Anda di halaman 1dari 122

OFTALMOLOGI

MASALAH KONJUNGTIVA
1. Konjungtivitis
Mata merah tanpa penurunan visus, tampak injeksi konjungtiva

Viral Bakterial Alergi Vernal Trakoma


• Sekret jernih, • Sekret • Dominan • Cobblestone- • Infeksi akibat
dapat purulen, mata gatal, appearance Chlamydia
ditemukan sering terjadi sekret cair- • Tx : trachomatis,
folikel pada perlengketan. kental, dapat Antihistamin, dapat
palpebra, • Tx :Topikal ditemukan mast-cell mengakibatka
mudah antibiotik papila. stabilizer n sikatriks dan
menular. (kloramfenikol • Tx : entropion.
• Tx : ) atau Antihistamin, • Tx : Antibiotik
Simptomatik, antibiotik lain mast-cell (azitromisin
kortikosteroid stabilizer oral, salep
jika diperlukan mata
tetrasiklin)
MASALAH KONJUNGTIVA
2. Pterigium
Jaringan fibrovaskular
berbentuk segitiga, putih,
dapat menimbulkan
gejala iritatif pada mata,
astigmat, hingga
gangguan penglihatan.
Manajemen pterigium
• Menghindari pajanan sinar UV adalah tindakan
awal, namun tidak menghilangkan pterigium yang
sudah ada
• Dengan kacamata hitam, topi
• Artificial tears dapat mengurangi gejala
• Kortikosteroid topikal, bila ada indikasi (yakni;
adanya inflamasi yang sedang terjadi)
• Pembedahan adalah tindakan definitif, namun
kekambuhan masih munkgin terjadi

http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/963/treatment/details.html
MASALAH KONJUNGTIVA
3. Pinguekula
• Deposit subepitel berwarna
putih kekuningan, berada di
limbus bagian temporal dan
nasal, umumnya tidak
mencapai kornea
MASALAH KELOPAK MATA
1. Hordeolum
Infeksi Staphylococcus aureus. Hordeolum
internum mengenai kelenjar meibom;
hordeolum eksternum mengenai kelenjar
Zeis dan/atau Moll

Gambaran nodul yang eritema, nyeri.


Internal di balik kelopak mata; eksternal di Hordeolum externa
kelopak mata.

Tx : Kompres hangat, antibiotik topikal,


insisi/drainase jika pengobatan konservatif
tidak berhasil

Hordeolum interna
MASALAH KELOPAK MATA
2. Kalazion
• Peradangan granulomatosa, mengakibatkan timbul
nodul tidak nyeri.
• Umumnya memerlukan insisi, kecuali ukuran yang
sangat besar dapat dilakukan eksisi
MASALAH KELOPAK MATA
3. Blefaritis
• Inflamasi dari kelopak
mata, dapat disebabkan
oleh infeksi
Staphylococcus aureus
• Kelopak mata yang
membengkak dan merah
• Kompres hangat,
antibiotik topikal dan
sistemik, kortikosteroid
kadang diperlukan
MASALAH KORNEA
1. Keratitis
Mata merah dengan penurunan visus, tampak injeksi
silier, disertai dengan nyeri dan fotofobia
Herpes
Bakterial Herpes zoster Fungal Amuba
simpleks

• Lesi dengan • Lesi • Didahului lesi • Riwayat • Disebabkan


efek epitel dendritik herpes zoster trauma oleh
disertai di wajah dengan Acanthamoeb
• Antiviral unilateral tumbuhan, a sp.,
infiltrat dan topikal, (dermatomal) lesi hipopion • riwayat lensa
edema. sikloplegia, dan lesi
• Antiviral kontak dan
• Antibiotik kortikostero topikal dan satelit. berenang di
topikal, id oral, • Antifungal air.
sikloplegia, sikloplegia, topikal, • Tx:Amubisida
kortikostero kortikosteroid jangan dan
id diberikan kortikosteroi
kortikosteroid d
MASALAH KORNEA
2. Ulkus Kornea
• Tampilan klinis
menyerupai keratitis,
dengan tes fluorosein
positif (disertai dengan
gambaran defek epitel)
• Pemeriksaan dengan
fluorosein
• Terapi sesuai dengan
etiologi (bakterial, jamur,
viral)
TRAUMA
1. Trauma Kimia

Asam bersifat koagulatif, penetrasi tidak


terlalu dalam

Basa bersifat likuefaktif (mencairkan


jaringan), penetrasi dapat sangat dalam dan
berbahaya.

Tindakan  Irigasi, anestesi topikal mata


(misal: tetrakain), kortikosteroid, sikloplegia,
dan antibiotik topikal. Selanjutnya perlu
dilakukan rujukan ke dokter spesialis mata
TRAUMA
2. Perdarahan Subkonjungtiva
• Terkumpulnya darah di konjungtiva, umumnya akibat
trauma.
• Swasirna (self-limiting), kompres dingin dan artificial
tears dapat dipertimbangkan
TRAUMA
3. Hifema
• Terkumpulnya darah di kamera
okuli anterior (bilik mata
depan), umumnya akibat
trauma.
• Tx : Tirah baring, pencegahan
glaukoma dengan anti-
glaukoma, dan rujukan ke
dokter spesialis mata.
REFRAKSI
1. Miopia
Bayangan jatuh di depan retina, bisa
diakibatkan bola mata terlalu panjang
(miopia aksial), indeks refraksi terlalu kuat,
atau kornea yang terlalu cekung (miopia
kurvatura)
Anak sering memicingkan mata, duduk di
depan kelas, prestasi belajar dapat
menurun
Ringan sampai -3.0 D

Klasifikasi
Sedang sampai -6.0 D
Koreksi  Lensa negatif terlemah
Berat sampai -9.0 D

Sangat Berat lebih dari -9.0 D


REFRAKSI
2. Hipermeteropia
Bayangan jatuh di belakang retina, bisa diakibatkan
bola mata terlalu pendek (hipermeteropia aksial),
indeks refraksi terlalu lemah, atau kornea yang
kurang cekung (hipermeteropia kurvatura)
Mata sering menjadi lelah karena berakomodasi
terus-menerus, gangguan dalam membaca

Koreksi  Lensa positif terkuat


REFRAKSI
3. Astigmatisme
• Mata "silindris" akibat pembiasan sinar tidak sama
pada semua bidang.
• Lensa silindris
• Terapi: kontak lensa, kacamata, operasi LASIK
1) MAS (Miopia Astigmat Simpleks) --> Lensa C(-) as°
2) HAS (Hipermetropia Astigmat Simpleks) --> Lensa C(+) as°
 Hanya ada komponen silindris

3) MAC (Miopia Astigmat Compositus) --> Lensa S(-), Lensa C(-) as°
4) HAC (Hipermetropia Astigmat Compositus) --> Lensa S(+), Lensa
C(+) as°
 Ada komponen sferis dan silindris, tanda sama

5) MAM atau HAM


MAM (Miopia Astigmat Mixtus ) --> Lensa S(-), Lensa C(+) as°
HAM (Hipermetrop Astigmat Mixtus) --> Lensa S(+), Lensa C(-) as°
 Ada komponen sferis dan silindris , tanda beda
REFRAKSI
4. Presbiopia

• Daya akomodasi mulai melemah akibat usia.


Koreksi dengan lensa positif, dan perkiraan
kekuatan lensa sesuai dengan usia. Umumnya
memerlukan lensa progresif.

40-44 thn 45-49 thn 50-54 thn 55-59 thn ≥60 thn
+1.0 D +1.5 D +2.0 D +2.5 D +3.0 D
GLAUKOMA
1. Glaukoma Sudut Terbuka
• Kerusakan nervus optikus akibat
peningkatan tekanan intraokular menahun
akibat gangguan saluran keluar aqueous
humor (trabekula).
• Cenderung asimptomatik pada tahap awal,
pada tahap lanjutan terjadi penyempitan
lapangan pandang (tunnel vision).
Tonometri: TIO meningkat atau dapat pula
normal (glaukoma normotensi), dengan
rasio cup-disk (CDR) >0,5, pemeriksaan
dengan kampimetri: lapangan pandang
menyempit
• Timolol topikal. Definitif: trabekuloplasti
(tomi)
GLAUKOMA
2. Glaukoma Sudut Tertutup (Akut)
• Peningkatan tekanan intraokular secara mendadak,
umumnya akibat sudut bilik mata depan tertutup
mendadak (akibat oklusi trabekula dari iris)
• Mata merah mendadak, visus turun, nyeri hebat (dan
sering dinyatakan "berdenyut" di mata), sering disertai
mual dan muntah. Tonometri: TIO >21 mmHg, disertai
injeksi, edema kornea, pupil dilatasi non-reaktif (mid-
dilatasi)
• Asetazolamid PO/IV awal, pilokarpin, timolol, dan
steroid tetes mata. Definitif dengan iridotomi perifer.
KATARAK
Mata tenang, visus turun perlahan, sering disertai gejala
awal berupa penglihatan yang sering silau. Terkait dengan
pertambahan usia

Katarak traumatik: akibat trauma tumpul, Katarak traumatik

dengan opasitas khas berbentuk bintang


(stelata)

Katarak kongenital: akibat infeksi


intrauterin (misal rubella), tampilan
leukokria, dapat mengakibatkan ambliopia

Katarak terkait diabetik dan penggunaan


kortikosteroid jangka panjang
Katarak Senilis

Jenis Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Sebagian Seluruh Lensa jatuh
Tes shadow Positif Negatif Pseudopositif

Visus >6/60 <6/60 <6/60

Tx : Bedah katarak dengan berbagai metode (seperti ekstraksi katarak


ekstrakapsular, intrakapsular, atau fakoemulsifikasi)
Telinga Hidung
Tenggorokan
MASALAH TELINGA
1. Otitis Media Akut
• Tersering disebabkan oleh Streptococus pneumonia dan
Hemophilus influenzae. Penyebab demam pada anak yang
sangat sering.
FASE KARAKTERISTIK TATALAKSANA

OKLUSI Retraksi membran timpani Tetes hidung (efedrin hcl 0.5%)

Antibiotik + tetes hidung +


HIPEREMIS Membran timpani menjadi hiperemis
analgetik

Membran timpani menonjol (bulging), disertai


SUPURASI Antibiotik + miringotomi
demam tinggi dan nyeri hebat

Sekret mengalir keluar, tampak perforasi, nyeri dan Antibiotik + cuci dengan H2O2 3%
PERFORASI
demam membaik (3-5 hari)

Sekret mengering, perforasi mulai menutup. Dapat


RESOLUSI antibiotik
berlanjut menjadi >>OMSK
MASALAH TELINGA
1. Otitis Media Akut
• Antibiotik: amoksisilin 5-7 hari, alternatif
amoksisilin + klavulanat, sefalosporin. Hampir
semua stadium klinis memerlukan antibiotik (isu
kontroversial pada fase oklusi)

MT bulging
MASALAH TELINGA
2. Otitis Media Supuratif Kronik
Kelanjutan dari OMA yang tidak mengalami
penyembuhan secara sempurna, akibat infeksi
berulang atau penatalaksanaan yang kurang
adekuat

Keluar sekret >6 minggu (baik hilang-timbul


maupun terus menerus), dengan gambaran
membran timpani perforasi dan penurunan
pendengaran. Biasanya tidak nyeri.
MASALAH TELINGA
2. Otitis Media Supuratif Kronik
1. Tipe Perforasi di attic / perifer, kolesteatoma,
maligna risiko mastoiditis, paresis n.VII
(bahaya)
Terapi : operasi eradikasi kolesteatoma,
timpanoplasti dan miringoplasti

2. Tipe Perforasi sentral, komplikasi minimal


benigna
(aman)
Terapi : antibiotik topikal (misal: neomisin
+ polimiksin) dan ear toilet H2O2 3%
MASALAH TELINGA
3. Otitis Media Efusi

Transudasi ("rembes") cairan serosa (non-infeksi) di


telinga tengah, akibat kelanjutan OMA, disfungsi tuba,
alergi, hingga barotrauma

Sensasi "kemasukan air", tidak ada nyeri dan demam.


Membran timpani suram, tidak hiperemis, mobilitas
terganggu (tes Toynbee dan Valsava)

Swasirna (self-limiting) dalam 2-3 bulan, jika tidak ada


perbaikan pertimbangkan miringotomi dan pemasangan
pipa Grommet
MASALAH TELINGA
4. Otitis Eksterna
• Infeksi telinga luar (liang telinga) akibat bakteri, virus, atau
jamur.
• Nyeri tekan tragus, nyeri saat membuka mulut, dapat
disertai sekret berbau dan penurunan pendengaran
Otitis Eksterna Otitis Eksterna
Otitis Eksterna Difusa
Sirkumskripta Maligna
• Furunkel ("bisul") di • Infeksi di 2/3 liang • Infeksi liang telinga
liang telinga (1/3 telinga dalam (luas), dapat
liang telinga luar) • Pseudomonas sp. berkomplikasi
• S. aureus paresis n. VII hingga
destruksi tulang
temporal
• Pseudomonas sp
• Pikirkan DM dan
imunokompromais
MASALAH TELINGA
5. Presbiakusis
• Salah satu penyebab tuli sensorineural, di mana
terjadi penurunan pendengaran akibat usia.
• Gejala: cocktail party deafness dan dapat disertai
fenomena recruitment.
• Tuli sensorineural akibat presbiakusis biasa pada
frekuensi tinggi >2.000 Hz
MASALAH TELINGA
6. Noice-Induced Hearing Loss (NIHL)
• Tuli sensorineural akibat pajanan bising terus-
menerus.
• Batas pajanan yang diperkenankan:

85 dB 88 dB 91 dB ... + 3 dB dst...
8 jam 4 jam 2 jam ... x 1/2 waktu

• Khas: takik (notch) pada frekuensi 4.000 Hz


MASALAH HIDUNG DAN TENGGOROKAN
1. Epistaksis
Epistaksis anterior Epistaksis posterior

• dari pleksus Kisselbach, a. • dari a. ethmoidalis posterior, a.


ethmoidalis anterior sphenopalatina. Perdarahan
• Tx : Tekan cuping hidung 10-15 lebih hebat, dapat menetes ke
menit; kaustik dengan AgNO3 nasofaring, dan jarang berhenti
25-30% jika sumber perdarahan sendiri
terlihat; tampon anterior • Cari faktor risiko terutama
(+vaselin, salep antibiotik, dan hipertensi, gangguan koagulasi,
epinefrin selama 2 hari) tumor, dan infeksi
• Tx : tampon posterior (Bellocq)
selama 3 hari. Tampon anterior
juga sebaiknya dipasang
MASALAH HIDUNG DAN TENGGOROKAN
2. Rhinitis Alergi
• Inflamasi mukosa hidung yang diperantarai oleh IgE
dan histamin. Dipicu oleh alergen inhalasi (paling
sering)
• Gejala : Bersin berulang, rinorea, hidung gatal
(dominan), dapat diikuti dengan konjungtivitis
alergi, hiposmia, dan post-nasal drip. Gejala pagi
hari dominan.
• Tanda : Allergic shiner (stasis vena bawah mata),
crease (garis hidung), dan salute (gerakan
menggosok-gosok hidung), mukosa edema,
pucat/livide tampak sekret cair
MASALAH HIDUNG DAN TENGGOROKAN
2. Rhinitis Alergi
• Penunjang : Uji cukit kulit (skin prick test), IgE
RAST, hitung eosinofil dan IgE total (kurang spesifik)
• Tx : Hindari pencetus, antihistamin, steroid
intranasal jika berat
FREKUENSI KEPARAHAN

• Intermiten - <4 • Ringan - tidak ada


hari/minggu gangguan aktivitas,
• Persisten - ≥4 hari/minggu olahraga, dan saat
beristirahat
• Sedang-berat - ada
gangguan aktivitas
MASALAH HIDUNG DAN TENGGOROKAN
3. Rhinitis Vasomotor
• Inflamasi mukosa hidung non-alergi, diperantarai oleh
saraf parasimpatis yang hiperaktif
• Gejala : Keluhan menyerupai rinitis alergi, namun
dominan hidung tersumbat bergantian kiri-kanan,
jarang disertai konjungtivitis, memburuk terutama pagi
hari. Pemicu non-spesifik seperti udara dingin, bau-
bauan, dan kelembapan udara.
• Penunjang : Uji cukit kulit (skin prick test) negatif, IgE
RAST negatif, IgE dan eosinofil darah tidak meningkat.
• Tx : Hindari pencetus, dekongestan oral/topikal,
pertimbangkan neurektomi n. vidianus jika gejala tidak
ada perbaikan.
MASALAH HIDUNG DAN TENGGOROKAN
4. Rhinitis Medikamentosa
• Gangguan respons vasomotor akibat riwayat
penggunaan vasokonstriktor (dekongestan)
topikal jangka panjang
• Gejala : Hidung tersumbat, sekret berair, konka
edema/hipertrofi
• Tx : Hentikan vasokonstriktor topikal, dapat diatasi
dengan mengganti dengan dekongestan oral sesaat
disertai kortikosteroid oral dosis tinggi jangka
pendek
MASALAH HIDUNG DAN TENGGOROKAN
5. Sinusitis
• Inflamasi sinus paranasal
akibat infeksi, terutama viral
dan bakterial - diperberat
jika ada gangguan klirens
mukosiliar. Penyebab
tersering: S. pneumonia, H.
influenzae, dan M.
catarrhalis.
• Nyeri wajah, sekret hidung
purulen, sering turun ke
tenggorok (post-nasal drip),
dapat disertai demam.
MASALAH HIDUNG DAN TENGGOROKAN
5. Sinusitis
• Cari faktor risiko: ISPA, polip, infeksi tonsil/gigi,
hipertrofi adenoid, kelainan anatomi.
• Baku emas: CT-scan; pemeriksaan radiologi awal
dapat berupa foto polos sinus posisi Waters
(perselubungan, air-fluid level, dan penebalan
mukosa sinus)
MASALAH HIDUNG DAN TENGGOROKAN
5. Sinusitis
Akut
• <4 minggu
• Terapi simptomatis (dekongestan, analgesik),
• antibiotik jika bakterial (amoksisilin, amoksisilin + klavulanat)

Kronik
• >3 bulan
• umumnya tidak responsif terhadap antibiotik, mungkin diperlukan
bedah sinus endoskopi fungsional (FESS)
• berkembang dari sinusitis akut yang tidak ditatalaksana secara
sempurna, atau kemungkinan kelainan anatomis harus selalu
dipikirkan

Di antaranya kedua waktu tersebut sinusitis subakut


MASALAH HIDUNG DAN TENGGOROKAN
6. Tonsilitis
• Radang tonsil (faringeal/adenoid, palatinal), akibat
tersering adalah infeksi viral dan bakterial.

Akut Kronis

• common cold sering sebagai • pelebaran kripta, dapat terisi


pemicu, detritus, napas berbau
• Gejala : nyeri tenggorok, • Tergantung kecurigaan etiologi;
detritus (kumpulan leukosit viral simptomatik, bakterial
mati), demam, nyeri menelan, antibiotik + simptomatik.
pembesaran KGB, hingga otalgia • Indikasi tonsilektomi jika
serangan >3x/tahun, sumbatan
jalan napas, rinosinusitis kronis
• berkembang dari tonsilitis akut
yang tidak diatasi dengan baik.
MASALAH HIDUNG DAN TENGGOROKAN
7. Abses Peritonsil
• Komplikasi dari tonsilitis akut
yang tidak diatasi dengan
baik
• Gejala: Demam, nyeri
tenggorok, disfagia, "hot
potato voice" (suara seperti
'kumur-kumur'), uvula
terdorong ke sisi kontralateral
• Tx : Antibiotik,
insisi/drainase abses
PEMERIKSAAN DI BIDANG THT
Tes Penala
• Rinne: membandingkan hantaran udara vs hantaran
tulang
• Weber: meletakkan garpu tala di tengah, mencari
lateralisasi
• Schawabch: membandingkan hantaran tulang pasien vs
pemeriksa
Tuli Konduktif Sensorineural
Rinne negatif positif
Weber lateralisasi ke telinga lateralisasi ke telinga
sakit sehat
Schwabach memanjang (dibanding memendek (dibanding
pemeriksa) pemeriksa)
DERMATOLOGI
INFEKSI BAKTERIAL KULIT
1. Impetigo
• Infeksi kulit superfisial, impetigo krustosa

umumnya akibat Streptococus


(impetigo krustosa) atau
Staphylococcus (impetigo
bulosa).
• Krustosa tampak krusta tebal
seperti madu impetigo bulosa
• Bulosa tampak bula,
hipopion yang dapat
memecah
• Tx Antibiotik topikal (mupirosin,
basitrasin, kloramfenikol)
INFEKSI BAKTERIAL KULIT
2. Folikulitis
• Radang folikel rambut, dengan
papul/pustul yang di tengahnya
terdapat rambut.
• Infeksi oleh S.aureus
• Antibiotik topikal
• Salep/krim asam fusidat 2%,
mupirocin 2%, atau
neomisin+basitrasin
INFEKSI BAKTERIAL KULIT
3. Furunkel dan Karbunkel
Karbunkel
• Furunkel: diawali dengan Furunkel

radang folikel lambut ,


membesar menjadi nodul
eritematosa (= "bisul")
• Karbunkel: furunkel yang
konfluens (berkumpul
menjadi satu)
• Furunkulosis: keadaan
banyak furunkel, tersebar
diskret Furunkulosis
INFEKSI BAKTERIAL KULIT
4. Erisipelas dan Selulitis
• Erisipelas: infeksi jaringan subkutis superfisial,
eritema dengan batas tegas
• Selulitis: memiliki batas tidak tegas, lebih dalam
dibandingkan erisipelas
Erysipelas Selulitis
INFEKSI BAKTERIAL KULIT
5. Ektima
• Ulkus superfisial dengan krusta. Disebabkan oleh
infeksi Streptococcus. Umumnya mengenai tungkai
bawah karena banyak mendapat trauma.
• Kompres terbuka, antibiotik topikal, atau antibiotik
sistemik (amoksisilin).
INFEKSI JAMUR KULIT
1. Tinea
• Jamur dermatofita, seperti Microsporum,
Epidermophyton
• Kapitis di kepala, pedis (telapak kaki, jari-jari kaki),
unguium (lempeng kuku), kruris (selangkangan),
korporis (lokasi badan selain yang disebutkan di atas).
Lesi berupa plakat bulat, polimorf, dengan bagian tepi
lesi lebih aktif dibandingkan bagian tengahnya.
• KOH: hifa panjang, sekat yang prominen (jelas)
• Tinea kapitis: griseofulvin oral; tinea korporis/kruris:
golongan azol topikal, jika luas/gagal griseofluvin oral;
tinea unguium: itrakonazol oral, terbinafin oral.
Tinea fasialis
Tinea corporis

Tinea cruris

Tinea unguium
Tinea Kapitis - Klasifikasi

Grey patch ringworm Kerion Black dot ringworm


• Papul eritem sekitar • Folikulitis  kerion
batang rambut  • Rambut rapuh dan
melebar dan bersisik • Kerion = benjolan lunak, patah  tepat pada
• Rambut abu2 dan mudah
pus (+), “basah” muara folikel 
patah • Gatal (+) sakit (+) gambaran bintik hitam
• Alopecia (+) gatal (+) Alopecia (+) “black dot”
• Lampu wood + warna • Demam &
hijau limfadenopati (+)

Sumber: Dermatomikosis superfisialis PERDOSKI 2004; Fitzpatrick Dermatology


INFEKSI JAMUR KULIT
2. Kandidiasis
• Infeksi Candida albicans.
Mengakibatkan makula atau plakat
eritematosa (merah terang), di
sekitarnya dikelilingi lesi satelit.
Predileksi lokasi lipatan
(intertriginosa), seperti selangkangan,
aksila, dan inframamae. Pada bayi di
daerah popok. KOH: pseudohifa
dengan blastospora
• Hindari predisposisi, gentian violet
untuk daerah mukosa, krim azol, atau
azol oral.
INFEKSI JAMUR KULIT
3. Tinea Versikolor
• Bukan tergolong dermatofita,
melainkan disebabkan oleh
Malassezia furfur.
• Makula hipopigmentasi (dapat
hiperpigmentasi), dengan skuama
halus. KOH: hifa pendek, spora
bergerombol (gambaran "sphagetti
and meatball appearance")
• Topikal shampoo (selenium sulfida),
azol, atau jika lesi sangat luas
berikan azol oral.
INFEKSI VIRUS KULIT
1. Varicella Zoster (VZV)
• Varicella (cacar air) - Ruam multiform (dalam satu waktu
terdapat banyak jenis lesi, seperti vesikel, papul) disertai
dengan gejala konstitusi (demam). Tes Tzanck positif
• Acyclovir 5 x 800 mg PO, bedak salisil atau losio kalamin
untuk mengurangi gatal dan kemungkinan vesikel memecah
• Herpes zoster - reaktivasi dari virus varicella zoster yang
dorman. Sebelumnya pernah terkena varicella. Lesi
bersifat dermatomal (mengenai dermatom tertentu),
vesikulopapular, reaktivasi disebabkan oleh pemicu seperti
imunitas tubuh yang menurun.
• Acyclovir 5 x 800 mg PO selama 7 hari, dapat mengurangi
insidens neuralgia post-herpetik
Varicella

Herpes Zoster
INFEKSI VIRUS KULIT
2. Herpes Simpleks (HSV)
• Infeksi HSV tipe 1 (di perioral) dan HSV tipe 2
(genital)
• Gejala prodomal (demam), lalu timbul vesikel
cepat pecah, disertai rasa terbakar. Dapat rekuren
akibat stresor seperti trauma.
• Asiklovir oral 5 x 200 mg PO selama 7 hari
INFEKSI VIRUS KULIT
3. Veruka Vulgaris
• Kutil biasa, disebabkan oleh
infeksi HPV (tipe 1 - 4).
Predileksi di permukaan
ekstensor ekstremitas.
• Bedah kaustik, beku
(nitrogen), skalpel, atau zat
keratolitik (salisilat konsentrasi
tinggi), tinctura podofilin
INFEKSI VIRUS KULIT
4. Moluskum Kontagisoum
• Infeksi Poxvirus.
• Papul multipel dengan morfologi terdapat "delle"
(lekukan) di tengah papul, jika dipijat dapat
mengeluarkan massa putih seperti nasi
• Enukleasi isi, alternatif dengan kauter dan bedah
beku
INFESTASI PARASIT KULIT
Skabies
• Infestasi Sarctopes scabiei dengan manifestasi 
tanda kardinal: gatal malam hari, ditemukan
terowongan, ditemukan tungau, dan terjadi pada
orang berkelompok. Lesi berupa papul, vesikel
eritematosa. Predileksi lokasi: tangan, kaki.
• Burrow ink test
• Tx: Permetrin 5% sekali pakai, diulang minggu
depan. Jangan diberikan pada anak < 2 bulan;
Alternatif lain tatalaksana skabies: sulfur
presipitatum 6% (gunakan selama 3 hari berturut-
turut)
Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi
• Dapat bersifat akut (lesi basah/madidans, eritema,
edema, papul), sub-akut (lesi mulai mengering), hingga
kronik (likenifikasi, ekskoriasi, fisura)
• Patch test / uji tempel
• Terapi  Hindari pajanan, topikal: jika lesi basah
kompres (larutan PK 1:10.000), jika lesi kering berikan
kortikosteroid topikal (sedang - kuat)
• Dermatitis kontak alergi: mekanisme hipersentivitas
tipe IV akibat bahan "sehari-hari"
• Dermatitis kontak iritan: bahan iritatif (akan
menimbulkan gejala di hampir semua orang)
Dermatitis Kontak Alergi Dermatitis Kontak Iritan

Alergi bahan nikel jam tangan

Paparan iritan kuat


Cth : asam/basa kuat

Alergi bahan plester luka

Paparan kronis iritan


Cth: deterjen (laundry)

Alergi bahan lotion


Dermatitis Atopi
• Penyakit kulit kronik-residif, terutama
onset pada anak. Kulit kering,
disertai kerentantan faktor internal
dan eksternal, terkait interaksi IgE
yang berekasi terhadap alergen
lingkungan (makanan, inhalan)
• Topikal: kortikosteroid potensi
ringan-sedang (hidrokortison,
mometason), pelembab (gliserin,
propilen, urea), sistemik seperti
antihistamin sedatif (atau non-sedatif
pada dewasa)
• Terdapat tiga fase:
• Bayi/infantil: lesi simetris
pipi, kepala, ekstensor
ekstremitas
Anak: simetris di fleksura
ekstremitas, fosa kubiti, fosa
poplitea
Remaja/dewasa: simetris di
leher, badan, ekstensor
tungkai bawah
Dermatitis Seboroik
• Meningkatnya produksi sebum di daerah
kulit kepala dan predileksi kelenjar sebasea
(wajah). Dapat terkait faktor psikologis,
imunokompromais. Pada bayi jika skuama
melekat pada kepala: cradle cap.
• Atasi faktor predisposisi (psikologis),
kortikosteroid ringan-sedang, sulfur
presipitatum, antijamur golongan -azol baik
topikal maupun oral.
• Bentuk ringan: pitiriasis sika (ketombe)
• Meluasnya dermatitis seboroik dapat
menyebabkan
Miliaria
• Kristalina: vesikel kecil, tidak ada keluhan
• Rubra: papul eritematosa, gatal dan relatif pedih
• Profunda: jarang, papul keras tanpa tanda radang
• Edukasi agar kulit tetap kering, suportif:
antihistamin sedatif (CTM), lotio calamine
Miliaria crystallina. Note the water-drop appearance of Miliaria rubra in an adult. Courtesy of K.E.
the lesions. Courtesy of K.E. Greer, MD. Greer, MD.

Miliaria pustulosa (miliaria rubra + pustul). Courtesy of


K.E. Greer, MD. Miliaria profunda
Alergi dan Urtikaria
• Reaksi imunologis (terutama hipersensitivitas tipe
I). Edema batas tegas, kemerahan, bagian tengah
dapat lebih pucat, mendadak dan menghilang
perlahan-lahan, gatal. Ice-cube test dapat positif.
Uji cukit kulit (skin prick test) dan IgE RAST.
• Antihistamin sedatif (CTM)
• Dapat bersifat akut (<4 minggu) atau kronik (>6
minggu)
• Dermatitis kontak alergi: uji tempel
• Urtikaria: uji cukit
Liken Simpleks Kronikus (=
Neurodermatitis Sirkumskripta)
• Plakat kulit yang likenifikasi dengan relief kulit
yang sangat jelas, sangat gatal, terdiri dari lingkaran
setan (gatal - garuk - likenifikasi). Lokasi di daerah
yang mudah terjangkau (leher, genital, permukaan
ekstensor kaki)
• Steroid topikal potensi tinggi, penggunaan di
malam hari
Morbus Hansen
• Penyakit menular, menahun akibat Mycobacterium
leprae.
• Tanda utama kusta: kelainan kulit yang mati rasa;
penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi; dan
adanya basil tahan asam (BTA) pada pemeriksaan
slit skin smear
PAUSIBASILAR (PB)* MULTIBASILAR (MB)
Bercak Kulit 5 atau kurang >5
Penebalan Saraf 1 saraf, baal lebih Lebih dari 1 saraf
dominan
Distribusi Unilateral, bilateral Simetris
asimetris
Permukaan bercak Kering dan relatif kasar Halus dan mengkilap
Ciri lain Madarosis, hidung
pelana, facies leonina
BTA Negatif (umumnya) Positif
Tatalaksana (dosis Rif 600 mg/bl Rif 600 mg/bl
dewasa) DDS 100 mg/hr DDS 100 mg/hr
Cfz 300 mg/bl + 50
mg/hr
MH tipe PB dengan 1 lesi: berikan dosis tunggal ROM (Rifampisin 600 mg /
Ofloksasin 400 mg / Minosiklin 100 mg)
TUMOR KULIT GANAS
1. Karsinoma Sel Basal = Basalioma
• Nodular: nodus berkilat, translusen seperti lilin,
telangiektasia, mengkilat (pearly appearance) dan
dapat menjadi ulkus.
• PA : gambaran sel tumor tersusun palisade
TUMOR KULIT GANAS
2. Karsinoma Sel Skuamosa
• Nodul keras, permukaan dapat kasar dan
berbenjol-benjol. Tumbuh relatif cepat. Dapat
membentuk ulkus.
• PA : mutiara tanduk
TUMOR KULIT GANAS
3. Melanoma Maligna
• ABCD: asimetri, border (batas) yang ireguler,
color (variasi warna dari lesi), dan diameter >6 mm.
Lesi awal sering berupa nevus.
• PA : keganasan sel melanosit, pigmen melanin (+)
INFEKSI MENULAR SEKSUAL
DUH TUBUH PRIA
Uretritis Gonorrhea Uretritis Non-Gonorrhea

• Neisseria gonorrhea, masa • Chlamydia sp. harus dipikirkan


inkubasi 2-7 hari. sebagai penyebab uretritis, jika
• Keluhan kencing bernanah, tidak ditemukan kuman
rasa panas pada ujung kelamin gonokokus.
dengan/tanpa gejala nyeri saat • Azitromisin 1 g PO, dosis
berkemih. tunggal, ATAU
• Bakteri diplokokus gram Doksisiklin 2 x 100 mg PO, 7
negatif, seperti biji kopi dari hari
sampel sekret uretra
• Lini 1 : Sefiksim 400 mg PO,
dosis tunggal
• Lini 2 : Kanamisin 2 g IM, dosis
tunggal,
Seftriakson 250 mg IM, dosis
tunggal
Pendekatan berbasis Bagaimana jika dilakukan pemeriksaan gram
sindroma: sederhana?

Jika ditemukan duh tubuh Jika ditemukan diplokokus gram negatif  obati
uretra dan tidak dilakukan sebagi DUA DUA-nya.
pemeriksaan gram, lakukan
tx untuk gonore dan Jika tidak ditemukan, obati sebagai klamidiosis.
klamidiosis.
Infeksi Menular Seksual
• Duh Tubuh Uretra (nanah dari saluran Kelamin)

Diplokokus gram negatif intra


seluler
(DGNI)
Pedoman IMS 2015
Keputihan
Klinis Khas Penunjang Terapi
Bakterial vaginosis keputihan berbau “clue cell” Metronidazol 2 x 500
(etiologi: amis Whiff test (+) mg selama 7 hari
Gardnerella) pH > 5

Trikomoniasis keputihan kehijauan, Pewarnaan basah Metronidazol2 x 500


(etiologi : berbuih, dispareunia, dengan NaCl mg selama 7 hari
Trichomonas ) “strawberry servix
appearance”

Kandidiasis keputihan kental Pewarnaan KOH : Klotrimazol


vulvovaginal seperti keju / susu, pseudohifa intravaginal,
(etiologi : Candida) gatal, eritema vulva Nistatin intravaginal
vagina
Pedoman IMS 2015
• Bacterial

Bacterial vaginosis
Candidiasis vulvovaginal

Trichomoniasis
ULKUS GENITAL
1. SIFILIS (ULKUS DURUM)
• Treponemma palidum. Ulkus soliter tidak nyeri, dasar relatif
bersih
• Penunjang : Mikroskop lapangan gelap, serologi
(VDRL/RPR, TPHA/FTA-ABS)

Primer Sekunder Lanjut

• Ulkus genitalia • Ruam multipel • Guma,


eksterna, pada kulit, neurosifilis,
soliter, mukosa, dan sifilis
perabaan organ tubuh kardiovaskuler
keras (ulkus lain (cek
"durum") telapak tangan
dan kaki
pasien)
ULKUS GENITAL
1. SIFILIS (ULKUS DURUM)
ULKUS GENITAL
2. CHANCROID (ULKUS MOLE)
• Hemophilus ducreyi.
• Ulkus multipel nyeri, dasar kotor.
• Gram: basil kecil gram negatif, berderet seperti
rantai. Dapat pula diwarnai dengan pewarnaan
Wright dan Unna-Pappanheim.
Sifilis vs Ulkus mole T Pallidum
Pewarnaan lapangan gelap
Bentuk spiral

Sifilis (ulkus durum)


• Ulkus genitalis  tidak
sakit
• Etiologi  Treponema
pallidum
H ducreyi
Ulkus mole Bentuk cocobacillus
Gram negatif
• Ulkus genitalis  sakit
• Etiologi  Hemophillus
ducreyi
Pedoman IMS 2011
Depkes
MUSKULOSKELETAL
Osteoarthritis
• Krepitus
• Penurunan ROM
• Pembengkakan dari osteofit
• Pembengkakan DIP (haberden) PIP (bouchard)
• OA lebih sering DIP dan PIP, RA PIP dan MCP
Gambaran radiologi yang khas
adalah..
• Penyempitan
celah sendi
dan erosi
sendi
• Sklerosis
• Osteofitosis
• Kista
subkondral
Grading (K-L system)
Manajemen
• NSAID, terapi fisik, perubahan gaya hidup
• Acetaminofen
• Injeksi steroid intraarticular: temporary
• Severe symptom: penggantian sendi
Artritis Rheumatoid
• Autoimun yang menyebabkan
inflamasi pada sendi secara
kronik.
• Patologi: PANNUS yang
menyebabkan kerusakan pada
tulang dan tulang rawan
• Terutama mengenai usia
perempuan, di usia 20-50 tahun
(usia produktif)
Manifestasi Klinis
• Poliartritis simetris
• Kekakuan sendi di pagi hari selama minimal 1 jam
• Nodul rhematoid terutama di os.ulna, olekranon,
tendon archilles
• Gejala konstitusional seperti demam dan malaise.
• Deformitas sendi berupa swan neck (hiperekstensi
PIP-fleksi DIP) dan boutonniere ( fleksi PIP-
hiperekstensi DIP)
Pemeriksaan Penunjang
1. Utama: RF dan anti-CCP
2. Lainnya:
LED dan CRP  meningkat karena terdapat inflamasi,
DPL  anemia e.c penyakit kronis
3. Radiologi: rontgen ekstremitas: erosi sendi (±75%
kasus RA)
Erosi sendi pada RA
Kriteria Diagnostik

RA tegak jika jumlah skor ≥6


Tatalaksana
• DMARDs (disease-modifying anti rheumatic drugs)
 Kelompok obat yang terdiri dari metotreksat
(MTX), sulfasalazin, klorokuin, lefunomid,
infliximab, etanercept.
• NSAID PO
• Kortikosteroid PO atau intraartrikular
Artritis Gout
• Nyeri yang hilang-timbul dan sering mendadak bengkak
disertai tanda inflamasi akut, disertai dengan
penumpukkan tofus. Sendi yang terkena:
monoartikular, sendi kecil maupun besar dengan
predileksi MTP 1 (podagra) kaki, pergelangan kaki,
hingga lutut. Dapat ditemukan tofus, bursitis
olekranon, dan batu ginjal (batu urat)
• Erosi sendi. Laboratorium: peningkatan asam urat ,
temuan kristal urat (pada analisis cairan sendi) - tidak
rutin dikerjakan
• Akut: NSAID, kolkisin. Preventif dengan alopurinol
(lini pertama) dan probenesid (lini kedua)
Algoritma ATLS
• Untuk primary survey: dilakukan segera setelah
pasien tiba
• Airway and C-spine control
• Breathing and ventilation
• Circulation and hemorrhage control
• Disability
• Exposure
Primary Survey
A – Airway & C-Spine
• PROBLEM = Trauma maksilofasial, Trauma Leher,
Trauma Laring
• Menilai adanya sumbatan jalan napas. Snoring
(sumbatan karena lidah terjatuh), Gurgling (cairan)
• Melakukan patensi jalan napas
• Proteksi spine dengan collar neck dan spinal board
• Tatalaksana jalan napas. Triple airway manuver, Head
tilt chin lift jaw trust. Lakukan jaw trust bila pasien
curiga cedera servikal. Pertimbangkan OPA, NPA.
• Definitif airway jika GCS ≤ 8
Primary Survey
B – Breathing
• PROBLEM = Open pneumotoraks, Open pneumotoraks
Tension pneumotoraks,  occlusive dressing
(valve), WSD
Hematotoraks masif, Flail chest,
Kontusio Paru, Tamponade Jantung. Tension pneumotoraks
 dekompresi jarum,
• Look (RR>30x/menit, Simetrisitas WSD
toraks, jejas, JVP meningkat) Listen
(auskultasi suara napas daerah Hematotoraks  WSD,
normal vs cedera), Feel (perkusi resusitasi bedah
daerah normal vs cedera) Tamponade jantung 
• Lakukan manajemen breathing perikardiosentesis

• Ventilasi dan oksigenasi


Primary Survey
C – Circulation with hemorrhage
control
• PROBLEM = syok dengan perdarahan terlihat
maupun yang tidak terlihat
• Menilai warna kulit, pulsasi, tekanan darah. Akral
dingin + takikardi = syok
• Lakukan akses 2 IV line secara cepat
Tatalaksana cairan untuk pasien syok
Perdarahan terlihat  balut tekan dan elevasi
Sumber perdarahan tidak terlihat  thorak, abdomen, pelvis, tulang
panjang, retroperitoneal.  resusitasi bedah
Primary Survey
D – Disability
E – Environtment / Exposure
D – Distability E – exposure

• Menilai tanda lateralisasi • Buka semua pakaian yang


 Pupil dan motorik basah  kering
• Menilai GCS atau AVPU • LOG ROLL
FRAKTUR EXTREMITAS
Monteggia vs Galeazzi
• Fraktur ulna 1/3 prox • Fraktur radius distal +
• Dislokasi kepala radius shortening
• Karena: • Dislokasi distal ulna
• Jatuh dengan tangan (sendi radio-ulna)
menopang • Karena jatuh dengan
• Direct blow tangan fleksi
• Komplikasi • Komplikasi
• Nonunion • Malunion/ non union
• Limitasi elbow • Limitasi pronasi
• Palsy nervus inteosseus
• Montegia • Galeazzi
FRAKTUR EXTREMITAS
Smith
Colles • Fraktur distal radius,
• Fraktur distal radius, Displace anterior,
Displace posterior , Angulasi Angulasi ventral/
dorsal palmar
• Jatuh dengan perg tangan
dalam ekstrensi • Jatuh dengan perg.
Tangan dalam fleksi

Anda mungkin juga menyukai