Anda di halaman 1dari 6

Pusat Penelitian BIDANG HUKUM

Badan Keahlian DPR RI


Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
m infosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. X, No.19/I/Puslit/Oktober/2018

REFORMA AGRARIA
MELALUI PERPRES NOMOR 86 TAHUN 2018
1 Sulasi Rongiyati

Abstrak
Pemerintah menepati janjinya untuk melaksanakan agenda Reforma Agraria
dengan mengundangkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang
Reforma Agraria (Perpres Reforma Agraria). Perpres tersebut merupakan
komitmen pemerintah untuk melakukan penataan aset dan akses agraria yang telah
diamanatkan dalam TAP MPR NO. IX/MPR/2001 dan Undang-Undang Pokok
Agraria. Melalui analisis terhadap urgensi dan pengaturan Reforma Agraria dalam
Reforma Agraria dapat disimpulkan bahwa Reforma Agraria dibutuhkan untuk
menata kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, serta
penanganan sengketa dan konflik agraria sebagai instrumen untuk mewujudkan
keadilan dan kesejahteraan rakyat. Namun, substansi Perpres Reforma Agraria lebih
menekankan pada aspek penataan aset dan akses pertanahan dengan melakukan
reditribusi tanah, legalisasi tanah, dan pemberdayaan masyarakat dibandingkan
aspek penanganan sengketa dan konflik agraria sebagai sumber ketimpangan
kepemilikan tanah. DPR RI perlu mengawal pelaksanaan Reforma Agraria agar
sesuai dengan tujuannya. Minimnya pengaturan penanganan sengketa dan konflik
juga perlu disikapi oleh DPR RI dan pemerintah dengan mengaturnya secara tegas
dalam UU Pertanahan.

Pendahuluan timpang menjadi lebih berkeadilan,


Agenda Reforma Agraria menyelesaikan konflik agraria, dan
atau dikenal juga dengan menyejahterakan rakyat setelah
istilah pembaruan agraria Reforma Agraria dijalankan.
telah didengungkan sejak awal Meskipun periode demi
kemerdekaan dan berpuncak pada periode pemerintahan berganti,
diundangkannya Undang-Undang amanat UUPA ini belum juga
PUSLIT BKD Nomor 5 Tahun 1960 tentang terwujud. Pada era pemerintahan
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Presiden Joko Widodo, program
(UUPA) pada 24 September 1960. Nawacita mengangkat kembali
UUPA mengamanatkan untuk Reforma Agraria sebagai agenda
menata ulang struktur agraria yang pemerintah. Hal ini dipertegas
dengan dicantumkannya Reforma tentang Reforma Agraria (Perpres
Agraria dalam RPJMN 2015-2019, Reforma Agraria) yang bertujuan
bahwa Reforma Agraria dilakukan untuk mempercepat pencapaian
melalui redistribusi tanah, sertipikasi Reforma Agraria sebagaimana
tanah, dan bantuan pemberdayaan tertuang dalam RPJMN 2015-2019.
masyarakat. Reforma Agraria juga Berita ini tentu saja menjadi harapan
menjadi substansi penting dalam masyarakat, khususnya para petani
RUU tentang Pertanahan yang yang selama ini sebagian besar
sedang dibahas oleh Komisi II DPR berstatus sebagai petani “gurem”
RI. atau petani penggarap yang tidak
Agenda Reforma Agraria memiliki lahan. Berdasarkan fakta
dalam Pemerintahan Joko tersebut maka tulisan ini akan
Widodo dilakukan melalui skema mengkaji apakah yang menjadi
redistribusi tanah dan legalisasi urgensi Reforma Agraria dan
tanah dengan menggunakan tanah
masing-masing seluas 4,5 hektar
bagaimana Perpres Reforma Agraria
sebagai acuan pelaksanaan reformasi
2
sebagai objek Reforma Agraria. agraria di Indonesia mengatur
Dalam praktiknya pemerintah lebih pelaksanaan Reforma Agraria.
mengedepankan program legalisasi
tanah melalui sertifikasi tanah Arti Penting Reforma Agraria
untuk masyarakat dibandingkan Reforma Agraria merupakan
program Reforma Agraria lainnya. implementasi dari Pasal 33 ayat
Kegiatan tersebut telah menuai (3) UUD 1945 yang kemudian
kritik dari sebagian masyarakat, dijabarkan dalam UUPA. Pasca-
antara lain dari Sekjen Konsorsium reformasi Majelis Permusyawaratan
Pembaruan Agraria (KPA), Dewi Rakyat (MPR) mengeluarkan
Sartika yang mengatakan bahwa Ketetapan Majelis Permusyawaratan
pelaksanaan Reforma Agraria Rakyat Republik Indonesia (TAP
tidak cukup dengan membagikan MPR RI) Nomor IX/MPR/2001
sertipikat tanah, tetapi Reforma tentang Pembaruan Agraria dan
Agraria harus dilakukan secara utuh Pengelolaan Sumber Daya Alam.
dengan melakukan penataan ulang Ketetapan MPR ini menjadi
struktur agraria terlebih dahulu mandat bagi pemerintah untuk
melalui pendataan pertanahan dan melaksanakan Reforma Agraria.
pengaturan ulang pemanfaatan Reforma Agraria adalah proses
tanah (kontan.co.id, 1 Oktober restrukturisasi atau penataan ulang
2018). Hal utama dari pelaksanaan susunan kepemilikan, penguasaan,
Reforma Agraria di Indonesia saat dan penggunaan sumber-sumber
ini adalah penyelesaian sengketa agraria, khususnya tanah. Pasal
pertanahan yang dari tahun ke 2 TAP MPR RI Nomor IX/
tahun terus bertambah tanpa MPR/2001 menyebutkan bahwa
penyelesaian secara signifikan. “Pembaruan agraria mencakup suatu
Bertepatan dengan perayaan proses yang berkesinambungan
Hari Tani Nasional sekaligus 58 berkenaan dengan penataan
tahun berlakunya UUPA, pada kembali penguasaan, pemilikan,
24 September 2018 Presiden Joko penggunaan, dan pemanfaatan
Widodo menandatangani Peraturan sumber daya agraria, dilaksanakan
Presiden Nomor 86 Tahun 2018 dalam rangka tercapainya kepastian
dan perlindungan hukum serta sengketa pertanahan. Di sisi lain,
keadilan dan kemakmuran bagi untuk dapat menyelesaikan sengketa
seluruh rakyat Indonesia”. Tujuan pertanahan, diperlukan data
Reforma Agraria dalam TAP MPR administrasi pertanahan lengkap,
RI Nomor IX/MPR/2001 antara pembenahan kelembagaan, serta
lain untuk mengurangi kemiskinan; regulasi yang memadai.
memperbaiki akses masyarakat Saat ini pemerintah melalui
kepada sumber-sumber ekonomi, Kementerian Agraria dan Tata
terutama tanah; menata ulang Ruang telah melakukan berbagai
ketimpangan penguasaan pemilikan, pembenahan administrasi pertanahan,
penggunaan, pemanfaatan tanah, antara lain dengan membuat data base
dan sumber-sumber agraria; dan pertanahan, sehingga masyarakat
mengurangi sengketa dan konflik dapat dengan mudah mengakses
pertanahan dan keagrariaan. data tersebut. Pada sisi kelembagaan,
3 Secara faktual, ketimpangan masalah agraria yang sebelumnya
ditangani oleh sebuah badan (Badan
struktur penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan Pertanahan Nasional) sekarang
sumber daya agraria salah satunya ditingkatkan menjadi kementerian.
disebabkan oleh lahirnya kebijakan Keberadaan kementerian yang bidang
pengelolaan sumber daya agraria tugasnya meliputi bidang agraria
yang tidak mengindahkan prinsip menjadi penguatan bagi pemerintah
keadilan dan kesejahteraan rakyat, dalam membenahi berbagai
sehingga memicu timbulnya sengketa permasalahan agraria, khususnya
dan konflik agraria. Data KPA pertanahan.
mencatat pada 2017 sedikitnya telah Pada tataran regulasi, carut
terjadi 659 kejadian konflik agraria marut peraturan perundang-
di berbagai wilayah dan provinsi di undangan bidang agraria karena
tanah air dengan luasan 520.491,87 pemberlakuan regulasi yang
hektar dan melibatkan 652.738 mengedepankan ego sektoral
Kepala Keluarga (KK). Dibanding dan kepentingan pemilik modal
tahun 2016, angka konflik tahun berdampak pada maraknya sengketa
2017 menunjukkan kenaikan hingga tanah. Hasil kajian Maria Sumardjono
50% (kpa.co.id, 29 September 2018). dkk. mencatat sedikitnya 12 UU
Dengan demikian penataan kembali sektoral di bidang agraria tumpang
struktur penguasaan, pemilikan, tindih dan inkonsistensi yang
penggunaan, dan pemanfaatan berdampak secara normatif maupun
sumber daya agraria serta empiris (hukumonline, tanggal 29
penyelesaian sengketa dan konflik September 2018).
agraria melalui Reforma Agraria Mengacu pada amanat
menjadi hal penting yang harus penetapan TAP MPR Nomor IX/
segera dilakukan oleh pemerintah. MPR/2001, pemerintah memiliki
Untuk melaksanakan Reforma kewajiban untuk membenahi regulasi
Agraria secara menyeluruh, bidang agraria agar tetap sejalan
pemerintah tidak cukup hanya dengan jiwa dan semangat UUPA.
dengan melakukan redistribusi dan Setelah hampir dua dasawarsa
legalisasi aset pertanahan. Namun, pasca-penetapan TAP MPR Nomor
pemerintah juga perlu segera IX/MPR/2001, DPR RI akhirnya
melakukan penyelesaian konflik dan merespons amanat MPR untuk
mengkaji kembali dan melakukan Agraria. Menurut Usep Setiawan,
sinkronisasi UU bidang agraria Anggota Majelis Pakar Konsorsium
dengan menyusun RUU Pertanahan Pembaruan Agraria, Perpres ini
yang di dalamnya mengatur pula menjadi rujukan bagi pemerintah
tentang Reforma Agraria. Dalam dalam melakukan redistribusi tanah,
RUU Pertanahan, Reforma Agraria legalisasi tanah, dan pemberdayaan
digunakan sebagai instrumen ekonomi masyarakat (Kompas, 1
untuk mewujudkan keadilan Oktober 2018).
agraria melalui restrukturisasi Perpres Reforma Agraria
penguasaan, pemilikan, penggunaan, mendefinisikan Reforma Agraria
dan pemanfaatan tanah serta sebagai penataan kembali struktur
penyelesaian sengketa dan konflik penguasaan, pemilikan, penggunaan,
agraria. Pemerintah juga merespons dan pemanfaatan tanah yang lebih
amanat TAP MPR tersebut dengan berkeadilan melalui penataan
membentuk
Agraria.
Perpres Reforma aset dan penataan akses untuk
kemakmuran rakyat. Penataan
4
aset dilakukan melalui redistribusi
Reforma Agraria tanah pertanian dan non-pertanian,
dalam Peraturan Presiden sedangkan legalisasi aset dilakukan
melalui sertipikasi tanah. Terkait
No. 86 Tahun 2018
sertipikasi tanah, sejak ditetapkannya
Reformasi Agraria di
Reforma Agraria dalam RPJMN,
Indonesia menekankan pada
Pemerintah gencar melaksanakan
konsep redistribusi tanah dengan
sertipikasi tanah di seluruh wilayah
membagikan tanah yang dikuasai
Indonesia dengan target seluruh
negara, tanah kelebihan luas
bidang tanah di Indonesia memiliki
maksimum, tanah absentee, dan
sertifikat. Tahun 2017 sebanyak 5
tanah negara lainnya yang telah
juta sertipikasi telah diterbitkan,
ditetapkan menjadi tanah objek
tahun 2018 ditargetkan 7 juta
Reforma Agraria kepada petani
sertipikat, dan 2019 sebanyak 9 juta
penggarap dan petani lahan sempit.
sertipikat (kontan.co.id, 2 Oktober
Namun secara garis besar terdapat 3
2018). Reforma Agraria melalui
hal utama dalam Reforma Agraria,
penataan akses dilakukan melalui
yaitu penataan aset, penataan akses,
pemberdayaan masyarakat berupa
dan penyelesaian sengketa tanah.
pemberian akses permodalan atau
Hal ini sejalan dengan Strategi
bantuan lain guna meningkatkan
Nasional Pelaksanaan Reforma
kesejahteraan yang berbasis pada
Agraria 2015-2019 yang antara
pemanfaatan tanah.
lain meliputi: penguatan kerangka
Berbeda dengan penataan aset
regulasi dan penyelesaian konflik
yang sebagian sudah dilaksanakan
agraria; penataan penguasaan dan
oleh pemerintah melalui sertipikasi
pemilikan tanah objek Reforma
tanah, penyelesaian sengketa
Agraria (TORA); kepastian hukum
dan konflik agraria sebagai akar
dan legalisasi hak atas TORA;
permasalahan dari problematika
dan pemberdayaan masyarakat
agraria nasional kurang mendapat
pemanfaatan TORA. Sebagai wujud
ruang pengaturan dalam Perpres
komitmen pemerintah yang telah
Reforma Agraria. Dari pengaturan
dijanjikan melalui Nawacita sejak
Perpres, terlihat penyelesaian konflik
2014, dibentuk Perpres Reforma
tidak menjadi prioritas utama dalam mengedepankan keadilan dan
Reforma Agraria. Perpres Reforma kesejahteraan rakyat menjadi salah
Agraria mengatur secara khusus satu pemicu sengketa dan konflik
penyelesaian pertanahan dalam Bab agraria. Oleh karena itu penataan
IV tentang Penanganan Sengketa aset dan akses serta penyelesaian
dan Konflik Agraria dengan sengketa agraria melalui Reforma
membentuk Gugus Tugas Reforma Agraria perlu segera dilakukan.
Agraria secara berjenjang. Namun, Diundangkannya Perpres Reforma
ketentuan ini hanya mengatur Agraria menjadi salah satu
pihak-pihak yang dilibatkan dalam wujud komitmen pemerintah
penyelesaian sengketa atau konflik dalam melaksanakan amanat
dan selanjutnya mendelegasikan TAP MPR No. IX/MPR/2001
pengaturan lebih lanjut kepada dan UUPA. Ruang lingkup
Peraturan Menteri. Artinya, regulasi Reforma Agraria dalam Perpres
5 penanganan sengketa dan konflik
agraria masih harus menunggu
Reforma Agraria hanya meliputi
penataan aset dan penataaan
dibentuknya Peraturan Menteri. akses yang dilakukan melalui
Banyaknya jumlah sengketa redistribusi tanah, legalisasi tanah,
konflik agraria dan kompleksitas dan pemberdayaan masyarakat.
permasalahan dalam sengketa Sedangkan penyelesaian sengketa
dan konflik yang terjadi saat ini dan konflik agraria yang merupakan
membutuhkan perhatian serius bagian dari amanat Reforma Agraria
dari pemerintah untuk segera dalam TAP MPR No. IX/MPR/2001
mengatasinya. Selain kelembagaan dan UUPA tidak diatur secara detail
penanganan sengketa agraria dalam Perpres dan pengaturannya
juga perlu didukung dengan didelegasikan kepada Peraturan
regulasi yang kuat agar dalam Menteri, sehingga implementasi
implementasinya tidak menimbulkan penyelesaian sengketa dan konflik
benturan dengan peraturan agraria masih sangat bergantung
perundang-undangan lainnya pada pengaturan lebih lanjut dalam
serta penanganan sengketa yang Peraturan Menteri.
dihasilkan memiliki kepastian Sesuai dengan fungsi
hukum bagi setiap pihak yang pengawasan yang dimiliki,
terlibat di dalamnya. Dengan pelaksanaan Reforma Agraria
demikian dasar hukum yang kuat perlu dikawal oleh DPR RI agar
juga menjadi hal penting dalam sesuai dengan tujuannya. Di bidang
penanganan sengketa. Dalam hal legislasi, minimnya pengaturan
ini yang perlu dipertimbangkan penanganan sengketa dan konflik
adalah materi muatan dan perlu disikapi oleh DPR RI dan
kekuatan mengikat dari Peraturan Pemerintah dengan mengaturnya
Pemerintah ini yaitu dalam mengatur secara tegas dalam UU Pertanahan.
penanganan sengketa dan konflik. Pemerintah juga perlu berhati-
hati dalam merumuskan norma
Penutup penyelesaian sengketa dan konflik
Ketimpangan penguasaan, agraria sebagai pelaksanaan dari
pemilikan, penggunaan, dan Perpres Reforma Agraria, untuk
pemanfaatan tanah karena kebijakan menghindari inkonsistensi dan
pengelolaan agraria yang tidak tumpang tindih pengaturan.
Referensi “Reforma Agraria Tidak Cukup
“Carut Marut Pengaturan Sumber Daya Dengan Membagi Sertifikat Tanah
Alam”, https://www.hukumonline. Saja”, https://nasional.kontan.
com/, diakses 29 September 2018. co.id/, diakses 1 Oktober 2018.
Erlina, “Kebijakan Reformasi Agraria Samdysara Saragih, “Reforma Agraria
Pada Masa Pemerintahan Joko Draf Final Perpres Selesai”
Widodo Ditinjau dari Kajian http://kalimantan.bisnis.com/,
HAM dan Gender”, Riau Law diakses 1 oktober 2018.
Journal, Vol. 1 No.2, November Usep Setiawan, “Kejutan Manis di
2017, hal. 253-272. Hari Tani”, Kompas, 1 Oktober
“Pernyataan Sikap Gerakan Reforma 2018, hal. 6.
Agraria Jambi”, https://www. “UU Terkait SDA Tumpang Tindih
kpa.or.id/, diakses 28 September dan Tidak Konsisten”, http://
2018. beritabumi.or.id/, diakses 29
“Perpres Reforma Agraria Segera September 2018. 6
Diteken”, Republika, 25 September
2018, hal. 4.
“Reforma Agraria Mulai Dilakukan”,
Kompas, 26 September 2018, hal.
10.

Sulasi Rongiyati
sulasi.rongiyati@dpr.go.id

Sulasi Rongiyati, S.H., M.H., menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Hukum


Universitas Jenderal Soedirman pada tahun 1991 dan S2 di Fakultas Hukum Universitas
Indonesia dengan program kekhususan Hukum Ekonomi pada tahun 2004. Saat ini
menjabat sebagai Peneliti Madya Hukum Ekonomi pada Pusat Penelitian-Badan
Keahlian DPR RI. Beberapa karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan melalui jurnal
dan buku antara lain: “Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan: Analisis Terhadap
Kewenangan Komite Stabilitas Sistem Keuangan” (2017); “Pelindungan Hukum
UMKM Melalui Pendaftaran Merek” (2017); dan “Pelindungan Hukum Hak Kekayaan
Intelektual pada Produk Ekonomi Kreatif” (2018).

Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.

Anda mungkin juga menyukai