Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri
sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat.dengan definisi
tersebut,Ternyata pengertian masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih
konkretnya maka ada beberapa unsur masyarakat,unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2
bagian yaitu:kesatuan sosial dan pranata sosial.kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan
dari kesatuan-kesatuan individu yang berinteraksi dengan kehidupan masyarakat.sedangkan yang
dimaksud pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada
suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat.norma-norma tersebut memberikan
Petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang hidup dalam masyarakat.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa
perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan
sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang
berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim
dalam suatu tempat tertentu.
Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak budaya dalam
masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini
menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya.
Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan
terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masayarakat ada kecenderungan untuk merubah
perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan
memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya
dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat
luas dapat lebih terarah yang implikasinya adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat
merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu
perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif
maupun negatif.

1
BAB II
DEFINISI

1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003).
Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil
hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons.

2. Jenis Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua (Notoatmodjo, 2003) :
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek,
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

3. Teori Perilaku
Perilaku manusia itu di dorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku.
Dalam hal ini ada beberapa teori, di antara teori- teori tersebut dapat di kemukakan:
a. Teori Naluri
Di kemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari psikologi social. Perilaku ini di
sebabkan karena insting yang merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan,
dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.
b. Teori Dorongan
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-
dorongan. Dorongan- dorongan ini berkaitan dengan kebutuhankebutuhan organism
yang mendorongn organism berprilaku. Teori ini di sebut juga teori reduction
c. Teori Insentif
Teori ini bertitik toalk pada pendapat bahwa perilaku organisme itu di sebabkan
karena adanya insentif atau reinforcement ada yang positif ada yang negatif.
Reinforcement positif adalah berkaitan dengan hadiah, reinforcement negatif
berkaitan dengan hukuman.
d. Teori Atribusi
Teori ini menjelaskan tentang sebab- sebab perilaku orang. Apakah perilaku itu di
sebabkan oleh posisi internal ( motif, sikap, dsb) atau kah oleh keadaan eksternal.
Teori ini di kemukakan oleh Fritz Heider yang menyangkutm lapangan social.

4. Teori Perubahan Perilaku


Menurut para ahli, ada beberapa teori perubahan yang di ungkapkan oleh para ahli, yaitu :
a. Menurut Teori S-O-R
Menurut teori S- O- R,Perubahan perilaku didasari oleh: .Organisme- Stimulus-
Respons. Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau memperbanyak

2
rangsangan (stimulus). Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses
pembelajaran (learning process). Materi pembelajaran adalah stimulus.
Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.
1) Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak mengerti (memahami)
stimulus
2) Apabila di terima (adanya perhatiann)
3) Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
 Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)
 Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)
b. Teori “Dissonance” : Festinger
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau
alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance).
Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut
akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance).
Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya)
maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi
keseimbangan lagi (conssonance).
Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang
seimbang dengan elemen tidak seimbang.
Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak
seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran perikasa hamil).
c. Teori fungsi: Katz
Dalam teori ini, Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu
stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
Prinsip teori fungsi, yaitu:
1) Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)
2) Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan,
panas)
3) Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala
sosial)
4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah,
senang)

5. Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu di dalam 3
domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan
pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut,
yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan
ranah psikomotor (psicomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
a. Pengetahuan (kognitif)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
2) Memahami (Comprehension)

3
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesa
6) Evaluasi
b. Sikap (afektif)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
komponen pokok :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
4) Bertanggung jawab (responsible)
c. Praktik atau tindakan (piskomotor)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor
dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception)
2) Respon terpimpin (guide response)
3) Mekanisme (mecanism)
4) Adopsi (adoption)

6. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku seseorang, yaitu:
a. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi
fisik.
b. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.

Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan


Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah :
a. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan
golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan
golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit
jantung koroner, kanker, dan lain-lain.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya
dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki
banyak menderita kanker prostat.
c. Pekerjaan

4
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan
petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan
disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja
diindustri , misal dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan
karena banyak terpapar dengan debu.
d. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita
obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi
tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang
status ekonominya rendah.

Menurut H. Ray Elling (1970) dan G.M Foster (1973), ada beberapa faktor sosial yang
berpengaruh pada perilaku kesehatan, antara lain :
a. Pengaruh Self Concept terhadap Perilaku Kesehatan
Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri
kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang
kita lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita. Tetapi apabila orang lain
berpandangan negatif terhadap perilaku kita dalam jangka waktu yang lama, kita akan
merasa suatu keharusan untuk melakukan perubahan perilaku. Self Concept adalah
faktor yang penting dalam kesehatan, Karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan
juga perilaku petugas kesehatan.
b. Pengaruh Image Kelompok terhadap Perilaku Kesehatan
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh,
keluarga di pedesaan yang mempunyai kebiasaan untuk menggunakan pelayanan
dukun, akan berpengaruh terhadap perilaku anaknya dalam mencari pertolongan
pengobatan pada saat mereka sudah berkeluarga.
c. Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya terhadap Perilaku
Kesehatan
Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan
keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka. Identifikasi tersebut
dinyatakan dalam keluarga besar, di kalangan kelompok teman, kelompok kerja desa
yang kecil, dan lain – lain.

5
Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang
antara lain adalah :
a. Pengaruh tradisi; Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status
kesehatan misalnya tradisi merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan laki2 lebih
banyak yang menderita penyakit paru dibanding wanita. Tradisi wanita habis
melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbahu amis, sehingga ibu nifas
akan pantang makan ikan.
b. Sikap fatalistis; Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari
masyarakat Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku
kesehatan. Contoh : Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu
(fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit
atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari
pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
c. Sikap ethnosentris; Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya
kelompok adalah yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
Misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi
yang dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga
merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi
dari sisi lain,semua anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan
secar alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita
harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling
pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih
tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan
masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang
petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana
mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri. Contoh lain :
Seorang perawat/ dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan,
sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak.
d. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya; Sikap perasaan bangga atas perilakunya
walaupun perilakunya tidak sesuai dengan konsep kesehatan. hal tersebut berkaitan
dengan sikap ethnosentrisme.Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah
pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu
kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat bernaggapan
daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan mereka menolaknya
karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
e. Pengaruh norma; Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku
masyarakat dibidang kesehatan, karena norma yang mereka miliki diyakininya
sebagai bentuk perilaku yang baik. Contoh : upaya untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang
hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna
pelayanan.
f. Pengaruh nilai; Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan dan perilaku individu masyarakat, kerena apa tidak melakukan nilai maka
dianggap tidak berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang ada dimasyarakat tidak
semua mendukung perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada
yang merugikan kesehatan.
o Nilai yang merugikan kesehatan; arti anak yang banyak akan membawa rejeki
sendiri sehingga tidak perlu lagi takut dengan anak banyak.

6
o Nilai yang mendukung kesehatan, tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus
wajib ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai
untuk membantu sebagai key person dalam program kesehatan.
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi
terhadap perilaku kesehatan; Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan
berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, anak
harus mulai diajari sikat gigi, buang air besar di kakus, membuang sampah ditempat
sampah, cara makan/ berpakaian yang baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus
dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut
sangat mempengaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah ketika
dewasa.
h. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan; Tidak ada kehidupan
sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu dinamis artinya
setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. apabila
seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan
masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika
melakukan perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap
perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan
perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu
tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang
muncul yang mempengaruhi outcome dari perubahan yang telah direncanakan.

7
BAB III
KONSEP PRILAKU KESEHATAN

1. Pengertian Perilaku Kesehatan


Menurut (Notoatmodjo, 2003) Prilaku Kesehatan adalah respons seseorang terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat sakit, penyakit dan faktor- faktor yang
mempengaruhi sehat- sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan
pelayanan kesehatan.
Dengan perkataan lain prilaku kesehatan adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang,
baik yang dapat di amati maupun yang tidak dapat di amati, yang berkaitan dengan
pembeliharan dan peningkatan kesehatan.

2. Batasan Perilaku Kesehatan


Berdasarkan batasan prilaku dari skinner, maka prilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system
pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkunga. Dari batasan ini, prilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
a. Prilaku Pemeliharaan kesehatan
Prilaku pembeliharaan kesehatan adalah prilaku atau usaha- usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehata agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bila mana sakit. Oleh sebab itu prilaku pembeliharaan kesehatan ini terdiri 3 aspek
yaitu:
1) Prilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bila mana telah sembuh dari ppenyakit.
2) Prilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Prlu di
jelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari iru
oaring yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang
seoptimal mungkin.
3) Prilaku gizi ( makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara
dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman
dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang,bahkann dapat
mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada prilaku orang terhadap
makanan dan minuman tersebut.
b. Prilaku pencari dan penggunan
Prilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perlaku ini di mulai dari pengobatan sendiri
sampai mencari pengobatan ke luar negri.
c. Prilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya
sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya

3. Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Becker (1979) membuat Klasifikasi perilaku kesehatan, dan membedakanya menjadi tiga,
yaitu:
a. Perilaku sehat
Perilaku sehat adalah prilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan kita harus :

8
1) Makan dengan menu seimabang
2) Kegiatan fisik secara teratur dan cukup
3) Tidak merokok dan meminum minuman keras serta menggunakan narkoba
4) Istirahatn yang cukup
5) Pengendalian atau manajemen sters
6) Prilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan

b. Prilaku Sakit
Prilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan
terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari
penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya. Pada saat orang
sakit atau anaknya sakit , ada beberapa tindakan atau prilaku yang muncul, antara
lain:
1) Di diamkan saja
2) Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri
3) Mencari penyembuhan atau pengobatan ke luar

c. Perilaku peran orang sakit


Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran, yang mencakup hak-
haknya, dan kewajiban sebagai orang sakit. Menurut Becker, hak dan kewajiban
orang yang sedang sakit adalah merupakn prilaku peran orang sakit, prialku peran
orang sakit antara lain :
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2) Tindakan untuk mengenal fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh
kesembuhan
3) Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lainmematuhi nasehat- nasehat
dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya
4) Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhan
5) Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya.

4. Model –model Prilaku Kesehatan


Ada beberapa model- model prilaku Kesehatan menurut para ahli, Yaitu :
a. Model Suchman
Menggambarkan pola sosial prilaku sakit yang tampak pada cara orang yang mencari,
menemukan, dan melakukanperawatan medis
Ada empat unsur yang merupakan factor utama dalam prilaku sakit, yaitu:
1) Prilaku sakit
2) Konsekuensinya
3) Temapat atau ruang lingkup
4) Variasi prilaku selam tahap- tahap perwatan medis

b. Model Hochman
Dalam model ini orang tidak akan mencari pertolongan medis atau pencegahan
penyakit bila mereka kurang mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang
relevan dengan kesehatan.

c. Model Fabrega
Dalam model ini ada 4 sistem yang membentuk kesatuan aturan atau level variasi
pengalaman yang memungkinkan orang itu membantu secara berkesinambungan

9
semua proses dan pristiwa yang berkaitan dengan kesehatan keempat system tersebut
adalah system biologis, system social , system fenomenologis, dan system memori.

d. Model Mechanic
Model ini mengembangkan teori umum tentang cara orang mencari pertolongan
medis dengan menekankan pentingnya penelitian terhadap segala sesuatu yang terjadi
sebelum orang mengunjungi pemberi pelayanan kesehatan.

e. Model Anderson
Suatu frekuensi derteminan individu tergadap pemanfaatan pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan oleh keluarga dan menyatakan hai itu tergantung pada :
1) Prediposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan
2) Kemampuan mereka untuk melaksanakannya
3) Kebutuhan mereka terhadap jasa pelayanan tersebut

10

Anda mungkin juga menyukai