Anda di halaman 1dari 15

Nama : Yayat Setiawan

NIM : 03031381621106
Shift/Kelompok : Kamis Siang/6

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia memiliki berbagaimacam pemikiran yang digunakan untuk
berkembang dan memajukan kesejahteraan masing-masing induvidu untuk
memudahkan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan untuk
memudahkan berbagai upaya yang dilakukan. Hal tersebut terlebih dilakukan
apabila pekerjaan yang dilakukannya dapat memberikan manfaat yang positif bagi
kehidupan ini. Salah satunya adalah dengan perkembang biakan bakteri. Bakteri
atau mikroorganisme ini dapat memberikan pengaruh baik secara langsung ataupun
tidak langsung terhadap kehidupan manusia ini. Pengaruh tersebut dapat berupa
pengaruh yang positif maupun negatif. Tidak sedikit dari bakteri yang dapat
memberikan pengaruh yang positif bagi kehidupan manusia. Bakteri-bakteri seperti
itulah yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mendapatkan manfaat baiknya.
Teknik yang digunakan untuk perkembangbiakan suatu mikroba
hingga diperoleh biakan yang murni diperlukan beberapa usaha yang harus
dilakukan, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran
dari luar. Inokulasi dimaksudkan untuk menumbuhkan, meremajakan
mikroba dan mendapatkan populasi mikroba yang sangat murni. Inokulasi
merupakan pekerjaan memindah-kan bakteri dari medium yang lama ke
medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
Pencemaran terutama yang berasal dari udara ini mengandung banyak
mikroorganisme. Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus
sangat hati-hati dan mematuhi prosedur dari laboratorium agar tidak terjadi
kontaminasi, oleh karena itu diperlukan teknik-teknik dalam pembiakan
mikroorganisme.
Mengisolasi suatu mikroorganisme ini dapat dilakukan dengan cara yang
aseptis untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan mikroorganisme lainnya.
Kebanyakan mikroorganisme dapat diisolasi dan diinokulasi dalam biakan murni
dengan memindahkan suatu koloni yang secara cermat, mensuspensikan kembali
dalam cairan dan menanamnya kembali pada medium. Menimbang pentingnya
suatu teknik dalam pemindahan bakteri ini dari tempat asalnya ke suatu media
pertumbuhan lebih baru, maka diperlukan pemahaman mengenai teknik tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apasaja yang harus dipersiapkan saat melakukan inokulasi?
2. Bagaimana teknik dari inokulasi?
3. Bagaimana prinsip kerja dari alat inkubator?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui yang harus dipersiapkan saat melakukan inokulasi.
2. Mengetahui teknik dari inokulasi.
3. Mengetahui prinsip kerja dari alat inkubator.

1.4. Manfaat
1. Untuk mengetahui yang harus dipersiapkan saat melakukan inokulasi.
2. Untuk mengetahui teknik dari inokulasi.
3. Untuk mengetahui prinsip kerja dari alat inkubator.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Reproduksi Bakteri


Reproduksi bakteri dalam siklus hidupnya, bakteri pada umumnya
melakukan suatu proses reproduksi ataupun proses berkembang biak dengan cara
aseksual yakni vegetatif atau biasa disebut tidak melalui proses kawin dengan
membelah diri. Proses pembelahan sel-sel pada siklus hidup bakteri merupakan
proses pembelahan yang bersifat biner, yakni pada setiap sel akan melakukan
proses membelah dirinya menjadi dua bagian dengan ukuran sama rata. Pada
beberapa jenis bakteri berada dalam suatu lingkungan yang memiliki kesesuaian
dapat melakukan proses membelah dalam kurun waktu setiap 20 menit sekali.
Reproduksi bakteri juga dilalui reproduksi aseksual dimana bakteri akan
melalui pertumbuhan melalui beberapa tahap yaitu dengan metode pertumbuhan
tunas ini maka sel bakteri akan mereproduksi dengan cara di mulai nya melalui
tumbuhan dan akan berkembang menjadi sebuah tonkolan yang berukuran kecil di
salah satu ujung sel tersebut. Tunas inilah yang akan mereplikasi genom, kemudian
akan tumbuh menjadi besar dan akan menjadi sel anakan. Selain itu sel tersebut
juga akan memisahkan dirinya dari induknya sehingga menjadi bakteri yang baru.
Pada lingkungan yang tidak akan ada untungnya, maka bakteri juga akan
melakukan proses reproduksi dengan metode yang lain nya yaitu fragmentasi.
Protoplasma bakteri akan mengalami tahapan yang kompartementalisasi dan akan
membentuk gonidia. Pada kondisi tersebut mulai ada keuntungan, maka gonidia
yang tadi akan menjadi bakteri yang baru dan juga dengan replikasi genom di setiap
fragmennya. Pembelahan biner adalah suatu cara yang sering di temukan di dalam
proses reproduksi bakteri dimana adanya pembelahan biner yang lazim dan hanya
bisa terjadi pada saat kondisi di lingkungan sekitar berada di saat yang memberikan
keuntungan. Sel bakteri ini akan melakukan proses pembelahan dan akan membelah
menjadi 2 sel yang memiliki ukuran bahkan juga memiliki kesamaan.
Proses pembelahan ini akan terjadi sebuah dinding yang melintas dan juga
yang akan memisahkan kromosom di kedua sel anak tersebut, Apabila kedua sel
tersebut sudah terpisah, maka sel anak akan bertumbuh setiap waktu yaitu antara
20 sampai dengan 30 menit sehingga dapat mengalami proses pembelahan yang
biner dan akan memberikan hasil bakteri yang baru. Sehingga hal seperti ini yang
akan menyebabkan beberapa proses reproduksi bakteri dengan cepat bisa terjadi
jika tidak ada inhibitor di area pada saat bakteri berkembangbiak bakteri.
Proses reproduksi suatu bakteri selain melakukan reproduksi dengan cara
aseksual, bakteri juga bisa melakukan proses reproduksinya dengan cara seksual,
yakni dengan cara melakukan pertukaran materi genetik yang dimiliki olehnya yang
disebut dengan rekombinasi genetik atau yang populer di telinga masyarakat
disebut dengan rekombinasi DNA. Pada proses rekombinasi genetik akan
menghasilkan sebanyak dua bagian dari sel bakteri yang nantinya masing-masing
akan memiliki kombinasi materi genetik dari dua bagian sel induk yang berbeda.
Dalam siklus rekombinasi genetik yang ada dan terjadi pada bakteri dapat dilakukan
dengan menggunakan tiga cara, yakni transformasi, transduksi, dan konjugasi.
Transformasi merupakan suatu proses dimana masuknya DNA yang masih
telanjang ke dalam bagian tubuh sel-sel bakteri yang berasal dari satu sel suatu
bakteri ke dalam sel-sel yang berbeda dan akan melakukan tugasnya yakni
mengubah sifat sel yang dimiliki oleh bakteri. Contoh bakteri yang sering
melakukan proses transformasi adalah sebagai berikut Streptococcus pneumoniae,
Neisseria gonorrhoeae, Bacillus, dan juga Rhizobium. Saat sebuah sel bakteri
terjadi proses pecah, yang biasa disebut sebagai proses lisis seluler, pada DNA
sirkularnya akan mengalami pelepasan ke lingkungan sekitarnya. Efisiensi yang
dilakukan pada proses transformasi biasanya bergantung pada kompetensi sel-sel
itu sendiri. Definisi dari komopetensi sendiri merupakan dari sel-sel memiliki
kemampun untuk melakukan proses menginkorporasi DNA yang dalam keadaan
atau kondisi telanjang. Pada proses ini, tidak semua dari spesies suatu bakteri
mempunyai kemampuan dalam kompetensi, dan biasanya yang mempunyai
kemampuan untuk berkompetensi hanyalah yang berkompeten selama aktivitas.
Prose penetrasi pada dinding sel yang dilakukan oleh DNA yang
mempunyai untai ganda yang salah satu dari untai akan terdegradasi. Pada fragmen-
fragmen DNA apapun, yang sudah dilakukan transfer yakni melewati proses dari
transformasi atau metode-metode lain dari suatu sel-sel donor ke sel-sel
yang resipien dan biasanya disebut dengan eksogenot, dimana DNA asli dari sel
yang resipien yang disebut sebagai endogenot. Sel-sel bakteri yang sudah meneri-
ma sebuah eksogenot kemudian pada proses awalnya bersifat diploid bagi sebagian
dari genomnya, dan biasa disebut sebagai merozigot. Eksogenot yang mempunyai
untai ganda kondisinya tidak stabil dan biasanya akan dilakukan proses degradasi
kecuali terjadi proses integrasi ke dalam bagian endogenote bagian dalam.
Transduksi adalah suatu proses terjadinya pemindahan materi genetik dari
satu bagian sel-sel bakteri ke bagian sel-sel bakteri lainnya dengan menggunakan
perantara yakni organisme-organisme lain seperti halnya bakteriofage atau populer
dengan nama virus bakteri. Proses transduksi dibagi menjadi 2 tipe secara garis
besar yaitu terspesialisasi dan umum. Kedua tipe tersebut yaitu suatu DNA dari
bakteri yang diinkorporasi ke dalam sebuah genom pada virus matang kemudian
akan melakukan proses menginfeksi inang dari sebuah bakteri yang lainnya. Pada
saat terjadinya proses tersebut, sebuah bakteri DNA akan ditransfer ke bagian sel-
sel resipien yang baru. Secara umum, fag itu sebisa mungkin harus tetap dalam
keadaan dan kondisi yang cukup normal agar dapat melakukan proses menginfeksi
sel-sel yang baru. Transduksi terspesialisasi dapat terjadi apabila sebuah daerah
yang spesifik yang terdapat pada kromosom suatu bakteri akan menjadi terintegrasi
dengan sebuah partikel-partikel pada virus dewasa yang mengakibatka bakteri baru.
Proses konjugasi itu merupakan suatu proses pemindahan berbagai materi
genetik yang secara langsung akan melalui dan melewati kontak sel dengan
membentuk suatu struktur-struktur misalnya jembatan di antara dua buah sel pada
bakteri yang saling berdekatan. Pada proses konjugasi suatu bakteri akan
melibatkan proses penyatuan yang bersifat sementara dari dua buah sel yang
memiliki tipe perjodohan-perjodohan yang sangat berbeda yang bertemu secara
acak dalam suatu koloni yang berlimpah, kemudian akan diikuti oleh proses transfer
searah dengan sejumlah materi-materi genetik yang melewati sebuah jembatan
yakni sitoplasmik dari sel-sel donor yang menuju ke dalam sel-sel resipien, dan
selanjutnya akan terjadi proses perpisahan sel-sel tersebut yang biasanya
dinamakan proses ekskonjugan yang ada pada suatu perkembangbiakan, setelah
terjadi pemisahan maka akan tersusunlah suatu mikroba yang baru dan identik.
2.2. Inkubator
Inkubator adalah alat dengan suhu atau kelembaban tertentu yang
digunakan untuk kelembaban tertentu yang digunakan untuk menginkubasi atau
menyimpan mikroba. Kisaran suhu untuk inkubator Heraeus B5042 misalnya
adalah 10-70oC. Suhu di dalam inkubator konstan dan dapat diatur sesuai dengan
tujuan. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk tumbuh dan memelihara budaya
mikrobiologi atau kultur sel. Inkubator mempertahankan suhu optimal, kelembaban
dan kondisi lain seperti karbon dioksida dan kandungan oksigen dari atmosfer di
dalam. Inkubator sangat penting untuk banyak pekerjaan eksperimental dalam
biologi sel, mikrobiologi dan biologi molekuler dan digunakan untuk kultur bakteri.
Inkubator sederhana berbentuk kotak dengan pemanas disesuaikan,
biasanya naik ke 60oC sampai 65oC, meskipun beberapa inkubator bisa memiliki
suhu yang lebih tinggi umumnya tidak lebih dari 100oC. Pada laboratorium mikro-
biologi digunakan untuk menumbuhkan bakteri pada suhu tertentu, menumbuhkan
ragi dan jamur, menyimpan biakan murni mikroorganisme pada suhu rendah.
Adapun ciri Inkubator adalah memiliki sekat untuk menumbuh kembangkan
mikroba, dalam inkubator terdapat sekat kaca pada pintunya yang berfungsi untuk
mempermudah melihat mikroba yang sedang diinkubasi tanpa membuka penutup
bagian dalam dari inkubator sehingga suhunya tetap terjaga. Prinsip kerjanya yaitu
mengubah energi listrik menjadi energi panas yang ada pada saat pengoprasiannya.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri


Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor fisik (abiotik) dan faktor kimia (biotic). Faktor
fisik ini meliputi temperature, pH, tekanan osmotic, dan cahaya, sedangkan faktor
kimianya meliputi karbon, oksigen, dan fakto-faktor pertumbuhan organic,
termasuk nutrisi yang terdapat dalam media pertumbuhan. Aktivitas mikroba
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat
mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa
kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba
tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor
lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik
2.3.1. Faktor Abiotik
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum.
Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu
optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum
adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba. Berdasarkan kisaran suhu partum-
buhannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi mikroba psikrofil, mesofil, dan
termofil. Psikrofil adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-3000C
dengan suhu optimum sekitar 1500C dan akan mati pada suhu lebih dari 3000C
Mesofil adalah kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu
minimum 1500C suhu optimum 25-3700C dan suhu maksimum 45-5500C. Mikroba
yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil.
Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehinggatitik
didihnya tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak
terdenaturasi pada suhu tinggi.Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin
dalam jumlah yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu
tinggi. Kelompokini mempunyai suhu minimum 400C, optimum pada suhu 55-600C
dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya yang paling baik pada 750C.
Mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 300C dan mempunyai suhu
pertumbuhan optimum pada 600C, dikelompokkan kedalam mikroba termofil
obligat. Mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu 300C,dimasukkan
kelompok mikroba termofil fakultatif. Bakteri yang hidup di dalam tanah dan air,
umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang dapat hidup diatas 500 C. Contoh
bakteri termotoleran adalah Methylococcus capsulatus. Contoh bakteri termofil
adalah Bacillus, Clostridium, Sulfolobus, dan bakteri pereduksi. Bakteri yang hidup
di laut (fototrof) dan bakteri besi(Gallionella) termasuk bakteri psikrofil.
Mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum,
akanmemberikan beberapa macam reaksi. Titik kematian thermal, adalah suhu yang
dapat memetikan spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu.
Waktu kematian thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu
spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik
kematian thermal ialah waktu, suhu, kelembaban, spora, umur mikroba, pH dan
komposisi medium. Mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan
gangguan metabolism, yaitu seperti cold shock, adalah penurunan suhu yang tiba-
tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase
logaritmik, Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel dengan adanya kristal es di
dalam air intraseluler, Lyofilisasi , adalah proses pendinginan dibawah titik beku
dalam keadaan vakum secara bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk
mengawetkan mikroba karena air protoplasma langsung diuapkan tampa melalu
proses pencairan sehingga akan mempercepat proses perusakan bakteri dan
menjadiakan bakteri tidak hidup lama dalam perubahan titik beku bakteri.
Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya,
biasanya diukur dengan parameter water activity (aw) atau kelembaban relatif.
Mikroba umumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya
memerlukan aw 0,90-0,999. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada aw
terendah 0,6 misalnya khamir Saccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus dan
jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8. Bakteri umumnya memerlukan aw
atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw
0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia
atau dapat membentuk kista dan berkembangbiak dengan baik pada kondisinya.
Tekanan osmosis sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan
air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan
mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel
akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka
sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk
ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah. Berdasarkan tekanan osmose
yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi mikroba osmofil, adalah mikroba
yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, mikroba halofil, adalah mikroba yang
dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi mikroba halodurik, adalah
kelompok mikroba yang dapat tahan tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam
tinggi. Kadar garamnya dapat mencapai 30% yang menimbulkan bakteri tidak mati
namun bakteri juga tidak dapat berkembangbiak dengan baik dan sempurna.
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil
mampu tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw =
0,94). Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium,
misalnya Halobacterium. Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya
mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini
memerlukan konsentrasi kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri
halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari
murein, sehingga tahan terhadap ion natrium yang menyebabkan bakteri tidak akan
mati dan kekurangan akan nutrien yang diperoleh dari lingkungan yang ada.
2.3.2. Faktor Biotik
Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama ada dua macam, yaitu
interaksipositif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan meningkatnya
kecepatan pertumbuhansebagai efek sampingnya. Meningkatnya kepadatan
populasi, secara teoritis meningkatkankecepatan pertumbuhan. Interaksi positif
disebut juga kooperasi. Sebagai contoh adalahpertumbuhan satu sel mikroba
menjadi koloni atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi).Interaksi negatif
menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan
populasi. Misalnya populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas,
atauadanya produk metabolik yang meracun. Interaksi negatif disebut juga
kompetisi. Sebagai contoh jamur Fusarium dan Verticillium pada tanah sawah,
dapat menghasilkan asam lemak dan H2Syang bersifat meracun. Apabila dua
populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul berbagai macam interaksi.
Interaksi tersebut menimbulkan pengaruh positif, negatif, ataupun tidak ada
pengaruh antar populasi mikroba yang satu dengan yang lain yang ada.
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling
mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah
atau secara fisik dipisahkan dalam mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari
habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi antaramikroba Allocthonous dengan
mikroba Autochthonous dan antarmikroba nonindigenous di atmosfer yang
kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme juga terjadi pada keadaan
mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku, atau fase istirahat (spora,
kista). Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi
diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah bakteri
Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein dapat
digunakan oleh bakteri Legionella pneumophila sebagai sumber makanan.
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan
untuk dapatmelakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi
melibatkan 2 populasiatau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut
sintropisme. Sintropisme sangatpenting dalam peruraian bahan organik tanah, atau
proses pembersihan air secara alami. Mutualisme adalah asosiasi antara dua
populasi mikroba yang keduanya salingtergantung dan sama-sama diuntungkan.
Contohnya adalah Bakteri Rhizobium sp. yang hidup pada bintil akar
tanaman kacang-kacangan. Contoh lain adalah Lichenes yang merupakan simbiosis
antara alga sianobakteria dengan fungi. Alga sebagai produsen yang dapat menggu-
nakan energi cahaya untuk menghasilkan senyawa organik. Senyawa organik dapat
digunakan oleh fungi, dan fungi memberikan bentuk perlindungan dan transport
nutrien serta membentuk faktor tumbuh untuk alga yang ada pada biakan.
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat
hidup pada pH tinggi (medium alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia,
actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat
toleran terhadap kemasaman, misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina
ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya
dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media dengan
pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka
pertumbuhan didominasi oleh bakteri yang dipengaruhi oleh pH lingkungan.
Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu
mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0,
mikroba mesofil adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan
mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5 yang
dipengaruhi oleh struktur bakterinya. Buffer digunakan untuk menumbuhkan
mikroba pada media memerlukan pH yang konstan, terutama padamikroba yang
dapat menghasilkan asam. Misalnya Enterobacteriaceae dan beberapa
Pseudomonadaceae. Oleh karenanya ke dalam medium diberi tambahan buffer
untuk menjaga agar pH nya konstan. Buffer merupakan campuran garam mono dan
dibasik, maupun senyawa senyaw aorganik amfoter. Sebagai contoh adalah buffer
fosfat anorganik dapat mempertahankan pH diatas 7,2. Cara kerja buffe adalah
garam dibasik akan mengadsorbsi ion H+ dan garam akan bereaksi dengan ion OH.
Logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar rendah dapat
bersifat meracun (toksis). Logam berat mempunyai daya oligodinamik, yaitu daya
bunuh logam berat pada kadar rendah. Selain logam berat, ada ion-ion lain yang
dapat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroba, yaitu ion sulfat, tartrat, klorida,
nitrat, dan benzoat. Ion-ion tersebut dapat mengurangi pertumbuhan mikroba
tertentu. Oleh karena itu sering digunakan untuk mengawetkan suatu bahan,
misalnya digunakan dalam pengawetan makanan. Ada senyawa lain yang juga
mempengaruhi fisiologi mikroba, misalnya asam benzoat, asam asetat, dan asam
sorbat yang merupakan asam asam berjenis asam lemah yang mudah terurai.
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut
menyerupai membran yang elastis. Seperti telah diketahui protoplasma mikroba
terdapat di dalam sel yang dilindungi dinding sel, maka apabilaada perubahan
tegangan muka dinding sel akan mempengaruhi pula permukaan protoplasma.
Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan bentuk
morfologinya. Zat-zat seperti sabun, deterjen, dan zat-zat pembasah (surfaktan)
seperti Tween80 dan Triton A20 dapat mengurangi tegangan muka cairan/larutan.
Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka yang relatif tinggi.
Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan
mikroba. Umumnyatekanan 1-400 atm tidak mempengaruhi atau hanya sedikit
mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Tekanan hidrostatik yang
lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan pertumbuhan, oleh karena
tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat sintesis RNA, DNA, dan protein, serta
mengganggu fungsi transport membran sel mengurangi aktivitas berbagai macam
enzim. Tekanan diatas 100.000 pound/inchi2 menyebabkan denaturasi protein,
tetapi ada mikroba yang tahan hidup pada tekanan tinggi dan ada mikroba yang
tumbuh optimal pada tekanan tinggi sampai 16.000 pound/inchi2. Mikroba yang
hidup di laut dalam umumnya adalah barofilik atau barotoleran. Getaran mekanik
dapat merusakkan dinding sel dan membran sel mikroba. Oleh karenaitu getaran
mekanik banyak dipakai untuk memperoleh ekstrak sel mikroba. Isi sel dapat
diperoleh dengan cara menggerus sel-sel dengan menggunakan abrasif atau dengan
cara pembekuan kemudian dicairkan berulang kali. Getaran suara 100-10.000 rpm.
2.4. Jenis-Jenis Inkubator
Inkubator statis adalah jenis inkubator yang digunakan untuk mengerami
mikroba pada medium padat. Inkubator shaker digunakan untuk mengerami
mikroba pada medium cair. Incubator shaker adalah alat laboratorium yang
memiliki fungsi ganda. Alat ini adalah gabungan dari shaker yang berfungsi untuk
pengadukan dan incubator untuk pengembangbiakkan mikroorganisme seperti
bakteri. Incubator shaker disebut juga dengan shaker termal. Shaker termal dapat
melakukan pengadukan dengan tetap mempertahankan suhu optimal. Suhu optimal
diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang terbaik hingga pertumbuhan pesat.
Peralatan shaker incubator sangat membantu peneliti saat melakukan
pembiakan sel dengan pengaturan suhu dan oksigen yang stabil.Pengocokan pada
inkubator shaker dilakukan untuk memberikan pengaruh terhadap temperatur dan
beberapa aspek metabolisme mikroba adanya prosedur pengocokan pada proses
inkubasi mikroba sangat bermanfaat pada mikroba yang dikultur di medium cair,
seperti meningkatkan kontak antara mikroba dan medium. Inkubator CO2 kultur sel
dirancang untuk mempertahankan suhu konstan dan kelembaban tinggi untuk
pertumbuhan sel kultur jaringan di bawah atmosfer CO2 yang lebih baik
Pengaturan suhu yang khas berkisar antara 40C hingga 500C, dan
konsentrasi CO2 berjalan dari 0,3 hingga 19,9%. Interior stainless steel non-korosif
adalah standar, tetapi beberapa model baru menampilkan permukaan tembaga
antimikroba untuk mencegah kontaminasi. Dekontaminasi otomatis menggunakan
panas atau sinar UV adalah fitur baru dan menarik lainnya yang tersedia dalam
inkubator CO2 yang dapat sterilisasi.Suhu dalam inkubator CO2 biasanya dikontrol
baik oleh penangas air yang bersirkulasi melalui dinding lemari (air berjaket CO2
inkubator), atau oleh gulungan listrik yang mengeluarkan panas radiasi. Beberapa
unit juga termasuk pendingin untuk pendinginan sehingga lebih optimum.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Jarum oase
3. Nyala bunsen
4. Cawan petri
3.1.2. Bahan
1. Medium yang telah jadi
2. Kultur murni
3. Jarum atau kawat
4. Alkohol

3.2. Prosedur Percobaan


1. Siapkan tabung yang berisi jamur dan tabung medium dalam lemari
laminating.
2. Panaskan jarum oase sampai berpijar dan diamkan sebentar.
3. Buka sumbat tabung jamur, kemudian lewatkan dekat nyala bunsen.
4. Ambillah jamur dengan menggunakan jarum oase.
5. Buka sumbat tabung medium dan mulut tabung dilewatkan pada nyala api
bunsen.
6. Masukkan ujung jarum oase tadi yang telah membawa jamur dengan
menggesek-gesekkannya pada permukaan medium dari kiri ke kanan
dengan arah dari bawah ke atas medium.
7. Tabung medium kemudian disumbat lagi.
8. Simpan tabung yang telah ditanami tadi.
9. Amatilah bentuk jamur yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, dkk. 2009. Pengaruh Lamanya Penyimpanan terhadap Pertumbuhan


Bakteri pada Nasi yang dimasak di Rice Cooker dengan Nasi yang Dikukus.
Jurnal biologi. 9(2): 1-5.
Ningtyas, dkk. 2017. Optimasi Suhu dan pH Media Pertumbuhan Bakteri Pelarut
Fosfat Dari Isolat Bakteri Termofilik. Jurnal Prodi Biologi. 6(7): 1-8.
Subagio, dkk. 2015. Pengaruh pH, Suhu Dan Salinitas Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Asam Organik Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Intestinum
Udang Penaeid. Jurnal Ilmu kelautan. 20(4): 187-194.
Suhartini, S. 2011. Mikrobiologi Industri. Jakarta: Penerbit Andi.
Volk, dkk. 1993. Mikrobiologi Dasar I. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai