memenuhi sifat ortogonalitas.

2.7 Partikel Dalam Satu Kotak Tiga-Dimensi

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. De Broglie menyatakan bahwa partikel-partikel seperti electron, proton dan netron


mempunyai sifet dualisme, yakni gelombang dan partikel. Ini adalah dasar dari
asas saling melengkapi yang mengatakan bahwa gambaran lengkap dari suatu

25
kesatuan fisika seperti foton atau elektron tidak dapat diungkapkan secara
tersendiri dalam perilaku partikel saja atau gelombang saja.
2. Asas ketidakpastian Heisenbergmengatakan bahwa tidak ada satupun percobaan
yang dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga memberikan ketidakpastian di
bawah batas-batas. Hubungan-hubungan ini memberikan suatu taksiran
ketidakpastian minimum yang dapat diperoleh dari beraneka percobaan,
pengukuran kedudukan dan momentum sebuah partikel akan memberikan sebaran

nilai selebar Δx dan Δ .

3. Sebuah paket gelombang dapat dipandang sebagai superposisi sejumlah besar


gelombang, yang berinterferensi secara maksimum disekitar partikel, sehingga
menghasilkan sebuah gelombang resultan dengan amplitudo yang lebih besar.
Sebaliknya pada tempat yang jauh dari partikel, mereka berinterferensi secara
minimum, sehingga gelombang resultannya memiliki amplitudo yang lebih kecil
pada tempat dimana partikelnya kita perperkirakan tidak ditemukan.

4. Pengukuran amplitudo gelombang deBrogli (sebuah partikel) pada sembarang titik


berkaitan dengan probabilitas untuk menemukan partikel yang bersangkutan pada
titik tersebut. Analogi dengan fisika klasik, bahwa intensitas sebuah gelombang
berbanding lurus dengan kuatdrat amplitudonya, maka probabilitas ini juga
berbanding lurus dengan kuadrat amplitudo gelombang deBroglie.

5.

26

Anda mungkin juga menyukai