1
12. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan ruang praktikum sebelum waktu
praktikum selesai, tanpa seizin dan sebelum pemeriksaan alat-alat oleh dosen
penanggung jawab praktikum.
13. Tidak diperbolehkan makan dan minum di ruang praktikum.
2
ANALISIS GRAVIMETRIK
Analisis Gravimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dengan penimbangan berat zat
setelah diperlakukan sedemikian rupa sehingga zat tersebut diketahui rumus molekul
dengan pasti dan berada dalam keadaan stabil. Komponen yang akan ditentukan diubah
menjadi suatu endapan yang stabil dan selanjutnya dapat diubah menjadi bentuk
senyawa yang mudah untuk ditimbang.
𝑎𝐴 + 𝑏𝐵 → 𝐴𝑎𝐵𝑏
Dimana senyawa yang dihasilkan mempunyai kelarutan yang kecil dalam pelarut yang
akan digunakan . senyawa ini dipisahkan dari larutannya dengan cara penyaringan
kemudian dikeringkan dan dipijarkan.
Agar analisis tersebut dapat berlangsung dengan baik, harus dipenuhi beberapa
persyaratan antara lain :
1. Proses pemisahan harus sempurnadan sisa analit (zat yang akan ditentukan) yang
tertinggal dalam larutan harus cukup sedikit untuk dapat diabaikan. Dengan kata lain
pengendapan harus kuantitatif.
2. Endapaan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutannya
3. Zat yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometri tertentu dan harus bersifat
murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut.
Stoikiometri
Dari berat endapan yang didapat harus dapat dihitung jumlah atau banyaknya analit
yang diinginkan,. Untuk hitungan ini diperlukan factor kimia atau factor gravimetric
yaitu jumlah gram endapan. Atau dapat dikatakan juga sebagai angka banding
banyaknya analit setara dengan banyaknya endapan yang diperoleh.
Misalnya endapan BaSO4, factor kimia BaO adalah BaO/BaSO4 yaitu berat 1 Mol BaO
dinbandingkan berat 1 Mol BaSO4.
3
Presentase analit dapat dihitung :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
%𝐴 = 𝑥 100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
4
1. Penentuan Kadar Air Kristal BaCl2.5H2O
1. Prinsip
Pada Suatu Pemanasan dan pemijaran hingga 800 – 900○C, maka molekul air yang
terikat dalam Kristal akan dilepaskan menurut persamaan reaksi :
800 – 900○C
Jika BaCl2. 5H2O sebelum dipanaskan ditimbang dengan berat tertentu, maka setelah
dipijarkan beratnya akan berkurang. Kehilangan sejumlah berat ini adalah berat H2O.
2. Bahan
- BaCl2. XH2O
4. Alat-Alat :
-Cawan Porselen
-Gegep
-Eksikator
-Neraca analitik
5. Cara Kerja :
2. Timbang zat yang akan ditentukan air kristalnya kira-kira 1-1.5 gram ke dalam cawan
porselen yang telah diketahui beratnya. Dipanaskan dan pijarkan , didinginkan dalam
eksikator kemudian timbang.
3. Cawan porselein yang berisi zat tersebut dipanaskan dan dipijarkan didinginkan
dalam eksikator kemudian timbang.
4. Pengerjaan ini diulangi beberapa kali hingga diperoleh bobot tetap (konstan)
5
6. Perhitungan :
BM BaCl2 = 208
(𝑏−𝑎)𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol BaCl2. XH2O =
𝐵𝑀. 𝐵𝑎𝐶𝑙2.𝑋𝐻2𝑂
(𝑐−𝑎)𝑔𝑟𝑎𝑚
Mol BaCl2.XH2O =
𝐵𝑀.𝐶𝑙2
(𝑏−𝑎)𝑔𝑟𝑎𝑚 (𝑐−𝑎)𝑔𝑟𝑎𝑚
=
𝐵𝑀. 𝐵𝑎𝐶𝑙2.𝑋𝐻2𝑂 𝐵𝑀.𝐶𝑙2
(𝑏−𝑎)𝑔𝑟𝑎𝑚 (𝑐−𝑎)𝑔𝑟𝑎𝑚
=
(208+18 𝑥) 208
X = Dapat dihitung
6
2. Penentuan Kadar Besi sebagai besi Oksidasi
1. Prinsip :
Larutan garam besi dapat mengendap sebagai Besi (III) Hidroksida dengan suatu
larutan amonia.
Setelah pemanasan dan pemijaran, Fe(OH)3 membentuk Ferro, maka terlebih dahulu
2. Bahan
- HCl Pekat
- HNO3 Pekat
- Larutan Amonia
4. Alat-Alat :
-Cawan Porselen
-Gegep
-Eksikator
-Neraca analitik
-Penangas Air
-Botol Timbang
-Corong
-Erlenmeyer
-Tungu Pemijar
-Gelas Piala
7
-Batang Pengaduk
5. Cara Kerja :
2. Masukkan ke dalam gelas piala 500 ml dan larutkan dengan 50 ml air dan 10 ml HCl
(1:1)
5. Tetesi Larutan ammonia encer (1:1) hingga terbentuk endapan berwarna coklat dan
semua besi terendapkan (larutan tetap jernih jika ditetesi ammonia, tidak terbentuk lagi
endapan atau larutan berbau amoniak)
7. Cuci endapan dengan larutan amonia nitrat 1% panas beberapa kali hingga bebas dari
zat lain
9. Panaskan dengan api kecil, pijarkan dinginkan dalam eksikator, kemudian timbang
10. Ulangi pekerjaan tersebut hingga diperoleh berat konstan (bobot tetap).
6. Perhitungan :
8
ANALISIS VOLUMETRIK
Analisis Volumetri atau Titrimetri merupakan suatu analisis dengan pengukuran volume
larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi dengan
analit (zat yang akan ditentukan).
𝑎𝐴 + 𝑡𝑇 → 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
Titran merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya yang disebut larutan
baku/ larutan standar, larutan ini juga disebut larutan baku. Dengan titrasi dimaksudkan
proses pengerjaan dimana titran baku secara perlahan dan teratur ditambahkan melalui
buret ke dalam larutan analit untuk mencapai titik equivalen. Titik equivalen titrasi
tercapai pada saat jumlah titran yang ditambahkan equivalen dengan jumlah analit
dalam larutan. Selain itu juga dikenal titik akhir titrasi yaitu saat terjadi perubahan
warna indicator. Selisih antara titik equivalen titrasi dengan titik akhir dikenal kesalahan
titrasi. Indikator adalah suatu senyawa organic yang kompleks dan digunakan untuk
menentukan titik akhir suatu reaksi netralisasi, menentukan konsentrasi ion Hidrogen
(H+) atau pH atau untuk menunjukkan perubahan pH Larutan. Zat-zat organic ini dapat
berupa suatu asam atau suatu basa yang mempunyai warna yang berbeda-beda pada pH
yang tertentu.
Tabel di bawah ini adalah keterangan pH diman terjadi titik akhir titrasi. :
9
Merah Metil 0,1/Etanol 4,2 – 6,2 Merah Kuning
Ungu 5,2 – 6,8 Kuning Ungu
Bromcresol
Biru Bromtimol 0,1 /Etanol 6,0 – 7,6 Kuning Biru
Merah fenol 0,1 /Etanol 6,8 – 8,2 Kuning Merah
Merah Cresol 7,2 – 8,8 Kuning Merah
Biru Timol 0,1 /Etanol 8.0 – 9,2 Kuning Biru
Fenolftalin 1,0 /Etanol 8,0 – 10,0 Tak berwarna Merah
Timol ftalin 0,1 /Etanol 8,6 – 10,0 Tak berwarna Biru
10
ASIDI ALKALIMETRI
1. Pembakuan Larutan HCl 0.1 N dengan Bahan Baku Soda Kering (Na 2CO3)
(Alkalimetri)
1. Dasar
Soda Kering adalah garam yang bersifat basa, sehingga dapat bereaksi dengan asam
klorida, karena HCl adalah asam kuat sedangkan Na2CO3, bersifat basa lemah maka
dapat dipakai indikator Metil Merah (titik setara pada pH 3.7)
2. Reaksi
3. Bahan Kimia :
- Boraks (Na2CO3)
4. Alat-Alat :
-Buret 25/50 ml
-Erlenmeyer
-Gelas Arloji
-Gelas Pengaduk
-Pipet Volume
-Pipet Tetes
11
5. Cara Kerja :
1. Ditimbang dengan teliti ±225 mg soda kering, lalu dibilaskan dengan air suling ke
dalam Erlenmeyer 250 ml sebanyak 100 ml.
2. Ditambahkan beberapa tetes larutan indikator MM, kemudian titrasi dengan larutan
HCl yang akan ditentukan normalitasnya sampai terjadi perubahan warna.
HCl
Na2CO3
4.Dinginkan di bawah air kran dan setelah dingin (warnanya berubah kembali) larutan
terus dititrasi lagi dengan HCl hingga warna titik akhir stabil (biasanya hanya
diperlukan beberapa tetes saja)
6. Perhitungan :
𝑚𝑔 𝑆𝑜𝑑𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑁. 𝐻𝐶𝑙 =
𝐵𝑆𝑇 𝑆𝑜𝑑𝑎 𝑋 𝑉(𝑠𝑜𝑑𝑎)
12
2. Pembakuan Larutan NaOH 0.1 N dengan Asam Oksalat 0,1 N (Asidimetri)
1. Dasar
Karena asam oksalat merupakan asam lemah, sedangkan NaOH merupakan basa Kuat,
maka indikator yang digunakan adalah PP (titik setara pada ± pH 8.9)
2. Reaksi
3. Bahan Kimia :
- Asam Oksalat
- Larutan Indikator PP
4. Alat-Alat :
-Buret 25/50 ml
-Erlenmeyer
-Gelas Arloji
-Gelas Pengaduk
-Pipet Volume
-Pipet Tetes
5. Cara Kerja :
2. Larutkan Asam Oksalat ke dalam Erlenmeyer dan diaduk sampai semua larut
3. Ditambahkan beberapa tetes larutan indikator PP, kemudian titrasi dengan larutan
NaOH yang akan ditentukan normalitasnya sampai terjadi perubahan warna.
13
NaOH
As.Oksalat
6. Perhitungan :
𝑚𝑔 𝐴𝑠. 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑁. 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
𝑉 𝑋 𝐵𝑆𝑇 𝐴𝑠. 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
14
REDUKSI - OKSIDIMETRIK
1. Permanganometri
Kalium Permanganat merupakan Oksidator kuat dan telah digunakan secara luas,
mudah diperoleh dan tidak memerlukan Indicator.
Reaksi yang paling banyak dijumpai di laboratorium adalah reaksi yang berlangsung
dalam suasana yang sangat asam
Timbang kira-kira 0,31 gr KMnO4 pada gelas Arloji, masukkan dalam gelas piala 1
Liter, tambahkan aquadest 500 ml, tutup dengan gelas arloji. Didihkan selama 15-30
menit, lalu diamkan. Saring dengan wol. Simpan dalam botol berwarna gelap.
15
Timbang dengan teliti 0,31 mg natrium oksalat yang telah dikeringkan, masukkan ke
dalam Erlenmeyer 250 ml. larutkan dengan 75 ml H2SO4 1.5 N. Panaskan sampai
hampir mendidih (80 C). Titrasi dengan KMnO4 sambil goyangkan sampai timbul
warna merah muda yang tetap selama 30 detik. Lakukan 3 kali percobaan.
Perhitungan :
V1N1 = V2N2
Misalkan :
2. Iodometri
Pada titrasi iodometri digunakan ion iodide sebagai reduktor. Terdapat banyak oksidator
yang dapat bereaksi dengan sempurna dengan ion iodide, misalnya ion besi (III) dan ion
Cu (II), berle.bih ditambah terhadap oksidator yang ditentukan, kemudian iodium yang
dilepaskan dititrasi dengan larutan Standar Natrium Tiosulfat. Istilah iodometri lebih
disukai :
16
Pereaksi :
Larutan Na. Tiosulfat 0,1 N dibuat dengan melarutkan kira-kira 25 gram Na.tiosulfat
dalam akuades yang telah dididihkan dan sudah dingin dalam labu ukur 1 liter.
Tambahkan 0,2 gram Na2CO3 .sencerkan sampai garis.
a. Timbang dengan teliti 150 mg KIO3 yang telah dikeringkan pada suhu 120 C selama
1 jam
b. Larutkan dengan 25 ml air yang telah dipanaskan dan didinginkan, dalam Erlenmeyer
bertutup asah
c. tambahkan 10 ml H2SO4 1 N dan 2 gram KI, tutup dan kocok sampai reaksi
sempurna
d. titrasi dengan larutan na tiosulfat yang akan dibakukan sampai berwarna kuning
muda, tambahkan 2 ml indicator kanji, lalu titrasi dilanjutkan sampai warna biru
tepat hilang.
Perhitungan :
BE KIO3 = 1/6 BM
17
ARGENTOMETRIK
1. Dasar :
Bila larutan Ion Klorida Netral dititer dengan larutan perak Nitrat, maka akan
mengendap sebagai Perak Nitrat. Untuk menunjukkan titik akhir titrasi ditamnbahkan
larutan kalium kromat sebagai indicator yang dapat membentuk sebagai endapan Perak
Kromat yang berwarna merah- Coklat.
Seluruh perak klorida akan mengendap lebih dahulu, karena hasil kali kelarutannya
lebih kecil dibandingkan hasil kali kelarutan Kalium Kromat.
2. Reaksi
3. Bahan Kimia :
4. Alat-alat :
- Erlenmeyer 300 ml
- Buret
- Neraca
- Pipet Volume
- Pipet Tetes
18
5. Cara Kerja :
1. Ditimbang 0.8 gram contoh garam dapur ditimbang dengan teliti, dibilas dengan
air suling ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian encerkan hingga tanda garis,
dikocok sampai homogen.
AgNO3
NaCl
6. Perhitungan :
𝑓𝑝 𝑥 𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 58.5
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙 = 𝑋 100 %
𝑚𝑔. 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑓𝑝 = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
19
KOMPLEKSOMETRIK
1. Dasar :
Bila Ion Ca2+ dititer dengan larutan EDTA, akan terjadi senyawa rangkaian yang
relative stabil dan pada titik akhir tidak akan diperoleh warna tajam dengan indicator
EBT. Oleh karena itu dipergunakan peniteraan cara subtitusi. Ion Ca2+ direaksikan
dengan senyawaan rangkai Mg EDTA. Ion Mg2+ yang dibebaskan dititer dengan larutan
baku EDTA.
2. Reaksi
3. Bahan Kimia :
- CaCO3
- Larutan HCl 4 N
4. Alat-Alat :
- Erlenmeyer 300 ml
- Buret
- Neraca
- Pipet Volume
20
- Pipet Tetes
5. Cara Kerja :
EDTA
CaCO3
4. Tambahkan dengan 10 ml larutan dapar (pH 10) lalu ditambahkan Mg-EDTA 0.01 M
dan seujung sendok indikator EBT.
5. Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M hingga terjadi perubahan warna dari merah
anggur menjadi warna biru.
6. Perhitungan :
21
𝑀1 = 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐸𝐷𝑇𝐴
𝑉2 = 𝑚𝑙 𝐿𝑎𝑟. 𝑀𝑔 − 𝐸𝐷𝑇𝐴
𝑀2 = 𝐾𝑒𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑀𝑔 − 𝐸𝐷𝑇𝐴
40 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐶𝑎
1. Prinsip Dasar :
Dalam suasana asam, Ion sulfat (SO42-) diendapkan sebagai barium sulfat, endapan
kemudian direaksikan dengan larutan baku EDTA yang banyaknya berlebihan, dalam
suasana amoniak. Pada pH 10, kelebihan larutan EDTA dititer dengan larutan baku
Magnesium Klorida dengan indicator EBT.
2. Reaksi
3. Bahan Kimia :
4. Alat-Alat :
- Erlenmeyer 300 ml
22
- Buret
- Neraca
- Pipet Volume
- Pipet Tetes
5. Cara Kerja :
1. Ditimbang 500 mg contoh Na.Sulfat, kemudian dilarutkan dalam labu ukur 100 ml,
5. Lanjutkan Pemanasan selama 1 jam, kemudian larutan disaring dengan kertas saring
Whatman No.42 dan dicuci dengan air suling sampai bebas klorida.
6. Endapan dan penyaring dimasukkan ke dalam gelas kimia asal, lalu diitambahkan 35
ml larutan EDTA 0,05 M dan 5 ml Amoniak Pekat, lalu didihkan 15-20 menit.
6. Perhitungan :
23
𝑀1 = 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐸𝐷𝑇𝐴
𝑉2 = 𝑚𝑙 𝐿𝑎𝑟. 𝑀𝑔𝐶𝑙2
𝑀2 = 𝐾𝑒𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑀𝑔𝐶𝑙2
24
ANALISIS SPEKTROFOTOMETRIK
A= log ( Io / It ) = abc
Keterangan : Io = Intensitas sinar datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)
A = Absorban
25
Analisis Kualitatif
Panjang gelombang dimana suatu larutan zat uji memiliki serapan maksimum
(disebut panjang gelombang serapan maksimum) merupakan ciri khas dari zat uji
tersebut dalam metode spektrofotometri. Panjang gelombang serapan maksimum dapat
ditentukan dengan cara membuat spectrum penyerapan dari larutan zat uji. Dari
spectrum yang penyerapan yang diperoleh, panjang gelombang serapan maksimum
larutan zat uji dibandingkan dengan panjang gelombang serapan maksimum larutan
baku pembanding (larutan standar yang terkandung senyawa uji yang konsentrasinya
sudah diketahui). Bila sama, maka zat uji sama dengan baku pembanding. Tinggi
rendahnya konsentrasi larutan, akan mempengaruhi intensitas serapan, namun tidak
mempengaruhi panjang gelombang. Oleh karena itu, jika terdapat dua larutan
terkandung senyawa yang sama akan menghasilkan panjang gelombang maksimum
yang sama.
Analisis Kuantitatif
Analisa kuantitatif umumnya didasarkan atas pengukuran serapan dari larutan
zat uji pada panjang gelombang serapan dengan konsentrasi larutan. Prosedur kerja pada
analisa kuantitatif meliputi:
1. Penyiapan Larutan Uji.
Dalam penyiapan larutan uji perlu diperhatikan kadar larutan. Kadar larutan dibuat
sedemikian agar diperoleh serapan antara 0,2-0,8 sehingga memenuhi hukum Beer.
Pada rentang serapan tersebut persentase kesalahan analisis masih dalam batas yang
dapat diterima, yaitu 0,5-1%. Diluar rentang tersebut, dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan fotometrik yang dapat mempengaruhi keakuratan metode fotometrik.
2. Pencarian Operating Time.
Cara ini biasanya dilakukan jika digunakan pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Waktu operasional atau operating time merupakan waktu yang
dibutuhkan suatu senyawa untuk bereaksi dengan senyawa lain hingga terbentuk
senyawa produk yang stabil. Kestabilan senyawa produk diketahui dengan mengamati
absorbansi mulai dari saat direaksikan hingga tercapai serapan yang stabil. Pengukuran
serapan ini dilakukan pada panjang gelombang maksimal teoritis.
26
3. Pemilihan Panjang Gelombang Maksimum.
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Ada beberapa alasan mengapa harus
dilakukan pada panjang gelombang maksimal:
· Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang
gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsenytrasi
larutan adalah yang paling besar
· Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi linier, sehingga
memenuhi hukum lambert-beer
· Jika dilakukan pengukuran ulang, akan menghasilkan hasil yang cukup konstan
4. Pembuatan Kurva Baku.
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi.
Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian
dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila
hukum lambert-beer terpenuhi, maka kurva baku berupa garis lurus. Dengan adanya
kuva baku, maka dapat digunakan untuk mencari absorbtifity atau persamaan regresi
linier sehingga dapat digunakan dalam pencarian suatu kadar yang absorbansinya sudah
diukur.
5. Pengukuran Serapan Larutan.
Pada analisis zat tunggal, serapan larutan zat uji dan serapan larutan baku diukur
pada panjang gelombang maksimum. Pada analisis zat campuran, serapan zat uji diukur
pada lebih dari satu panjang gelombang, dimana setiap komponen campuran memiliki
perbedaan serapan maksimum. Pada setiap pengukuran serapan larutan zat uji atau baku
pembanding, harus selalu dibandingkan dengan larutan blangko, yaitu pelarut yang
digunakan untuk melarutkan zat uji.
27
PENENTUAN KADAR BESI (Fe) METODE SPEKTROFOTOMETRIK
1. Prinsip Dasar :
Contoh Air yang mengandung besi yang dipanaskan dalam suasana asam dan adanya
Hidroksil Amin Hidroklorida direduksi menjadi ion ferro.
2. Reaksi
3. Bahan Kimia :
4. Alat-Alat :
- Erlenmeyer 300 ml
- Buret
- Neraca
- Pipet Volume
- Pipet Tetes
28
5. Cara Kerja :
1. Ditimbang 500 mg contoh Na.Sulfat, kemudian dilarutkan dalam labu ukur 100 ml,
5. Lanjutkan Pemanasan selama 1 jam, kemudian larutan disaring dengan kertas saring
Whatman No.42 dan dicuci dengan air suling sampai bebas klorida.
6. Endapan dan penyaring dimasukkan ke dalam gelas kimia asal, lalu diitambahkan 35
ml larutan EDTA 0,05 M dan 5 ml Amoniak Pekat, lalu didihkan 15-20 menit.
6. Perhitungan :
𝑉2 = 𝑚𝑙 𝐿𝑎𝑟. 𝑀𝑔𝐶𝑙2
𝑀2 = 𝐾𝑒𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑀𝑔𝐶𝑙2
29
30