Anda di halaman 1dari 12

TUGAS EPIDEMIOLOGI PTM

EPIDEMIOLOGI ATHEROSKLEROSIS

KELOMPOK 3 :
1. INDAH MUTIARA YURI
2. NURUL LATIFAH
3. NINDA YULIA PUTRI

STIKES HANGTUAH PEKANBARU

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

2018/2019
Latar Belakang

Arteriosklerosis merupakan keadaan pada pembuluh arteri yang mengakibatkan


penebalan arteriol dan pengerasan pada pembuluh darah arteri diakibatkan oleh penumpukan
lemak. Aterosklerosis merupakan jenis yang penting dari arteriosklerosis, istilah
aterosklerosis merupakan sinonim dari arteriosklerosis.

Aterosklerosis merupakan penyakit yang melibatkan cabang-cabang aorta yang besar


dan arteri berukuran sedang, seperti arteri yang menyuplai darah ke bagian-bagian
ekstremitas, otak, jantung dan organ dalam utama. Penyakit ini multifokal, dan lesi unit, atau
ateroma (bercak aterosklerosis), terdiri dari masa bahan lemak dengan jaringan ikat fibrosa.
Sering disertai endapan sekunder garam kalsium dan produk-produk darah. Bercak
aterosklerosis mulai pada lapisan intima atau lapisan dalam dinding pembuluh tetapi dalam
pertumbuhannya dapat meluas sampai melewati tunika media atau bagian muskuloelastika
dinding pembuluh.

Sekarang aterosklerosis tak lagi dianggap merupakan proses penuaan saja. Timbulnya
"bercak-bercak lemak" di dinding arteria koronaria merupakan fenomena alamiah bahkan
sejak masa kanak-kanak dan tidak selalu harus menjadi lesi aterosklerotik; terdapat banyak
faktor saling berkaitan yang dapat mempercepat proses aterogenik. Telah dikenal beberapa
faktor yang meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis koroner pada individu tertentu.

Aterosklerosis adalah perubahan dinding arteri yang ditandai akumulasi lipid


ekstrasel, recruitment dan akumulasi lekosit, pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi
miosit, deposit matriks ekstrasel, akibat pemicuan patomekanisme multifaktor yang bersifat
kronik progresif, fokal atau difus, bermanifestasi akut maupun kronis, serta menimbulkan
penebalan dan kekakuan arteri.Aterosklerosis disebabkan faktor genetik serta intensitas dan
lama paparan faktor lingkungan (hemodinamik, metabolik, kimiawi eksogen, infeksi virus
dan bakteri, faktor imunitas dan faktor mekanis), dan atau interaksi berbagai faktor tersebut.

Atherosklerosis bukanlah penyakit yang baru dikenal. Pembuluh darah mummi Mesir,
lebih dari 3500 tahun yang lalu, ternyata telah mengidap penyakit ini. Otopsi pertama yang
dilakukan pada tahun 1931menunjukkan adanya tanda-tanda pengapuran pada pembuluh
koroner seorang mummi wanita berusia 50 tahun. Otopsi pada 200 serdadu yang mati muda
dalam perang Korea menunjukkan 50 persen serdadu itu menunjukkan tanda-tanda
pengapuran pada pembuluh koronernya walaupun mereka tidak mempunyai keluhan sama
sekali. Di Amerika Serikat, 46 persen dari anak muda yang mati karena kecelakaan lalu lintas
ternyata sudah mengidap pengapuran koroner yang nyata, tetapi tetap tanpa gejala yang
nyata. Penyakit jantung koroner (PJK) yang berawal dari aterosklerosis telah menjadi
penyebab utama kematian dewasa ini. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari
117 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002. angka ini
diperkirakan meningkat 11 juta orang pada tahun 2020. Di Indonesia, kasus PJK semakin
sering ditemukan karena pesatnya perubahan gaya hidup. Meski belum ada data
epidemiologis pasti, angka kesakitan/kematiannya terlihat cenderung meningkat. Hasil survey
kesehatan nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari 1.000 penduduk Indonesia menderita
PJK. Perbaikan kesehatan secara umum dan kemajuan teknologi kedokteran menyebabkan
umur harapan hidup meningkat, sehingga jumlah penduduk lansia bertambah. Survey di tiga
kecamatan di daerah Djakarta Selatan pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi lansia
melewati angka 15% yang sebelumnya diperkirakan hanya 7,5% bagi Negara berkembang.
Usia lansia yang didefinisikan sebagai umur 65 tahun ke atas (WHO) ditenggarai
meningkatkan berbagai penyakit degeneratif yang bersifat multiorgan. Prevalensi PJK
(Penyakit Jantung Koroner) diperkirakan mencapai 50% dan angka kematian mencapai lebih
dari 80% yang berarti setiap 2 (dua) orang lansia satu mengidap PJK dan jika terserang PJK
maka kematian demikian tinggi dan hanya 20% yang dapat diselamatkan.

1. Definisi

Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat


timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat
aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, dan organ vital
lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju
ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi didalam arteri yang
menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi serangan jantung. Biasanya arteri yang
paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.

Aterosklerosis juga dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic atau ASVD


berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan sklerosis (indurasi dan
pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil
yang ditandai oleh deposit substansi berupa endapan lemak, trombosit, makrofag, leukosit,
kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di
dalam lapisan arteri di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika
media.(www.medicastore.com)
Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda. yang menyerang intima arteri besar dan
medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium. komponen darah,
karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal
sebagai aleroma atau plak. Karena aterosklerosis merupakan pe¬nyakit arteri umum, maka
bila kita menjumpainya di ekstremitas, maka penyakit tersebut juga terdapat di bagian tubuh
yang lain. (Brunner & Suddarth, 2002).
Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning karena
mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah suatu proses
berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan fase stabil dan fase tidak stabil yang
silih berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tidak terduga berkaitan dengan
rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti gejala klinik. Seringkali rupture plak
segera pulih, dengan cara inilah proses plak berlangsung. (Hanafi, Muin R, & Harun, 1997)
Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang mulai tua. Namun
sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi juga pada kanak-kanak. Karena
timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah menjadi fenomena alamiah yang
tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis terlebih dahulu.

2. Etiologi

Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran
darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan
lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak
penebalan di lapisan dalam arteri.

Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma, terisi
dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak, terutama
kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam arteri
sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan,
mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga
disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma
terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan
kalsium, sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa pecah. Dan kemudian darah bisa masuk
ke dalam ateroma yang telah pecah, sehingga ateroma akan menjadi lebih besar dan lebih
mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu
pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan
menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas dan mengalir bersama aliran
darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).
Ada 9 faktor resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis yaitu:

1. kadar kolesterol darah - ini termasuk kolesterol LDL tinggi (kadang-kadang disebut
kolesterol jahat) dan kolesterol HDL rendah (kadang-kadang disebut kolesterol baik).
2. Tekanan darah tinggi - tekanan darah dianggap tinggi jika tetap pada atau di atas
140/90 mmHg selama periode waktu.
3. Merokok - ini bisa merusak dan mengencangkan pembuluh darah, meningkatkan
kadar kolesterol, dan meningkatkan tekanan darah - merokok juga tidak
memungkinkan oksigen yang cukup untuk mencapai jaringan tubuh.
4. Resistensi insulin - Insulin adalah hormon yang membantu memindahkan darah gula
ke dalam sel di mana itu digunakan dan resistensi insulin terjadi ketika tubuh tidak
dapat menggunakan insulin sendiri dengan benar.
5. Diabetes - ini adalah penyakit di mana tingkat gula darah tubuh tinggi karena tubuh
tidak membuat cukup insulin atau tidak menggunakan insulin dengan benar.
6. Kegemukan atau obesitas - kegemukan adalah memiliki berat badan ekstra dari otot,
tulang, lemak, dan / atau air - obesitas adalah memiliki jumlah tinggi lemak tubuh
ekstra.
7. Kurangnya aktivitas fisik - kurangnya aktivitas dapat memperburuk faktor risiko lain
untuk aterosklerosis.
8. Umur - sebagai usia tubuh meningkatkan risiko aterosklerosis dan atau gaya hidup
faktor genetik menyebabkan plak untuk secara bertahap membangun di arteri - pada
pertengahan usia atau lebih, plak cukup telah membangun menyebabkan tanda-tanda
atau gejala, pada pria, risiko meningkat setelah usia 45, sedangkan pada wanita, risiko
meningkat setelah usia 55.
9. Riwayat keluarga penyakit jantung dini - risiko aterosklerosis meningkat jika ayah
atau saudara laki-laki didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum usia 55 tahun,
atau jika ibu atau saudara perempuan didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum
usia 65 tahun tetapi meskipun usia dan riwayat keluarga penyakit jantung dini faktor
risiko, itu tidak berarti bahwa Anda akan mengembangkan atherosclerosis jika Anda
memiliki satu atau keduanya. Membuat perubahan gaya hidup dan / atau mengambil
obat-obatan untuk mengobati faktor risiko lainnya seringkali dapat mengurangi
pengaruh genetik dan mencegah aterosklerosis dari berkembang, bahkan pada orang
dewasa yang lebih tua.

3. Patofisiologi

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.


Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel
endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah
karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang
terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi
semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding
kasar ,akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah pembentukan thrombus pada
permukaan plak; dan penimbunan lipid terus menerus.Bila fibrosa pembungkus plak pecah,
maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di
sebelah distal plak yang pecah.

Sistem kardiovaskuler bekerja secara terus-menerus dan pada kebanyakan kasus,


secara efisien. Tapi masalah dapat muncul ketika aliran darah berkurang atau tersumbat. Bila
pembuluh darah ke jantung tersumbat total, jantung tidak mendapatkan oksigen secara cukup
dan suatu serangan jantung dapat terjadi. Hal ini dapat berakibat fatal, dan pada
kenyataannya, menghasilkan jumlah jutaan kematian setiap tahun, membuat penyakit
kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Penyakit jantung dapat
bersiklus fatal, karena pembuluh darah terbatas, tidak hanya dapat merusak jantung, tapi juga
membuatnya bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui sistem sirkulasi. Lagipula,
kerusakan jantung menjadikan jantung kurang efisien dan harus bekerja walaupun dengan
keras untuk tetap melanjutkan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Dari waktu ke waktu,
penyakit jantung memimpin masalah utama penglibatan jantung, paru-paru, ginjal, dan segera
keseluruhan sistem, sebab setiap organ dalam tubuh mempercayakan kecukupan oksigen dan
nutrisinya pada jantung. Secara khusus, sumbatan yang menyebabkan masalah dibentuk oleh
suatu pertumbuhan lekatan yang dikenal sebagai plak aterosklerotik.

Arterosklerosismerupakan suatu proses yang kompleks. Secara tepat bagaimana


arterosklerosis dimulai atau apa penyebabnya tidaklah diketahui, tetapi beberapa teori telah
dikemukakan.
Kebanyakan peneliti berpendapat aterosklerosis dimulai karena lapisan paling dalam
arteri, endotel, menjadi rusak. Sepanjang waktu, lemak, kolesterol, fibrin, platelet, sampah
seluler dan kalsium terdeposit pada dinding arteri.
Timbul berbagai pendapat yang saling berlawanan sehubungan dengan patogenesis
aterosklerosis pembuluh koroner. Namun perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh
yang mengalami kerusakan dapat diringkaskan sebagai berikut:
 Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang tampak
bagaikan garis lemak.
 Penimbunan lemak, terutama betalipoprotein yang mengandung banyak
kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam.
 Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosis.
 Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak,
jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.
 Perubahan degeneratif dinding arteria.
Meskipun penyempitan lumen berlangsung progresif dan kemampuan vascular untuk
memberikan respon juga berkurang, manifestasi klinis penyakit belum nampak sampai proses
aterogenik sudah mencapai tingkat lanjut. Fase preklinis ini dapat berlangsung 20-40 tahun.
Lesi yang bermakna secara klinis, yang dapat mengakibatkan iskemia dan disfungsi
miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75% lumen pembuluh darah. Banyak penelitian
yang logis dan konklusif baru-baru ini menunjukkan bahwa kerusakan radikal bebas terhadap
dinding arteri memulai suatu urutan perbaikan alami yang mengakibatkan penebalan tersebut
dan pengendapan zat kapur deposit dan kolesterol. Sel endotel pembuluh darah mampu
melepaskan endothelial derived relaxing factor (EDRF) yang menyebabkan relaksasi
pembuluh darah, dan endothelial derived constricting factor (EDCF) yang menyebabkan
kontraksi pembuluh darah. Pada keadaan normal, pelepasan ADRF terutama diatur oleh
asetilkolin melalui perangsangan reseptor muskarinik yang mungkin terletak di sel endotel.
Berbagai substansi lain seperti trombin, adenosine difosfat (ADP), adrenalin, serotonin,
vasopressin, histamine dan noradrenalin juga mampu merangsang pelepasan EDRF, selain
memiliki efek tersendiri terhadap pembuluh darah. Pada keadaan patologis seperti adanya lesi
aterosklerotik, maka serotonin, ADP dan asetil kolin justru merangsang pelepasan EDCF.
Hipoksia akibat aterosklerotik pembuluh darah juga merangsang pelepasan EDCF. Langkah
akhir proses patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi dengan cara berikut:
 Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plaque
 Perdarahan pada plak ateroma
 pembentukan thrombus yang diawali agregasi trombosit
 Embolisasi thrombus atau fragmen plak
 Spasme arteria koronaria
Aterosklerotik dimulai dengan adanya kerusakan endotel, adapun penyebabnya antara
lain adalah:
 Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah
 Tekanan darah yang tinggi
 Tembakau
 Diabetes
Dikarenakan kerusakan pada endothelium, lemak, kolesterol, platelet, sampah produk
selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit pada dinding pembuluh darah. Hal
itu dapat menstimulasi sel dinding arteri untuk memproduksi substansi lainnya yang
menghasilkan pembentukannya dari sel.
Terdapat berbagai hipotesis tentang patogenesis terjadinya aterosklerosis antara lain
(1) Menurut teori infiltrasi lemak, sebagai akibat kadarlow-density lipoprotein (LDL)
yang tinggi didalam plasma maka terjadi peningkatan pengangkutan lipoprotein
plasma melalui endotel Peninggian kadar lemak pada dinding pembuluh darah
kemampuan sel untuk mengambil lemak melewati ambang batas sehingga terjadi
penimbunan.
(2) Teori trauma endotel terjadi akibat berbagai faktor termasuk hiperlipidemia,
hipertensi, disfunsi hormonal, dll.
(3) Teori monoclonal menyatakan tiap lesi aterosklerosis berasal dari sel otot polos
tunggal yang bertindak sebagai sumber untuk proliferasi sel lain.
(4) Teori clonal senescence didasarkan pada hubungan antara pertambahan umur dan
berkurangnya aktivitas replikatif sel pada biakan

4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung


koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau penyumbatan
mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi
terbentuknya, sehinnga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika
aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian tubuh yang
diperdarahinnya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang
mengangkut oksigen ke jaringan

Gejala awal dari penyempitan arteri dapat berupa :


 Nyeri kronis di kaki : Seorang pasien yang menderita aterosklerosis umumnya
mengeluh sakit kronis di kaki. Warna kaki juga berubah menjadi gelap dan
biasanya dingin. Karena rasa sakit, pasien mungkin kesulitan dalam berjalan
dan menunjukkan kelesuan dalam melakukan pekerjaan.
 Kehilangan rambut pada kaki : Jika rambut biasanya hadir pada kaki dan
tangan pasien, kehilangan rambut yang signifikan terlihat ketika ia menderita
aterosklerosis. Penurunan jumlah rambut cukup terlihat dalam kasus demikian.
 Nyeri otot : Pasien mungkin merasa nyeri pada bagian paha, betis, atau kaki;
serta sulit untuk duduk atau tidur dengan nyaman. Gejala ini tidak boleh
diabaikan dan perlu dikonsultasikan dengan dokter jika nyeri terus ada untuk
jangka waktu yang lama.
 Mati rasa pada kaki : Penderita mungkin sering menemukan kakinya menjadi
mati rasa dalam kasus dia duduk dalam satu posisi untuk waktu yang lama. Dia
juga mungkin merasa kaku pada otot dan merasa sakit untuk berjalan di bawah
kondisi seperti itu.
 Cepat Lelah : Perhatikan terjadinya kelelahan yang tidak biasa. Berkurangnya
aliran darah melalui arteri dapat menyebabkan seseorang merasa cepat lelah
tanpa sebab yang jelas.
 Peningkatan Kadar Kolesterol : Kadar kolesterol tinggi adalah salah satu tanda
peringatan utama yang berhubungan dengan aterosklerosis. Seseorang dengan
kadar kolesterol tinggi, harus memeriksakan diri dan berkonsultasi dengan
dokter perihal metode yang paling tepat untuk mengurangi kadar kolesterol
yang tinggi.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aterosklerosis
yaitu dengan cara:
1. ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan
kaki dan lengan,
2. pemeriksaan doppler di daerah yang terkena ,
3. skening ultrasonik duplex,
4. CT scan di daerah yang terkena,
5. arteriografi resonansi magnetik, arteriografi di daerah yang terkena,
6. IVUS (intravascular ultrasound).

6. Penatalaksanaan Medis
Pada tingkat tertentu, tubuh akan melindungi dirinya dengan membentuk pembuluh
darah baru di daerah yang terkena. Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar
lemak dan kolesterol dalam darah seperti kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat,
gemfibrozil, probukol, dan lovastatin. Untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah,
dapat diberikan obat-obatan seperti aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan.
Sementara angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran
darah yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk
mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana
arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna
menghindari arteri yang tersumbat.
a. Pengobatan

Tindakan untuk mengurangi resiko ateresklerosis, dengan cara ini plak yang terbentuk
diharapkan tidak bertambah besar, misalnya dengan:

 mengatasi tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol, dan mengendalikan diabetes.


 perubahan gaya hidup: tidak merokok, makan makanan bergizi, dan olahraga.
 tindakan untuk mengatasi komplikasi yang ada misalnya serangan jantung, gagal
jantung, gagal ginjal, stroke, dan kram pada tungkai.

Bisa juga diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah
(contohnyaKolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil,probukol,lovastatin).Aspirin,
ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko
terbentuknya bekuan darah.
Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah
yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk
mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana
arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna
menghindari arteri yang tersumbat.
7. Pencegahan
Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan adalah faktor-faktor
resikonya. Jadi tergantung kepada faktor resiko yang dimilikinya, seseorang hendaknya:

 Menurunkan kadar kolesterol darah


 Menurunkan tekanan darah
 Berhenti merokok
 Menurunkan berat badan
 Berolah raga secara teratur.

 HiMenghindari/ membatasi makanan tinggi lemak /kolesterol

 ndari stress

 olah raga teratur (min 30 menit tiap hari)

 Perbanyak makan sayur dan buah-buahan


DAFTAR PUSTAKA
Agamemnon Despopoulos, Stefan Silbernagi. 2003. Color Atlas of Physiology. New York.
Thieme e-book

corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Hanafi, Muin Rahman, Harun. 1997. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: FKUI

Kalim H. 2001. Penyakit Kardiovaskuler dari Pediatrik sampai Geriatrik. Jakarta: Balai
Penerbit RS Jantung Harapan kita

Kusmana, Hanafi. 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI

Kusumawidjaja. 1996. Patologi. Jakarta: FKUI

http://www. en.wikipedia.org./wiki/arteri

http://www. search.ebscohost.com/journal/arteriosclerosis.htm

Lipkin, David. 2003. Finding the Age Patient’s Heart. 326:1045-1046.


(http://www.BMJ.com)

Price, Sylvia Anderson. 2005. Textbook of Pathophysiology. 6th ed. Jakarta : EGC.

Price Sylvia Anderson, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC

R Syamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. –ed.2.-.


Jakarta : EGC.

Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Taggarat, David P. 2007. Coronary Revascularition. 334:593-594. (http://www.BMJ.com)

Wahid, Mubarak, Iqbal & Nurul Chayati. 2005 Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai