Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Masalah Utama
Gangguan proses pikir:waham......
II. Proses terjadi masalah
Delusi (waham) adalah keyakinan seseorang dengan berdasarkan pada
adanya penilaian terhadap realitas yang salah dan keyakinan tersebut
dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan
diluar diri pasien baik secara sosial, budaya dan latar belakang agama
(Boyd,1998). Biasanya dikategorikan dengan non bizarre, maksudnya adalah
adanya karakteristik digambarkan dengan situasi yang mungkin yang dapat
timbul dari kenyataan hidup dan masuk akal dalam konteks latar belakang etnik
dan budaya seseorang. Sebagai contoh situasi kehidupan meliputi sesuatu yang
diikuti, terpapar racun, atau infeksi, dan sesuatu yang dicintai namun ada jarak
atau ditipu oleh pasangan atau orang yang mencintai. Untuk mendiagnosis
adanya gangguan delusi, maka harus ada karakteristik non bizarre kurang lebih
satu bulan (APA, 1994 dalam Boyd,1998).
Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya berbagai macam proses kehilangan
yang dialami seseorang didalam kehidupannya. Proses kehilangan ini
merupakan suatu stresor yang menyebabkan terjadinya stres pada individu.
Apabila stres ini berkepanjangan, maka dapat memicu adanga masalah
gangguan jiwa dan salah satu tandanya adalah waham (Modul MPKP & BC
CMHN, 2006).
Waham merupakan gangguan dari isi pikir. Isi pikir merupakan bagian akhir
untuk pengkajian dari fungsi kognitif dan untuk mengevaluasi adanya delusi
yang dialami seseorang dengan schizoprenia. Pikiran adalah hasil dari suatu
yang muncul dari proses yang rumit yang mempengaruhi penyaringan dari
stimulus internal dan eksternal yang menggunaan suatu proses dari berbagai
pengulangan atau feedback dari otak. Pengenalan dari kompleksitas proses ini
membantu perawat untuk menghargai cara seseorang yang tak mau mundur
dengan pertahanan keyakinan dirinya. Ketidakmampuan dari otak untuk
melakukan proses akurasi data dapat menyebabkan adanya waham paranoid,
waham kebesaran, waham agama, waham nihilistik dan waham somatik.
Waham dapat terjadi karena adanya saling pengaruh antara fisiologi otak,
stimulus yang timbul dari lingkungan serta kerangka acuan yang dipakai
individu mengenai kehidupan. Waham dapat terjadi satu pikiran saja atau
meliputi keseluruhan dari proses kognitif (Stuart & Laraia, 2005). Dalam hal ini
waham dapat juga dilihat dari karakteristik kerusakan proses pikirnya, karena
proses pikir merupakan suatu cara atau bagaimana pasien mengekspresikan
dirinya. Proses pikir ini dapat diobservasi melalui pembicaraan secara verbal.
Meliputi: sircumstansial, flight of ideas, kehilangan asosiasi, neologisme,
perseverasi, tangensial, blocking.
a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
1) Faktor Biologi: perilaku berhubungan dengan respon neurobiologi yang
maladaptif. Adanya anomali dari otak: beberapa penelitian menunjukkan
bahwa ada keteraitan secara signifikan adanya pelebaran ukuran dari
ventrikel serebral dalam otak seseorang dengan schizoprenia. Dilatasi dari

1
sulcus cortikal dan fisura juga perlu diobservasi. Beberapa penelitian
menunjukkan juga adanya penurunan ukuran dari lobus temporal. Adanya
abnormal serebral asimetris, penurunan volume serebral, dan adanya
perubahan massa otak. Adanya neuropatologi: perubahan histologi dalam
otak yaitu pada area sistem limbik, thalamus, basal ganglia, hippocampus
dan kortek frontal.
2) Faktor Biokimia
Dopamin hipotesis yaitu meningkatnya reseptor dopamin dalam otak. Atau
hipotesis biokimia lainnya yaitu abnormalitas dari neurotransmiter seperti:
norepineprine, serotonin, acetylcoline, dan GABA. Serta abnormalitas dari
neuroregulator seperti prostaglandins, endorpin.
3) Faktor Genetik
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui secara
pasti. Namun studi tentang kembar: rata-rata schizoprenia antar kembar
monozygot (identik)adalah 4 kali dibanding dengan kembar dizygot dan
hampir 50 kali pada populasi secara umum. Namun demikian diyakini
bahwa interaksi dari lingkungan juga mempengaruhi. Studi lainnya yaitu
adopsi: dinyatakan bahwa anak adopsi dari ibu yang schizoprenia maka
akan berkembang menjadi sakit.
4) Faktor Fisiologi
Infeksi virus, abnormal dari anatomi dan struktur otak. Kondisi fisik otak
seperti epilepsi (biasanya pada lobus temporal), Hungtinton’s chorea,
trauma lahir, injury kepala waktu dewasa, alkoholisme, tumor serebral
(biasanya sistem limbik), kecelakaan pada serebrovaskuler, SLE,
myxedema, parkinsonism, dan penyakit Wilson’s .
5) Faktor Psikologis
Fokus pada hubungan antar anggota keluarga yang mengalami disfungsi
sistem keluarga.

b. Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping.
1) Faktor Sosial-budaya
Faktor tingkat sosioekonomi yang rendah lebih banyak mengalami
schizoprenia dibanding pada tingkat sosioekonomi tinggi. Penjelasan dari
hal ini dapat menyebabkan schizoprenia meliputi kondisi kehidupan yang
dalam kemiskinan, seperti tidak adanya akomodasi, inadekuat nutrisi, tidak
adanya perawatan prenatal, sedikit sekali sumber untuk mengatasi situasi
stres, dan perasaan yang tidak berdaya untuk merubah gaya hidup dalam
kemiskinan.
2) Kehidupan Penuh Stres

c. Prilaku
Respon klien terhadap waham dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata
dan tidak nyata.
1) Ingatan: pelupa, tidak berminat, kurang patuh
2) Perhatian: kesulitan menyelesaikan tugas, kesulitan konsentrasi pada tugas
3) Bentuk dan isi pembicaraan: kesulitan mengkomunikasikan pikiran dan

2
perasaan
4) Pengambilan keputusan: kesulitan melakukan dan menjalankan aktivitas,
Pikiran konkrit: ketidakmampuan untuk menjalankan perintah multipel,
masalah dalam penglolaan waktu, kesulitan mengelola keuangan,
penafsiran kata-kata dan simbol secara harfiah
5) Isi Pikir: delusi
d. Sumber Koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap pengaruh
gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi seperti modal
intelegensia atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif
mendidik anak-anak dan dewasa muda tentang keterampilan koping karena
mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Sumber koping
keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup,
ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan
secara berkesinambungan.
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping
dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang berhasil.
e. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan
respon neurobiologik, termasuk:
1) Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal
untuk aktivitas hidup sehari-hari.
2) Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi sebagai
tanggungjawab pada seseorang atau sesuatu
3) Menarik diri terkait dengan masalah membangun rasa percaya dan
preokupasi dengan pengalaman internal.
4) Koping keluarga biasanya denial dengan masalah yang dihadapi pasien.

III. Pohon masalah

Akibat Kerusakan komunikasi verbal Sindroma defisit perawatan


diri : mandi/kebersihan,
berpakaian/berhias

Masalah Utama Gangguan proses pikir : Intoleransi aktivitas


waham

Penyebab Gangguan konsep diri:


Harga diri rendah kronis

IV. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

3
A. Gangguan proses pikir: waham......
Data Utama:
1. Adanya ide-ide yang salah
2. Ketidakmampuan untuk konsentrasi
3. Kewaspadaan yang berlebihan
4. Kelainan tentang perhatian (distraktibilitas)
5. Ketidaktepatan interpretasi lingkungan
6. Kelainan kemampuan pengambilan keputusan,
menyelesaikan masalah, alasan pemikiran abstrak atau
konseptualisasi, berhitung
7. Perilaku sosial yang tidak sesuai: merefleksikan
ketidaktepatan pemikiran
8. Ketidakmampuan mempercayai orang lain
9. Perasaan takut sampai panik
B. Kerusakan komunikasi verbal
Data Utama:
1. Tidak adanya asosiasi antara ide yang satu dan lainnya
2. Menggunakan kata-kata yang berarti simbolik untuk
individu tersebut (neologisme)
3. Menggunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti, tidak
berhubungan atau bahasa gado-gado
4. Menggunakan kata-kata bersajak dengan bentuk kata yang
tidak umum (clang assocation) atau asosiasi gema
5. Pengulangan kata-kata yang didengar (ekolalia)
6. Menggunakan refleksi pikiran konkrit (ketidakmampuan
untuk berpikir abstrak)
7. Kontak mata kurang (tidak ada kontak maya atau tidak mau
menatap langsung pada lawan bicara)
C. Harga diri rendah kronis:
1. Menarik diri
2. Menjadi sangat kritis atau menghakimi diri dan orang lain
3. Ekspresi-ekpresi ketidak berdayaan
4. Takut gagal
5. Ketidak mampuan mengakui keberhasilan
6. Hubungan interpersonal tidak memuaskan
7. Pandangan yang negatif atau pesimistik
D. Intoleransi aktivitas
E. Sindroma defisit perawatan diri : mandi/kebersihan,
berpakaian/berhias.
1. Ketidakmampuan / menolak untuk membersihkan tubuh
atau bagian-bagian tubuh
2. Ketidak mampuan dan kurangnya minat dalam memilih
pakaian yang sesuai untuk dikenakan, berpakaian, merawat atau
mempertahankan penampilan.
3. ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan defikasi atau
berkemih dengan bantuan

4
V. Rencana Tindakan
Terapi Kemampuan S1 SP
Klien 1. Tujuan tindakan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara
bertahap
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan SP 1
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
2. Tindakan keperawatan
a. Membantu pasien
berorientasi terhadap realitas:
Tidak mendukung atau membantah waham, yakinkan
pasien berada dalam keadaan aman, observasi pengaruh
waham terhadap aktovitas sehari-hari. Jika pasien terus
menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien
berhenti membicarakannya. Berikan pujian bila
penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
b. Mendiskusikan kebutuhan
psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
c. Tingkatkan aktivitas yang
dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
SP 2

d. Mendiskusikan tentang
kemampuan positif yang dimiliki
e. Melatih menggunakan
kemampuan yang dimiliki SP 3

f. Berdiskusi tentang obat


yang diminum pasien
Keluarga g. Melatih pasien melakukan
minum obat yang benar

1. Tujuan Tindakan SP 1
a. Kelu
arga mampu mengidentifikasi waham pasien
b. Kelu
arga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi
kebutuhan yang dipenuhi waham
c. Kelu
arga mampu mempertahankan program pengobatan
pasien secara optimal
2. Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan masalah yang

5
dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah
b. Diskusikan dengan keluarga
tentang waham yang dialami pasien
c. Diskusikan dengan keluarga
tentang: SP2
1) Cara merawat pasien waham di rumah
2) Follow up dan keteraturan
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
d. Diskusikan dengan keluarga SP3
tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat)
e. Diskusikan dengan keluarga
kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera

f. Latih cara merawat

g. Menyusun rencana pulang


pasien bersama keluarga

Kelompok Terapi Aktivitas Kelompok SP4


Pasien

Terapi Kemampuan Spesialis (S 2) SP


Individu A. Terapi Kognitif
Sesi I : Mengungkapkan pikiran otomatis SP1
a. Terapis mengidentifikasi masalah : ”what”,
”where”, ”when”, ”who”.
b. Diskusikan sumber masalah
c. Diskusikan pikiran dan perasaan
d. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam
distorsi kognitif
e. Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien

Sesi II : Mengungkapkan alasan


a. Diskusikan pikiran otomatis
b. Tanyakan penyebabnya
c. Beri respon terhadap pernyataan pasien
h. Tanyakan tindakan klien
i. Anjurkan pasien
menuliskan perasaannya.
SP2
Sesi III : Tanggapan terhadap pikiran otomatis
a. Dorong pasien untuk
memberikan pendapat
b. Berikan umpan balik

6
c. Dorong untuk mengungkapkan keinginan
d. Berikan persepsi perawat terhadap keinginan
e. Beri reinforcement posisif
f. Jelaskan metode 3 (tiga) kolom
g. Diskusikan cara menggunakan metode 3 kolom
h. Diskusikan cara menggunakan metode 3 (tiga) kolom
i. Anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara
penyelesaian

SP3

Sesi IV : Menuliskan pikiran otomatis


a. Anjurkan klien untuk menuliskan pikiran
otomatisnya
b. Dorong klien untuk mengomentari tulisan
c. Beri respon dan umpan balik
d. Anjurkan untuk melakukan
SP 4

Sesi V : Penyelesaian masalah


a. Diskusikan kembali prinsip terapi 3 kolom
b. Tanyakan stressor/masalah baru dan respon
penyelesaian
c. Tanyakan kemampuan menanggapi pikiran otomatis
negatif
d. Beri reinforcement positif
SP5

Sesi VI : Manfaat tanggapan


a. Diskusikan perasaan setelah
menggunakan tanggapan rasional
b. Beri umpan balik
c. Diskusikan manfaat tanggapan rasional
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan
masalah
e. Tanyakan hambatan yang dialami
f. Beri persepsi perawat
g. Diskusikan cara mengatasi hambatan
SP6
h. Anjurkan untuk mengatasi sesuai
kemampuan
i. Beri reinforcement positif

Sesi VII : Mengungkapkan hasil


a.. Beri reinforcement positif dan pendapat perawat
b. Diskusikan manfaat yang dirasakan
c. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
d. Berikan persepsi terhadap hambatan yang dihadapi
e. Diskusikan hambatan yang dialami dan cara mengatasi SP7
f. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan

7
g. Beri reinforcement positif

Sesi VIII : Catatan harian


a. Tany
akan apakah selalu mengisi buku harian
b. Beri
reinforcement positif
c. Disk SP8
usikan manfaat buku harian
d. Anju
rkan membuka buku harian bila menghadapi masalah
yang sama
e. Tany
akan kesulitan dan diskusikan cara penggunaan yang
efektif.

Sesi IX : Support system


a. Jelaskan pada keluarga
tentang terapi kognitif
b. Libatkan keluarga
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang telah
dimuliki klien
d. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan
menanggapi masalah klien

B. Terapi Prilaku

Kelompok Logoterapi

Keluarga Triangle Terapi


Sesi I : Mengenali dan mengekspresikan perasaan
a. Menyampaikan pada keluarga SP1
kemungkinan masalah yang terjadi pada klien.
b. Anjurkan keluarga untuk siap
mendengarkan dan menanggapi masalah klien.
c. Mempersilahkan klien untuk
menceritakan masalah yang dihadapi. Pada saat ini,
terapis menggunakan tehnik – tehnik komunikasi,
misalnya; silence, klarifikasi, focusing, sentuhan
teraupetik dan lain – lain
d. Terapis menanyakan perasaan keluarga
terhadap masalah yang dihadapi klien tersebut.
e. Menanyakan efek dari masalah yang
dialaminya (kerugiannya) pada keluarga.

Sesi II : Menerima orang lain (klien) SP2


a. Bersama klien dan keluarga menggali kelebihan

8
klien, dokumentasikan.
b. Mengajak keluarga untuk dapat menerima orang
lain dan lebih banyak memberi kepada orang lain
bukan tergantung kepada orang lain (anggota
keluarga)
c. Memberikan lingkungan yang aman bagi anak

Sesi III : Penyelesaian masalah SP3


a. Terapis mengajak keluarga untuk merumuskan
hal- hal apa yang dapat keluarga lakukan dengan
kemampuannya dalam mengatasi masalah
tersebut.
b. Memberikan masukan apabila perlu (misalnya
keluarga belum mampu untuk memutuskan
sendiri)
c. Memberi kesempatan pada keluarga untuk
menjalankan kegiatan yang telah dirumuskan
d. Memberi pujian kepada keluarga terhadap
rencana kegiatan yang telah dibuat
e. Menjelaskan pada keluarga bahwa kunci dari
keberhasilan terapis adalah tergantung dari
kedisiplinan klien dan keluarga sendiri.
SP4
Sesi IV : Mengungkapkan hasil
3 a. Beri reinforcement positif
4 b. Diskusikan manfaat yang diraakan
5 c. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
6 d. Berikan persepsi terhadap ambaran yang dihadapi.
7 e. Diskusikan untuk mengatasi sesuai memampuan
8 f. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan
9 g. Beri reinforcement positif

Keluarga Komunikasi Terapi


Komunitas A. ACT
B. Psycoeducation Therapy

Kelompok Stimulasi Perkembangan


Terapeutik

9
Strategi Pelaksanaan
Untuk Klien
Masalah : Gangguan proses pikir:waham
Pertemuan : Ke 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya adalah penghuni surga, orang suci,
sehingga harus menggunakan pakaian putih setiap hari. Klien
menguasai pembicaraan, sering berganti topik pembicaraan.
2. Diagnosa : Gangguan proses pikir : waham agama
3. TUK :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara
memnuhi kebutuhan
c. Mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Orientasi :
“ Assalamualaikum, Saya perawat yang akan merawat N. Nama Saya
NF, senang dipanggil N. Nama lengkapnya siapa dan senang dipanggil
apa?”
“ Bagaimana perasaan St hari ini? Apa keluhan St saat ini”
“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang St
rasakan sekarang? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 ment?”

Kerja :
“ Saya mengerti St merasa bahwa St adalah orang suci dan penghuni
surga, namun sulit bagi saya untuk mempercayai hal itu, karena setahu
saya penghuni surga itu ada dialam akhirat bukan didunia seperti
sekarang ini. Apa bisa dilanjutkan pembicaraan yang terputus tadi St?”

10
”Kelihatannya St gelisah, coba ceritakan apa yang St rasakan saat ini?”
Oh...jadi selama ini St merasa takut nanti diatur-atur sama orang lain dan
merasa tidak punya hak untuk mengatur diri St sendiri?”
”Siapa menurut St, orang yang sering mengatur-atur St itu?”Jadi suami
ya yang selama ini sering mengatur-atur St, juga bapak dan ibu St ya, apa
masih ada orang lain lagi?”
”Kalau menurut St sendiri, St inginnya seperti apa?”Oh..bagus kaau St
sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri?”Coba kita tuliskan
rencana dan jadwal itu ya St”
”Ya begitu..bagus sekali, jadi setiap hari St ingin ada kegiatan diluar
rumah karena bosan ya kalau dirumah terus”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan St setelah ngobrol sama suster?”
” Apa saja tadi yang sudah kita obrolkan?” Ya bagus..”
”Bagaimana kalau jadwal yang dibuat tadi coba dilakukan ya St, setuju
kan?”
“Bagaimana kalau kita bertemu 1 jam lagi untuk ngobrol tentang
emampuan yang pernah St miliki?”Mau dimana tempatnya?” Jam berapa
ya St?”“Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”

Masalah : Gangguan proses pikir


Pertemuan : Ke 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya adalah penghuni surga, orang suci,
sehingga harus menggunakan pakaian putih setiap hari. Klien
menguasai pembicaraan, sering berganti topik pembicaraan.
2. Diagnosa : Gangguan proses pikir: waham agama
3. TUK : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
Orientasi :
“ Assalamualaikum St.
”Bagaimana perasaan St hari ini?Bagus!” Apakah St sudah mengingat-
ingat apa saja hobi atau kegemaran yang St miliki? Bagus !”Bagaimana
kalau kita bicarakan hobi itu sekarang?”Berapa lama mau
berbicaranya?” Baiklah 20 menit.” Mau dimana duduknya?

Kerja :
“Coba St ceritakan pada suster, apa saja hobinya?Suster catat ya,
bagus..terus apalagi?”
”Wah...rupanya St pandai menjahit baju ya, tidak semua orang bisa
menjahit baju lho”
”Bisa St ceritakan pada suster sejak kapan St bisa menjahit, siapa dulu
yang mengajarkannya?” Terus dimana pertamakali belajar menjahit?”

11
”Coba St peragakan bagaimana cara menjahit yang benar?” Wah bagus
sekali ya!”
”Coba kita buat jadwal untuk kemampuan ST itu, berapa kali mau
melakukannya dalam sehari atau seminggu mau menjahitnya?”
”Apa yang St harapkan dari kemampuan St itu?” Masih ada tidak hobi
lainnya selain menjahit?”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan St setelah berbicara sama suster tentang hobi dan
kemampuan St?”
” Setelah ini, coba St lakukan terus hobi menjahit sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat tadi”.
”Kita akan ke ketemu lagi jam berapa”.Bagaimana kalau sebelum makan
siang?”Dikamar makan saja ya?”
”Nanti kita membicarakan tentang obat yang harus St minum, setuju
kan?”
”Baiklah St, sampai ketemu lagi...Assalamualikum...

Untuk Keluarga
Masalah : Gangguan proses pikir
Pertemuan : Ke 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya adalah penghuni surga, orang suci,
sehingga harus menggunakan pakaian putih setiap hari. Klien
menguasai pembicaraan, sering berganti topik pembicaraan.
2. Diagnosa : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran
3. TUK : Mengidentifikasi masalah, mejelaskan proses terjadinya
masalah, dan obat pasien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Orientasi :
“ Assalamualaikum Bapak/Ibu!”” Saya NF, perawat yang merawat
St”Bapak/Ibu namanya siapa dan senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu
tentang Ibu St?”
“Hari ini kita akan membicarakani tentang apa masalah yang St sedang
alami dan bantuan apa yang bisa Bapak/Ibu bisa berikan.”
“Kita mau berbicara di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara?
“Berapa lama waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

Kerja :
“Bapak dan Ibu, Apa masalah yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat
St?”

12
Apa saja yang sudah dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap St
yang sealu mengaku-ngaku penghuni surga tetapi nyatanya kan belum
meninggal adalah merupakan gangguan dalam proses berpikir.Untuk itu
akan suster jelaskan sika dan cara menghadapinya. Setiap kali St berkata
bahwa ia adalah penghuni surga, maka Bapak/Ibu dapat mengatakan
pertama:
”Kami mengerti St merasa menjadi penghuni surga, tapi sulit bagi kami
untuk mempercayainya karena setahu kami penghuni surga itu berada di
alam akhirat dan bukan didunia ini”
”Kedua: Bapak/Ibu harus sering memuji St jika ia melakukan hal-hal
yang baik”
”Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang
memang sering berinteraksi dengan St’
”Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan St tentang kebutuhan yang
diinginkan oleh St, misalnya: ”Bapak/Ibu percaya St punya kemampuan
yang diinginkan St, misalnya: ”Kami percaya St punya kemampuan dan
keinginan. Coba ceritakan pada kam, St kan punya kemampuan....
”Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” Jika St mau
mencoba maka berikan pujian
”Baka/Ibu, St juga perlu minum obat ini, agar pikirannya menjadi tenang,
tidurnya juga menjadi tenang”Obatnya ada tiga macam: warna orange
namanya CPZ gunanya untuk agar tenang, dan yang putih namanya THP
gunanya untuk rileks, dan yang merah jambu namanya HLP gunanya agar
pikiran tenang. Dan semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali
sehari, mulai jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Jangan sampai
dihentikan ya Bapak/Ibu sebelum berkonsultasi dengan dokter karena
dapat menyebabkan St kambuh lagi. Terus St juga sudah membuat jadwal
minum obat, jika dia minum obat sesuai jamnya, segera diberikan pujian
ya Bapak/Ibu”.

Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang
cara merawat St di rumah?”
”Setelah ini coba Bapak/Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi
ya, setiap kali berkunjung ke rumah sakit”.
Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
tersebut secara langsung sesuai dengan apa yang sudah kita bicarakan
tadi?”
Jam berapa bapak/ibu bisa datang ke rumah sakit ini lagi? Bagaimana
kalau jam 10.00. Baiklah, saya tunggu, Sampai jumpa.
Wassalammualaikum

Kemampuan Spesialis (S2)


Kognitif Terapi
Sesi I : Ungkapkan pikiran otomatisnya.
Sesi II : Alasan
A. Proses Keperawatan

13
1. Kondisi Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien
mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering
menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis
3. TUK :
a. Terapis mengidentifikasi masalah : ”what”, ”where”, ”when”,
”who”.
b. Diskusikan sumber masalah
c. Diskusikan pikiran dan perasaan
d. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam distorsi kognitif
e. Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien
f. Diskusikan penyebab merasa tidak berguna
g. Menanyakan perasaan dan pikiran klien disaat dia merasa
tidak berguna
h. Memberikan reinforcement positif.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Orientasi :
“ Assalamualaikum”
“Bagaimana perasaan St hari ini?”
“Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan perasaan
tentang rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa tidak dihargai.
”Sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”
“Berapa lama St mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja :
“ Apa yang menjadi masalah bagi St sekarang ini? Mengapa perasaan
tidak berguna itu muncul?Sejak kapan perasaan itu mulai muncul?
Adakah orang lain yang membuat St merasa tidak berguna, tidak
dihargai?”
“ Apa yang terjadi sebelumnya sehingga St merasa tidak berguna?
”Bagaimana perasaan dan pikiran St saat m erasa tidak dihargai
tersebut?”(mencatat pikiran otomatis dan mengklasifikaikan dalam
distorsi kognitif).
“ Hal apa yang menyebabkan St merasa tidak berguna dan tindakan apa
yang biasanya dilakukan St saat merasa tidak berguna?”
“ Baiklah St, nanti St tulis perasaan yang paling St rasakan! Nanti kita
bahas apa yang St tuliskan.”

Terminasi:
“ Bagaimana perasaan St setelah kita ngobrol selama 30 menit ini?
“Coba St sebutkan lagi penyebab St merasa tidak berguna.
“ Nanti St ingat-ingat lagi, jika ada hal lain yang menyebabkan
munculnya rasa tidak berguna, sampaikan pada saya.
”Nanti kita akan mendiskusikan perasaan St kembali dan belajar
bagaimana menghilangkan pikiran-pikiran negatif .
”Nanti dimana St mau ngobrol lagi? Baiklah..
”Kira-kira kapan ? Jam berapa……..?

14
Sesi III : Tanggapan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien
mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien
sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
lain
2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis
3. TUK :
a. Dorong pasien untuk memberikan pendapat
b .Berikan umpan balik
c. Dorong untuk mengungkapkan keinginan
d. Berikan persepsi perawat terhadap keinginan
e. Beri reinforcement posisif
f. Jelaskan metode 3 (tiga) kolom
g. Diskusikan cara menggunakan metode 3 kolom
h. Diskusikan cara menggunakan metode 3 (tiga) kolom
i. Anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara penyelesaian

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Orientasi :
1. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum”

2. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan St hari ini?”
“ Masih ada yang St pikirkan dan akan sampaikan tentang perasaan
tidak berguna? Apakah sudah dituliskan?”
2. Kontrak
a. Topik
“Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan
perasaan tentang rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa
tidak dihargai dengan metode 3 kolom.”
b. Tempat
“Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”
c. Waktu
“Berapa lama St mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja :
“ Apa yang St maksudkan dengan tulisan ini. Bisa St ceritakan?
Bagaimana pendapat St dengan tulisan ini? Bagus.”
Sekarang apa yang St inginkan?Untuk dapat menata maa depan. Baik
sekali keinginan St, maukah saya bantu untuk belajar cara mewujudkan
itu ? Ini ada tiga kolom, kolom pertama untuk mengungkapkan pikiran
otomatis (negatif, kolom kedua saya yang akan mengisi, dan kolom ketiga
untuk melawan pikiran negatif atau hal positif yang St miliki.” Ada
yangbelum dimengerti dan mau ditanyakan?

15
Terminasi:
1. Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan St setelah kita mempelajari cara
menghilangkan pikiran negatif dengan metode 3 kolom selama 30
menit ini?
2. Evaluasi Objektif
“Coba St sebutkan lagi cara yang sudahkita pelajari tadi.
3. Rencana tindak lanjut
“ Nanti St ingat-ingat lagi, jika ada positif lain yang sudah St lakukan
untuk diri St sendiri atau untuk keluarga St, sampaikan pada saya dan
tuliskan lagi di kertas ini.”
4. Kontrak
a. Topik: Nanti kita akan mendiskusikan apa yang sudah St tuliskan .
b. Tempat : Nanti dimana St mau ngobrol lagi? Baiklah..
c. Waktu : Kira-kira kapan ? Jam berapa……..?Baiklah setengah jam
lagi saya kesini

Triangle Terapi
Sesi I: Mengenali dan mengekspresikan perasaan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien
mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien
sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
lain
2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis
3. TUK :
a. Menyampaikan pada keluarga kemungkinan
masalah yang terjadi pada klien.
d. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan
menanggapi masalah klien.
e. Mempersilahkan klien untuk menceritakan masalah
yang dihadapi. Pada saat ini, terapis menggunakan
tehnik – tehnik komunikasi, misalnya; silence,
klarifikasi, focusing, sentuhan teraupetik dan lain –
lain
f. Terapis menanyakan perasaan keluarga terhadap
masalah yang dihadapi klien tersebut.
g. Menanyakan efek dari masalah yang dialaminya
(kerugiannya) pada keluarga.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Orientasi :

16
1. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum”

2. Evaluasi / validasi
2. Bagaimana perasaan St dan ibu hari ini? Kontrak
a. Topik
” Sesuai dengan janji kita kemaren, hari ini kita akan
membicarakan tentang masalah yang dihadapi St anak ibu
b. Tempat
“Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”
c. Waktu
“Berapa lama ibu bisa? Gimana kalau 30 menit.”

Kerja :
” Baiklah bu, St sudah seminggu dirawat disini. Ibu tentu ingin supaya St
cepat sembuh dan segera kembali kerumah. Untuk itu kita bersama-sama
merawat St. Saya harap bukan untuk disini saja kita merawat St, tetapi
juga jika St sudah dirumah. Untuk itu tentu kita harus tahu apa yang
menjadi masalah bagi St sehingga menyebabkan St dirawat disini.
Bagaimana ?”
”Sekarang, St silahkan menyampaikan apa yang sedang dirasakan
kepada kelarga St.” ”Ya, terus……. ”
”Bagus, St sudah berani menyampaikan masalah yang St hadapi kepada
keluargaSt.”
” Nah, bagaimana perasaan ibu setelah mendengarkan masalah yang
dihadapi anak ibu?”
” Jika masalah ini kita biarkan buk, kira-kira apa yang akan terjadi pada
St? Bagus, ibu dapat memahaminya. Nah, kira-kira apa yang ibu
harapkan dengan pertemuan kita kali ini? Saya harap ibu dapat
menuliskannya pada lembaran harapan ini.”

Terminasi:
1. Evaluasi Subjektif
2. ” Bagaimana perasaan St setelah
menyampaikan masalah St pada keluarga St? Kalau ibu bagaimana
perasaan ibu setelah kita ngobrol selama 45 menit ini?
3. Evaluasi Objektif
“Bisa St sebutkan lagi masalah yang St Hadapi?”
3. Rencana tindak lanjut
“ Jika ada lagi pikiran negatif atau pikiran positif yang St rasakan
silahkan dicatat disini!”
4. Kontrak
a. Topik: Baiklah untuk pertemuan berikutnya kita akan membahas
tentang bagaimana ibu (keluarga) dapat menerima orang
lain, dalam hal ini adalah St“.

17
b. Tempat : Nanti dimana kita maunya ngobrol lagi? Baiklah..nanti
kita bertemu disini lagi.
c. Waktu : “Bagaimana jika setengah jam lagi saya kesini lagi? Ibu
masih disini kah? Baiklah .”

18

Anda mungkin juga menyukai