Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KELOMPOK

STUDI KELAYAKAN BISNIS


“ASPEK AMDAL”

OLEH
( KELOMPOK XI )
1. Marwan Alhadid (B1C1 16 145)
2. Wd Faruni (B1C1 16 149)
3. Muh. Ibrahim (B1C1 16 153)
4. Riska Miranti (B1C1 17 107)
5. Risna Sari (B1C1 17 108)
6. Setiawan Jodi (B1C1 17 113)
7. Sintya Tirta (B1C1 17 114)
8. Siska S. (B1C1 17 115)
9. St. Nurhafizah (B1C1 17 116)
10. Siti Erna Lita Saputri (B1C1 17 117)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahNya-lah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Aspek Amdal dalam sebuah
mata kuliah studi kelayakan bisnis.Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak, dosen, dan teman-teman sekalian. Oleh karena itu , kami selaku penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini ataupun kata – kata yang
kurang berkenan, kami mohon maaf. Untuk perbaikan dan peningkatan tulisan ini, kami
sangat mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Selanjutnya
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
khususnya pembaca.

Kendari, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar..........................................................................................................................ii

Daftar Isi..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian AMDAL.........................................................................................................

2.2 Dasar Hukum AMDAL....................................................................................................

2.3 Tujuan dan Kegunaan AMDAL..........................................................................................

2.4 Manfaat AMDAL..............................................................................................................

2.5 Fungsi AMDAL.............................................................................................................

2.6 Pemangku Kepentingan AMDAL..................................................................................

2.7 Prosedur AMDAL............................................................................................................

2.8 UKL & UPL.......................................................................................................................

2.9 Penyusunan AMDAL........................................................................................................

2.10 Sistematika Pengelolaan Lingkungan..............................................................................

2.11 Penilaian AMDAL........................................................................................................

2.12 Keputusan AMDAL.......................................................................................................

2.13 Tindak Lanjut Pasca AMDAL.......................................................................................

2.14 Lingkungan dalam Pandangan Islam...............................................................................

2.15 Jenis usaha/Kegiatan wajib dilengkapi AMDAL..........................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Analisis dampak lingkungan sudah dikembangkan oleh beberapa Negara maju sejak
tahun 1970 dengan nama Environmental Impact Analysis atau Environmental Impact
Assessment yang keduanya disingkat EIA.
Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah
sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu telaah yang dilakukan
untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik
dampak negatif maupun yang berdampak positif. Dampak yang timbul ada yang langsung
mempengaruhi pada saat kegiatan usaha/proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat
beberapa waktu kemudian dimasa yang akan dating. Dampak lingkungan hidup yang
terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan fisik
kimia, biologi atau sosial. Perubahan lingkungan ini jika tidak diantisipasi dari awal akan
merusak tatanan yang sudah ada, baik terhadap fauna, flora maupun manusia itu sendiri.
Oleh karena itu sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan, maka sebaiknya
dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang bakal timbul, baik
dampak sekarang maupun dimasa yang akan dating. Studi ini disamping untuk
mengetahui dampak yang bakal timbul, juga mencarikan jalan keluar untuk mengatasi
dampak tersebut. Studi inilah yang kita kenal dengan nama Analisis Dampak Lingkungan
Hidup.
Pengutamaan telaah AMDAL secara khusus adalah meliputi dampak lingkungan
disekitarnya, baik di dalam maupun di luar suatu usaha atau proyek, yang akan
dijalankan. Arti keberadaan suatu usaha atau proyek akan mempengaruhi kegitan-
kegiatan yang berada disekitar rencana lokasi, baik danpakk rencana usaha dan atau
kegitan terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah ada.
Dewasa ini penelitian terhadap AMDAL suatu usaha sebelum dijalankan sangat
penting. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya lingkungan yang sehat, baik terhadap
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Pada akhirnya jika aspek lingkungan dinyatakan
tidak layak untuk dijalankan, maka sebaiknya dibatasi karena akan memperoleh kerugian
lebih besar dari pada manfaatnya.
Bahkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah merupakan bagian
kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan kegiatan yang harus dijalankan. Hasil studi
kelayakan ini nantinya akan sangat berguna untuk para perencana, serta juga bagi
pengambilan keputusan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan AMDAL?
2. Apa saja dasar hukum AMDAL?
3. Apa tujuan dan kegunaan AMDAL?
4. Apa manfaat AMDAL?
5. Apa fungsi AMDAL?
6. Siapa pemangku kepentingan AMDAL?
7. Bagaimana prosedur AMDAL?
8. Bagaimana UKL & UPL ?
9. Bagaimana penyusunan AMDAL?
10. Bagaimana sistematika pengelolaan lingkungan?
11. Bagaimana penilaian AMDAL?
12. Bagaimana keputusan AMDAL?
13. Bagaimana tindak lanjut pasca AMDAL?
14. Bagaimana lingkungan dalam pandangan islam?
15. Apa saja jenis usaha/kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan AMDAL.
2. Untuk mengetahui dasar hukum AMDAL.
3. Untuk mengetahui tujuan dan kegunaan AMDAL.
4. Untuk mengetahui manfaat AMDAL.
5. Untuk mengetahui fungsi AMDAL.
6. Untuk mengetahui pemangku kepentingan AMDAL.
7. Untuk mengetahui prosedur AMDAL.
8. Untuk mengetahui UKL & UPL.
9. Untuk mengetahui penyusunan AMDAL.
10. Untuk mengetahui sistematika pengelolaan lingkungan.
11. Untuk mengetahui penilaian AMDAL.
12. Untuk mengetahui keputusan AMDAL.
13. Untuk mengetahui tindak lanjut pasca AMDAL.
14. Untuk mengetahui lingkungan dalam pandangan islam.
15. Untuk mengetahui jenis usaha/kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN AMDAL
AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan
penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negative dari
suatu rencana kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah
suatu kegiatan/proyek layak atau tidak layak lingkungan. Kajian dampak positif dan
negatif tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi,
sosial-ekonomi, sosialbudaya dan kesehatan masyarakat.
Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika berdasarkan
hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang timbulkannya tidak dapat ditanggulangi oleh
teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi
dampak negatif lebih besar daripada manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan,
maka rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana
kegiatan yang diputuskan tidak layak lingkungan tidak dapat dilanjutkan
pembangunannya.

Bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL yang terdiri dari 5 (lima)
dokumen, yaitu:
a. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL):
KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta
kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan
dampak-dampak penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL dan
batas-batas studi ANDAL. Sedangkan kedalaman studi berkaitan dengan penentuan
metodologi yang akan digunakan untuk mengkaji dampak. Penentuan ruang lingkup
dan kedalaman kajian ini merupakan kesepakatan antara Pemrakarsa Kegiatan dan
Komisi Penilai AMDAL melalui proses yang disebut dengan proses pelingkupan.
b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL):
ANDAL adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak
penting dari suatu rencana kegiatan. Dampakdampak penting yang telah
diindetifikasi di dalam dokumen KAANDAL kemudian ditelaah secara lebih cermat
dengan menggunakan metodologi yang telah disepakati. Telaah ini bertujuan untuk
menentukan besaran dampak. Setelah besaran dampak diketahui, selanjutnya
dilakukan penentuan sifat penting dampak dengan cara membandingkan besaran
dampak terhadap criteria dampak penting yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Tahap kajian selanjutnya adalah evaluasi terhadap keterkaitan antara dampak yang
satu dengan yang lainnya. Evaluasi dampak ini bertujuan untuk menentukan dasar-
dasar pengelolaan dampak yang akan dilakukan untuk meminimalkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif.
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL):
RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan
dan menanggulangi dampak enting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta
memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-
upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan dampak
yang dihasilkan dari kajian ANDAL.
d. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL):
RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk melihat
perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari
rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk mengevaluasi efektifitas
upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa
terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan untuk mengevaluasi
akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam kajian ANDAL.
e. Ringkasan Eksekutif:
Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara singkat dan jelas hasil
kajian ANDAL. Hal hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan eksekutif biasanya
adalah uraian secara singkat tentang besaran dampak dan sifat penting dampak yang
dikaji di dalam ANDAL dan upaya-upaya pengelolaan dan pemantuan lingkungan
hidup yang akan dilakukan untuk mengelola dampak-dampak tersebut.

2.2 DASAR HUKUM AMDAL

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982
Nomor 18, Tambahan Lembar Negara Nomor 3215 )

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68 )

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian ( Lembaran Negara


Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara 3274 )

4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan
evaluasi dokumen AMDAL

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 tentang jenis
usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL

6. Keputusan Menteri Negara Lingkugan Hidup Nomor 4 Tahun 2000 tentang panduan
penyusunan AMDAL kegiatan pembangunan pemukiman terpadu.

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2000 tentang panduan
penyusunan AMDAL kegiatan pembangunan di daerah lahan basah.
8. Keputusan Kepala BAPEDAL nomor 08 tahun 2000 tentang keterlibatan masyarakat
dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL.

9. Keputusan Kepala BAPEDAL nomor 09 tahun 2000 tentang pedoman penyusunan


AMDAL.

10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang
pedoman pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup.

11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang
Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan.

12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang panduan
umum pelaksanaan Audit Lingkugan.

13. Peraturan Pemrintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 1994 tanggal 30 April 1994
tentanng Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ( Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1994 Nomor 26, tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3551)

14. Peraturan Pemrintah Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tentang perubahan
atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1995 Nomor
24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3595 ).

15. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 1994 ini kembali di ubah dengan peraturan
pemerintah nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 31 ) dan terakhir
diperbaharui kembali melalui peraturan peerintah Nomor 85 tahun 1999.

2.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN AMDAL


Tujuan AMDAL adalah menduga kemungkinan terjadinya dampak dari suatu rencana
usaha/kegiatan untuk mencapai tujuan penyusunan AMDAL harus didasarkan atau
sesuai dengan pedoman penyusunan studi AMDAL.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan studi AMDAL adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi semua rencana usaha dan kegiatan yang akan dlaksanakan.
2. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak
besar dan penting.
3. Memprakirakan dan mengevaliasikan rencana usaha dan kegiatan usaha terhadap
lingkungan hidup.
4. Merumuskan RKL dan RPL.

Kegunaan dilaksanakan studi AMDAL adalah:

1. Sebagai bahan bagi perencanaan danpengelola usaha pembangunan wilayah.


2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup.
3. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
4. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha.

2.4 MANFAAT AMDAL

Amdal bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan agar layak
secara lingkungan. Dengan Amdal, suatu rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan
diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif terhadap lingkungan
hidup, dan mengembangkan dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable).

2.5 FUNGSI AMDAL

1. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, sehingga dapat
mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupannya apabila diperlukan.
b. Masyarakat dapat mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek di
bangun sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan
dirinya dan menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang dapat diderita akibat
adanya proyek tersebut.
c. Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam pembangunan di daerahnya sejak
dari awal, khususnya di dalam memberikan informasi-informasi ataupun ikut
langsung di dalam membangun dan menjalankan proyek.
d. Masyarakat dapat memahami hal-ihwal mengenai proyek secara jelas sehingga
keselafahaman dapat di hindari dan kerja sama yang menguntungkan dapat di
galang.
e. Masyarakat dapat mengetahui hak dan kewajibannya di dalam hubungannya
dengan proyek tersebut khususnya hak dan kewajiban di dalam ikut dan
mengelola lingkungan.
2. Bagi pemilik proyek
a. Proyek terhindar dari pelanggaran terhadap undang-undang atau peraturan yang
berlaku.
b. Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau perusakan
lingkunganya.
c. Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akan di hadapi di
masa yang akan datang.
d. Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa yang
akan datang.
e. Analisis dampak lingkungan merupakan sumber informasi lingkungan di sekitar
lokasi proyeknya secara kuantitatif, termaksud informasi sosial ekonomi dan
sosial budaya.
f. Analisis dampak lingkungan merupakan bahan penguji secara komprehensif dari
perencanaan proyeknya, sehingga dapat di ketahui kelemahan-kelemahannya
untuk segera dapat di lakukan penyempurnaanya.
g. Dengan adanya analisis dampak lingkungan, pemilik proyek dapat mengetahui
keadaan lingkungan yang membahayakan (Misalnya banjir, tanah longsor, gempa
bumi, dan lain-lain).
3. Bagi pemerintah
a. Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang di kelola tersebut tidak
rusak (khusus untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui).
b. Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada diluar lokasi
proyek baik oleh yang di olah oleh proyek lain, di olah masyarakat atau yang
belum di olah.
c. Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran
air, pencemaran udara, kebisingan dan kain sebagainya, sehingga tidak
menganggu kesehatan, kenyamanandan keselamatan masyarakat.
d. Untuk menghindaru terjadinya pertentangan-pertentangan yang mungkin timbul
khusunya dengan masyarakat dan proyek-proyek lainnya.
e. Untuk menjamin agar proyek yang di bangun sesuai dengan rencana
pembangunan daerah, nasional ataupun internasional serta tidak mengganggu
proyek lain.
f. Untuk menjamin agar proyek tersebut mempunyai manfaat yang jelas bagi negara
dan masyarakat.
g. Analisis dampak lingkungan diperlukan bagi pemerintah sebagai alat pengambil
keputusan.

2.6 PEMANGKU KEPENTINGAN AMDAL

Pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses amdal adalah Pemerintah,


pemrakarsa, masyarakat yang berkepentingan. Peran masing-masing pemangku
kepentingan tersebut secara lebih lengkap adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah
Pemerintah berkewajiban memberikan keputusan apakah suatu rencana kegiatan
layak atau tidak layak lingkungan. Keputusan kelayakan lingkungan ini
dimaksudkan untuk melindungi kepentingan rakyat dan kesesuaian dengan
kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Untuk mengambil keputusan, pemerintah memerlukan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik yang berasal dari pemilik kegiatan/pemrakarsa
maupun dari pihak-pihak lain yang berkepentingan. Informasi tersebut disusun
secara sistematis dalam dokumen AMDAL. Dokumen ini dinilai oleh Komisi Penilai
AMDAL untuk menentukan apakah informasi yang terdapat didalamnya telah dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan dan untuk menilai apakah rencana kegiatan
tersebut dapat dinyatakan layak atau tidak layak berdasarkan suatu kriteria
kelayakan lingkungan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.
Manfaat AMDAL yaitu :
 Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan
sumber daya alam secara lebih luas.
 Menghindari timbulnya konflik dengan masyarakat dan kegiatan lain di
sekitarnya.
 Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
 Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.
 Bahan bagi rencana pengembangan wilayah dan tata ruang.
2. Pemrakarsa
Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan atau
kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemrakarsa inilah yang berkewajiban
melaksanakan kajian amdal. Meskipun pemrakarsa dapat menunjuk pihak lain
(seperti konsultan lingkungan hidup) untuk membantu melaksanakan kajian amdal,
namun tanggung jawab terhadap hasil kajian dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan
amdal tetap di tangan pemrakarsa kegiatan
Manfaat AMDAL yaitu :
 Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi
aspek ekonomis, teknis dan lingkungan.
 Menghemat dalam pemanfaatan sumber daya (modal, bahan baku, energi).
 Dapat menjadi referensi dalam proses kredit perbankan.
 Memberikan panduan untuk menjalin interaksi saling menguntungkan dengan
masyarakat sekitar sehingga terhindar dari konflik sosial yang saling merugikan.
 Sebagai bukti ketaatan hukum, seperti perijinan.
3. Masyarakat yang Berkepentingan
Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh oleh segala
bentuk keputusan dalam proses amdal. Masyarakat mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam amdal yang setara dengan kedudukan pihak-pihak lain yang
terlibat dalam amdal.
Di dalam kajian amdal, masyarakat bukan obyek kajian namun merupakan subyek
yang ikut serta dalam proses pengambilan keputusan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan amdal. Dalam proses ini masyarakat menyampaikan aspirasi, kebutuhan,
nilai-nilai yang dimiliki masyarakat dan usulan-usulan penyelesaian masalah untuk
memperoleh keputusan terbaik. Dalam proses amdal masyarakat dibedakan menjadi
dua kategori, yaitu :
a. masyarakat terkena dampak : masyarakat yang akan merasakan dampak dari
adanya rencana kegiatan (orang atau kelompok yang di untungkan (beneficary
groups), dan orang atau kelompok yang dirugikan (at-risk groups).
b. masyarakat pemerhati : masyarakat yang tidak terkena dampak dari suatu
rencana kegiatan, tetapi mempunyai perhatian terhadap kegiatan maupun
dampak-dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Manfaat AMDAL yaitu :

 Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu kegiatan
sehingga dapat menghindari terjadinya dampak negatif dan dapat memperoleh
dampak positif dari kegiatan tersebut.
 Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya
pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga
kepentingan kedua belah pihak saling dihormati dan dilindungi.
 Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana pembangunan
yang mempunyai pengaruh terhadap nasib dan kepentingan mereka.

2.7 PROSEDUR AMDAL

1. Proses Penapisan
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah
proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL
atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu
langkah. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen
AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
dilengkapi dengan AMDAL.
Yang menjadi pertimbangan dalam penapisan adalah mengacu pada dasar
pertimbangan suatu kegiatan menjadi wajib amdal dalam keputusan menteri
lingkungan hidup RI no.17 tahun 2001 yaitu :
a. Kep-BAPEDAL Nomor 056/1994 tentang pedoman dampak penting yang
mengulas mengenai ukuran dampak penting suatu kegiatan.
b. Referensi internasional mengenai kegiatan wajib AMDAL yang diterapkan oleh
beberapa negara.
c. Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi
dampak negatif penting.
d. Beberapa studi yang dilakukan oleh perguruan tinggi dalam kaitannya dengan
kegiatan wajib AMDAL.
e. Masukan dan usulan dari berbagai sektor teknis terkait.
2. Proses Pengumuman
Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib
mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa
melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang
bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan bentuk pengumuman
serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur dalam Keputusan
Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
3. Proses Pelingkupan
Pelingkupan merupakan suatu proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan
dan mengidentifikasi dampak penting yang terkait dengan rencana kegiatan. Tujuan
pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi,
mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan, menetapkan tingkat
kedalaman studi, menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait
dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dari proses pelingkupan adalah
dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan masyarakat harus menjadi bahan
pertimbangan dalam proses pelingkupan.
4. Proses Penyusunan dan Penilaian KA-ANDAL
Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen
kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
5. Proses Penyusunan dan Penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL
yang telah disepakati. Setelah selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan
dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan,
lama waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/ menyempurnakan kembali
dokumennya.
6. Persetujuan Kelayakan Lingkungan
Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
diterbitkan oleh :
1) Menteri, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai pusat;
2) Gubernur, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai provinsi; dan
3) Bupati/walikota, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai kabupaten/kota.

Penerbitan keputusan wajib mencantumkan :

1) Dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan; dan


2) Pertimbangan terhadap saran, pendapat dan tanggapan yang diajukan oleh warga
masyarakat.

2.8 UKL DAN UPL

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan


Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan
AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup). Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus
melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun
AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan
keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan. Proses
dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan
formulir isian yang berisi :

 Identitas pemrakarsa
 Rencana Usaha dan/atau kegiatan
 Dampak Lingkungan yang akan terjadi
 Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
 Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :

 Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup


Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota
 Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi
untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota
 Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan
pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu
propinsi atau lintas batas negara

2.9 PENYUSUNAN AMDAL

Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan
untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah
memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal
cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor
09/2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. Waktu yang diperlukan untuk proses
AMDAL hingga dikeluarkannya Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan pada
umumnya berkisar antara 6 – 18 bulan. Tidak ada besaran biaya standar yang diperlukan
untuk menyusun suatu dokumen AMDAL. Biaya tersebut umumnya ditentukan oleh
konsultan AMDAL dan tergantung dari beberapa faktor seperti lingkup studi, kedalaman
studi, lama studi, para ahli pelaksana studi, dan lainnya.

2.10 SISTEMATIKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

AMDAL merupakan suatu proses yang panjang dengan sistematika urutan langkah
tertentu menurut PP 29 tahun 1986.Adapun langkah – langkah tersebut adalah :

1. Usulan Proyek.
Usulan proyek datang dari pemprakarsa, yaitu orang atau badan yang mengajukan
dan bertanggung jawab atas suatu rencana kegiatan yang dilaksanakan.
2. Penyajian Informasi Lingkungan.
Usulan proyek kemudian mengalami penyaringan yang bertujuan untuk
menentukan perlu atau tidak perlu dilengkapi dengan ANDAL. Penyaringan
dilakukan dengan Penyajian Informasi Lingkungan atau disebut PIL.
 perlu dibuatkan ANDAL, karena dinilai proyek akan menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan
 tidak perlu dibuatkan ANDAL, karena diperkirakan tidak akan menimbulkan
dampak penting .
 PIL kurang lengkap dan dikembalikan ke pemprakarsa proyek untuk perbaikan
Sebelum diajukan kembali.
3. Menyusun Kerangka Acuan
Bila instansi yang bersangkutan memutuskan perlu membuat ANDAL, pemprakarsa
bersama instansi tersebut menyusun kerangka acuan TOR sesuai dengan pedoman
yang telah ditetapkan bagi analisis dampak lingkungan.
4. Membuat ANDAL
Pemprakarsa membuat ANDAL sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, kemudian
mengajukannya kepada instansi yang bertanggung jawabuntuk dikaji lebih dulu
sebelum mendapatkan keputusan. Kemungkinan hasil penillaian ada 3, yaitu :
1) ANDAL disetujui, kemudian pemprakarsa melanjutkan pembuatan RKL dan
RPL.
2) ANDAL ditolak karena dianggap kurang lengkap atau kurang sempurna.Untuk
ini perlu perbaikan dan diajukan kembali.
3) ANDAL ditolak karena dampak negatofmya, karena tidak dapat ditanggulangi
oleh ilmu dan teknologi yang telah ada, diperkirakan lebih besar daripada
dampak positifnya.

Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup permasalahan


yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan). Setelah selesai
disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai
AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk
penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

5. Membuat RKL dan RPL


Bila ANDAL telah disetujui maka pemprakarsa dapat melanjutkannya dengan
membuat Rencana Pengelolaan Lingkungan ( RPL ) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL ) untuk diajukan kepada instansi yang berwenang.
6. Implementasi Pembangunan Proyek Dan Aktivitas Pengelolaan Lingkungan
Bila RKL dan RPL telah disetujui, maka implementasi proyek dapat dimulai, lalu
dilanjutkan dengan pelaksanaan aktivitas pengelolaan lingkungan.

2.11 PENILAIAN AMDAL

Sesuai dengan KEP-MENLH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi
Penilaian AMDAL kewenagan penilaian AMDAL ditentukan sebagai berikut :

1. Kewenangan AMDAL di pusat diberlakukan pada jenis usaha dan kegiatan yang
bersifat strategis dan menyangkut ketahanan dan keamanan negara, lokasi kegiatan
meliputi lebih dari satu wilayah provinsi, wilayah sengketa dengan negara lain,
wilayah ruang lautan di atas 12 mil, berlokasi di lintas batas negara.
2. Kewenangan AMDAL di provinsi diberlakukan bagi kegiatan industri pulp; industri
semen dan quarry; industri petrokimia; HPH dan unit pengelolahannya; HTI dan
pengolahannya; PLTA; PLTU/PLTP/PLTD; bendungan; bandar udara diluar
kategori bandar udara internasional; pelabuhan di luar kategori pelabuhan samudra,
kegiatan yang berlokasi di lebih dari satu kabupaten/ kota; di wilayah laut dengan
jarak 4-12 mil.
3. Kewenangan AMDAL di Kabupaten/ Kota diberlakukan bagi kegiatan di luar
kewenagan Pusat dan Provinsi.

Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan, jika suatu instansi teknis


merupakan pemrakarsa kegiatan, maka haknya sebagai anggota komisi penilai
AMDAL, menjadi gugur. Dengan demikian instansi teknis tidak ikut sebagai anggota
komisi penilaian AMDAL, namun duduk sebagai pemrakarsa yang mengajukan
dokumen AMDAL. Tim Teknis atau Anggota Komisi Penilai AMDAL dapat
melakukan peninjauan lapangan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan
dengan proses pelingkupan dan kajian dampak atas perintah Ketua Komisi Penilaian
AMDAL. Pembiayaan untuk peninjauan lapangan dibebankan kepada instansi masing-
masing. Batasan waktu 75 hari kerja adalah batasan waktu bagi Komisi Penilai
AMDAL untuk memberikan tanggapan atau keputusan tentang dokumen AMDAL di
luar waktu perbaikan dokumen yang dilakukan oleh pemraksa. Penyerahan kembali
dokumen penyempurnaan ke sekretariat komisi penilai AMDAL akan dihitung
melanjutkan waktu yang digunakan oleh Komisi sebelumnya (penilaian).

2.12 KEPUTUSAN AMDAL


Pada dasarnya dokumen AMDAL berlaku sepanjang umur usaha atau kegiatan.
Namun demikian, dokumen AMDAL dinyatakan kadaluarsa apabila kegiatan fisik utama
suatu rencana usaha atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun
sejak diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungannya. Dalam hal dokumen AMDAL
dinyatakan kadaluarsa, maka pemrakarsa dapat mengajukan dokumen AMDALnya
kepada instansi yang bertanggung jawab (KLH/Bapedalda/Bagian Lingkungan Hidup
daerah) untuk dikaji kembali apakah harus menyusun AMDAL baru atau dipergunakan
kembali untuk dipergunakan dalam rencana kegiatannya.
Keputusan kelayakan lingkungan dinyatakan batal apabila terjadi pemindahan lokasi
atau perubahan desain, proses, kapasitas, bahan baku dan bahan penolong atau terjadi
perubahan lingkungan yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau sebab lain
sebelum usaha atau kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan. Apabila pemrakarsa
kegiatan hendak melaksanakan kegiatannya maka pemrakarsa diwajibkan untuk
membuat AMDAL baru.
Masyarakat tidak dapat membatalkan keputusan kelayakan lingkungan hidup karena
keputusan kelayakan lingkungan hidup ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan
Hidup/Gubernur/Bupati/Walikota.
2.13 TIDAK LANJUT PASCA AMDAL
RKL-RPL secara berkala disampaikan kepada instansi yang melakukan pemantauan
lingkungan sesuai dengan tugas pokoknya dan instansi yang menangani lingkungan
hidup di Propinsi dan Kabupaten/Kota. Pembinaan pelaksanaan AMDAL yang sudah
berjalan dilakukan oleh instansi sektoral dan instansi pengendali dampak lingkungan di
pusat dan daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota) melalui pengawasan atas hasil
pelaksanaan RKL-RPL yang telah dilakukan oleh pemrakarsa kegiatan (laporan
pelaksanaan RKL-RPL triwulan atau semesteran).

2.14 LINGKUNGAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasullulah saw berdasarkan


wahyu,sehingga banyak kita jumpai ayat-ayatAl-Qur’an dan Sunnah yang membahas
tentang Lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an mengenai lingkungan sangat Jelas dan
Prosepektif. Ada beberapa hal tentang Lingkungan dalam Al-Qur’an yaitu:

1. Lingkungan sebagai suatu Sistem


Suatu sistem terdiri atas komponen2 yg bekerja secara teratur sebagai suatu
kesatuan. Lingkungan terdiri atas unsur biotik (Manusia, hewan, dan Tumbuhan)
dan Abiotik (udara, air, tanah Dll) . Allah berforman:
“Dan kami telah menghamparkan Bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung
dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu Menurut ukuran. Dan kami telah
menjadikan untukmu di bumi keprluan-keperluaN hidup,dan (kami menciptakan
pula) Mahluk2 yang kamu sekali-kali bukan pemberi Rezeky kepadanya.” (QS. Al-
Hijr. 19-20)
2. Pembangunan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup sbg sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah berfirman :
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalannlah disegala
penjurunya,dan makannlah sebagian dari rezeky-Nya. Dan hanya kepadaNya lah
kamu kembali(kembali setelah) Di bangkitkan. “ (QS. Al-Mulk:15)
Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan Rasulullah saw mengajarkan kepada kita
semua tentang hal hal agar melakukan penghijauan, melestarikan kekayaan hayati
dan hewani. Dalil yg menjelaskan tentang Hal itu yaitu :
“Barang siapa diantara orang islam yang menanam tanaman maka hasil tanamannya
yang dimakan akan menjadi sedekahnya, dan hasil tanamannya yamg di curi akan
menjadi sedekah. Dan barang siapa yang merusak tanamannya ,maka akan menjadi
sedekahnya sampai hari kiamat. “ (HR. Muslim)
3. Sumber daya Vital dan problematikanya
Manusia telah sedikit hanya berhasil mengatur kehidupannya sendiridan sekarang
dituntut untuk mengupayakan berlangsungnya proses pengaturan yang normal dan
alami dan lingkungan agar selalu dalam keseimbangannya. Khusus yang
menyangkut lahan(tanah),air dan udara karena ketiga unsur tsb merupakan sumber
daya yang sangat penting bagi manusia.
4. Sumber daya lahan atau Tanah
Kelangsungan hidup manusia diantaranya tergantung dari tanah dan sebaliknya.
Tanah pun memerlukan perlindungan manusia untuk eksistensinya sebagai tanah
yang memiliki fungsi. Allah berfirman :
“Dan apakah mareka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kamu
tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuhan-tumbuhan yg baik?
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan
allah. Dan kebanyakan mereka tidak beriman, “ (QS. Al-syu’araa:7-8)
5. Kerusakan lingkungan hidup
Manusia telah diperingatkan Allah Swt dan Rasulnya agar jangan melakukan
kerusakan di bumi, akan tetapi manusia mengingkarinya. Allah swt berfirman:
“Dan bila dikatakan kepada mereka: JanganLah membuat kerusakan dimuka bumi.
Mereka Menjawabnya : Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan. “ (QS. Al-Baqarah:11)
6. Solusi Pengelolaan Lingkungan
Proses kerusakan lingkungan berjalan secara progresif dan membuat lingkungan
tidak nyaman bagi manusia, bahkan jika terus berjalan akan dapat membuatnya tidak
sesuai lagi untuk kehidupan kita. Itu semua karena ulah manusia sendiri, sehingga
bencananya juga akan menimpa manusia itu sendiri seperti yang dijelaskan dalam
QS. Ar-Rumm:41-42
Kita dianjurkan hidup serasi dng alam sekitar kita, dengan sesama manusia dan
dengan Allah swt. Allah berfirman :
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmatan
lil’alaminn. “ (QS. Al-anbiyah:107)

2.15 JENIS USAHA/KEGIATAN WAJIB DILENGKAPI AMDAL


I. BIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI .
1. Luas wilayah pertambangan umum tahap exploitasi Produksi
2. Batubara
3. Bijih Primer
4. Bijih Sekunder
5. Bahan galian bukan logam atau bahan galian golongan C Bahan galian
6. Radioakif, termasuk pengolahan, penam- bangan dan pemurnian
7. Transmisi
8. PLTD/PLTG/PLTU/PLTGU
9. PLTA semua jenis dan ukuran kecuali PLTM den jenis aliran langsung
10. PLTP
11. Pusat Listrik dari jenis lain
12. Eksploitasi Minyak/Gas Bumi
13. Pengolahan (Kilang)
14. Transmisi Minyak/Gas Bumi >= 200 ha dan atau
>= 200.000 ton/tahun
>= 60.000 ton/tahun
>= 100.000 ton/tahun
>= 300.000 m3/tahun
> 150 KV
>= 100 MW
>= 55 MW
>= 5 MW

>= 25 km
II. BIDANG KESEHATAN
1. Rumah sakit kelas A
2. Rumah sakit yang setara dengan kelas A atau kelas 1 Rumah sakit
3. Rumah sakit dengan peiayanan spesialisasi lengkap/menyeluruh
4. lndustri Farmasi yang membuat bahan baku obat dengan proses penuh
5. >= 400 kamar
III. BIDANG PEKERJAAN UMUM
1. Pembangunan Bendung atau Waduk
2. Pengembangan Daerah lrigasi
3. Pengembangan Daerah Rawa Pasang Surut/Lebak Pengamanan pantai, dikota
besar
4. Perbaikan sungai. dikota besar
5. Kanalisasi/Kanal Banjir dikota besar
6. Kanalisasi selain no.6 (pantai, rawa, atau lainnya) Pernbangunaan jalan
7. tol dan jalan layang
8. Pembangunan jalan raya
9. Pembangunan dan peningkatan jalan dengan pelebaran di luar daerah milik
10. jalan kota besar dan metropolitan yang berfungsi arteri atau kolektor
11. Pengolahan sampah dengan incinerator
12. Pembuangan sampah dengan sistem control landfill dan sanitary landfill
13. Pembuangan sampah dengan sistem open dumping Pembuangan sistem
drainase
14. dengan saluran di saluran primer kota metropolitan den besar
15. Air Limbah:
16. Pembangunan IPAL untuk pemukimanPembangunan sistem sewerage
17. Pengambilan air dari danau, sungai, mata air, atau sumber air lainnya
18. Pembangunan perumahan den pemukiman umum Peremajaan kota
19. Gedung bertingkat/apartemen tinggi >= 15 m atau luas genangan >= 100 ha
20. luas yang di airi
a. >= 2.000 ha
b. luas >= 5.000 ha
c. >= 500.000 penduduk
d. >= 500.000 penduduk
e. panjang >= 5 km atau lebar >= 20 M
f. panjang >= 25 km atau lebar >= 50 M
g. panjang > 25 km
h. panjang > 5 km atau luas >= 5 ha
i. >= 800 ton/ha
j. >= 800 ton/ha
k. >= 80 ton/ha
l. panjang >= 5 km
m. luas >= 50 ha
n. pelayanan >= 2.500 ha
o. debit >= 60 m
p. luas >= 200 ha
q. luas >= 5 ha
r. tinggi >= 60 m
IV. BIDANG PERTANIAN
1. Usaha tambak udang/ikan
2. Pencetakan sawah, pada kawasan hutan
3. Usaha perkebunan tanaman tahunan
4. Usaha pertanian tanaman semusim luas >= 50 ha
luas >= 1.000 ha
luas >= 1 0.000 ha
luas >= 5.000 ha
V. BIDANG PARPOSTEL .
1. Hotel
2. Padang Golf
3. Taman Rekreasi
4. Kawasan Pariwisata >= 200 kamar atau luas >= 5 ha
>= 100 ha
VI. BIDANG TRANSMIGRASI & PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN
1. Rencana kegiatan pembangunan pemukiman transmigrasi
Keterangan :
Jenis Transmigrasi Umum(TU), Transmigrasi swakarsa Mandiri(TSM) untuk
semua pola usaha pokok yang dikembangkan.
2. Lingkup studi : SKP Luas 4.500 ha
VII. BIDANG PERINDUSTRIAN
1. Idustri Semen (yang dibuat melalui produksi klinker)
2. Industri Pulp den Kertas
3. lndustri Pupuk Kimia (Sintetis)
4. lndustri Petrokimia
5. lndustri peleburan baja
6. lndustri peleburan timah hitam (Pb)
7. industri peleburan tembaga (Cu)
8. lndustri pembuatan alumina
9. lndustri peleburan baja paduan
10. industri alumunium ingot
11. Industri peleburan pellet & sponge 12.industd pig iron 13.industd fero
12. alloy Kawasan lndustri
13. industd galangan kapal produksi
14. industri Pesawat Terbang
15. industri kayu lapis terintegrasi lengkap dgn fasilitas penunjangnya,
16. antara lain industri perekat
17. industri senjata, munisi dan bahan peledak
18. Industri penghasil pestisida primer
19. industri Baterei
>= 3.000 DWT
luas >= 3.000 ha
VIII. BIDANG PERHUBUNGAN
1. Pembangunan Jaringan Jalan Kereta Api dan fasilitasnya
2. Pembangunan Sub Way
3. Pelabuhan Kelas 1, 11, 111 beserta fasilitasnya
4. Pelabuhan khusus
5. Reklamasi Pantai luas
6. Pengerukan Laut
7. Daerah Kerja (Kawasan) Pelabuhan
8. Bandar Udara beserta fasilitasnya panjang >= 25 km
>= 25 ha
volume >= 1 00.000 m3
IX. BIDANG PERDAGANGAN
1. Pusat Perdagangan/Perbelaniaan relatif terkonsentrasi luas >= 5 ha
2. atau luas bangunan >= 10.000 m2

X. SIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN


1. Pembangunan Gudang Munisi
2. Gudang Pusat Munisi dan Gudang Munisi Daerah Pembangunan Pangkalan
3. Angkatan Laut
4. Pembangunan Pangkalan Angkatan Udara
5. Pusat Latihan Tempur/Lapangan tembak senjata
a. kelas A. B, C
b. kelas A, B, C atau yang setara
c. luas >= 10.000 ha
XI. SIDANG PENGEMBANGAN TENAGA NUKLIR
1. Pembangunan dan pengoperasian Reaktor Nuklir Reaktor Daya
2. Reaktor Penelitian Pembangunan dan Pengoperasian instalasi Nuklir Non
Reaktor :
Fabrikasi bahan bakar Nuklir
Pengelolaan Limbah Radioaktif
Radiator aktivitas sumber
Produksi Radioisotop untuk semua instalasi >= 100 KWt
a. produksi >= 50 elemen bakar/tahun
b. semua instansi
c. >= 1.850 TBq (5.000 Ci)
XII. BIDANG KEHUTANAN
1. Pembangunan taman safari
2. Pembangunan kebun binatang
3. Hak pengusaha hutan (HPH)
4. Hak pengusahaan hutan sagu
5. Hak pengusahaan hutan tanaman industri (HTI Pengusahaan pariwisata alam di
dalam : taman wisata alam, taman buru, taman laut, taman nasional, dan taman
hutan raya >= 250 ha >= 100 ha
XIII. BIDANG PENGENDALIAN BAHAN BERBAHAYA & BERACUN
1. Pembangunan Fasilitas Pengolah Limbah B-3
XIV. BIDANG KEGIATAN TERPADU/MULTISEKTOR
Usaha atau Kegiatan yang terdiri dari lebih dari satu kegiatan wajib AMDAL yang
saling terkait dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung
jawab serta berada dalam satu kesatuan hamparan ekosistem.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Persoalan kerusakan lingkungan akibat industri dan rumah tangga, khususnya di Negara
berkembang seperti Indonesia sudah sangat kompleks dan sudah menghawatirkan.
Karena itu perlu kesadaran semua pihak untuk turut menangai pencemaran lingkungan.
Pemerintah melalui kebijakan dan aturan harus mampu mengatur industi dalam
pengolahan limbah baik cair, kayu dan udara. Pihak industripun harus menyadari
peranan pencemarannya yang sangat besar sehingga harus mau membangun pengolahan
limbah. Masyarakat pun harus mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengolahan
limbah rumah tangga dan lingkungan sekitar sehingga kelestarian lingkungan baik,
udara, tanah maupun air dapat terjaga dengan baik. Oleh karena itu Dalam membuat
suatu rencana usaha atau kegiatan terlebih dulu kita harus membuat sebuah analisa
terlebih dahulu apakah usaha yang kita buat bisa menimbulkan suatu dampak bagi
lingkungan dan makhluk-makhluk yang hidup disekitar lokasi usaha kita. Oleh karena itu
aspek AMDAL sangatlah penting dalam studi kelayakan bisnis dan untuk memutuskan
apakah usaha tersebut boleh dijalankan atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Chasan, achmad. 2016. “SKB dalam aspel lingkungan hidup”,


http://kumpulanmkalahku.blogspot.com/2016/11/studi-kelayakan-bisnis.html?m=1

Nurcahyo, Debie Eko. 2011. “Studi Kelayakan Bisnis - Aspek Lingkungan Hidup”,
http://markdebie.blogspot.com/2011/11/studi-kelayakan-bisnis-aspek-
lingkngan.html?m=1

Safitri, Marselina. 2014. “Studi Kelayakan Bisnis – AMDAL”,


http://marselinasafitri.blogspot.com/p/blog-page_16.html?m=1

Malik, Rendy. 2014. “Analisis mengenai dampak lingkungan hidup dan aplikasinya”,
https://rendymalik29.wordpress.com/2014/11/02/analisis-mengenai-dampak-
lingkungan-hidup-dan-aplikasinya/

Jayandi, Sukma. 2014. “Analisis mengenai dampak lingkungan”,


http://sukmajayandi27.blogspot.com/2014/05/materi-ipa-smk-amdal-analisis-
mengenai.html?m=1
Riyadi, Untung. 2014. “Aspek amdal dalam skb”,
https://untung15011963.blogspot.com/2014/06/aspek-amdal-dalam-skb.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai