Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KEGIATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN (PPDH) PRAKTIK


LAPANGAN MAGANG 2 PELAYANAN LABORATORIUM DI BALAI VETERINER
REGIONAL II BUKIT TINGGI

23 April 2018 s/d 4 Mei 2018

GELOMBANG XIV / KELOMPOK 1B

UJI PENDUGAAN E. COLI PADA AYAM

Ines Gusti Pebri, S.KH


1702101020110

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan Co-Assistensi Pendidikan Profesi Dokter
Hewan (PPDH) di Balai Veteriner sejak tanggal 23 April 2018 s/d 4 Mei 2018. Penyusunan
laporan ini bedasarkan kegiatan yang dilakukan selama berada di Balai Veteriner.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada penanggung jawab yaitu drh. Rudi Harso
Nugroho, M.Biomed, serta seluruh pihak yang terlibat selama kami Co-Asistensi di Balai
Veteriner.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan
saran sangat diperlukan untuk menyempurnakan laporan ini. Sekian dan Terimakasih.

Bukittinggi, 1 Mei 2018

Penulis
UJI PENDUGAAN E. COLI PADA AYAM

Nama : Ines Gusti Pebri

NIM : 1702101020110

Latar Belakang
Jaminan keamanan pangan atau bahan pangan telah menjadi tuntutan seiring dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Jaminan keamanan pangan juga telah
menjadi tuntutan dalam perdagangan nasional maupun internasional. Jaminan keamanan
pangan dapat diartikan sebagai jaminan bahwa pangan atau bahan pangan tersebut bila
Indonesia telah mempunyai beberapa standar nasional yang berkaitan dengan keamanan
pangan asal ternak yang diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan produk pangan
asal ternak, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai batas maksimum cemaran
mikroba dan batas maksimum residu dalam bahan makanan asal ternak (Badan Standarisasi
Nasional, 2000). Selain itu juga telah ada berbagai kebijakan dan peraturan baik berupa
undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan menteri serta perangkat lainnya.

Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1982 tentang kesehatan masyarakat veteriner


merupakan salah satu perangkat dalam pelaksanaan Undang-Undang No. 6 tahun 1967
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Dalam
peraturan pemerintah tersebut dinyatakan pentingnya pengamanan bahan pangan asal ternak
serta pencegahan penularan penyakit zoonosis, serta perlunya menjaga keamanan bahan
pangan asal ternak dengan melindunginya dari pencemaran dan kontaminasi serta kerusakan
akibat penanganan yang kurang higienis. Keamanan pangan juga merupakan bagian penting
dalam Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996. Di samping itu juga telah ada Undang-
Undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang dapat menjadi landasan
hukum bagi pemberdayaan dan perlindungan konsumen dalam memperoleh haknya atas
pangan yang aman.

Produk peternakan seperti daging, telur dan susu mempunyai nilai gizi yang tinggi.
Karena kandungan gizi yang tinggi tersebut, daging, telur dan susu merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kuman, baik kuman yang menyebabkan
kerusakan pada daging, telur dan susu maupun kuman yang menyebabkan gangguan
kesehatan pada manusia yang mengonsumsi produk ternak tersebut. Kuman dapat terbawa
sejak ternak masih hidup atau masuk di sepanjang rantai pangan hingga ke piring konsumen.
Selain kuman, cemaran bahan berbahaya juga mungkin ditemukan dalam pangan asal ternak,
baik cemaran hayati seperti cacing, cemaran kimia seperti residu antibiotik, maupun cemaran
fisik seperti pecahan kaca dan tulang. Berbagai cemaran tersebut dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada manusia yang mengonsumsinya.

Pangan dapat membahayakan kesehatan konsumen yang menyantapnya, karena


tercemar oleh bahan-bahan berbahaya. Bahan-bahan berbahaya itu masuk bersama-sama
dengan pangan ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit atau keracunan. Ada beberapa
jenis bahaya dalam pangan, yang dapat dikelompokkan ke dalalam tiga jenis, yaitu: bahaya
biologis, bahaya kimia dan bahaya fisik. Bahaya biologis adalah bahaya berupa cemaran
mikroba penyebab penyakit (patogen), virus, dan parasit yang dapat menyebabkan keracunan
atau penyakit jika termakan oleh manusia. Cemaran mikroba ini dapat berasal dari udara,
tanah, air dan tempat-tempat lainnya yang kotor. Untuk itu perlu adanya pengujian secara
laboratorium pada bahan pangan asal hewan.

Sampel

Sampel Tanggal Pemeriksaan

Daging dan sekum ayam 25 April 2018

Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi.
Selain mutu proteinnya tinggi, pada daging terdapat pula kandungan asam amino esensial
yang lengkap dan seimbang. Keunggulan lain, protein daging lebih mudah dicerna ketimbang
yang berasal dari nabati. Bahan pangan ini juga mengandung beberapa jenis mineral dan
vitamin. Manusia mengonsumsi daging sejak dimulainya sejarah peradaban manusia itu
sendiri. Berbagai jenis ternak telah dikembangkan untuk diambil dagingnya, baik ternak
besar (seperti sapi atau kerbau) maupun ternak kecil (seperti domba, kambing, dan babi)
(Anonimus, 2004).

Menurut Soeparno (1992), daging didefenisikan sebagai semua jaringan hewan dan
semua hasil produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan
serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Pangan merupakan
salah satu kebutuhan pokok manusia yang selalu mendapat perhatian untuk kesejahteraan
kehidupan manusia. Selain sebagai sumber gizi, juga perlu diperhatikan keamanan pangan
serta aman, bermutu dan bergizi baik disamping itu produk pangan dapat berpengaruh kepada
peningkatan derajat kesehatan (Djafar, dkk. 2006).

Warna daging yang baru diiris biasanya merah ungu gelap. Warna tersebut berubah
menjadi terang (merah ceri) bila daging dibiarkan terkena oksigen, perubahan warna merah
ungu menjadi terang tersebut bersifat reversible (dapat balik). Namun, jika daging tersebut
terlalu lama terkena oksigen maka warna merah terang akan berubah menjadi cokelat.
Mioglobin merupakan pigmen berwarna merah keunguan yang menentukan warna daging
segar, mioglobin dapat mengalami perubahan bentuk akibat berbagai reaksi kimia. Bila
terkena udara, pigmen mioglobin akan teroksidasi menjadi oksimioglobin yang menghasilkan
warna merah terang. Oksidasi lebih lanjut dari oksimioglobin akan menghasilkan pigmen
metmioglobin yang berwarna cokelat. Timbulnya warna coklat menandakan bahwa daging
telah terlalu lama terkena udara bebas, sehingga menjadi rusak. (Astawan, 2004).

Menurut Siagian (2002), bahan makanan selain merupakan sumber gizi bagi manusia,
juga merupakan sumber makanan bagi mikoorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam
bahan pangan menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan
secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuhan mikroorganisme
dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak
diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikonsumsi. Makanan yang
dikonsumsi dapat menjadi sumber penularan penyakit apabila telah tercemar mikroba dan
tidak dikelola secara higienes, makanan yang bepotensi tercemar adalah makanan mentah
(Syam, 2004).

Untuk berkembang biak, mikroorganisme (bakteri) membutuhkan air, jika terlalu


kering mikroorganisme tersebut akan mati. Zat-zat organik, Gas, CO2 penting aktivitas
metaboliknya. pH, kebanyakan bakteri tumbuh dengan baik pada medium yang netral (pH
7,2-7,6). Temperatur, bakteri akan tumbuh optimal pada suhu tubuh ± 37 OC (Gibson, 1996).
Sedangkan Ramli (2001) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
yaitu waktu, air, temperatur, pH dan kesediaan oksigen. Temperatur merupakan faktor yang
harus diperhatikan untuk mengatur pertumbuhan bakteri sebab semakin tinggi temperatur
semakin besar pula tingkat pertumbuhannya. Demikian juga kadar pH ikut mempengaruhi
pertumbuhan bakteri, hampir semua bakteri tumbuh secara optimal pada pH 7 dan tidak akan
tumbuh pada pH 4 atau diatas pH 9. Setelah penyembelihan pH daging turun menjadi 5,6-5,8,
pada kondisi ini bakteri asam laktat dapat tumbuh dengan baik dan cepat.

Sekum merupakan bagian pertama dari usus besar, yang menghubungkan ileum
dengan usus asenden. Sekum terletak di kuadran kanan bawah abdomen. Sekum berbentuk
seperti tabung di dalam rongga abdomen bagian bawah yang menerima bahan makanan yang
tercerna dari usus kecil dan dianggap sebagai wilayah pertama dari usus besar. Sekum
dipisahkan dari ileum (bagian akhir dari usus kecil) oleh katup ileosekal (katup bauhin), yang
membatasi laju makanan ke sekum dan dapat membantu mencegah bahan makanan kembali
ke usus kecil. Fungsi utama dari sekum adalah untuk menyerap cairan dan elektrolit (garam)
yang masih tersisa setelah selesainya proses pencernaan.

Prosedur Kerja

 Persiapan Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam uji pendugaan E. coli adalah :

a. Cawan petri
b. Bunsen
c. Botol pengencer
d. Inkubator 35 ± 1°C
e. Penghitungan koloni atau “Hand Tally Counter”
f. Blender yang tahan pada suhu Autoclave atau Stomacher
g. Waterbath tertutup dengan sirkulasi (45,5° ± 0,05°C)
h. Jarum inokulasi dengan diameter bagian dalam 3 mm

Bahan yang digunakan dalam uji pendugaan E. coli adalah :

a. Larutan butterfield’s buffered phosphate


b. Brilliant green lactose bile broth 2% BGLB
c. Lauryl tryptose broth / LTB
d. EC Broth (ECB)
e. Levine’s eosin methylene blue agar / L-EMB
f. Tryptone atau Trypticase broth 1%
g. MR-VP broth
h. Koser’s citrate broth
i. Plate Count Agar / PCA
j. Reagen kovac’s
k. Reagen Voges Proskaur
l. Reagen Pewarnaan Gram
m. Reagen Methyl Rel Indikator
Langkah Kerja uji pendugaan E. coli adalah :
1. Pindahkan biakan dengan menggunakan jarum inokulasi berdiameter 3 mm
dari setiap tabung LTB yang positif ke tabung ECB yang berisi tabung
durham.
2. Inkubasi ECB yang telah diinokulasi pada waterbath sirkulasi dengan suhu
45,5°C selama 48 ± 2 jam. Waterbath harus dalam keadaan bersih, dan air di
dalamnya harus lebih tinggi dari ketinggian cairan (medium) yang ada dalam
tabung.
3. Setelah diinkubasin selama 48 ± 2 jam, tabung-tabung yang menghasilkan gas
dinyatakan positif dan diduga E. coli

Pembuatan media Lactose Broth (LB)


Hasil dan Pembahasan

Diduga Positif E. coli

Hasil yang didapatkan setelah dilakukan uji pendugaan E. coli adalah diduga positif
E. coli, dimana pada tabung durham terdapat gelembung gas. Adanya gelembung gas pada
setiap tabung durham menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu memfermentasikan
laktosa, menghasilkan asam dan gas.
Total
No Kombinasi Positif MPN-Seri 9 Tabung MPN (x100/102) (Normal/Tidak)
1 3.3.3 >24,00 >2,400/102 >24 (N)
2 3.3.3 >24,00 >2,400/102 >24 (N)
3 3.3.3 >24,00 >2,400/102 >24 (N)
4 3.3.3 >24,00 >2,400/102 >24 (N)
5 3.3.3 >24,00 >2,400/102 >24 (N)
6 2.2.3 0,42 42/102 0,42 (N)
7 0.3.2 0,16 16/102 0,16 (N)
8 2.2.2 0,35 35/102 0,35 (N)
9 3.3.3 >24,00 >2,400/102 >24 (N)
10 3.2.3 2,90 290/102 2,90 (N)
11 1.2.2 0,19 19/102 0,19 (N)
12 2.2.2 0,35 35/102 0,35 (N)
13 2.2.2 0,35 35/102 0,35 (N)
14 2.3.2 0,44 44/102 0,44 (N)
15 3.3.3 >24,00 >2,400/102 >24 (N)
16 3.2.3 2,90 290/102 2,90 (N)
17 2.1.1 0,20 20/102 0,20 (N)
18 2.1.1 0,20 20/102 0,20 (N)
19 2.0.2 0,20 20/102 0,20 (N)
20 1.1.3 0,073 7,3/102 0,073 (N)
21 3.3.3 >24,00 >2,400/102 >24 (N)
22 3.3.3 >24,00 >2,400/102 >24 (N)
23 3.3.3 >24,00 >2,400/102 >24 (N)
24 3.3.3 >24,00 >2,400/102 >24 (N)
25 3.3.2 11,00 1,100/102 11 (N)
Tabel 1. MPN-Seri 9 Tabung
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil seperti pada Tabel. 1.
Jumlah cemaran E. coli masih tergolong normal (SNI, 2009). Uji pengkayaan/pendugaan
bertujuan untuk menumbuhkan bakteri dari sampel daging dan sekum ayam pada media
pengkayaan yang selektif untuk E.coli supaya bakteri dapat tumbuh dengan optimal. Media
yang digunakan adalah Escherichia coli Broth (ECB). Menurut Diagnostic (2009) ECB
merupakan medium selektif yang digunakan sebagai media selektif dalam konteks deteksi
dugaan dan perhitungan E. coli dalam air, susu, produk makanan termasuk daging dan sekum
ayam. Media ECB mengandung buffer kaldu laktosa dengan garam empedu yang akan
menghambat pertumbuhan bakteri lain seperti bakteri yang bersporulasi (Basillus subtilis)
dan enterococci, sehingga media ini dapat mendukung pertumbuhan Escherichia coli. Hasil
positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya gas yang terjebak pada tabung durham yang
menandakan bahwa di dalam sampel uji mengandung bakteri Escherichia coli.
E.coli merupakan bakteri komensal yang dapat bersifat patogen, bertindak sebagai
penyebab utama morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Berdasarkan taksonominya E.
coli diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria
Divisio : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Esherichia coli. (Todar, 2008)

Gambar 1. E. Coli (Smith-Keary,1988)

Escherichia coli diisolasi pertama kali oleh Theodore Escherich pada tahun 1885 dari
tinja seorang bayi. E. coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang
memiliki panjang sekitar 2 µm, diameter 0,7 µm, lebar 0,4-0,7 µm dan bersifat anaerob
fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang
nyata (Jawetz et al., 1996). Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban yang cukup
tinggi sekitar 85% (Madigan dan Martinko, 2005). Escherichia coli biasanya berkolonisasi
di saluran pencernaan dalam beberapa jam setelah masuk ke dalam tubuh dan membangun
hubungan mutualistik. Namun, strain non-patogenik dari E. coli bisa menjadi patogen, ketika
adanya gangguan di dalam pencernaan serta imunosupresi pada host (Sharma et al., 2011)
E. coli adalah anggota flora normal usus. E. coli berperan penting dalam sintesis
vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat
makanan. E. coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat
oganik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang
dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat
organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral. Di
dalam lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi
tumbuhan (Ganiswarna, 1995).
E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat
atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa
kasus diare. E. coli berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel
epitel (jawetz et al., 1995). Manifestasi klinik infeksi oleh E. coli bergantung pada tempat
infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain
(jawetz et al., 1995). Penyakit yang disebabkan oleh E. coli yaitu :
1. Infeksi saluran kemih
E. coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih pada kira-kira 90 % wanita
muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria,
dan piuria. Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.
2. Diare
E. coli yang menyebabkan diare banyak ditemukan di seluruh dunia. E. coli
diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya, dan setiap kelompok
menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Ada lima kelompok
galur E. coli yang patogen, yaitu :
a. E. coli Enteropatogenik (EPEC)
EPEC penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang.
EPEC sebelumnya dikaitkan dengan wabah diare pada anak-anak di negara
maju. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil.
b. E. coli Enterotoksigenik (ETEC)
ETEC penyebab yang sering dari “diare wisatawan” dan penyebab diare pada
bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk
manusia menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil.
c. E. coli Enteroinvasif (EIEC)
EIEC menimbulkan penyakit yang sangat mirip dengan shigelosis. Penyakit
yang paling sering pada anak-anak di negara berkembang dan para wisatawan
yang menuju negara tersebut. Galur EIEC bersifat non-laktosa atau melakukan
fermentasi laktosa dengan lambat serta bersifat tidak dapat bergerak. EIEC
menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus.
d. E. coli Enterohemoragik (EHEK)
EHEK menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksisnya pada sel
Vero, suatu ginjal dari monyet hijau Afrika.
e. E. coli Enteroagregatif (EAEC)
EAEC menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara
berkembang.
3. Sepsis
Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, E. coli dapat memasuki aliran
darah dan menyebabkan sepsis.
4. Meningitis
E. coli dan Streptokokus adalah penyebab utama meningitis pada bayi. E. Coli
merupakan penyebab pada sekitar 40% kasus meningitis neonatal (Jawetz et al.,
1996).
Infeksi oleh E. coli dapat diobati menggunakan sulfonamida, ampisilin, sefalosporin,
kloramfenikol, tetrasiklin dan aminoglikosida. Aminoglikosida kurang baik diserap oleh
gastrointestinal, dan mempunyai efek beracun pada ginjal. Jenis antibiotik yang paling sering
digunakan adalah ampisilin.

Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan daging dan sekum ayam yang diuji maka dapat diambil
kesimpulan bahwa masih layak untuk dikonsumsi karena pada pemeriksaan mikroba masih
diambang batas yaitu 1 x 102 koloni.

Saran

Perlu dilakukan uji lanjutan berupa uji penegasan (uji IMVIC)


Daftar Pustaka

Anonimus, 2004. Panduan Pelaksanaan Kegiatan Kesehatan Masyarakat Veteriner.


Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Peternakan. Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id
Astawan, M. 2004. Mengapa Kita Perlu Makan Daging. Departemen Teknologi Pangan dan
Gizi. IPB. http://www.gizi.net
Diagnostic, B., 2009, Media Pertumbuhan Escherichia coli Broth (ECB),
http://www.biokardiagnostics.com/solabia/produitsdiagnostics.Nsf/0/4f6d4bb60913
47e7c12574c80036db96/Sfile/tds_bk162_v6.pdf., diakses tanggal 3 Mei 2018
Djaafar, T.F., E.S. Rahayu, dan S. Rahayu. 2006. Cemaran Mikroba pada Susu dan Produk
Unggas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor, http://peternakan
.litbang.deptan.go,id
Ganiswarna S. G, 1995, Farmakologi dan Terapi, ed. 4, UI-Fakultas Kedokteran, Jakarta.
Gibson, J.M. 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern. Untuk Perawat. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel, L. N. Ornston,1995,
Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20, University of California, San Francisco.
Jawetz, E., Melnick, J. L. Adelberg, E. A., 1996, Microbiologi Kedokteran, Edisi ke-20, 213,
EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Madigan, M.T., 2009, Biology of Microorganisms, 12th edition, Prentice Hall Internal, New
York, pp. 122-123.
Ramli, 2001. Perbandingan Jumlah Bakteri pada Ayam Buras Sebelum dan Setelah
Penyembelihan. Skripsi, Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Sharma LK, et al. 2011. Mitochondrial respiratory complex I dysfunction promotes
tumorigenesis through ROS alteration and AKT activation Hum Mol Genet
20(23):4605-16
Siagian, A. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber Pencemarannya. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. USU. http://www.library.usu.ac.id
SNI. 2009:7388. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. ICS.67.220.20.
Smith-Keary P. F., 1988, Genetic Elements in Escherichia coli, Macmillan Molecular
biology series, London, p. 1-9, 49-54
Soeparno, 1992. Ilmu dan Teknologi Daging, Edisi I. Penerbit Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Syam, F.A. 2004. Keracunan Makanan. Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Penyakit
Dalam FKUI/RSCM, http://www.interna.com
Todar, K. PhD. 2008. Staphylococcus aureus and Staphylococcus disease. TODAR’S
ONLINE TEXTBOOK OF BACTERIOLOGY
(http://textbookofbacteriology.net/staph.html. Diakses pada 3 Mei 2018
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai