Anda di halaman 1dari 55

Mini Research

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN


KESEHATAN SANTRI MAHASISWA
TERHADAP SIKAP HIDUP SEHAT DI PONDOK
PESANTREN AL- HUSNA JEMBER

Disusun Oleh :
Firandha Ajeng Lukitasari NIM 182520102021
Neni Oktavia NIM 182520102014
Novita Nurul Fadhilah NIM 182520102037
Yusuf Wahyu Mufti NIM 182520102008

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2018
Page |2

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN SANTRI


MAHASISWA TERHADAP SIKAP HIDUP SEHAT DI PONDOK
PESANTREN AL- HUSNA JEMBER

Firandha Ajeng Lukitasari, Neni Oktavia, Novita Nurul Fadhilah, Yusuf Wahyu Mufti
Mahasiswa Magister Ilmu kesehatan Masyarakat
Universitas Jember

ABSTRAK

Kesehatan adalah hal yang penting dalam kehidupan setiap individu termasuk pada
Santri di Pondok pesantren. Kesehatan dipentingkan agar para santri dapat
melakukan aktifitasnya sehari – hari dengan baik serta dapat meningkatkan
produktifitas mereka. Dengan Sikap hidup sehat ini diharapkan para santri karena
dapat menekan faktor resiko terkena berbagai penyakit. Tujuan Penelitian ini untuk
menganalisa tingkat pengetahuan kesehatan santri mahasiswa terhadap sikap hidup
sehat di pondok pesantren Al- Husna.

Kata Kunci : Kesehatan, Santri, Pengetahuan, Pondok Pesantren

Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif analitik yang


mnggunakan metode desain pendekatan cross sectional. Tim peneliti memberikan
lembar kuesioner tertutup dengan berbagai pertanyaan tentang makanan dan jajanan
yang mengandung gizi yang baik, bersih dan aman dikonsumsi serta sikap santri
terhadap pengetahuan yang dimiliki. Kami menggunakan Teknik pengambilan
sampel probability sampling dengan jumlah santri keseluruhan 200 orang, sehingga
dengan aplikasi rumus Slovin didapat sample sebanyak 133 orang santri mahasiswa
di pondok pesantren Al-Husna Jember. Analisis yang kami aplikasikan adalah
analisis bivariat metode uji korelasi pearson.

Hasil : Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,052 ( > 0,05 ) yang berarti tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki santri terkait makanan atau
jajanan yang aman dikonsumsi dengan sikap santri atau perubahan sikap santri
terkait memilih makanan atau jajanan di lingkungan pondok pesantren.
Page |3

Kesimpulan : kesibukan santri yang tinggi sehingga mereka tidak memperhatikan


asupan gizi yang dikonsumsi. Ini termasuk salah satu Faktor yang mempengaruhi
santri terkait tidak adanya perubahan sikap santri tentang seputar gizi,
meningkatkan konsumsi makanan yang bersih, bergizi dan baik untuk dikonsumsi.
Page |4

AN ANALYSIS OF KNOWLEDGE LEVEL RELATIONSHIP TO HEALTHY


ATTITUDE OF SANTRI STUDENTS IN AL HUSNA
Firandha Ajeng Lukitasari, Neni Oktavia, Novita Nurul Fadhilah, Yusuf Wahyu Mufti
Students Master of Public Health
Jember University

ABSTRACT

Health is an important thing in everyone's life, including for students in Islamic


boarding schools. Health is important so that students can carry out their daily
activities well and increase their productivity. Therefore with this health attitude,
students are expected to reduce risk factors for various diseases. The purpose of
this study to analyze the level of students' health knowledge towards a healthy
attitude towards Al-Husna boarding schools.

Keywords : Health, Student, Knowledge, Islamic boarding school

Methods : This study uses a type of quantitative analytical research that uses a
cross sectional approach design method. The researchers gave a closed
questionnaire sheet with various questions about food and snacks that contained
good, clean and safe nutrition and the attitude of the Students to the knowledge they
had. We use probability sampling techniques with a total of 200 students, so the
application of the Slovin formula obtained a sample of 133 students in the Al-Husna
Jember boarding school. The analysis we applied was a bivariate analysis of the
Pearson correlation test method.

Result: The results of the statistical test show the value of p = 0.052 (> 0.05) which
means that there is no relationship between students' knowledge regarding food or
snacks that are safe to consume with changes in their attitude in choosing food or
snacks in boarding schools.

Conclusion : with high student activities so that they do not care about the
nutritional intake consumed. This is one of the factors that affect students related
Page |5

to the absence of changes in student attitudes about nutrition, increased


consumption of foods that are clean, nutritious and good for consumption.
Page |6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hal yang penting dalam kehidupan setiap individu.


Kesehatan bagi para santri di pondok pesantren dipentingkan karena dengan
kesehatan santri dapat hidup sehat, dapat melakukan aktifitasnya sehari – hari
dengan baik serta dapat meningkatkan produktifitas, oleh karena itu kesehatan
harus dijaga oleh setiap santri dengan melakukan sikap hidup sehat. Sikap hidup
sehat ini sangat penting untuk kesehatan para santri karena dapat menekan faktor
resiko terkena berbagai penyakit, dengan demikian kesehatan santri akan terjaga
yang pada akhirnya tingkat kesehatan santri akan meningkat sehingga akan
terwujud budaya hidup sehat. Nilai sehat menurut konsep WHO yaitu suatu
keadaan jasmaniah, rokhaniah dan social yang baik, tidak hanya berpenyakit atau
cacat ( Zuhroni dkk, 2003 ).

Kesehatan tergantung pada tingkat konsumsi makanan. Tingkat konsumsi


makanan ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Susunan hidangan harus
memenuhi kebutuhan tubuh baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya.
Konsumsi yang kurang baik kualitasnya maupun kuantitasnya akan memberikan
kondisi kesehatan dan gizi yang tidak seimbang sehingga akan muncul berbagai
penyakit, diantaranya penyakit gizi lebih ( obesitas ), penyakit gizi kurang, penyakit
metabolic bawaan, dan penyakit keracunan makanan ( Sediaoetama,2004 ).

Remaja umumnya dipandang sebagai periode kehidupan dari pubertas


sampai dewasa. Tahapan tersebut dalam kehidupan tidak mudah karena merupakan
masa peralihan dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Seiring dengan
meningkatnya populasi remaja di Indonesia, masalah gizi remaja perlu
mendapatkan perhatian khusus karena berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi dewasa (Pudjiadi, 2005).
Page |7

Makanan jajanan adalah jenis makanan yang disajikan dan diperjualbelikan


oleh pedagang kaki lima, toko-toko makanan maupun swalayan. Makanan jajanan
tersebut sangat bervariasi, baik dalam bentuk, rasa, aroma, dan harga. Makanan
jajanan yang mengandung zat gizi, dikemas dan diolah secara aman memiliki daya
tarik tersendiri bagi masyarakat (Anonim, 2003). Makanan jajanan sudah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus
meningkat mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah
makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat,
serta cita rasa yang enak dan cocok dengan selera sebagian besar masyarakat,
Walaupun makanan jajanan memiliki beberapa keunggulan, akan tetapi makanan
jajanan diduga masih beresiko terhadap kesehatan, karena proses pengolahan yang
tidak higienis, masih adanya mikroba patogen yang mencemarinya, atau masih
terdapatnya bahan tambahan makanan yang berbahaya ( Mudjajanto, 2005).

Pondok Pesantren adalah institusi pendidikan agama islam yang memiliki andil
dalam mencetak generasi dan sumber daya manusia yang berkualitas. Pondok
pesantren memiliki sistem penyelenggaraan makanan untuk melayani konsumsi
para santri selama di pondok pesantren. Penyelenggaraan makanan adalah
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian
makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang
optimal melalui pemberian makanan yang tepat ( Kemenkes 2003).

Pada pondok pesantren Al-Husnah yang terletak dekat dengan perguruan tinggi
di khususkan para santrinya adalah mahasiswa dari perguruan tinggi terdekat
diwilayah jember. Untuk penyelenggaraan makanan di ponpes Al-Husnah ada juru
masak yang khusus untuk menyiapkan konsumsi bagi para santri setiap harinya.
Tetapi walaupun sudah disiapkan konsumsi setiap harinya para santri masih tetap
jajan makanan di luar ponpes . Para santri berkisar umur 18 tahun sampai dengan
23 tahun dan rata- rata berada pada jenjang pendidikan D3 dan S1.
Page |8

Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan suatu masalah yaitu “ Apakah


ada hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan santri mahasiswa terhadap
sikap hidup sehat di pondok pesantren Al- Husna Jember di Tahun 2018 ? “.

B. Tujuan Mini Research


Untuk menganalisa tingkat pengetahuan kesehatan santri mahasiswa terhadap
sikap hidup sehat di pondok pesantren Al- Husna Jember Tahun 2018.
Page |9

BAB II
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan terhadap 133 santri perempuan dari 200 jumlah
keseluruhan penghuni pondok Al-Husna. Status mereka yang merupakan
mahasiswi dibeberapa universitas yang tersebar di sekitar Jember membuat kami
tertarik untuk menguji adanya hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan
gizi mereka.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2018 disebuah pondok
pesantren yang berlokasi di jalan Kalimantan X no 173 tepatnya ditengah kota
Jember, yang dikelilingi oleh beberapa universitas. Pondok Alhusna mempunyai
santri yang berkegiatan selain kuliah, mereka mendalami ilmu agama di pondok ini.
Mereka belajar menghafal kitab dan ilmu agama termasuk ajaran tentang menjaga
kebersihan. Hal ini disampaikan oleh pengurus pondok yang berhasil kami
wawancarai. Proses pengambilan sampel kami hitung menggunakan rumus Slovin
sehingga dibutuhkan 133 responden untuk dilakukan pengujian.
Uji sampel dilakukan dengan menyebar lembar kuesioner sekaligus
melakukan wawancara langsung dengan para santri dan beberapa pengurus pondok
yang ditunjuk. Penghitungan tinggi badan dan berat badan juga dilakukan selama
wawancara. Proses pengambilan data ini kami lakukan dalam kurun waktu 4
(empat) hari, hal ini dikarenakan para responden hanya bisa kami temui pada malam
hari sesudah sholat maghrib.
Para santri ini kami ketahui mempunyai rutinitas yang tinggi. Selain
mengerjakan tugas-tugas kuliah, mereka juga diharuskan menghafal kitab atau
bacaan sesuai dengan program kelas yang mereka pilih seusai sholat magrib hingga
pukul 20:00 WIB. Informasi-informasi penting diluar kegiatan kuliah dan pondok
mereka dapatkan di kampus, buku-buku maupun medsos karena tidak ada sarana
televisi di Ponpes. Sehingga mereka sangat mengenal makanan cepat saji dan yang
bersifat kekinian terutama melalui medsos yang mudah diakses melalui telepon
seluler.
P a g e | 10

Rutinitas tinggi dan sarana medsos melalui Hp yang bisa diakses kapan saja
membuat para santri ini memilih jajanan yang sesuai kebutuhan dan kesukaan
mereka yaitu:
1. Cepat saji
2. Enak dimulut dan lebih disukai terasa pedas
3. Sedang disukai banyak kalangan terutama orang-orang disekitar mereka.
Sehingga asupan yang mereka pilih bergeser dari nilai gizi yang seharusnya.

2.1 LANDASAN TEORI

A. Definisi Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

B Definisi Pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo Pengetahyan merupakan hasil
“tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo Pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu sebagai berikut :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c) Aplikasi (aplication)
P a g e | 11

Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang telah


dipejari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (synthetis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.

C Definisi Mahasiswa
Pengertian Mahasiswa menurut Sarwono
Pengertian menurut sarwono adalah orang yang terdaftar aktif di sebuah
perguruan tinggi. Adapun batas umur seorang yang dikatakan mahasiswa 18-30
tahun. Oleh karena terdaftar aktif di perguruan tinggi yang bersangkutan tentu saja
ada ikatan baik untuk mentaati tata tertib maupun ketentuan-ketentuan lainnya.
Pengertian Mahasiswa menurut Knopfemacher
Pengertian mahasiswa menurut Knopfemacher adalah seseorang yang sedang
belajar di perguruan tinggi. Adapun para mahasiswa tersebut akan dipersiapkan
untuk menjadi sarjana sesuai bidangnya masing-masing. Maka dari itu, menjadi
inetelektual adalah tujuan sebuah perguruan tinggi dalam kaitannya dengan
aktivitas perguruan tinggi.

D. Definisi Santri

Pengertian santri Menurut penelitian Johns, istilah kata “santri” berasal dari
bahasa tamil yang berarti“guru mengaji”. Sedangkan C.C Berg berpendapat bahwa
istilah santri berasal dari kata“shastri”, yang dalam bahasa India berarti “orang yang
P a g e | 12

mengetahui buku-buku suci agama hindu”. Pendapat ini didukung oleh Karel. A.
Steenbrink, yang menyatakan bahwa pendidikan pesantren, dilihat dari segi bentuk
dan sistemnya, memang miripdengan pendidikan ala Hindu di India.
Ada juga yang berpendapat bahwa kata “santri” berasal dari kata sastri,
sebuah kata dari bahasa Sansekerta yang artinya “melek huruf” alias bisa membaca.
Terlepas dari asal usul kata santri, jika ditelusuri secara mendalam, maka
kata “santri” mengandung beberapa arti:
1. Tiga matahari. Pengertian ini diambil dari kata san dan tri. “san” adalah
bahasa inggris yang sudah diIndonesiakan, yang asalnya adalah Sun (matahari).
Sedangkan “tri” juga bahasa inggris yang berarti tiga. Sehingga bila disusun,
santrimengandung arti “tiga matahari”. Adapun yang dimaksud tiga matahari itu
adalah Iman, Islam, dan Ihsan. Ini menunjukkan bahwa santri adalah orang yang
berpegang teguhpada Iman, Islam, Ihsan.
2. Kedua
arti santri adalah jagalah tiga hal. Pengertian ini mengambil dari kata “San”
dan“Tri” juga. “San” adalah bahasa arab yang sudah di Indonesiakan, yang berasal
dari kata Sun (jagalah). Sedangkan “Tri” adalah bahasa Inggris yang berartikan tiga.
Jika disusun, mengandung arti “jagalah tiga hal”. Tiga hal tersebut adalah, (1)
jagalah ketaatan kepada Allah, (2) Jagalah ketaatan kepada Rasul-Nya dan (3) para
pemimpin.

E. SEHAT
Konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan
dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam
definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang
tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya
dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan
ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan
P a g e | 13

aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO


mengandung 3 karakteristik yaitu :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan
bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang
dimaksud dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya
terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan
dalam defenisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya,
berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut
tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan
baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam
pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men Sana In
Corpore Sano).
3. Sehat Spritual
Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO
dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap
individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk
berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah
agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak
monoton.
Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik,
mental, dan social.
Definisi Sehat menurut UU No. 23 Tahun 1992 dan dimuat lagi
pada UU No. 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan
P a g e | 14

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif
secara sosial dan ekonomi.
Mirip dengan definisi yang dibuat oleh WHO namun menambahkan kata
sejahtera dan produktif. Pertanyaannya adalah apakah orang yang tidak sejahtera
dan orang yang tidak produktif (orang miskin) dikategorikan seorang yang sakit
atau tidak sehat ????
Produktif secara ekonomi mengandung pengertian yang sangat luas dan sangat
tergantung pada persepsi masing-masing individu. Banyak orang yang
penghasilan secara ekonomi kecil namun bisa merasakan kebahagiaan dalam
keluarganya. Namun banyak juga yang produktf secara ekonomi namun dilanda
banyak kesedihan dan tidak bahagia (misal koruptor).

2.2 KLASIFIKASI GIZI


Klasifikasi pangan sangat berguna dalam perencanaan produksi, ketersediaan
pangan dan konsumsi penduduk. Sementara zat gizi diklasifikasikan kedalam enam
enam kelas utama dan paling sedikit terdiri dari 45 jenis zat gizi Penggolongan
pangan yang digunakan FAO dikenal sebagai Desirable Dietary Pattern (Pola
Pangan Harapan/PPH). Kelompok pangan dalam PPBH ada sembilan, yaitu : padi-
padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah biji berminyak,
kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta lain-lain (minuman dan bumbu).
Secara khusus, di Indonesia juga dikenal penggolongan makanan sesuai dengan
pola makan masyarakat. Pengelompokan tersebut meliputi pangan pokok (beras,
jagung, sagu, ubi, terigu, singkong), lauk pauk (daging, ikan, telur, tahu, tempe),
sayuran, buah dan susu. Hal ini dikenal sebagai konsep empat sehat lima sempurna
dan merupakan salah satu jabaran dari Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi yang
dibagi dalam enam kelas utama, yaitu:
1. karbohidrat
2. lemak
3. protein
4. vitamin
P a g e | 15

5. mineral, dan
6. Air
untuk kelompok ke-6 yaitu air, tidak semua ahli gizi sepakat dimasukkan
kedalam kelas utama zat gizi. Untuk yang sepakat memasukkannya ke dalam kelas
utama gizi dengan alasan karena pada proses metabiolisme zat gizi, selalu
diperlukan air dan oksigen atau zat asam Karbohidrat, lemak, protein dan vitamin
disebut sebagai zat organik (zat yang susunannya mengandung karbon), sedangkan
mineral dan air adalah zat anorganik. Secara kimiawi zat gizi terdiri atas kelompok
makronutrien dan mikronutrien. Hidrat arang (karbohidrat), lemak (lipid) dan
protein digolongkan kedalam kelompok makronutrien karena dikonsumsi dengan
jumlah relatif besar (ukuran gram), sedangkan vitamin dan mineral
digolongkan kedalam kelompok mikronutrien karena diperlukan tubuh dalam
jumlah relatif kecil (mikrogram = 1/1.000.000 gram hingga miligram = 1/1.000
gram) dan sebagian besar bisa didaur ulang dalam tubuh sendiri. Setiap makanan
mengandung nutrien dengan jenis dan jumlah yang berbeda-beda. Tidak ada
satupun jenis makanan yang mengandung semua nutrien esensial dengan jumlah
yang diperlukan bagi kesehatan optimal. (Andri Hartono, 2006). Secara struktural
karbohidrat, protein, lipid dan vitamin termasuk molekul organik sehingga sering
dikenal sebagai zat gizi organik, sedangkan mineral dan air merupakan molekul
inorganik sehingga sering disebut sebagai zat gizi inorganik. (Grosvenor, Snolin.
2002).
Paling sedikit terdapat 45 jenis zat gizi, esensial dan tidak esensial, yang
diperlukan tubuh manusia dari enam kelompok utama tersebut. Zat gizi esensial
adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh, tetapi tubuh tidak dapat mensitesisnya dan
atau tubuh tidak mampu mensintesisnya dalam jumlah cukup untuk memenuhi
kebutuhannya. Zat gizi esensial dari setiap kelompok utama zat gizi terdapat pada
tabel 2.1.
P a g e | 16

Tabel 2.1 Zat gizi esensial dari setiap kelompok utama zat gizi

Keterangan :
* esensial bagi jaringan / organ tubuh tertentu.
** masalah gizi utama di Indonesia.
***potensial masalah gizi di Indonesia.

2.2.1 Fungsi zat gizi


Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi
yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak
dipillih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial
tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan. Bila
dikelompokkan, ada 3 fungsi zat gizi dalam tubuh, yaitu :
1. Memberi energi
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein.
Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk
melakukan kegiatan / aktivitas. Ketiga zat gizi ini termasuk ikatan organik yang
mengandung karbon yang dapat dibakar. Ketiga zat gizi ini terdapat dalam jumlah
paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi,
ketiga zat gizi tersebut dinamakan sebagai zat pembakar.
P a g e | 17

2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh


Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu
diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang
rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan sebagai zat pembangun.
3. Mengatur proses tubuh
Protein, mineral, protein dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.
Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam
upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal
organisme yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam
tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses
oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses lain yang terjadi di dalam
tubuh termasuk proses penuaan. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di
dalam tubuh, seperti di dalam darah, cairan pencernaan, jaringan dan suhu tubuh,
peredaran tubuh, pembuangan sisa-sisa / ekskresi dan proses tubuh yang lainnya.
Dalam fungsi mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, dan vitamin dinamakan
sebagai zat pengatur.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Gangguan Gizi


Konsumsi makan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi
baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-
zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik atau
membahayakan. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi
gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer ataupun sekunder.
Faktor primer adalah bila susunan makanan salah dalam kuantitas dan atau kualitas
yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya.
Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai
P a g e | 18

di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya faktor-faktor yang


menyebabkan terganggunya pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak baik,
kelainan setruktur saluran cerna dan kekurangan enzim.
3. Faktor-faktor yang mengganggu absorpsi zat-zat gizi adalah adanya parasit,
penggunaan laksan / obat cuci perut, dan sebagainya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat-zat gizi
adalah penyakit hati, diabetes mellitus, kanker, penggunaan obat-obat
tertentu, minuman beralkohol, dan sebagainya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan zat-zat
gizi adalah banyak buang air kecil (polyuria), banyak keringat dan
penggunaan obat-obatan.

2.2.3 Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh


Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi apa
yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan
kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses berikut ini :
1) Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat
pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-
anak yang berasal dari tingkat social ekonomi menengah ke atas rata-rata lebih
tinggi dari pada yang berasal dari keadaan social ekonomi rendah.
2) Produksi tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekuramgan
tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas,
merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.
3) Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas dan antibodi
berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk dan diare.
Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
4) Perkembangan struktur dan fungsi otak
P a g e | 19

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental,
dengan demikian kemampuan berpikir menurun. Otak mencapai bentuk maksimal
pada usia dua tahun. Kekuranga gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak
secara permanen.
5) Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukan perilaku tidak
tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis. Hal itu menunjukan
bahwa gizi yang baik merupakan modal bagi pengembangan sumber daya manusia.

II.1.7 Akibat Gizi Lebih pada Proses Tubuh


Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang
dikonsumsi disimpan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu
factor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degenerative, seperti hipertensi
atau tekanan darah tinggi, penyakit diabetes, jantung koroner, hati dan kantung
empedu.

2.2.4 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)


Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai
bidang pada tahun 1992 telah diselenggarakan kongres gizi internasional di Roma
yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk
menghasilkan kualitas sumberdaya manusia yang handal. Salah satu rekomendasi
penting dari kongres itu adalah anjuaran kepada setiap negara agar menyusun
pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Di Indonesia pernah diperkenalkan
pedoman 4 sehat 5 sempurna pada tahun 1950 dan sampai sekarang pedoman ini
masih dikenal oleh sebagian anak sekolah dasar. Slogan 4 sehat 5 sempurna saat ini
sebenarnya adalah merupakan bentuk implementasi PUGS.
Dalam pedoman umum gizi seimbang terdapat 13 (tiga belas) pesan yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Makanlah aneka ragam makanan
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat
P a g e | 20

gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran
ilmu gizi biasa disebut triguna makana yaitu makanan yang mengandung zat tenaga,
pembangun dan zat pengatur. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis
makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makan yang lain. Jadi
mengkonsumsi makanan yang beranekaragam akan menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi,
agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar,
berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi
dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan
lemak. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandiai oleh berat badan
yang normal. Konsumsi energi yang melebihi kecukupan akan disimpan sebagai
cadangan di dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain. Apabila keadaan ini
berlanjut akan menyebabkan kegemukan disertai berbagai gangguan kesehatan.
Antara lain tekanan darah tinggi. Penyakit jantung, penyakit diabets melitus dll.
Tetapi apabila konsumsi energi kurang, maka cadangan energi dalam tubuh yang
berada dalam jaringan otak/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan
tersebut. Apabila hal ini berlanjut, maka dapat menurunkan daya kerja, prestasi
belajar dan kreativitas. Kemudian diikuti oleh menurunnya produktivitas kerja,
merosotnya prestasi belajar dan prestasi olah raga.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energy.
Terdapat dua kelompok karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat
sederhana. Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras,
jagung, gandum); umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang); dan makanan
lainnya seperti tepung, sagu, dan pisang. Sedangkan gula sebagai karbohidrat
sederhana, tidak mengandung zat gizi lain. Konsumsi gula yang berlebih dapat
mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain. Proses pencernaan dan penyerapan
karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama dari pada karbohidrat
sederhana. Sehingga dengan mengkonsumsi karbohidrat kompleks, orang tidak
segara merasa lapar. Sedangkan gula atau karbohidrat sederhana langsung dapat
P a g e | 21

diserap dan dipergunakan tubuh sebagai energi, sehinga cepat menimbulakan rasa
lapar.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan
energy.
Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E, dan
K, serta menambah lezatnya hidangan. Jika seseorang mengkonsumsi lemak dan
minyak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya,
kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi. Dianjurkan, konsumsi lemak dan
minyak dalam makanan sehari-hari tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi.
Adapun komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan adalah : 2 bagian makanan
yang mengandung sumber lemak nabagi, dan 1 bagian mengandung sumber lemak
hewani.
5. Gunakan garam beryodium
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3
(Kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994, semua
garm yang beredar di Indonesia harus mengandung yodium. kebijaksanaan ini
berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAJY) di Indonesia. Untuk menghindari pengaruh sampingan dari
konsumsi garam beryodium yang berlebihan, maka dianjurkan untuk
mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram per orang per hari (2• gram tiap 1000
kilo kalori), atau satu sendok teh setiap hari. Dengan mengkonsumsi garam
beryodium + 6 gram sehari, kebutuhan yodium dapat terpenuhi, namun ambang
batas penggunaan natrium tidak terlampaui. Dalam kondisi tertentu, misalnya
keringat yang berlebihan dianjurkan mengkonsumsi garam sampai 10 gram atau
dua sendok teh per orang
per hari, dianjurkan untuk tetap mengkonsumsi makanan dari laut yang kaya
yodium.
6. Makanlah makanan sumber zat besi Zat besi secara alamiah diperoleh
dari makanan.
P a g e | 22

Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat


menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal dengan masyarakat sebagai
penyakit kurang darah. Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh
wanita hamil, wanita menyusui, dan wanita usia subur pada umumnya, karena
fungsi kodrati. Peristiwa kodrati wanita adalah haid, hamil, melahirkan dan
menyusui yang menyebabkan kebutuhan Fe atau zat besi relatif lebih tinggi
ketimbang kelompok lain. Kelompok lain yang rawan AGB adalah anak balita,
anak usia sekolah, dan buruh serta tenaga kerja berpenghasilan rendah. Sumber
utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran
berwarna hijau tua. Kesuliatan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah
rendahnya tingkat penyerapan zat besi di dalam tubuh, terutama sumber zat besi
nabati hanya diserap 1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan zat besi makanan asal
hewani dapat mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa zat besi Fe pangan asal hewani
(haeme) lebih mudah diserap daripada zat besi pangan asal nabati (non haeme).
Dengan penjelasan di atas, dapat dipahami apabila angka penderita AGB pada
wanita hamil mencapai lebih dari 63% dan pada mencapai 55%. Hal ini terjadi
karena tidak mudah memenuhi kebutuhan zat besi secara alami. Keanekaragaman
konsumsi makanan berperan penting dalam membantu meningkatkan penyerapan
Fe di dalam tubuh. Kehadiran protein hewani seperti daging, ikan dan telur, vitamin
C, vitamin A, Zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan
penyerapan zat besi dalam tubuh.
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 4 bulan dan tambahkan MP -
ASI sesudahnya.
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus
diberikan kepada bayi sesegera mungkin setelah dilahirkan (dalam waktu 30 menit
setelah lahir), karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk merangsang
produksi ASI selanjutnya . ASI yang keluar pertama kali sampai beberapa hari
setelah persalinan disebut kolostrom. Kolostrom mengandung zat kekebalan,
vitamin A yang tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena
itu, kolostrom harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari
pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Hindari pemberian air
P a g e | 23

gula, air tajin dan makanan pralaktal lain (selain ASI lancar diproduksi). Pada usia
0-4 bulan, bayi hanya diberi ASI saja (pemberian ASI Eksklusif), karena produksi
ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh
kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI mampu memproduksi enzim
untuk mencerna makanan selain ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa
menerima makanan selain ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi,
seperti diare, alergi dan bahaya yang fatal. Tanda bahwa ASI Eksklusif memenuhi
kebutuhan bayi antara lain : bayi tidak rewel, dan tumbuh sesuai grafik pada Kartu
Menuju Sehat (KMS). ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya air susu ibu saja tanpa
tambahan cairan atau makanan lain. Agar pemberian ASI Eksklusif dapat berhasil,
selain tidak memberikan susu formula, perlu pula diperhatikan cara menyesui yang
baik dan benar, yaitu tidak dijadwalASI diberikan sesering mungkin, termasuk
menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kanan dan kiri secara
bergantian tiap kali menyusui. Di samping itu posisi ibu bisa duduk atau tiduran
dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu.
Isapan mulut bayi pada puting susu ibu harus baik, yaitu sebagian besar areola
(bagian hitam sekitar puting) harus masuk seluruhnya ke mulut bayi.
8. Biasakan makan pagi
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang
dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya
tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, makan
pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran,
sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi juga membantu
seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk
makan pagi dapat dipilih dan disusun sesai dengan keadaan. Namun akan lebih baik
bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat
pengatur. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan
kesehatan berupa menurunya kadar gula darah dengan
tanda-tanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan
pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi
P a g e | 24

belajar yang mengakibatkan menurunya prestasi belajar. Bagi pekerja akan


menurunkan produktivitas kerja.
`9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas kuman.
Untuk mendapatkannya, air minum harus dididihkan terlebih dahulu. Fungsi air
dalam tubuh adalah
melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh
mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh
mengatur suhu tubuh
 melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil
Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi orang dewasa,
terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas
setiap hari. Selain itu, mengonsumsi cukup cairan dapat mencegah dehidrasi atau
kekurangan cairan tubuh, dan dapat menurunkan risiko penyakit batu ginjal.
mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin keamanannya dapat menimbulkan
gangguan kesehatan seperti diare dan keracunan berbagai senyawa kimia yang
terdapat pada air. Menentukan kebutuhan air minum dengan mengandalkan rasa
haus tidak sepenuhnya benar. Contoh, seorang yang bekerja di ruang AC tidak
merasa haus, padahal yang bersangkutan seharusnya memerlukan cairan lebih
banyak dibanding ketika ia bekerja di ruang tanpa AC.
10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur
Olah raga harus dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olah raga
berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan.
Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dan aktivitas fisik, banyak
dijumpai di kalangan tertentu
11. Hindari minuman yang beralkohol
Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain.
Kebiasan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan :
a) Terhambatnya proses penyerapan gizi
b) Hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut mengkonsumsi
makanan bergizi dalam jumlah yang cukup,
P a g e | 25

c) Kurang gizi
d) Penyakit / gangguan hati,
e) Kerusakan saraf otak dan jaringan.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
Sejak pengolahan dan pengemasan di pabrik sampai makanan diangkut dan
dipasarkan ke tingkat pengecer/pedagang atau langsung ke konsumen, harus
dilakukan dengan cara baik dan benar. Sedangkan cara penanganan makananyang
baik di rumah tangga meliputi cara-cara : mempersiapkan, menyimpan, mencuci,
mengolah/memasak, menyimpan makanan matang, yang baik dan benar. Dengan
penyelenggaraan seperti tersebut di atas makanan akan terhindar dari kemungkinan
tercemar kuman-kuman dan bahan kimia yang membahayakan kesehatan manusia.
Menurut ilmu gizi, makanan yang man harus pula memenuhi syarat “wholesome”.
Artinya, zat-zat gizi tidak banyak yang hilang, dan bentuk fisiknya masih utuh.
Kecuali apabila makanan yang akan diolah sengaja diubah bentuk fisiknya
(misalnya, ikan dijadikan tepung, dll). Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak
aman bagi kesehatan antara lain : berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warana
makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal
kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan, makanan kaleng tersebut
harus segera dimusnahkan. Sebaiknya, makanan dengan tanda-tanda tersebut tidak
dibeli dan tidak dikonsumsi, meskipun harganya sangat murah. Tanda lain dari
makanan yang tidak memenuhi syarat aman, adalah bila dalam pengolahanya
ditambahkan bahan tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat
pewarna rhomadin B dan methanol yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan
jajanan pasar. Oleh karena itu, produsen jajanan pasar perlu diberi penyuluhan.
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.
Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi, jenis dan
ukuran bahan-bahanyang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kadaluwarsa dan
keterangan penting lain. Air minum dalam kemasan, yang banyak beredar di
pasaran, telah diproses seuai dengan ketentuan pemerintah dan memenuhi syarat-
syarat kesehatan. Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa setiap produk
makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada label. Semua
P a g e | 26

keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat membantu
konsumen pada saat memilih dan mengggunakan makanan ersebut, sesuai
kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen. Beberapa singkatan yang lazim
digunakan dalam label antara lain :
a. MD = makanan yang dibuat di dalam negeri
b. ML = makanan luar negeri (import)
c. Exp = tanggal kadaluarsa, artinya batas waktu makanan tersebut masih layak
dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak dikonsumsi
d. SNI = Standard Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa mutu makanan telah
sesuai dengan persyaratan
e. SP = Sertifikat Penyuluhan

2.3 KEGIATAN SANTRI MAHASISWA PONPES ALHUSNA


JEMBER
Seperti yang telah kami paparkan diatas, bahwa mini research ini kami
lakukan di sebuah pondok pesantran, yang terletak di kota Jember, tepatnya jalan
Kalimantan X no 173. Pondok pesantren Alhusna ini termasuk unik, karena pondok
ini menerima santri yang juga sekaligus mahasiswa di beberapa perguruan tinggi
disekitar Kabupaten Jember. Sehingga bisa dikatakan mereka mondok untuk
menimba ilmu pengetahuan umum, sekaligus menimba ilmu agama di malam hari
sepulang mereka kuliah.
Diantara penumpukan tugas-tugas kuliah, para santri memang diwajibkan
menghafal surat-surat dalam Alquran dan Kitab-kitab lainnya, tergantung kelas
yang mereka pilih saat masuk di pondok pesantren ini. Hal ini tentu saja menambah
kesibukan para santri itu sendiri. Sehingga untuk menghemat waktu maka mereka
terbiasa berkegiatan serba cepat termasuk dalam hal memilih jajanan yang ada
disekitar mereka. Inilah yang kemudian menjadi daya Tarik sendiri bagi para
peneliti untuk menganalisa adakah hubungan antara pengetahuan yang dimiliki para
santri mahasiswa ini dengan sikap hidup sehat melalui jajanan yang mereka pilih.
P a g e | 27

2.4 METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang sistematis, terstruktur,
tersusun mantap dari awal hingga akhir penelitian, dan cenderung penelitian ini
menggunakan analisis angka-angka statistik. Maka suatu kewajaran jika dalam
penelitian kuantitatif metode penggumpulan data menggunakan populasi dan
sempel (Hendro dan Setiawan, 2015).
Jenis penelitian ini kuantitatif analitik yang menggunakan metode desain
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Husna
jember yang menggunakan kuesioner tertutup dengan berbagai pertanyaan terkait
pengetahuan santri tentang makanan dan jajanan yang mengandung gizi yang baik,
bersih, dan aman dikonsumsi dengan sikap santri terhadap pengetahuan yang
dimiliki terkait status gizi dan makanan atau jajanan di lingkungan pondok
pesantren. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 5 dan 12 Oktober 2018. Teknik
pengambilan sampel menggunakan probabilty sampling dengan jumlah populasi
200 orang dan menggunakan rumus Slovin untuk mendapatkan sampel sebanyak
133 orang diantaranya 127 orang mengisi kuisioner dengan akurat dan 6 orang
lainnya hasil kuisioner tidak akurat.
Variabel Bebas penelitian ini adalah pengetahuan santri terkait dengan
makanan atau jajanan sehat dilingkungan pondok pesantren dan variabel terikatnya
sikap santri pondok pesantren Al-Husna terkait hidup sehat. Analisis data yang
digunakan adalah analisis Bivariat yang menggunakan uji statistik korelasi pearson.
P a g e | 28

BAB III

HASIL

Deskripsi data

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif analitik, populasi yang


digunakan pada penelitian ini adalah santri pada pondok pesantren Al-Husna
jember dengan teknik sampel random dan didapatkan sebanyak 133 responden atau
sampel yang diwawancara. Instrumen penelitian yaitu tingkat pengetahuan dan
sikap santri ponpes Al-Husna.
Berikut cara perhitungan sampel dengan teknik probability sampling yang
menggunakan rumus Slovin :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

Pada saat data telah terkumpul selanjutnya dilakukan pembuatan instrumen


berupa kuesioner. Langkah-langkah yang dilakukan adalah membuat instrumen
kisi-kisi penelitian lalu menyusun instrumen penelitian yang berupa kuesioner yang
selanjutnya langsung disampaikan atau diberikan kepada para responden penelitian
yang dalam hal ini adalah santri ponpes Al-Husna. Penelitian ini dilakukan dengan
cara melakukan wawancara dengan lembar kuesioner kepada para santri di ponpes
Al-Husna. Setelah itu semua lembar kuesioner dikumpulkan dan peneliti
melakukan crosscheck apakah jawaban dari para santri sudah lengkap atau belum.
Apabila belum lengkap maka peneliti akan melakukan wawancara ulang terkait
pertanyaan yang belum terjawab. Langkah terakhir adalah perhitungan statistik
menggunakan spss 22 dan pelaporan hasil. Data yang telah didapat dari responden
kemudian akan ditabulasi kedalam tabel yaitu tabel pengetahuan dan tabel sikap
yang berguna untuk mendeskripsikan semua hasil dan jumlah dari data responden.
Tabulasi data ini dibuat untuk mempermudah perhitungan statistik yang berguna
untuk mengetahui nilai tingkat pengetahuan santri dan sikap santri Al-Husna.
Selanjutnya hasil perhitungan yang telah didapat dianalisis lalu dituangkan kedalam
hasil pembahasan penelitian.
P a g e | 29

Berikut data yang telah didapat dari hasil pengisian kuesioner aspek
pengetahuan santri ponpes Al-Husna.
3.1 Tabel Tabulasi Pengetahuan Santri Pondok Pesantren Al Husna

TABEL TABULASI KUESIONER SANTRI PONPES AL HUSNA (PENGETAHUAN SANTRI)

Pengetahuan Santri
NO Nama umur/th tb/cm bb/kg
Setuju Tidak
1 asifah amaniah 20 155 42 9 5
2 qothrun nada s.f 18 158 43 9 5
3 fazat nailatul m 19 157 43 9 5
4 Siti Nafiatus N.A 21 157 49 9 5
5 Auliyah Az Zahra 23 165 52 8 6
6 Nurul Iza I 20 160 40 8 6
7 Ulfia Madinah 20 160 39 9 5
8 nur laily M 20 157 55 9 5
9 reni indah N.S 18 159 47 9 5
10 ima zahrotul A 21 165 51 10 4
11 dyah fitri A 18 158 51 9 5
12 ulyana M 19 154 45 9 5
13 rina maulita 18 156 49 9 5
14 nindi astia S 18 155 48 9 5
P a g e | 31

15 iqomul Imaniyah 20 163 53 9 5


16 najmah fairus 18 160 51 9 5
17 khotijah 21 157 46 10 4
18 faridatus hasanah 22 150 56 10 4
19 nur azizah I.W 20 145 42 8 6
20 wildah Nafidotul M.S 19 154 48 9 5
21 reggy vaentines S.J 19 153 41 9 5
22 imamatus sholehah 19 163 45 8 6
23 yusriana saifudin 22 145 36 6 8
24 maratus sholikhah 23 150 45 6 8
25 qoniatur rizqi 21 150 39 9 5
26 nur izza D.E 18 160 50 7 7
27 yuanisa aulia 19 147 40 9 5
28 miftahiyatul F 19 160 53 9 5
29 mei sofiatul H 20 163 53 8 6
30 desita S.U 21 160 48 8 6
31 putri nur F 22 147 47 10 4
32 siti maisaroh 21 148 45 9 5
33 khitotud diniyah 21 150 60 8 6
34 fitria anggraeni 21 156 48 10 4
35 ananda febrina D 18 160 58 9 5
36 siti nur halimah 19 165 45 9 5
37 adelia wahyu O 21 162 55 9 5
38 ilma L.M 19 157 43 9 5
39 rizki amaliatus S 20 148 47 7 7
P a g e | 32

40 kharisma Y.D 21 159 60 9 5


41 sailah rizqiyah 18 145 43 8 6
42 riska nur aini 19 165 60 9 5
43 dinda ainun afwina 19 151 51 9 5
44 wilda fortuna azizah 19 155 51 8 6
45 kuni safinaturrohmah 20 150 47 9 5
46 aning N 19 159 47 9 5
47 vina niswatul M 20 148 41 9 5
48 zuhrotul barroh 20 150 45 9 5
49 siti luluk nur H 22 161 46 9 5
50 elok hidayah 24 150 48 9 5
51 yeni purwanti 20 163 53 9 5
52 risa S.B 21 157 44 10 4
53 inny nadyatus S 19 162 40 8 6
54 tanti 20 165 56 9 5
55 anggun putri A.N 23 150 65 9 5
56 ovi mustofa S 21 150 45 9 5
57 ella maria ulfa 19 157 41 9 5
58 sevina S 19 156 48 9 5
59 ulfa mazidah 17 154 45 7 7
60 marryatul Q 20 177 42 10 4
61 vivin andika R 20 176 55 10 4
62 fara I.A 19 153 65 9 5
63 elviana D 19 150 44 9 5
64 jannatun na'im 24 153 60 8 6
P a g e | 33

65 ninuk profita S 21 162 46 9 5


66 himnatul aqil A.S 22 159 40 9 5
67 fatimatul munawaroh 20 157 50 9 5
68 arifa an nur 24 152 48 9 5
69 evi dewi zakiya 22 158 47 9 5
70 kamilah 18 165 41 10 4
71 norma wahyu 24 158 42 9 5
72 ulfatun hikmah 19 163 51 9 5
73 ika setyowati 22 165 48 9 5
74 ria faurja arif 21 158 53 9 5
75 evadatul K 21 160 49 9 5
76 hidayatul hasanah 21 150 43 9 5
77 iftitalur rohmah 23 150 47 9 5
78 izzabeinda S.M 17 152 45 9 5
79 lely 22 158 65 9 5
80 selly minalasari 23 153 59 9 5
81 kharisma W 18 155 42 9 5
82 nasrul amaliatun naja 20 165 52 9 5
83 rifqoh A.M 19 157 55 9 5
84 indana zulfa majidah 18 150 48 9 5
85 izza maulida 20 154 56 10 4
86 rizka nurhayati F 19 162 47 9 5
87 qurroti Ilmadini 18 160 60 9 5
88 nisrina nur F 16 155 54 9 5
89 nadzirotul ulfa 21 186 66 9 5
P a g e | 34

90 sinta dwi oktaviana 20 148 44 9 5


91 luluk T 18 150 48 9 5
92 arinda dwi arofah 19 150 43 8 6
93 siuya fitri N.A 18 155 51 10 4
94 afiq fastihatun nadhiroh 19 154 50 9 5
95 putri nailil qur'ani 18 150 50 8 6
96 afifah 19 148 53 9 5
97 yuyun khoirun nisa 19 160 48 9 5
98 masyayatul jannah 22 154 65 8 6
99 chanifah dwi happy pratiwi 21 149 47 9 5
100 rizqi amaliyah 19 165 68 9 5
101 siti asyia desi W 20 151 45 9 5
102 nanda ainun shalarina 19 153 63 10 4
103 siftani widiatul M 18 145 43 9 5
104 adinda dwi Z.N 19 163 46 9 5
105 zabrina fildza L.S 18 156 66 10 4
106 isa mariyani 19 150 43 9 5
107 mamik purbawati 20 158 60 9 5
108 uyun luthfian 20 163 65 6 8
109 novita ramadaning tyas 19 150 47 10 4
110 zulfa nuril hilmah 21 150 50 9 5
111 eka dwiyatul muhlisoh 21 156 50 7 7
112 nanda 22 153 47 10 4
113 usluky khoiriyah 21 150 48 6 8
114 amilatus sholehah 25 155 40 9 5
P a g e | 35

115 nur haufah 22 160 40 9 5


116 nafiah fiddini 18 154 41 9 5
117 rizka fahmi triwanti 21 146 51 6 8
118 annisa dwi P 20 155 60 8 6
119 kunzita hikmatus zahro 18 149 45 7 7
120 sofi lailatul 19 150 52 11 3
121 ayunda ika fajriyanti 19 155 45 8 6
122 qorina rahmawati 18 145 40 9 5
123 eva rofiqoturnisa 18 153 60 9 5
124 amilisya robitoh 18 150 40 8 6
125 hofidhotul aulia 18 160 51 9 5
126 anilza rizana dhifany 23 158 60 7 7
127 rizka ayu sholikati 18 163 55 9 5

JUMLAH 1116 662


1778
63% 37%
P a g e | 36
Berdasarkan tabel pengetahuan diatas, diketahui bahwa responden sudah
berkontribusi dengan baik dan juga terbuka dengan penelitian yang dilakukan,
sebanyak 133 responden mengisi kuesioner dengan baik dengan hasil yang didapat
yaitu dari 127 responden mengisi kuisioner secara valid dan akurat sisanya 6
responden tidak mengisi secara valid dan akurat. Responden diminta untuk
mencentang jawaban yang sudah disediakan terkait pengetahuan status gizi dan
makanan atau jajanan sehat, hasil didapatkan sebanyak 127 responden menyatakan
setuju sebanyak 63% dan sisanya menyatakan tidak setuju sebanyak 37%. Hal ini
menunjukkan pengetahuan responden terkait status gizi, memilih makanan yang
sehat, bersih, bergizi dan aman dikonsumsi sangat tinggi, dikarenakan jenjang
pendidikan santri pondok pesantren Al-Husna mulai dari D-III hingga S-1 yang
tentunya telah banyak mendapatkan ilmu serta informasi terkait memilih makanan
yang baik dikonsumsi.

Selain aspek pengetahuan yang dilakukan wawancara dengan memberikan


kuisioner, peneliti juga melakukan wawancara terkait aspek sikap responden atau
santri dalam memilih makanan atau jajanan yang bersih, sehat, bergizi dan aman
dikonsumsi di lingkungan pondok pesantren Al-Husna. Berikut tabel tabulasi
kuesioner terkait aspek sikap santri pondok pesantren Al-Husna
3. 2 Tabel Tabulasi Sikap Santri Pondok Pesantren Al Husna

TABEL TABULASI KUESIONER SANTRI PONPES AL HUSNA (SIKAP SANTRI)

Sikap Santri
NO Nama umur/th tb/cm bb/kg
Selalu Tidak
1 asifah amaniah 20 155 42 9 6
2 qothrun nada s.f 18 158 43 10 5
3 fazat nailatul m 19 157 43 10 5
4 Siti Nafiatus N.A 21 157 49 12 3
5 Auliyah Az Zahra 23 165 52 11 4
6 Nurul Iza I 20 160 40 12 3
7 Ulfia Madinah 20 160 39 10 5
8 nur laily M 20 157 55 9 6
9 reni indah N.S 18 159 47 8 7
10 ima zahrotul A 21 165 51 7 8
11 dyah fitri A 18 158 51 11 4
12 ulyana M 19 154 45 11 4
13 rina maulita 18 156 49 11 4
14 nindi astia S 18 155 48 11 4
15 iqomul Imaniyah 20 163 53 11 4
16 najmah fairus 18 160 51 9 6
17 khotijah 21 157 46 10 5
P a g e | 39

18 faridatus hasanah 22 150 56 10 5


19 nur azizah I.W 20 145 42 6 9
20 wildah Nafidotul M.S 19 154 48 9 6
21 reggy vaentines S.J 19 153 41 10 5
22 imamatus sholehah 19 163 45 11 4
23 yusriana saifudin 22 145 36 11 4
24 maratus sholikhah 23 150 45 11 4
25 qoniatur rizqi 21 150 39 9 6
26 nur izza D.E 18 160 50 10 5
27 yuanisa aulia 19 147 40 11 4
28 miftahiyatul F 19 160 53 11 4
29 mei sofiatul H 20 163 53 8 9
30 desita S.U 21 160 48 8 7
31 putri nur F 22 147 47 11 4
32 siti maisaroh 21 148 45 8 7
33 khitotud diniyah 21 150 60 8 7
34 fitria anggraeni 21 156 48 11 4
35 ananda febrina D 18 160 58 10 5
36 siti nur halimah 19 165 45 10 5
37 adelia wahyu O 21 162 55 11 4
38 ilma L.M 19 157 43 11 4
39 rizki amaliatus S 20 148 47 9 6
40 kharisma Y.D 21 159 60 11 4
41 sailah rizqiyah 18 145 43 7 8
42 riska nur aini 19 165 60 8 7
P a g e | 40

43 dinda ainun afwina 19 151 51 10 5


44 wilda fortuna azizah 19 155 51 9 6
45 kuni safinaturrohmah 20 150 47 10 5
46 aning N 19 159 47 9 6
47 vina niswatul M 20 148 41 11 4
48 zuhrotul barroh 20 150 45 9 6
49 siti luluk nur H 22 161 46 9 6
50 elok hidayah 24 150 48 9 6
51 yeni purwanti 20 163 53 11 4
52 risa S.B 21 157 44 11 4
53 inny nadyatus S 19 162 40 8 7
54 tanti 20 165 56 13 2
55 anggun putri A.N 23 150 65 8 7
56 ovi mustofa S 21 150 45 8 7
57 ella maria ulfa 19 157 41 8 7
58 sevina S 19 156 48 10 5
59 ulfa mazidah 17 154 45 10 5
60 marryatul Q 20 177 42 15 0
61 vivin andika R 20 176 55 15 0
62 fara I.A 19 153 65 11 4
63 elviana D 19 150 44 9 6
64 jannatun na'im 24 153 60 9 6
65 ninuk profita S 21 162 46 11 4
66 himnatul aqil A.S 22 159 40 10 5
67 fatimatul munawaroh 20 157 50 11 4
P a g e | 41

68 arifa an nur 24 152 48 10 5


69 evi dewi zakiya 22 158 47 11 4
70 kamilah 18 165 41 14 1
71 norma wahyu 24 158 42 9 6
72 ulfatun hikmah 19 163 51 9 6
73 ika setyowati 22 165 48 10 3
74 ria faurja arif 21 158 53 10 5
75 evadatul K 21 160 49 10 5
76 hidayatul hasanah 21 150 43 9 6
77 iftitalur rohmah 23 150 47 11 4
78 izzabeinda S.M 17 152 45 11 4
79 lely 22 158 65 10 5
80 selly minalasari 23 153 59 11 4
81 kharisma W 18 155 42 12 3
82 nasrul amaliatun naja 20 165 52 10 5
83 rifqoh A.M 19 157 55 10 5
84 indana zulfa majidah 18 150 48 10 5
85 izza maulida 20 154 56 10 5
86 rizka nurhayati F 19 162 47 10 5
87 qurroti Ilmadini 18 160 60 10 5
88 nisrina nur F 16 155 54 10 5
89 nadzirotul ulfa 21 186 66 10 5
90 sinta dwi oktaviana 20 148 44 8 7
91 luluk T 18 150 48 11 3
92 arinda dwi arofah 19 150 43 13 2
P a g e | 42

93 siuya fitri N.A 18 155 51 9 6


94 afiq fastihatun nadhiroh 19 154 50 10 5
95 putri nailil qur'ani 18 150 50 11 4
96 afifah 19 148 53 10 5
97 yuyun khoirun nisa 19 160 48 10 5
98 masyayatul jannah 22 154 65 9 6
99 chanifah dwi happy pratiwi 21 149 47 10 5
100 rizqi amaliyah 19 165 68 11 4
101 siti asyia desi W 20 151 45 10 5
102 nanda ainun shalarina 19 153 63 10 5
103 siftani widiatul M 18 145 43 11 4
104 adinda dwi Z.N 19 163 46 12 3
105 zabrina fildza L.S 18 156 66 10 5
106 isa mariyani 19 150 43 9 6
107 mamik purbawati 20 158 60 11 4
108 uyun luthfian 20 163 65 13 2
109 novita ramadaning tyas 19 150 47 11 4
110 zulfa nuril hilmah 21 150 50 10 5
111 eka dwiyatul muhlisoh 21 156 50 11 4
112 nanda 22 153 47 10 5
113 usluky khoiriyah 21 150 48 9 6
114 amilatus sholehah 25 155 40 12 3
115 nur haufah 22 160 40 12 3
116 nafiah fiddini 18 154 41 9 6
117 rizka fahmi triwanti 21 146 51 9 6
P a g e | 43

118 annisa dwi P 20 155 60 10 5


119 kunzita hikmatus zahro 18 149 45 10 5
120 sofi lailatul 19 150 52 12 3
121 ayunda ika fajriyanti 19 155 45 11 4
122 qorina rahmawati 18 145 40 14 1
123 eva rofiqoturnisa 18 153 60 11 4
124 amilisya robitoh 18 150 40 12 3
125 hofidhotul aulia 18 160 51 9 6
126 anilza rizana dhifany 23 158 60 5 10
127 rizka ayu sholikati 18 163 55 10 5

JUMLAH 1288 616

1904
68% 32%
Berdasarkan tabel sikap diatas, diketahui bahwa responden sudah
berkontribusi dengan baik dan juga terbuka dengan penelitian yang dilakukan,
responden mengisi kuesioner dengan baik dengan hasil yang didapat yaitu dari 127
responden menyatakan setuju terkait sikap yang didapat responden di lingkungan
pondok pesantren sebanyak 68% dan sisanya sebanyak 32% menyatakan tidak
setuju terkait sikap dalam memilih makanan atau jajanan status gizi dan makanan
atau jajanan di lingkungan pondok pesantren. Berdasarkan hasil dari kolom sikap
terkait status gizi di pondok pesantren diketahui bahwasannya santri atau responden
di pondok pesantren Al-Husna telah banyak mlakukan perubahan sikap dalam
memilih makanan atau jajanan yang bersih, sehat, bergizi, dan aman untuk di
konsumsi.

3.3 Tabel Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov Test


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PENGETAHUA
N SIKAP

N 127 127
Normal Parametersa,b Mean 8,79 10,14
Std. Deviation ,888 1,542
Most Extreme Differences Absolute ,374 ,171
Positive ,279 ,171
Negative -,374 -,164
Test Statistic ,374 ,171
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c ,000c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Hasil uji statistik one-sample kolmogorov-smirnov test yang digunakan


untuk mengetahui variabel atau data yang digunakan berdistribusi normal.
Sebanyak 127 sampel dengan variabel pengetahuan dan sikap santri pondok
pesantren Al-Husna diketahui bahwasannya data tersebut berdistribusi normal
sehingga dapat dilanjutkan untuk melakukan uji hubungan terkait pengetahuan
santri dengan sikap santri.
P a g e | 45

Berikut hasil uji statistik korelasi antara pengetahuan santri dengan sikap santri di
pondok pesantren Al-Husna :

Correlations

PENGETAHUA
N SIKAP

PENGETAHUAN Pearson Correlation 1 ,173

Sig. (2-tailed) ,052

N 127 127
SIKAP Pearson Correlation ,173 1

Sig. (2-tailed) ,052

N 127 127

uji statistik yang digunakan untuk melihat hubungan pengetahuan santri


terkait sikap satri di pondok pesantren Al-Husna adalah uji statistik korelasi
pearson. Uji korelasi pearson memiliki Keputusan Uji Korelasi Pearson:
Hipotesis :
Ho: Tidak ada hubungan (korelasi) antara minat baca dan kemampuan membaca
Hi: Ada hubungan (korelasi) antara minat baca dan kemampuan membaca
Dasar pengambilan keputusan:
Berdasarkan probabilitas jika probabilitas> 0,05 (taraf signifikan 5%) maka Ho
diterima dan jika probabilitas <0,05 (taraf signifikan 5%) maka Ho ditolak.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,052 (>0,05) yang berarti tidak terdapat
hubungan antara pengetahuan yang diketahui santri terkait memilih makanan atau
jajanan yang aman dikonsumsi dengan sikap santri atau perubahan sikap santri
terkait memilih makanan atau jajanan di lingkungan pondok pesantren Al-Husna.
P a g e | 46

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian “Analisis Tingkat Pengetahuan


Kesehatan Santri Mahasiswa Terhadap Sikap Hidup Sehat di Pondok Pesantren Al-
Husna Tahun 2018” sebagai berikut :
1. Angka Persentase pengetahuan santri mahasiswa didapatkan dari 127
responden sebanyak 63%
2. Angka persentase sikap santri mahasiswa seputar gizi di pondok pesantren
Al-Husna sebanyak 68%
3. Tidak terdapat hubungan terkait pengetahuan santri mahasiswa
dikarenakan Berdasarkan hasil uji korelasi antara pengetahuan santri
seputar gizi dan perubahan sikap santri terkait seputar gizi dapat diketahui
bahwa probabilitas 0,052 > 0.05 (taraf signifikan 5%) maka Ho diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan (korelasi) antara
pengetahuan santri seputar gizi dan perubahan sikap santri
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi santri terkait tidak adanya perubahan
sikap santri tentang seputar gizi, meningkatkan konsumsi makanan yang
bersih, bergizi, dan baik untuk dikonsumsi adalah kesibukan santri yang
tinggi sehingga mereka tidak memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsi.

SARAN

1. Perlu adanya perubahan sikap santri mahasiswa Al-Husna terkait


pengetahuan tentang seputar gizi yang didapatkan agar dapat merubah pola
hidup santri mahasiswa dan dapat mengkonsumsi makanan yang bersih,
bergizi, dan aman dikonsumsi.
2. Perlu diadakannya penyuluhan tentang gizi dan hal – hal yang terkait
dengan pengetahuan kesehatan santri secara berkala.
3. Menyediakan sarana informasi kesehatan di pondok pesantren.
P a g e | 47

LAMPIRAN

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI MAHASISWA TERHADAP


SIKAP HIDUP SEHAT DI PONDOK PESANTREN AL HUSNA, JEMBER, 2018

a. Lembar Kuesioner
P a g e | 48
P a g e | 49
P a g e | 50

b. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Foto saat dengan pengurus pondok pesantren Al- Husna

Gambar 2. Foto dengan pengurus pondok pesantren Al- Husna


P a g e | 51

Gambar 3. Suasana saat memberikan intruksi tentang tata cara pengisian


lembar kuesioner

Gambar 4. Santri mahasiswa saat pengisian kuesioner


P a g e | 52

Gambar 5. Saat pengambilan data BB dan TB pada santri

Gambar 6. Saat pengambilan data BB dan TB pada santri


P a g e | 53

Gambar 7. Foto bersama pengurus ponpes usai pelaksanaan mini research


P a g e | 54

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004,
h. 1- 13.296-308

Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta:


EGC.

Departemen Kesehatan (Depkes). Pedoman Umum Gizi Seimbang. [diakses pada


tanggal 1 Nopember 2018]. Diunduh dari:
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/pangan/DEPKES/pedum_gizi-
seimbang.pdf

Departemen Kesehatan (Depkes). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang


Kesehatan 2005-2025.[diakses pada tanggal 1 Nopember 2018]. Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/downloads/newdownloads/RPJPK%202005_2025.pdf

Fatmanisa (2005). Korelasi Antara Asupan Makanan, Tingkat Pengetahuan Gizi,


Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan Dengan Status Gizi Di Pesantren
X Yogyakarta. (diakses pada tanggal 1 Nopember 2018).

Hartono Andri. Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit. Ed. 2. Editor: Monica Ester. EGC,
Jakarta, 2006 h: 15.

Hidayat, Ajiz A. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Penerbit Salemba Medika, Jakarta, 2008, h.44-7.60-7.

KEPMENKES RI Nomor: 747/Menkes/SK/VI/2007. Pedoman Operasional


Keluarga
Sadar Gizi Di Desa Siaga. [diakses pada tanggal 1 Nopember 2018). Diunduh dari:
http://www.gizi.net/kadarzi/ped%20ops%20Kadarzi.

Munawaroh, L. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola Makan
Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II
Kabupaten Pekalongan,2006. [diakses pada tanggal 1 Nopember 2018] Diunduh
dari: http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0116.dir/doc.pdf

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta,


Jakarta,
2003, h. 13. PATH (UNFPA). Kesehatan reproduksi remaja: membangun
perubahan yang bermakna. C1998. [diakses pada tanggal 4 April 2009]. Diunduh
dari : http://www.path.org/outlook/kesehatan_reproduksi_remaja.pdf.
P a g e | 55

Saepul Imam, Usep.2010. Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri Remaja


Terhadap Gizi Di Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis Jawa Barat Tahun 2010.
Diakses pada tanggal 31 Oktober 2018.

Supariasa, Bakri. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta, 2001, h.8.

Taufik, M Prinsip –Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan. CV.


Infomedika, Jakarta, 2007, h.34

Anda mungkin juga menyukai