Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi dengan cairan,
dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli dan
rongga interstisium (Ridha, 2014). Peradangan pada paru yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam pneumonia.
Menurut data Riskesdas 2007, prevalensi pneumonia (berdasarkan
pengakuan pernah didiagnosis pneumonia oleh tenaga kesehatan dalam
sebulan terakhir sebelum survei) pada bayi di Indonesia adalah 0,76%
dengan rentang antar provinsi sebesar 0-13,2%. Prevalensi tertinggi adalah
provinsi Gorontalo (13,2%) dan Bali (12,9%), sedangkan provinsi lainnya di
bawah 10%. Di Indonesia, prevalensi kejadian pneumonia pada tahun 2013
sebesar 4,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Selain itu, pneumonia
merupakan salah satu dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit,
dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan 46,05% perempuan. Pneumonia
memiliki tingkat crude fatality rate (CFR) yang tinggi, yaitu 7,6% (PDPI,
2014). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013,
prevalensi pneumonia pada usia lanjut mencapai 15,5% (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Memahami dan menjelaskan secara menyeluruh mengenai konsep
asuhan keperawatan pneumonia.
2. Tujuan khusus
a. Memahami dan menjelaskan definisi pneumonia
b. Memahami dan menjelaskan klasifikasi pneumonia

1
c. Memahami dan menjelaskan etiologi pneumonia
d. Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis pneumonia
e. Memahami dan menjelaskan patofisiologi pneumonia
f. Memahami dan menjelaskan pathway pneumonia
g. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan diagnostik pneumonia
h. Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan pneumonia
i. Memahami dan menjelaskan pengkajian keperawatan pneumonia
j. Memahami dan menjelaskan komplikasi pneumonia
k. Memahami dan menjelaskan discharge planning pneumonia
l. Memahami dan menjelaskan diagnosa keperawatan pneumonia
m. Memahami dan menjelaskan rencana tindakan asuhan keperawatan
pneumonia

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi dengan cairan,
dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli dan
rongga interstisium (Ridha, 2014). Pneumonia adalah inflamasi parenkim
paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteria,
mikrobakteria, jamur dan virus (Yuliani, Kimin, & Mardella, 2013).
Pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur, dan benda-benda asing (Muttaqin, 2008).

B. Klasifikasi
Menurut Ridha (2014), pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologi :
a. Pneumonia yang didapat di masyarakat (CAP) disebabkan
pneumokokus
b. Pneumonia yang didapat di RS (hospital Acquired pneumonia /
nosokomial / pneumonia ) biasanya disebabkan bakteri gram negatif
dan angka kematian lebih tinggi
c. Pneumonia aspirasi, sering ditemukan pada bayi dan anak
d. Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta
2. Berdasarkan kuman penyebab :
a. Pneumonia bakterialis / topikal, dapat terjadi pada semua usia,
beberapa kuman tendensi menyerang seseorang yang peka, misal :
1) Klebiela pada orang alkoholik
2) Stapilokokus pada influenza

3
b. Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda dan
disebabkan oleh mycoplasma, clamidia dan coxlella.
c. Pneumonia karena virus, sering pada bayi dan anak
d. Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder terutama
pada orang dengan daya tahan lemah dan pengobatannya lebih sulit.
3. Berdasarkan prediksi infeksi :
a. Pneumonia lobaris mengenal satu lobus atau lebih, disebabkan
karena obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses
keganasan.
b. Bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat pada paru dan disebabkan
oleh virus atau bakteri.

C. Etiologi
Menurut Ridha (2014), pneumonia bisa disebabkan karena beberapa
faktor, diantaranya adalah :
1. Bakteri (pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. Influenza,
klebsiela mycoplasma pneumonia)
2. Virus (virus adena, virus parainfluenza, virus influenza)
3. Jamur atau fungi (kandida abicang, histoplasma, capsulatum,
koksidiodes)
4. Protozoa (pneumokistis karinti)
5. Bahan kimia (aspirasi makan/ susu/ isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah, bensin, dll).

D. Manifestasi klinis
Menurut Ridha (2014), manifestasi klinis dari pneumonia, meliputi :
1. Gejala klinik tergantung dari penyebab pneumonia
2. Keluhan utama berupa batuk 80 %
3. Nyeri dada (tampak sangat sakit dan berkeringat)
4. Demam tinggi pada 5-10 hari pertama
5. Sesak napas (lebih-lebih bila ada komplikasi)

4
6. Produksi sputum mukoid, purulen, warna seperti karat
7. Pusing, anoreksia, malaise, mual sampai muntah

E. Patofisiologi
Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat
yang mengganggu difusi oksigen dan karbondioksida, bronkospasme juga
dapat terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan nafas reaktif.
Bronkopneumonia, bentuk pneumonia yang paling umum, menyebar dalam
model bercak yang meluar dari bronki ke parenkim paru sekitarnya.
Pneumonia lobar adalah istilah yang digunakan jika pneumonia mengenai
bagian substansial pada satu atau lebih lobus. Pneumonia disebabkan oleh
berbagai agen mikroba di berbagai tatanan. Organisme yang biasa
menyebabkan pneumonia antara lain pseudomonasaerudinosa dan spesies
klepsiella, staphylococcus aureus, haemophilus influenzae, staphylococcus
pneumoniae, dan basilus gram negatif, jamur, dan virus (Yuliani, Kimin, &
Mardella, 2013).

F. Patway
Sistem perdarahan tubuh terganggu

Kuman masuk :
 Inhalasi
 Aspirasi kuman
 Hematogen

Streptokokus pneumonia Stapilokokus pneumonia

Alveoli Radang di bronkioli

Mengisi alveoli bersama Terbentuk nekrosis dan abses

5
Sel darah merah, leukosit

Reaksi radang Penyebaran ke pori bronkial

Pada saluran napas dan Pneumatosel


parenkim paru

Meluas keseluruh obus Peningkatan sekret batuk Bersihan jalan


napas

Konsolidasi Pekak ronchi

Paru padat seperti hati Peningkatan cairan alveolus

Radang pada parenkim Pengembangan paru tidak maksimal

Gangguan pertukaran gas - Pola napas tidak efektif


Panas tinggi - Nyeri
Istirahat tidur - Sesak
Cemas - Intoleransi aktivitas
- Pola makan

Defisit volume cairan

G. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Ridha (2014), pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan,
diantaranya :
1. Pemeriksaan sputum gram dan kultur sputum dengan sampel adekuat
2. Pemeriksaan darah, leukositosis, led, kultur darah
3. Radiologi, abnormalitas yang disebabkan adanya konsolidasi dan
kelainan bisa satu lobus atau lebih dan atau sebagai dari lobus.

6
H. Penatalaksanaan
Menurut Ridha (2014), penatalaksanaan yang bisa dilakukan,
diantaranya :
1. Antibiotika diberikan sesuai penyebabnya
2. Ekspektoran yang dapat dibantu dengan postural drainase
3. Rehidrasi yang cukup dan adekuat
4. Latihan napas dalam dan batuk efektif sangat membantu
5. Oksigenasi sesuai dengan kebutuhan dan yang adekuat
6. Isolasi pernapasan sesuai dengan kebutuhan
7. Diet tinggi kalori dan tinggi protein
8. Terapi lain sesuai dengan komplikasi

I. Pengkajian Keperawatan
Menurut Yulianti, Kimin, dan Mardella (2013), pengkajian
keperawatan yang bisa dilakukan, meliputi :
1. Kaji adanya demam, menggigil, berkeringat malam, nyeri jenis pleuritik,
keletihan, takipnea, penggunaan otot aksesoris pernafasan, bradikapdi,
batuk dan sputum purulen
2. Pantau pasien untuk melihat: perubahan suhu dan nadi, jumlah, bau,
sekresi, frekuensi dan keparaan batuk, derajat takipnea atau sesak nafas,
melakukan inspeksi dan auskultasi dada, dan perubahan pada hasil foto
rotgen dada.
3. Kaji pasien lansia untuk melihat perilaku yang tidak biasa, perubahan
status mental, dehidrasi, keletihan yang berlebihan dan gagal jantung
yang menyertai.

J. Komplikasi
Menurut Ridha (2014), komplikasi yang bisa terjadi pada pneumonia,
yaitu :
1. Efusi pleura dan emfiema

7
2. Komplikasi sistemik
3. Hipoksemia
4. Pneumonia kronik
5. Bronkietasis

K. Discharge planning
1. Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat :
a. Dosis, rute dan waktu yang cocok dan menyelesaikan dosis
seluruhnya
b. Efek samping
c. Respon anak
2. Berikan informasi pada orang tua tentang cara-cara pengendalian infeksi
serta cara pencegahannya :
a. Hindari pemajanan kontak infeksius
b. Ikuti jadwal imunisasi

L. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi dan obstruksi jalan
napas
2. Defisit volume cairan b.d. intake oral tidak adekuat, takipneu, demam
3. Intoleransi aktivitas b.d. fatigue
4. Defisit pengetahuan b.d. perawatan anak pulang

M. Rencana asuhan keperawatan (NANDA NIC, 2013)


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.
a. Batasan karakteristik :
1) Dispneu, penurunan suara nafas
2) Orthopneu
3) Cyanosis

8
4) Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
5) Kesulitan berbicara
6) Batuk
7) Mata melebar
8) Produksi sputum
9) Gelisah
10) Perubahan frekuensi dan irama nafas.
b. Faktor yang berhubugan
c. Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif POK,
infeksi
d. Fisiologis : disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronkus,
alergi jalan nafas, asma
e. Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mucus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing.
f. Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada siaonosis dan dispneu (mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3) Mampu mengidentifikasi dan mencgah faktor yang dapat
mengahmbat jalan nafas.
g. NIC
1) Airway suction
a) Pastikan kebutuhan oral
b) Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
c) Informasikan kepada klien dan keluarga tentang
suctioning

9
d) Minta klien untuk nafas dalam sebelum suction di
lakukan
e) Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suction nasotrakeal
f) Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
g) Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah
kateter di keluarkan dari nasotrakeal
h) Monitor status oksigen pasien
i) Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
j) Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien
menunukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2.
2) Airway Management
a) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau thrust bila
perlu
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi pasien perlunya memasang alat jalan nafas
buatan
d) Pasang mayo bila perlu
e) Lakukan fisioterapi dada bila perlu
f) Keluarkan secret dengan batuk atau suction
g) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
h) Lakukan suction pada mayo
i) Kolaborasi pemeberian bronkodilator bila perlu
j) Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
k) Atur intake untuk cairan untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
l) Monitor respirasi dan status O2.

10
2. Defisit volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan intrasellular.
Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran
sodium.
a. Batasan karakteristik
1) Kelemahan
2) Haus
3) Penurunan turgor kulit/lidah
4) Membrane mukosa/kulit kering
5) Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan
volume/tekanan nadi
6) Pengisian vena menurun
7) Perubahan status mental
8) Konsentrasi urin meningkat
9) Temperature tubuh meningkat
10) Hematokrit meninggi
11) Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing).
b. Faktor yang berhubungan
1) Kehilangan volume cairan secara aktif
2) Kegagalan mekanisme pengaturan.
c. Kriteria hasil
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3) Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
d. Fluid management
1) Timbang popok/pembalut jika perlu
2) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

11
3) Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan
4) Monitor vital sign
5) Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
harian
6) Lakukan terapi IV
7) Monitor status nutrisi
8) Berikan cairan
9) Berikan cairan IV pada suhu ruangan
10) Dorong masukan oral
11) Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
12) Dorong keluarga untuk membantu pasin makan
13) Tawakan snack (jus buah, buah segar)
14) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih memburuk
15) Atur kemungkinan transfuse
16) Persiapan untuk transfuse.

3. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory

Kriteria Hasil :

a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan


tekanan darah, nadi dan RR
b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
c. TTD normal
d. Level kelemahan
e. Sirkulasi status baik

Intervensi :

a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu


dilakukan

12
b. Bantu klien memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
c. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual
d. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
e. Bantu klien untuk mengembangkan motivasi dan penguatan

4. Intoleransi aktivitas b.d fatigue


Definisi : ketidakcukupan energy secara fisiologis maupun psikologis
untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau
aktifitas sehari-hari.
a. Batasan karakteristik
1) Melaporkan secar verbal adanya kelelahan atau kelemahan
2) Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
3) Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
4) Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
b. Faktor yang berhubungan
1) Tirah baring atau imobilisasi
2) Kelemahan menyeluruh
3) Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan
4) Gaya hidup yang dipertahankan.
c. Kriteria hasil
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tkanan darah, nadi dan RR
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
d. Activity terapi
1) Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam
merencanakan program terapi yang tepat
2) Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial

13
4) Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
5) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
6) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7) Bantu klien untuk membuat jadwal latian diwaktu luang
8) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9) Sediakan penguatan positif bagi yang beraktivitas
10) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
11) Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.
a. Energy Management
12) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
13) Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
14) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
15) Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
16) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
berlebihan
17) Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktifitas
18) Monitor pula tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien.
5. Defisit pengetahuan b.d perawatan anak pulang
a. Criteria hasil
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

14
b. NIC
1) Teaching : disease process
a) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
b) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara
yang tepat
c) Gambarkan tanda gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat
d) Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
e) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
tepat
f) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
g) Hindari harapan kosong
h) Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
i) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan
dating dan aau proses pengontrolan penyakit
j) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
k) Dukung pasin untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second optinion dengan cara yang tepat
l) Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
m) Instruksikan pasien mengenai tanda gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi dengan cairan,
dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveoli
dan rongga interstisium.
2. Klasifikasi pneumonia ada 3, yaitu klinis dan epidemiologi, kuman
penyebab, dan prediksi infeksi.
3. Pneumonia bisa disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah
bakteri, virus, jamur, protozoa, dan bahan kimia.
4. Manifestasi klinis yang terjadi pada pneumonia, meliputi : gejala klinik
tergantung dari penyebab pneumonia, keluhan utama berupa batuk 80
%, nyeri dada (tampak sangat sakit dan berkeringat), demam tinggi
pada 5-10 hari pertama, dan sesak napas.
5. Patofiologi dari pneumonia pneumonia disebabkan oleh berbagai agen
mikroba di berbagai tatanan. Organisme yang biasa menyebabkan
pneumonia antara lain pseudomonasaerudinosa dan spesies klepsiella,
staphylococcus aureus, haemophilus influenzae, staphylococcus
pneumoniae, dan basilus gram negatif, jamur, dan virus.
6. Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, diantaranya : pemeriksaan
sputum gram dan kultur sputum, pemeriksaan darah, leukositosis, led,
kultur darah, dan radiologi.
7. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan, diantaranya : antibiotika, postural
drainase, rehidrasi, latihan napas dalam dan batuk efektif, oksigenasi,
dan isolasi pernapasan sesuai dengan kebutuhan, diet tinggi kalori dan
tinggi protein.

16
DAFTAR PUSTAKA

Huda, N.A. & Kusuma, H. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction

Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan


sistem pernapasan. Jakarta: salemba medika.

Ridha, H.N. (2014). Buku ajar keperawatan anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yulianti, D; Kimin, A. & Mardella, E.A. (2013). Keperawatan medikal bedah


Brunner & Suddarth edisi 12. Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai