Askep Pertusis
Askep Pertusis
PERTUSIS
Disusun Oleh :
1. Lihyati Zakiya [ 260653 ]
2. Munifatuzzahiroh [ 260659 ]
3. Ulfa Azizah [ 260669 ]
4. Ummul Hikmah [ 260673 ]
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Tujuan .................................................................................................1
C. Metode Penulisan................................................................................2
D. Sistematika Penulisan..........................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian ...........................................................................................3
B. Etiologi...............................................................................................3
C. Patofisiologi........................................................................................3
D. Pathway ..............................................................................................4
E. Manifestasi Klinis...............................................................................5
F. Komplikasi .........................................................................................6
G. Penatalaksanaan .................................................................................7
H. Diagnosa Keperawatan........................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................9
B. Saran ...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertusis adalah penyakit napas yang disebabkan oleh bordetella
pertusis. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia. Ditempat-tempat yang padat
penduduknya dapat berupa epidemi pada anak. Dalam satu keluarga infeksi
cepat menjalar kepada anggota keluarga lainnya. Pertusis dapat mengenai
semua golongan umur. Tidak ada kekebalan pasif dari ibu. Terbanyak
terdapat pada umur 1-5 tahun, lebih banyak laki-laki daripada wanita. Cara
penularan ialah kontak dengan penderita pertusis. Imunisasi sangat
mengurangi angka kejadian dan kematian yang disebabkan pertusis. Oleh
karena itu di negara dimana imunisasi belum merupakan suatu prosedur
rutin, masih banyak di dapatkan pertusis. Imunisasi setelah imunisasi tidak
berlangsung lama. Dilaporkan terjadinya endemi pertusis diantara petugas
rumah sakit yang sebelumnya telah mendapat imunisasi terhadap pertusis
dan kemudian mendapat infeksi karena merawat penderita pertusis. Natural
immunity berlangsung lama dan jarang di dapatkan infeksi ulangan pertusis.
B. Tujuan
1. Memenuhi tugas dalam proses perkuliahan
2. Agar mahasiswa mentetahui lebih lanjut tentang gangguan pernapasan
yaitu pertusis
3. Menjalin hubungan baik antara pasien, perawat dan masyarakat
sekitarnya
4. Agar dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
pertusis
1
C. Metode Penulisan
Penyusunan makalah ini menggunakan metode pustaka yaitu
penyusunan materi berdasarkan dari literatur-literatur yang berhubungan
dengan gangguan pernapasan yaitu pertusis.
D. Sistem Penulisan
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metode penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan
H. Diagnosa Keperawatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Pertusis adalah penyakit saluran napas yang disebabkan oleh
Bordetella pertusis.
(Mansjoer, Arif, 2000:428)
Pertusis adalah disebut juga sebagai tussis quinta, whooping cough,
batuk rejan.
(Ngastiyah, 1997:31)
B. Etiologi
Penyebab pertusis adalah Bordetellah pertusis atau Haemophilus
pertussis. Bordetella pertussis adalah suatu kuman tidak bergerak, gram
negatif, dan di dapatkan dengan cara melakukan pengambilan usapan pada
daerah nasofaring pasien pertusis kemudian ditanam pada media Bordet –
gangou. Basil pertusis yang di dapatkan secara langsung adalah tipe
antigentik fase I, sedangkan yang diperoleh melalui pembiakan dalam
bentuk lain ialah fase II, III dan IV.
(Ngastiyah, 1997:31)
C. Patofisiologi
Lesi biasanya terdapat pada bronkus dan bronkiolus, namun mungkin
terdapat perubahan-perubahan pada selaput lendir trakea, laring dan
nasofaring. Basil biasanya bersarng pada silia epitel torak mukosa,
menimbulkan eksudasi yang mukopurulen. Lesi berupa nekrosis bagian
basal dan tengah sel epitel torak, di sertai infiltrat neutrofil dan makrofag.
Lendir yang terbentuk dapat menyumbat bronkus kecil sehingga dapat
menimbulkan emfisema dan atelektasis. Eksudasi dapat pula sampai ke
alveolus dapat menimbulkan infeksi sekunder. Kelainan-kelainan paru itu
dapat menimbulkan bronkiektasis.
3
D. Pathway
4
E. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari pertusis adalah masa tunas 7-14 hari. Penyakit
dapat berlangsung sampai 6 minggu atau lebih terbagi dalam 3 stadium,
yaitu :
1. Stadium kataralis
Lamanya 1-2 minggu. Pada permulaan hanya berupa batuk-batuk
ringan, terutama pada malam hari. Batuk-batuk ini makin lama makin
bertambah berat dan terjadi siang dan malam. Gejala lainnya ialah pilek,
serak dan anoreksia. Stadium ini menyerupai infuenza.
2. Stadium spasmodik
Lamanya 2-4 minggu. Pada akhir minggu batuk makin
bertambah berat dan terjadi paroksismal berupa batuk-batuk khas.
Penderita tampak berkeringat, pembuluh darah leher dan muka melebar.
Batuk sedemikian beratnya hingga penderita-penderita tampak gelisah
dengan muka merah dan sianotik. Serangan batuk panjang, tidak ada
inspirium diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan nafas panjang
dan dalam berbunyi melengking). Sering disertai muntah dan banyak
sputum yang kental. Anak dapat terberak-berak dan terkencing-kencing.
Kadang-kadang pada penyakit yang berat tampak pula perdarahan
subkonjungtiva dan epistaksis oleh karena meningkatnya tekanan pada
waktu menangis dapat menimbulkan serangan batuk. Dalam bentuk
ringan tidak terdapat whoop, muntah atau batuk spasmodik.
3. Stadium konvalensi
Lamanya kira-kira 2 minggu sampai sembuh. Pada minggu
keempat jumlah dan beratnya serangan batuk berkurang, juga muntah
berkurang, nafsu makan pn timbul kembali. Ronkhi difus yang terdapat
pada stadium spasmodik mulai menghilang. Infeksi semacam “common
cold” dapat menimbulkan serangan batuk lagi.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985:565)
5
F. Komplikasi
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita pertusis :
1. Alat pernafasan
Dapat terjadi otitis media (sering pada bayi), bronkitis,
bronkopneumonia, atelektasis yang disebabkan sumbatan mukus,
emfisema (dapat juga terjadi emsifema mediastinum, leher, kulit pada
kasus yang berat), bronkiektasis, sedangkan tuberkulosis yang
sebelumnya telah ada dapat menjadi bertambah berat.
2. Alat pencernaan
Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi,
prolapsus rektum atau hernia yang mungkin timbul karena tingginya
tekanan, intra abdominal, ulkus pada ujung lidah karena lidah tergosok
pada gigi atau tergigit ada waktu serangan batuk, stomatitis.
3. Susunan saraf
Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit
akibat muntah-muntah. Kadang-kadang terdapat kongesti dan edema
otak, mungkin pula terjadi perdarahan otak.
4. Lain-lain
Dapat pula terjadi perdarahan lain seperti epistaksis, hemoptisis
dan perdarahan subkonjungtiva.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985:566)
G. Penatalaksanaan
1. Antibiotika
a. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kb bb/ hari dibagi dalam 4 dosis.
Obat ini menghilangkan B. Pertussis dari nasofaring dalam 2-7 hari
(rata-rata 3-6 hari) dan dengan demikian memperpendek
kemungkinan penyebaran infeksi.
b. Ampisillin dengan dosis 100mg/ kg bb/ hari dibagi 4 dosis.
c. Lain-lain : rovamisin, kotrimoksazol, kloramfenikol, tetrasiklin.
6
2. Imunoglobulin
Belum ada persesuaian faham.
3. Ekspektoransia dan mukolitik
4. Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali
5. Luminal sebagai sedativa.
(Ngastiyah, 1997:34)
H. Diagnosa Keperawatan
DP I : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sekret
Tujuan : - Membersihkan jalan nafas secara alami (batuk)
- Membantu silia mempertahankan jalan nafas patent
KH : 1. Mengurangi sekret atau membersihkan sekret
2. Mengurangi infeksi, masuknya kuman ke dalam tubuh
Intervensi :
1. Anjurkan minum air hangat + 2500 ml/ hari
2. Anjarkan batuk efektif
3. Prosedur suction bila sekret terlalu banyak
4. Anjurkan oral hygiene
7
DP III : Resiko penyebaran infeksi b.d penurunan sistem umun
Tujuan : 1. Menghilangkan penyebaran infeksi
2. Mengembalikan sistem imun/ mengingkatkan daya tahan
tubuh.
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda infeksi
2. Monitor TTV
3. Kolaborasi medis
(www.geogle.com)
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh
Bordetella pertusis. Bordettella pertusis adalah suatu kuman tidak bergerak,
gram negatif dan di dapatkan dengan cara melakukan pengambilan usapan
pada daerah nasofaring pasien pertusis kemudian ditanam pada media
Bordet – Gangau.
B. Saran
Sebagai perawat perfesional diharapkan mampu memahami secara
jelas tentang perfusis. Oleh karena itu kita sebagai tim kesehatan harus
mampu melakukan pendekatan khusus pada pasien dan keluarga untuk
memberi pelayanan dan bimbingan seoptimal mungkin guna
mempertahankan kondisi pasien agar tidak memburuk.
9
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2.
Infomedika : Jakarta.
10