Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan
perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup, perilaku,
dan sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah
satu efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia
antara lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang
lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.
Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di
Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko anak
terkena Diabetes Mellitus. Deteksi dini pada Diabetes Mellitus merupakan hal penting
yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang
dapat mengakibatkan kematian. Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang anak-anak
sering tidak terdiagnosis oleh dokter karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan
pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut,
sesak nafas, bahkan koma. Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera
mungkin terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko
kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010)
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1). DM tipe 1 terjadi
disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat
disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin
berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin. Pada DM
tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau bahkan meningkat. DM tipe 2 biasanya
dikaitkan dengan sindrom resistensi insulin lainnya seperti obesitas,hiperlipidemia,
kantosis nigrikans, hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk.
2010).

B. Rumusan Masalah

1
a. Apa definisi diabetes melitus ?

b. Apa saja manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang dari juvenile diabetes (DM
tipe 1) ?

c. Apa saja etiologi dari juvenile diabetes (DM tipe 1) ?

d. Bagaimana patofisiologi dari juvenile diabetes ?

e. Apa saja Pendidikan Kesehatan pada pasien dengan kasus juvenile diabetes (DM tipe
1) ?

f. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan kasus Juvenile diabetes (DM tipe
1) ?
C. Tujuan
a. Mengetahui defines diabetes melitus
b. Mengetahui manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang dari juvenile diabetes
(DM tipe 1)
c. Mengetahui etiologi dari juvenile diabetes (DM tipe 1)
d. Mengetahui patofisiologi dari juvenile diabetes
e. Mengetahui Pendidikan Kesehatan pada pasien dengan kasus juvenile diabetes (DM
tipe 1)
f. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan kasus Juvenile diabetes (DM
tipe 1)

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah
gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau gangguan
kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005).
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik. Oleh karena
itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan penting dalam
kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di seluruh Indonesia selama 2
tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) mendapatkan 674 data penyandang Diabetes Mellitustipe 1 di Indonesia. Data ini
diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari para dokter
anak, endokrinolog anak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes Mellitus,
data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes MellitusAnak dan Remaja (IKADAR),
penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerjasama dengan perawat edukator
National University HospitalSingapura untuk memperoleh data penyandang Diabetes
Mellitusanak Indonesia yang menjalani pengobatannya di Singapura.Data lain dari
sebuah penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi anak di seluruhwilayah Indonesia
pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita Diabetes Mellitususia anak-
anak juga usia remaja dibawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan
Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak yang
terkena Diabetes Mellitus cenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2011
tercatat 65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga
puluh duaanak diantaranya terkena Diabetes Mellitustipe 2.(Pulungan, 2010)
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).
Diabetes mellitus (kencing manis) merupakan penyakit menahun dengan
komplikasi yang baru terlihat lima belas atau dua puluh tahun kemudian. Kata diabetes
sendiri berarti kencing dan mellitus dalam bahasa Latin berarti madu (mel). Jadi penyakit
ini bisa pula diartikan sebagai penyakit (banyak atau sering) kencing dengan arti seni
yang manis. Penyebab penyakit gula yaitu terjadinya penumpukan gula darah yang

3
membuat kadar naik sehingga di atas nilai normal, yaitu melebihi 100 mg% dalam
keadaan puasa dan 140 mg% saat 2 jam sesudah makan (Hartono, 1995).
penyakit diabetes mellitus ditandai oleh hiperglisemia serta gangguan-gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang bertalian dengan defisiensi absolut atau
relative aktivitas dan / atau sekresi insulin (WHO, 2000).
1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
Pankreatitis, Trauma/pankreatomi, Neoplasia, Kistik fibrosis,
Haemokhromatosis, Fibrokalkulus pankreatopati dan lain-lain.
d. Gangguan endokrin
Akromegali, Sindrom Cushing, Glukagonoma, Feokromositoma;
Hipertiroidisme, Somatostatinoma, Aldosteronoma dan lain-lain.
e. Terinduksi obat dan kimia
Vakor Pentamidin, Asam Nikotinik, Glukokortikoid, Hormon tiroid,
Diazoxid, Agonis –adrenergik, Tiazid, Dilantin interferon dan lain-lain.
4. Diabetes mellitus kehamilan
Sumber: ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009.
B. Manifestasi Klinis Dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh
berbeda.
1. Glukosadarah : meningkat 200-100mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5. Elektrolit :

4
a. Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b. Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
c. Fosfor : lebih sering menurun
6. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM)
dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak
adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
7. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .( autoantibody)
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila dengan gejala
(polidipsi, poliuria, polifagia), maka pemeriksaan gula darah abnormal satu kali sudah
dapat menegakkan diagnosis DM. Sedangkan bila tanpa gejala, maka diperlukan
paling tidak 2 kali pemeriksaan gula darah abnormal pada waktu yang berbeda
(Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).
Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:

5
1. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau
2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau
3. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl.
Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang, yaitu C-peptide <0,85 ng/ml. C-peptide ini merupakan
salah satu penanda banyaknya sel β-pankreas yang masih berfungsi. Pemeriksaan
lain adalah adanya autoantibodi, yaitu Islet cell autoantibodies(ICA), Glutamic
acid decarboxylase autoantibodies(65K GAD), IA2( dikenal sebagai ICA 512 atau
tyrosine posphatase) autoantibodiesdan Insulin autoantibodies(IAA). Adanya
autoantibodi mengkonfirmasi DM tipe 1 karena proses autoimun. Sayangnya
pemeriksaan autoantibodi ini relatif mahal (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).
C. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe 1.
Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor genetik/keturunan.
Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui faktor genetik.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
(human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.

6
D. Patofisiologi/ Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical Practice
Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
1. Periode Pra-Diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada
proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu memungkinkan
terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai berkurang ditandai dengan mulai
berkurangnya sel β-pankreas yang berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada
periode ini autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
2. Periode Manifestasi Klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah terjadi
sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin sangat kurang, maka
kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl
akan menyebabkan diuresis osmotik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena
gula darah tidak dapat di-uptake kedalam sel, penderita akan merasa lapar (polifagi),
tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada periode ini penderita memerlukan insulin
dari luar agar gula darah di-uptakekedalam sel.
3. Periode Honey-Moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini sisa-
sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam
tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga
kurang dari 0,5 U/kg berat badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung
sementara, bisa dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi
ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
4. Periode Ketergantungan Insulin yang Menetap.
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini
penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.
Pitfall dalam diagnosis

7
Diagnosis diabetes seringkali salah, disebabkan gejala-gejala awalnya tidak
terlalu khas dan mirip dengan gejala penyakit lain. Di samping kemiripan gejala
dengan penyakit lain, terkadang tenaga medis juga tidak menyadari kemungkinan
penyakit ini karena jarangnya kejadian DM tipe 1 yang ditemui ataupun belum pernah
menemui kasus DM tipe 1 pada anak. Beberapa gejala yang sering menjadi
pitfalldalam diagnosis DM tipe 1 pada anak di antaranya adalah:
1. Sering Kencing
Kemungkinan diagnosisnya adalah infeksi saluran kemih atau terlalu
banyak minum (selain DM). Variasi dari keluhan ini adalah adanya enuresis
(mengompol) setelah sebelumnya anak tidak pernah enuresis lagi.
2. Berat Badan Turun atau Tidak Mau Naik:
Kemungkinan diagnosis adalah asupan nutrisi yang kurang atau adanya
penyebab organik lain. Hal ini disebabkan karena masih tingginya kejadian
malnutrisi di negara kita. Sering pula dianggap sebagai salah satu gejala
tuberkulosis pada anak.
3. Sesak Nafas
Kemungkinan diagnosisya adalah bronkopnemonia. Apabila disertai
gejala lemas, kadang juga didiagnosis sebagai malaria. Padahal gejala sesak
nafasnya apabila diamati pola nafasnya adalah tipe Kusmaull (nafas cepat dan
dalam) yang sangat berbeda dengan tipe nafas pada bronkopnemonia. Nafas
Kusmaull adalah tanda dari ketoasidosis.
4. Nyeri Perut
Seringkali dikira sebagai peritonitis atau apendisitis. Pada penderita DM
tipe 1, nyeri perut ditemui pada keadaan ketoasidosis.
5. Tidak Sadar
Keadaan ketoasidosis dapat dipikirkan pada kemungkinan diagnosis
seperti malaria serebral, meningitis, ensefalitis, ataupun cedera kepala
E. Pendidikan Kesehatan Perawatan Pasien DM TIPE 1
1. Berikan penjelasan kepada keluarga mengenai penyakitnya, apa yang menyebabkan,
pengobatan, komplikasi dan pencegahannya.
2. Berikan penjelasan mengenai penggunaan insulin yang tepat.

8
3. Anjurkan klien untuk selalu menyediakan permen dan mengenali tanda-tanda
hipodlikemia.
4. Berikan penjelasan mengenai tanda-tanda pertumbuuhan dan perkembangan yang
ditoleransi klien.
5. Anjurkan keluarga klien mencatat hasil pemeriksaan gula darah dan berkonsultasi
dengan pelayan kesehatan untuk mengontrol gula darah secara berkala
Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan berupa
pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu diperhatikan dalam
tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas hidup yang optimal dalam jangka
pendek maupun jangka panjang (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice
Consensus Guidelines. 2009)
Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu:
1. Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM Tipe
1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis insulin,
regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis yang
diperlukan.
a. Jenis Insulin
Kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat, kerja pendek,
kerja menengah, kerja panjang, maupun insulin campuran (campuran kerja
cepat/pendek dengan kerja menengah). Penggunaan jenis insulin ini
tergantung regimen yang digunakan.
b. Dosis Insulin
Dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1 unit/kg beratbadan pada
awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya akan diatur disesuaikan
dengan faktor-faktor yang ada, baik pada penyakitnya maupun penderitanya.
c. Regimen
Kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen konvensional serta regimen
intensif. Regimen konvensional/mix-split regimendapat berupa pemberian dua
kali suntik/hari atau tiga kali suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa

9
pemberian regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara
insulin yang diberikan untuk memberikan dosis basal maupun dosis bolus.
d. Cara Menyuntik
Terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik dalam hal absorpsinya yaitu
di daerah abdomen (paling baik absorpsinya), lengan atas, lateral paha.
Daerah bokong tidak dianjurkan karena paling buruk absorpsinya.
e. Penyesuaian Dosis
Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari beberapa hal, seperti hasil
monitor gula darah, diet, olahraga, maupun usia pubertas terkadang kebutuhan
meningkat hingga 2 unit/kg berat badan/hari), kondisi stress maupun saat
sakit.
2. Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya untuk
mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet terdiri dari 50-
55% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak.Pada anak DM tipe 1 asupan
kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait dengan dosis insulin yang
diberikan selain monitoring pertumbuhannya. Kebutuhan kalori
perharisebagaimana kebutuhan pada anak sehat/normal. Ada beberapa anjuran
pengaturan persentase diet yaitu 20% makan pagi, 25% makan siang serta 25%
makan malam, diselingi dengan 3 kali snack masing-masing 10% total kebutuhan
kalori perhari. Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang digunakan.
Pada regimen basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:karbohidrat
untuk menentukan dosis pemberian insulin.
3. Aktivitas Fisik/Exercise
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan berolahraga
akanmembantu mempertahankan berat badan ideal, menurunkan berat
badanapabila menjadi obes serta meningkatkan percaya diri. Olahraga akan
membantu menurunkan kadar gula darah serta meningkatkan sensitivitas tubuh
terhadap insulin. Namun perlu diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan
risiko hipoglikemia maupun hiperglikemia (bahkan ketoasidosis).Sehingga pada
anak DM memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan

10
olahraga, di antaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan untuk
olahraga, penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang aman.
Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta didapatkan
adanya ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar gula darah di bawah
90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu menambahkan diet karbohidrat untuk
mencegah hipoglikemia.
4. Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita
maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya,
patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita DM,
insulin(regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping
penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun HbA1c yang
diinginkan.
5. Monitoring kontrol glikemik
Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan sudah
baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki kualitas hidup
pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Pasien harus melakukan pemeriksaan gula darah berkala dalam
sehari.Setiap 3 bulan memeriksa HbA1c. Di samping itu, efek samping pemberian
insulin, komplikasi yang terjadi, serta pertumbuhan dan perkembangan perlu
dipantau

Tabel Target kontrol metabolik pada anak dengan DM tipe 1


Target Baik
Baik Sedang Kurang
metabolik sekali
<120 <140
<180 >180
Preprandial mg/dL mg/dL

Postprandial <140 <200 <240 >240

Urin reduksi - - +- >+

11
HbA1c <7% 7-7.9% 8-9% >10%

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum pasien,
tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang
lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau
memperberat keadaan penyakit infeksi.
2. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Ds yg mungkin timbul :
a. Klien mengeluh sering kesemutan.
b. Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
c. Klien mengeluh sering merasa haus
d. Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
e. Klien mengeluh merasa lemah
f. Klien mengeluh pandangannya kabur
Do :
a. Klien tampak lemas.
b. Terjadi penurunan berat badan
c. Tonus otot menurun
d. Terjadi atropi otot
e. Kulit dan membrane mukosa tampak kering
f. Tampak adanya luka ganggren
g. Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
3. Keadaan Umum

13
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS dan respon verbal klien.
4. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
a. Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi,
dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD
yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.
b. Pulse rate
c. Respiratory rate
d. Suhu
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
a. Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi
otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya
retinopati, kekaburan pandangan.
b. Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
c. Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/Dl
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e. Elektrolit :
- Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
- Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun.
- Fosfor : lebih sering menurun
f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup
SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan

14
control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK
baru)
g. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
j. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .( autoantibody)
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien
b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes mellitus
1. Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
2. Sirkulasi

15
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus padA kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
3. Integritas Ego
Stress, ansietas
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
B. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1 meliputi:
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes
mellitus
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik ditandai
dengansering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi/tidak bergairah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi insulin)
ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake makanan
adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah,
GDS >200 mg/dl
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan
fungsi limfosit).

16
5. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.

C. Rencana Intervensi
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes
melitus
Intervensi :
a. Monitor kadar gula darah
b. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
c. Monitor tanda-tanda vital
d. Berikan terapi insulin sesuai program
e. Instruksikan kepada pasien da keluarga mengenai pencegahan dan pengenalan
tanda-tanda hiperglikemia dan hipoglikemia dan managemen hiperglikemia dan
hipoglikemia
f. Instruksikan kepada pasien untuk selalu patuh terhadap diitnya
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik ditandai
dengan sering lelah, lemah, pucat , klien tampak letargi/tidak bergairah
Intervensi :
a. Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas
b. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari
c. Monitor TTV
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi insulin)
ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake makanan
adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS
>200 mg/dl.
Intervensi :
a. kolaburasi dengan ahki gizi untuk pemberian diit
b. Monitor berat badan tiap hari
c. libatkan kelurga pasien dalam perencanaan makanan sesuai dengan indikasi
d. Berikan terapi insulin sesuai dengan program

17
e. Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkomsumsi makanan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan
fungsi limfosit).
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan cara cuci tangan yang pada semua orang
yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien sendiri
c. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif
d. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
5. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori
Intervensi
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya
c. Pantau adanya keluhan parestesia,nyeri atau kehilangan sensori

D. METODE PELAKSANAAN
Program penyuluhan penyakit diabetes mellitus dan pemeriksaan kadar gula dara
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu diawali dengan proses sosialisasi program yang
disampaikan kepada perangkat desa dalam hal ini RT dan RW yang ada di dukuh
Candran. Setelah program disosialisasikan maka proses pelaksanaan di mulai dengan
mengunjungi satu persatu rumah warga. Disetiap rumah warga diberikan penjelasan dan
sosialisasi berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus.
Setelah selesai dilakukan penjelasan tahap berikutnya adalah proses tanya jawab
dimana warga diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang berkaitan
dengan penyakit diabetes mellitus. Setelah proses tahap tanya jawab selesai maka
diberitahukan kepada warga bahwa akan diadakan pemeriksaan kadar gula darah per
RT yang dilakukan di posyandu. Setelah warga berkumpul di posyandu maka dilakukan
proses pemeriksaan kadar gula darah. Proses dan waktu pelaksanaan program pecegahan
penyakit diabetes mellitus melalui penyuluhan dan pemeriksaan kadar gula darah
disajikan secara lengkap dalam tabel berikut.
Tabel 1. Jadwal waktu, lokasi dan uraian kegiatan pelaksanaan program pecegahan
penyakit diabetes mellitus melalui penyuluhan dan pemeriksaan kadar gula darah

18
Waktu Tempat Durasi
No Uraian kegiatan
kegiatan kegiatan kegiatan

door to door, perkenalan diri, perkenalan


program, penyuluhan terhadap penyakit
24 Agustus
diabetes mellitus, tanya jawab, dan Rumah pak
1 2014 pukul 3 jam
diakhiri dengan pemberitahuan bahwa dukuh
15.00-18.00
akan diadakan program pemeriksaan
gula darah.

door to door, perkenalan diri, perkenalan


program, penyuluhan terhadap penyakit
25 Agustus
diabetes mellitus, tanya jawab, dan Rumah pak
2 2014 pukul 3 jam
diakhiri dengan pemberitahuan bahwa dukuh
15.00-18.00
akan diadakan program pemeriksaan
gula darah.

door to door, perkenalan diri, perkenalan


program, penyuluhan terhadap penyakit
26 Agustus
diabetes mellitus, tanya jawab, dan Rumah
3 2014 pukul 3 jam
diakhiri dengan pemberitahuan bahwa warga
15.00-18.00
akan diadakan program pemeriksaan
gula darah.

pengumpulan warga, perkenalan diri, Rumah


27 Agustus perkenalan program, perkenalan alat, bapak
4 2014 pukul pemeriksaan gula darah dan Suryanto, 3 jam
09.00-12.00 penyampaian hasil pemeriksaan kepada Ketua RT 01
warga (posyandu)

pengumpulan warga, perkenalan diri, Rumah


28 Agustus perkenalan program, perkenalan alat, bapak
5 2014 pukul pemeriksaan gula darah dan Suryanto, 3 jam
13.00-16.00 penyampaian hasil pemeriksaan kepada Ketua RT 01
warga (posyandu)

pengumpulan warga, perkenalan diri, Rumah


29 Agustus perkenalan program, perkenalan alat, bapak
2014 pukul pemeriksaan gula darah dan Suryanto, 3 jam
6
02.30-15.30 penyampaian hasil pemeriksaan kepada Ketua RT 01
warga (posyandu)

19
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pelaksanaan program penyuluhan penyakit diabetes mellitus dan pemeriksaan kadar gula
darah berjalan lancar dan masyarakat sangat antusias untuk mendengarkan tentang penjelasan
mengenai penyakit diabetes mellitus hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang di
sampaikan oleh warga tentang penyakit tersebut. Pada proses pemeriksaan gula darah masyarakat
cukup antusias untuk datang ke posyandu berkumpul untuk ikut memeriksakan kadar gula darahnya.
Dari hasil pemeriksaan kadar gula darah sebagian besar warga memiliki kadar gula darah yang
normal hal itu mengindikasikan bahwa kualitas kadar gula darah warga dukuh Candran relatif cukup
baik. Namun dari hasil pemeriksaan terdapat beberapa warga yang memiliki kadar gula darah yang
cukup tinggi sehingga diberikan edukasi untuk mengubah pola hidup terutama pola makan yang harus
dijaga sehingga harapannya kadar gula darah warga tersebut dapat kembali normal dan terhindar dari
penyakit diabetes mellitus. Warga dukuh Candran merasa program ini sangat bermanfaat karena dapat
memberikan pengetahuan terkait penyakit diabetes mellitus dan status kadar gula darah warga. Selain
itu warga juga dapat mengantispasi agar tidak menderita penyakit diabetes mellitus dengan
melakukan pola hidup sehat dan mengatur pola makan yang baik seperti yang diajarkan saat
penyuluhan.

20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus merupakan penyakit terkait dengan sistem endokrinologi dan
pankreas sebagai penghasil insulin yang menjadi pusat kajian serta studi penyakit ini.
Insulin memegang peranan pokok dalam metabolisme glukosa serta alur energi tubuh
manusia. Diabetes Mellitus adalah penyakit dengan banyak gejala yang menyertai dan
memiliki faktor dalam dan faktor luar sebagai pencetusnya. Ada 2 etiologi utama dari
diabetes mellitus yang menjadi dasar klasifikasi penyakitnya.Diabetes mellitus tipe 1
yang dicetuskan oleh tidak cukupnya jumlah insulin sampai tidak terbentuknya insulin
oleh pankreas ( Sel Beta Pulau Langerhans ) disebabkan oleh proses autoimunitas yang
menghancurkan sel beta pulau langerhans pankreas.

B. Saran

21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/356050825/Asuhan-Keperawatan-Pada-Anak-Dengan-
Dm-1

https://www.scribd.com/document/277422385/Dm-tipe-1-pada-anak

https://edoc.site/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-dm-1-pdf-free.html

https://kupdf.net/download/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-dm-
1_5af3c38ce2b6f5f80efbfeb8_pdf

http://eprints.ums.ac.id/31201/2/BAB_1.pdf

https://www.scribd.com/document/349354371/Makalah-Askep-Juvenile-Dm

22

Anda mungkin juga menyukai