OLEH
( KELOMPOK XI )
1. Marwan Alhadid (B1C1 16 145)
2. Wd Faruni (B1C1 16 149)
3. Muh. Ibrahim (B1C1 16 153)
4. Riska Miranti (B1C1 17 107)
5. Risna Sari (B1C1 17 108)
6. Setiawan Jodi (B1C1 17 113)
7. Sintya Tirta (B1C1 17 114)
8. Siska S. (B1C1 17 115)
9. St. Nurhafizah (B1C1 17 116)
10. Siti Erna Lita Saputri (B1C1 17 117)
JURUSAN AKUNTANSI
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahNya-lah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Aspek Amdal dalam sebuah
mata kuliah studi kelayakan bisnis.Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak, dosen, dan teman-teman sekalian. Oleh karena itu , kami selaku penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini ataupun kata – kata yang
kurang berkenan, kami mohon maaf. Untuk perbaikan dan peningkatan tulisan ini, kami
sangat mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Selanjutnya
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
khususnya pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar..........................................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL yang terdiri dari 5 (lima)
dokumen, yaitu:
a. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL):
KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta
kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan
dampak-dampak penting yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL dan
batas-batas studi ANDAL. Sedangkan kedalaman studi berkaitan dengan penentuan
metodologi yang akan digunakan untuk mengkaji dampak. Penentuan ruang lingkup
dan kedalaman kajian ini merupakan kesepakatan antara Pemrakarsa Kegiatan dan
Komisi Penilai AMDAL melalui proses yang disebut dengan proses pelingkupan.
b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL):
ANDAL adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak
penting dari suatu rencana kegiatan. Dampakdampak penting yang telah
diindetifikasi di dalam dokumen KAANDAL kemudian ditelaah secara lebih cermat
dengan menggunakan metodologi yang telah disepakati. Telaah ini bertujuan untuk
menentukan besaran dampak. Setelah besaran dampak diketahui, selanjutnya
dilakukan penentuan sifat penting dampak dengan cara membandingkan besaran
dampak terhadap criteria dampak penting yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Tahap kajian selanjutnya adalah evaluasi terhadap keterkaitan antara dampak yang
satu dengan yang lainnya. Evaluasi dampak ini bertujuan untuk menentukan dasar-
dasar pengelolaan dampak yang akan dilakukan untuk meminimalkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif.
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL):
RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan
dan menanggulangi dampak enting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta
memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-
upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan dampak
yang dihasilkan dari kajian ANDAL.
d. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL):
RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk melihat
perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari
rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk mengevaluasi efektifitas
upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa
terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat digunakan untuk mengevaluasi
akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam kajian ANDAL.
e. Ringkasan Eksekutif:
Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara singkat dan jelas hasil
kajian ANDAL. Hal hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan eksekutif biasanya
adalah uraian secara singkat tentang besaran dampak dan sifat penting dampak yang
dikaji di dalam ANDAL dan upaya-upaya pengelolaan dan pemantuan lingkungan
hidup yang akan dilakukan untuk mengelola dampak-dampak tersebut.
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan
evaluasi dokumen AMDAL
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 tentang jenis
usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL
6. Keputusan Menteri Negara Lingkugan Hidup Nomor 4 Tahun 2000 tentang panduan
penyusunan AMDAL kegiatan pembangunan pemukiman terpadu.
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2000 tentang panduan
penyusunan AMDAL kegiatan pembangunan di daerah lahan basah.
8. Keputusan Kepala BAPEDAL nomor 08 tahun 2000 tentang keterlibatan masyarakat
dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL.
10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang
pedoman pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup.
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang
Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan.
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang panduan
umum pelaksanaan Audit Lingkugan.
13. Peraturan Pemrintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 1994 tanggal 30 April 1994
tentanng Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ( Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1994 Nomor 26, tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3551)
14. Peraturan Pemrintah Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tentang perubahan
atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1995 Nomor
24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3595 ).
15. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 1994 ini kembali di ubah dengan peraturan
pemerintah nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 31 ) dan terakhir
diperbaharui kembali melalui peraturan peerintah Nomor 85 tahun 1999.
Amdal bermanfaat untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan agar layak
secara lingkungan. Dengan Amdal, suatu rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan
diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan dampak negatif terhadap lingkungan
hidup, dan mengembangkan dampak positif, sehingga sumber daya alam dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable).
1. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, sehingga dapat
mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupannya apabila diperlukan.
b. Masyarakat dapat mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek di
bangun sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan
dirinya dan menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang dapat diderita akibat
adanya proyek tersebut.
c. Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam pembangunan di daerahnya sejak
dari awal, khususnya di dalam memberikan informasi-informasi ataupun ikut
langsung di dalam membangun dan menjalankan proyek.
d. Masyarakat dapat memahami hal-ihwal mengenai proyek secara jelas sehingga
keselafahaman dapat di hindari dan kerja sama yang menguntungkan dapat di
galang.
e. Masyarakat dapat mengetahui hak dan kewajibannya di dalam hubungannya
dengan proyek tersebut khususnya hak dan kewajiban di dalam ikut dan
mengelola lingkungan.
2. Bagi pemilik proyek
a. Proyek terhindar dari pelanggaran terhadap undang-undang atau peraturan yang
berlaku.
b. Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau perusakan
lingkunganya.
c. Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akan di hadapi di
masa yang akan datang.
d. Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa yang
akan datang.
e. Analisis dampak lingkungan merupakan sumber informasi lingkungan di sekitar
lokasi proyeknya secara kuantitatif, termaksud informasi sosial ekonomi dan
sosial budaya.
f. Analisis dampak lingkungan merupakan bahan penguji secara komprehensif dari
perencanaan proyeknya, sehingga dapat di ketahui kelemahan-kelemahannya
untuk segera dapat di lakukan penyempurnaanya.
g. Dengan adanya analisis dampak lingkungan, pemilik proyek dapat mengetahui
keadaan lingkungan yang membahayakan (Misalnya banjir, tanah longsor, gempa
bumi, dan lain-lain).
3. Bagi pemerintah
a. Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang di kelola tersebut tidak
rusak (khusus untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui).
b. Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada diluar lokasi
proyek baik oleh yang di olah oleh proyek lain, di olah masyarakat atau yang
belum di olah.
c. Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran
air, pencemaran udara, kebisingan dan kain sebagainya, sehingga tidak
menganggu kesehatan, kenyamanandan keselamatan masyarakat.
d. Untuk menghindaru terjadinya pertentangan-pertentangan yang mungkin timbul
khusunya dengan masyarakat dan proyek-proyek lainnya.
e. Untuk menjamin agar proyek yang di bangun sesuai dengan rencana
pembangunan daerah, nasional ataupun internasional serta tidak mengganggu
proyek lain.
f. Untuk menjamin agar proyek tersebut mempunyai manfaat yang jelas bagi negara
dan masyarakat.
g. Analisis dampak lingkungan diperlukan bagi pemerintah sebagai alat pengambil
keputusan.
1. Pemerintah
Pemerintah berkewajiban memberikan keputusan apakah suatu rencana kegiatan
layak atau tidak layak lingkungan. Keputusan kelayakan lingkungan ini
dimaksudkan untuk melindungi kepentingan rakyat dan kesesuaian dengan
kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Untuk mengambil keputusan, pemerintah memerlukan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik yang berasal dari pemilik kegiatan/pemrakarsa
maupun dari pihak-pihak lain yang berkepentingan. Informasi tersebut disusun
secara sistematis dalam dokumen AMDAL. Dokumen ini dinilai oleh Komisi Penilai
AMDAL untuk menentukan apakah informasi yang terdapat didalamnya telah dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan dan untuk menilai apakah rencana kegiatan
tersebut dapat dinyatakan layak atau tidak layak berdasarkan suatu kriteria
kelayakan lingkungan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.
Manfaat AMDAL yaitu :
Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan
sumber daya alam secara lebih luas.
Menghindari timbulnya konflik dengan masyarakat dan kegiatan lain di
sekitarnya.
Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Bahan bagi rencana pengembangan wilayah dan tata ruang.
2. Pemrakarsa
Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan atau
kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemrakarsa inilah yang berkewajiban
melaksanakan kajian amdal. Meskipun pemrakarsa dapat menunjuk pihak lain
(seperti konsultan lingkungan hidup) untuk membantu melaksanakan kajian amdal,
namun tanggung jawab terhadap hasil kajian dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan
amdal tetap di tangan pemrakarsa kegiatan
Manfaat AMDAL yaitu :
Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi
aspek ekonomis, teknis dan lingkungan.
Menghemat dalam pemanfaatan sumber daya (modal, bahan baku, energi).
Dapat menjadi referensi dalam proses kredit perbankan.
Memberikan panduan untuk menjalin interaksi saling menguntungkan dengan
masyarakat sekitar sehingga terhindar dari konflik sosial yang saling merugikan.
Sebagai bukti ketaatan hukum, seperti perijinan.
3. Masyarakat yang Berkepentingan
Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh oleh segala
bentuk keputusan dalam proses amdal. Masyarakat mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam amdal yang setara dengan kedudukan pihak-pihak lain yang
terlibat dalam amdal.
Di dalam kajian amdal, masyarakat bukan obyek kajian namun merupakan subyek
yang ikut serta dalam proses pengambilan keputusan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan amdal. Dalam proses ini masyarakat menyampaikan aspirasi, kebutuhan,
nilai-nilai yang dimiliki masyarakat dan usulan-usulan penyelesaian masalah untuk
memperoleh keputusan terbaik. Dalam proses amdal masyarakat dibedakan menjadi
dua kategori, yaitu :
a. masyarakat terkena dampak : masyarakat yang akan merasakan dampak dari
adanya rencana kegiatan (orang atau kelompok yang di untungkan (beneficary
groups), dan orang atau kelompok yang dirugikan (at-risk groups).
b. masyarakat pemerhati : masyarakat yang tidak terkena dampak dari suatu
rencana kegiatan, tetapi mempunyai perhatian terhadap kegiatan maupun
dampak-dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu kegiatan
sehingga dapat menghindari terjadinya dampak negatif dan dapat memperoleh
dampak positif dari kegiatan tersebut.
Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya
pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga
kepentingan kedua belah pihak saling dihormati dan dilindungi.
Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana pembangunan
yang mempunyai pengaruh terhadap nasib dan kepentingan mereka.
1. Proses Penapisan
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah
proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL
atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu
langkah. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen
AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
dilengkapi dengan AMDAL.
Yang menjadi pertimbangan dalam penapisan adalah mengacu pada dasar
pertimbangan suatu kegiatan menjadi wajib amdal dalam keputusan menteri
lingkungan hidup RI no.17 tahun 2001 yaitu :
a. Kep-BAPEDAL Nomor 056/1994 tentang pedoman dampak penting yang
mengulas mengenai ukuran dampak penting suatu kegiatan.
b. Referensi internasional mengenai kegiatan wajib AMDAL yang diterapkan oleh
beberapa negara.
c. Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi
dampak negatif penting.
d. Beberapa studi yang dilakukan oleh perguruan tinggi dalam kaitannya dengan
kegiatan wajib AMDAL.
e. Masukan dan usulan dari berbagai sektor teknis terkait.
2. Proses Pengumuman
Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib
mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa
melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang
bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan bentuk pengumuman
serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur dalam Keputusan
Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
3. Proses Pelingkupan
Pelingkupan merupakan suatu proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan
dan mengidentifikasi dampak penting yang terkait dengan rencana kegiatan. Tujuan
pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi,
mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan, menetapkan tingkat
kedalaman studi, menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait
dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dari proses pelingkupan adalah
dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan masyarakat harus menjadi bahan
pertimbangan dalam proses pelingkupan.
4. Proses Penyusunan dan Penilaian KA-ANDAL
Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen
kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
5. Proses Penyusunan dan Penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL
yang telah disepakati. Setelah selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan
dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan,
lama waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/ menyempurnakan kembali
dokumennya.
6. Persetujuan Kelayakan Lingkungan
Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
diterbitkan oleh :
1) Menteri, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai pusat;
2) Gubernur, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai provinsi; dan
3) Bupati/walikota, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai kabupaten/kota.
Identitas pemrakarsa
Rencana Usaha dan/atau kegiatan
Dampak Lingkungan yang akan terjadi
Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
Tanda tangan dan cap
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan
untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah
memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal
cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor
09/2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. Waktu yang diperlukan untuk proses
AMDAL hingga dikeluarkannya Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan pada
umumnya berkisar antara 6 – 18 bulan. Tidak ada besaran biaya standar yang diperlukan
untuk menyusun suatu dokumen AMDAL. Biaya tersebut umumnya ditentukan oleh
konsultan AMDAL dan tergantung dari beberapa faktor seperti lingkup studi, kedalaman
studi, lama studi, para ahli pelaksana studi, dan lainnya.
AMDAL merupakan suatu proses yang panjang dengan sistematika urutan langkah
tertentu menurut PP 29 tahun 1986.Adapun langkah – langkah tersebut adalah :
1. Usulan Proyek.
Usulan proyek datang dari pemprakarsa, yaitu orang atau badan yang mengajukan
dan bertanggung jawab atas suatu rencana kegiatan yang dilaksanakan.
2. Penyajian Informasi Lingkungan.
Usulan proyek kemudian mengalami penyaringan yang bertujuan untuk
menentukan perlu atau tidak perlu dilengkapi dengan ANDAL. Penyaringan
dilakukan dengan Penyajian Informasi Lingkungan atau disebut PIL.
perlu dibuatkan ANDAL, karena dinilai proyek akan menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan
tidak perlu dibuatkan ANDAL, karena diperkirakan tidak akan menimbulkan
dampak penting .
PIL kurang lengkap dan dikembalikan ke pemprakarsa proyek untuk perbaikan
Sebelum diajukan kembali.
3. Menyusun Kerangka Acuan
Bila instansi yang bersangkutan memutuskan perlu membuat ANDAL, pemprakarsa
bersama instansi tersebut menyusun kerangka acuan TOR sesuai dengan pedoman
yang telah ditetapkan bagi analisis dampak lingkungan.
4. Membuat ANDAL
Pemprakarsa membuat ANDAL sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, kemudian
mengajukannya kepada instansi yang bertanggung jawabuntuk dikaji lebih dulu
sebelum mendapatkan keputusan. Kemungkinan hasil penillaian ada 3, yaitu :
1) ANDAL disetujui, kemudian pemprakarsa melanjutkan pembuatan RKL dan
RPL.
2) ANDAL ditolak karena dianggap kurang lengkap atau kurang sempurna.Untuk
ini perlu perbaikan dan diajukan kembali.
3) ANDAL ditolak karena dampak negatofmya, karena tidak dapat ditanggulangi
oleh ilmu dan teknologi yang telah ada, diperkirakan lebih besar daripada
dampak positifnya.
Sesuai dengan KEP-MENLH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi
Penilaian AMDAL kewenagan penilaian AMDAL ditentukan sebagai berikut :
1. Kewenangan AMDAL di pusat diberlakukan pada jenis usaha dan kegiatan yang
bersifat strategis dan menyangkut ketahanan dan keamanan negara, lokasi kegiatan
meliputi lebih dari satu wilayah provinsi, wilayah sengketa dengan negara lain,
wilayah ruang lautan di atas 12 mil, berlokasi di lintas batas negara.
2. Kewenangan AMDAL di provinsi diberlakukan bagi kegiatan industri pulp; industri
semen dan quarry; industri petrokimia; HPH dan unit pengelolahannya; HTI dan
pengolahannya; PLTA; PLTU/PLTP/PLTD; bendungan; bandar udara diluar
kategori bandar udara internasional; pelabuhan di luar kategori pelabuhan samudra,
kegiatan yang berlokasi di lebih dari satu kabupaten/ kota; di wilayah laut dengan
jarak 4-12 mil.
3. Kewenangan AMDAL di Kabupaten/ Kota diberlakukan bagi kegiatan di luar
kewenagan Pusat dan Provinsi.
>= 25 km
II. BIDANG KESEHATAN
1. Rumah sakit kelas A
2. Rumah sakit yang setara dengan kelas A atau kelas 1 Rumah sakit
3. Rumah sakit dengan peiayanan spesialisasi lengkap/menyeluruh
4. lndustri Farmasi yang membuat bahan baku obat dengan proses penuh
5. >= 400 kamar
III. BIDANG PEKERJAAN UMUM
1. Pembangunan Bendung atau Waduk
2. Pengembangan Daerah lrigasi
3. Pengembangan Daerah Rawa Pasang Surut/Lebak Pengamanan pantai, dikota
besar
4. Perbaikan sungai. dikota besar
5. Kanalisasi/Kanal Banjir dikota besar
6. Kanalisasi selain no.6 (pantai, rawa, atau lainnya) Pernbangunaan jalan
7. tol dan jalan layang
8. Pembangunan jalan raya
9. Pembangunan dan peningkatan jalan dengan pelebaran di luar daerah milik
10. jalan kota besar dan metropolitan yang berfungsi arteri atau kolektor
11. Pengolahan sampah dengan incinerator
12. Pembuangan sampah dengan sistem control landfill dan sanitary landfill
13. Pembuangan sampah dengan sistem open dumping Pembuangan sistem
drainase
14. dengan saluran di saluran primer kota metropolitan den besar
15. Air Limbah:
16. Pembangunan IPAL untuk pemukimanPembangunan sistem sewerage
17. Pengambilan air dari danau, sungai, mata air, atau sumber air lainnya
18. Pembangunan perumahan den pemukiman umum Peremajaan kota
19. Gedung bertingkat/apartemen tinggi >= 15 m atau luas genangan >= 100 ha
20. luas yang di airi
a. >= 2.000 ha
b. luas >= 5.000 ha
c. >= 500.000 penduduk
d. >= 500.000 penduduk
e. panjang >= 5 km atau lebar >= 20 M
f. panjang >= 25 km atau lebar >= 50 M
g. panjang > 25 km
h. panjang > 5 km atau luas >= 5 ha
i. >= 800 ton/ha
j. >= 800 ton/ha
k. >= 80 ton/ha
l. panjang >= 5 km
m. luas >= 50 ha
n. pelayanan >= 2.500 ha
o. debit >= 60 m
p. luas >= 200 ha
q. luas >= 5 ha
r. tinggi >= 60 m
IV. BIDANG PERTANIAN
1. Usaha tambak udang/ikan
2. Pencetakan sawah, pada kawasan hutan
3. Usaha perkebunan tanaman tahunan
4. Usaha pertanian tanaman semusim luas >= 50 ha
luas >= 1.000 ha
luas >= 1 0.000 ha
luas >= 5.000 ha
V. BIDANG PARPOSTEL .
1. Hotel
2. Padang Golf
3. Taman Rekreasi
4. Kawasan Pariwisata >= 200 kamar atau luas >= 5 ha
>= 100 ha
VI. BIDANG TRANSMIGRASI & PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN
1. Rencana kegiatan pembangunan pemukiman transmigrasi
Keterangan :
Jenis Transmigrasi Umum(TU), Transmigrasi swakarsa Mandiri(TSM) untuk
semua pola usaha pokok yang dikembangkan.
2. Lingkup studi : SKP Luas 4.500 ha
VII. BIDANG PERINDUSTRIAN
1. Idustri Semen (yang dibuat melalui produksi klinker)
2. Industri Pulp den Kertas
3. lndustri Pupuk Kimia (Sintetis)
4. lndustri Petrokimia
5. lndustri peleburan baja
6. lndustri peleburan timah hitam (Pb)
7. industri peleburan tembaga (Cu)
8. lndustri pembuatan alumina
9. lndustri peleburan baja paduan
10. industri alumunium ingot
11. Industri peleburan pellet & sponge 12.industd pig iron 13.industd fero
12. alloy Kawasan lndustri
13. industd galangan kapal produksi
14. industri Pesawat Terbang
15. industri kayu lapis terintegrasi lengkap dgn fasilitas penunjangnya,
16. antara lain industri perekat
17. industri senjata, munisi dan bahan peledak
18. Industri penghasil pestisida primer
19. industri Baterei
>= 3.000 DWT
luas >= 3.000 ha
VIII. BIDANG PERHUBUNGAN
1. Pembangunan Jaringan Jalan Kereta Api dan fasilitasnya
2. Pembangunan Sub Way
3. Pelabuhan Kelas 1, 11, 111 beserta fasilitasnya
4. Pelabuhan khusus
5. Reklamasi Pantai luas
6. Pengerukan Laut
7. Daerah Kerja (Kawasan) Pelabuhan
8. Bandar Udara beserta fasilitasnya panjang >= 25 km
>= 25 ha
volume >= 1 00.000 m3
IX. BIDANG PERDAGANGAN
1. Pusat Perdagangan/Perbelaniaan relatif terkonsentrasi luas >= 5 ha
2. atau luas bangunan >= 10.000 m2
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Persoalan kerusakan lingkungan akibat industri dan rumah tangga, khususnya di Negara
berkembang seperti Indonesia sudah sangat kompleks dan sudah menghawatirkan.
Karena itu perlu kesadaran semua pihak untuk turut menangai pencemaran lingkungan.
Pemerintah melalui kebijakan dan aturan harus mampu mengatur industi dalam
pengolahan limbah baik cair, kayu dan udara. Pihak industripun harus menyadari
peranan pencemarannya yang sangat besar sehingga harus mau membangun pengolahan
limbah. Masyarakat pun harus mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengolahan
limbah rumah tangga dan lingkungan sekitar sehingga kelestarian lingkungan baik,
udara, tanah maupun air dapat terjaga dengan baik. Oleh karena itu Dalam membuat
suatu rencana usaha atau kegiatan terlebih dulu kita harus membuat sebuah analisa
terlebih dahulu apakah usaha yang kita buat bisa menimbulkan suatu dampak bagi
lingkungan dan makhluk-makhluk yang hidup disekitar lokasi usaha kita. Oleh karena itu
aspek AMDAL sangatlah penting dalam studi kelayakan bisnis dan untuk memutuskan
apakah usaha tersebut boleh dijalankan atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, Debie Eko. 2011. “Studi Kelayakan Bisnis - Aspek Lingkungan Hidup”,
http://markdebie.blogspot.com/2011/11/studi-kelayakan-bisnis-aspek-
lingkngan.html?m=1
Malik, Rendy. 2014. “Analisis mengenai dampak lingkungan hidup dan aplikasinya”,
https://rendymalik29.wordpress.com/2014/11/02/analisis-mengenai-dampak-
lingkungan-hidup-dan-aplikasinya/