Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan berdasarkan Pasal 1 Ayat 2a Keputusan Presiden
Republik Indonesia No 93 tahun 1999 tentang perluasan mandat Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (IKIP) menjadi universitas. Salah satu tugas yang harus dilakukan oleh
dan non kependidikan. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta merupakan salah satu program studi non kependidikan yang menjadi hasil
dari tugas UNY tersebut. Dengan dibentuknya program studi Akuntansi semakin
menegaskan bahwa IKIP telah berubah menjadi Universitas. Prodi Akuntansi merupakan
tempat yang akan digunakan oleh peneliti untuk menentukan masalah dan kemudian
akan menganalisisnya.
Untuk menegaskan berdirinya Prodi Akuntansi maka visi dari prodi tersebut telah
dibentuk yaitu menjadikan Program Studi unggul yang mampu menghasilkan tenaga
profesional dan atau akademik di bidang akuntansi yang religius, mandiri, cendekia,
adaptif terhadap perubahan dan kemajuan pengetahuan dan teknologi aplikatif di bidang
sekitar dengan keahlian yang dimiliki. Visi tersebut akan lebih bermakna dengan misi-
Studi Akuntansi.
B. Karakteristik Responden
Profil 102 responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Data karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin dan usia.
Jenis kelamin responden mayoritas adalah laki – laki yaitu sebesar 52,95% dan
sisanya perempuan sebesar 47,05%. Usia responden mayoritas berusia kurang dari
Penelitian ini memiliki empat data yaitu data tentang kecerdasan emosional,
kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan perilaku etis. Deskripsi data yang akan
disajikan meliputi nilai Mean (M), Median (Me), Modus (Mo) dan Standar Deviasi
(SDi). Selain itu juga disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram. Adapun
K = 1 +3,3 Log n
Dimana:
a. Kelompok atas
b. Kelompok sedang
c. Kelompok kurang
Semua responden yang mempunyai skor lebih rendah dari skor rata-
sebagai berikut :
Dari hasil penilaian responden maka dapat dijelaskan besarnya jawaban responden
56 14
Nilai rata-rata ideal = = 35
2
56 14
Nilai standar deviasi ideal = =7
6
tertinggi yang dicapai adalah 56 dan skor total terendah adalah 28. Selain itu juga
didapatkan nilai M sebesar 44,4, Me 43 dan Mo 42 serta SDi sebesar 5,1. Hal ini
berarti skor maksimum yang terjadi pada kecerdasan emosional adalah 56 yang
nilainya jauh diatas dari nilai rata-rata ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang
sangat baik, dan standar deviasi sebesar 5,1 berarti fluktuasi dari penilaian responden
terhadap kecerdasan emosionalnya adalah ±5,1 dari 102 observasi yang diamati.
1 27 – 30 2 2.0%
2 31 – 34 1 1.0%
3 35 – 38 3 2.9%
4 39 – 42 0 0.0%
5 43 – 46 69 67.6%
6 47 – 50 16 15.7%
7 51 – 54 5 4.9%
8 55 – 58 6 5.9%
Total 102 100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2013
Kecerdasan Emosional
27 – 30
31 – 34
35 – 38
39 – 42
43 – 46
47 – 50
51 – 54
55 – 58
kecerdasan emosional dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi
ideal. Nilai Mean ideal variabel Kecerdasan emosional sebesar 35 dan Standar
Deviasi 7.
Mean + 1 SDi = 35 + 7 = 42
Mean – 1 SDi = 35 – 7= 28
Kecerdasan Emosional
28 – 35
36 – 42
> 42
28 7
Nilai rata-rata ideal = = 17,5
2
28 7
Nilai standar deviasi ideal = = 3,5
6
tertinggi yang dicapai adalah 28 dan skor total terendah adalah 15. Selain itu juga
didapatkan nilai M sebesar 21,5, Me 21 dan Mo 21 serta SDi sebesar 2,7. Hal ini
berarti skor maksimum yang terjadi pada kecerdasan intelektual adalah 28 yang
nilainya jauh diatas dari nilai rata-rata ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang
sangat baik, dan standar deviasi sebesar 2,7 berarti fluktuasi dari penilaian responden
terhadap kecerdasan intelektualnya adalah ±2,7 dari 102 observasi yang diamati.
1 13 – 14 0 0.0%
2 15 – 16 2 2.0%
3 17 – 18 11 10.8%
4 19 – 20 20 19.6%
5 21 – 22 35 34.3%
6 23 – 24 17 16.7%
7 25 – 26 11 10.8%
8 27 – 28 6 5.9%
Total 102 100%
Sumber: Data primer yang diolah
Kecerdasan Intelektual
13 – 14
15 – 16
17 – 18
19 – 20
21 – 22
23 – 24
25 – 26
27 – 28
Kecerdasan Intelektual dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi
ideal. Nilai Mean ideal variabel kecerdasan intelektual sebesar 17,5 dan Standar
Deviasi 3,5.
Mean + 1 SDi = 17,5 + 3,5 = 21
kategori kelompok atas, dan 6 (5,9%) responden berada dalam kategori kelompok
kurang.
Kecerdasan Intelektual
14 – 17
18 – 21
> 21
56 14
Nilai rata-rata ideal = = 35
2
56 14
Nilai standar deviasi ideal = =7
6
tertinggi yang dicapai adalah 56 dan skor total terendah adalah 30. Selain itu juga
didapatkan nilai M sebesar 43,2, Me 42 dan Mo 42 serta SDi sebesar 5,3. Hal ini
berarti skor maksimum yang terjadi pada Kecerdasan Spiritual adalah 56 yang
nilainya jauh di atas dari nilai rata-rata ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang
sangat baik, dan standar deviasi sebesar 5,3 berarti fluktuasi dari penilaian responden
terhadap Kecerdasan Spiritualnya adalah ±5,3 dari 102 observasi yang diamati.
1 28 – 31 1 1.0%
2 32 – 35 5 4.9%
3 36 – 39 16 15.7%
4 40 – 43 36 35.3%
5 44 – 47 24 23.5%
6 48 – 51 14 13.7%
7 52 – 54 1 1.0%
8 56 – 59 5 4.9%
Total 102 100%
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 17 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval
Kecerdasan Spiritual
28 – 31
32 – 35
36 – 39
40 – 43
44 – 47
48 – 51
52 – 54
56 – 59
Kecerdasan Spiritual dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi
ideal. Nilai Mean ideal variabel Kecerdasan Spiritual sebesar 35 dan Standar Deviasi
7.
Mean + 1 SDi = 35 + 7 = 42
Mean – 1 SDi = 35 – 7= 28
kelompok sedang, dan 5 (4,9%) responden berada dalam kategori kelompok kurang.
Kecerdasan Spiritual
27 – 34
35 – 42
> 42
32 8
Nilai rata-rata ideal = = 20
2
32 8
Nilai standar deviasi ideal = =4
6
Berdasarkan data Perilaku Etis menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang
dicapai adalah 32 dan skor total terendah adalah 19. Selain itu juga didapatkan nilai M
sebesar 25,5, Me 25 dan Mo 24 serta SDi sebesar 2,9. Hal ini berarti skor maksimum
yang terjadi pada Perilaku Etis adalah 32 yang nilainya jauh di atas dari nilai rata-rata
ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang sangat baik, dan standar deviasi sebesar
2,9 berarti fluktuasi dari penilaian responden terhadap Perilaku Etisnya adalah ±2,9
1 18 – 19 2 2.0%
2 20 – 21 5 4.9%
3 22 – 23 13 12.7%
4 24 – 25 39 38.2%
5 26 – 27 18 17.6%
6 28 – 29 18 17.6%
7 30 – 31 1 1.0%
8 32 – 33 6 5.9%
Total 102 100%
Sumber: Data primer yang diolah
Perilaku Etis dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai
Mean + 1 SDi = 20 + 4 = 24
Mean – 1 SDi = 20 – 4= 16
Interval
No. Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Kategori Kelompok
Kelas
1 15 – 19 2 1,97% Kurang
2 20 – 24 13 12,74% Sedang
3 > 24 87 85,29% Atas
102 100%
kurang.
15 – 19
20 – 24
> 24
1. Asumsi Klasik
persamaan regresi yang diajukan adalah sudah memenuhi syarat, dalam arti eratnya
hubungan variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya. Tetapi, agar model persamaan
tersebut dapat diterima secara ekonometrik maka harus memenuhi asumsi klasik antara
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah tiap variabel memiliki distribusi
normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan statistik
nilai Asymp. Sig (2-Tailed). Pengukuran dengan membandingkan nilai Asymp. Sig(2-
Tailed) dengan nilai alpha yang ditentukan yaitu 5%, sehingga apabila nilai Asymp.
Sig(2-tailed)>0,05 maka disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat ditunjukkan pada tabel 21 berikut:
Tabel 21. Hasil Uji Normalitas
Standardized
Residual
N 102
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Dev iat ion .98503656
Most Extreme Absolute .096
Dif f erences Positiv e .085
Negativ e -.096
Kolmogorov -Smirnov Z .968
Asy mp. Sig. (2-tailed) .306
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
distribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji ini digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antar variabel bebas
dan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas/independent. Di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance
dan lawan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <0,10 atau nilai VIF >
10 dengan tingkat kolonieritas 0.50, dan iktisar hasil multikolinieritas pada variabel
variabel independen lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1,
multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
sig-t dengan 0,05. Jika Sig-t_hitung lebih kecil dari 0,05 maka akan terjadi
heteroskedastisitas, begitu juga sebaliknya. jika sig-t_hitunglebih besar dari 0,05 maka
tidak akan terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji Glejser dapat ditunjukkan pada tabel
berikut:
Tabel 23. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel t hitung sig t Keterangan
X1 1.234 0.220 Tidak terjadi heteroskedastisitas
X2 0.093 0.926 Tidak terjadi heteroskedastisitas
X3 0.232 0.817 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: Data primer diolah, 2013
diperoleh p-value (sig-t) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
d. Uji Linieritas
harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel maka hubungan variabel bebas
F Hitung P value
Variabel Keterangan
X1 dengan Y 0.978 0.495 Linier
X2 dengan Y 1.055 0.407 Linier
X3 dengan Y 1.693 0.052 Linier
Sumber : Hasil Olah Data SPS, 2013
linieritas antara X1 diperoleh nilai F hitung sebesar 0,978 dan p value sebesar 0,495
dengan Perilaku Etis adalah linier. Hasil uji linieritas antara Kecerdasan Intelektual
diperoleh nilai F hitung sebesar 1,055 dan p value sebesar 0,407 (0,407>0,05) yang
adalah linier. Hasil uji linieritas antara Kecerdasan Spiritual diperoleh nilai F hitung
sebesar 1,693 dan p value sebesar 0,052 (0,052>0,05) yang menunjukkan bahwa
sebab itu, jawaban sementara ini harus diuji kebenarannya secara empiris. Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik regresi sederhana untuk
hipotesis pertama, kedua, dan ketiga, sedangkan untuk hipotesis yang keempat menggunakan
teknik regresi berganda. Penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis ini adalah sebagai
berikut:
Untuk menguji hipotesis pertama ini digunakan analisis regresi linier sederhana.
rangkuman hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel sebagai berikut:
Koef. Regresi
Variabel t hitung Sig.t Keterangan
(B)
Konstanta 14.808 6.353 0.000
Kecerdasan Emosional (X1) 0.240 4.604 0.000 Signifikan
R Square 0,175
Sumber: Data primer diolah, 2013
Hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel 25 di atas dapat
Y = 14,808 + 0,240X1
Nilai konstanta sebesar 14,808, hal ini berarti bahwa Perilaku Etis akan sebesar
14,808 jika Kecerdasan Emosional sama dengan nol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
Perilaku Etis, dengan koefisien regresi sebesar 0,240 menunjukkan bahwa apabila
meningkat sebesar 0,240 persen dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan.
Nilai signifikan (sig) sebesar 0,000, nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan
0,05 maka pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis adalah signifikan.
sebesar 0,000, sehingga p value <5% (0,000<0,05), artinya ada pengaruh signifikan
variabel Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis. Hasil ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi Kecerdasan Emosional maka Perilaku Etis akan semakin baik, begitu
pula sebaliknya.
variabel dependen Perilaku Etis dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen
Untuk menguji hipotesis kedua ini digunakan analisis regresi linier sederhana.
Dengan bantuan seri program Statistik (SPSS) for windows 17 diperoleh
rangkuman hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel sebagai berikut:
Tabel 26. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Kecerdasan Intelektual)
Koef. Regresi
Variabel t hitung Sig.t Keterangan
(B)
Konstanta 15.312 7.511 0.000
Kecerdasan Intelektual (X2) 0.472 5.024 0.000 Signifikan
R Square 0,202
Sumber: Data primer diolah, 2013
Hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel 26 di atas dapat
Y = 15,312 + 0,472X2
Nilai konstanta sebesar 15,312, hal ini berarti bahwa Perilaku Etis akan sebesar
15,312 jika Kecerdasan Intelektual sama dengan nol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
Perilaku Etis, dengan koefisien regresi sebesar 0,472 menunjukkan bahwa apabila
meningkat sebesar 0,472 persen dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan.
Nilai signifikan (sig) sebesar 0,000, nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan
0,05 maka pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis adalah signifikan.
sebesar 0,000, sehingga p value <5% (0,000<0,05), artinya ada pengaruh signifikan
variabel Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis. Hasil ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi Kecerdasan Intelektual maka Perilaku Etis akan semakin baik, begitu
pula sebaliknya.
variabel dependen Perilaku Etis dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen
Kecerdasan Intelektual, sedangkan sisanya 79,8% dipengaruhi oleh variabel yang
Yogyakarta” diterima.
rangkuman hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel sebagai berikut:
Koef. Regresi
Variabel t hitung Sig.t Keterangan
(B)
Konstanta 14.372 6.800 0.000
Kecerdasan Spiritual (X3) 0.257 5.290 0.000 Signifikan
R Square 0,219
Sumber: Data primer diolah, 2013
Hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel 27 di atas dapat
Y = 14,312 + 0,257X3
Nilai konstanta sebesar 14,372, hal ini berarti bahwa Perilaku Etis akan sebesar
14,372 jika Kecerdasan Spiritual sama dengan nol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
Perilaku Etis, dengan koefisien regresi sebesar 0,257 menunjukkan bahwa apabila
Kecerdasan Spiritual meningkat sebesar 1 persen maka Perilaku Etis akan meningkat
sebesar 0,257 persen dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan. Nilai signifikan
(sig) sebesar 0,000, nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan 0,05 maka
sebesar 0,000, sehingga p value <5% (0,000<0,05), artinya ada pengaruh signifikan
variabel Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis. Hasil ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi Kecerdasan Spiritual maka Perilaku Etis akan semakin baik, begitu
pula sebaliknya.
variabel dependen Perilaku Etis dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen
Kecerdasan Spiritual. Sedangkan sisanya 78,1% dipengaruhi oleh variabel yang tidak
Yogyakarta” diterima.
Untuk mempermudah perhitungan regresi dari data yang cukup banyak maka
komputer program SPSS 17. Hasil pengujian terhadap model regresi berganda
Kecerdasan Spiritual (X3) yang mempengaruhi Perilaku Etis dilihat dalam tabel 28
berikut:
sebagai berikut :
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linear berganda maka
Dari tabel 28 di atas di dapat F hitung sebesar 27,929 dengan taraf signifikansi
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas < taraf signifikansi yang ditolerir
(0,000<0,05), maka Ha diterima dan menolak Ho. Ini menunjukkan bahwa terdapat
Perilaku Etis digunakan koefisien determinasi. Dari tabel 28 di atas dapat diketahui
koefisien determinasi (R2 square) sebesar 0,337, yang berarti 33,7% variasi Perilaku
Etis dapat dijelaskan oleh ketiga variabel bebas yang terdiri dari Kecerdasan
66,3% variasi Perilaku Etis dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
Yogyakarta” diterima.
Emosional terhadap Perilaku Etis sebesar 9,3% dan besarnya sumbangan relatif
sebesar 27,5%.
Intelektual terhadap Perilaku Etis sebesar 10,5% dan besarnya sumbangan relatif
sebesar 31,1%.
Spiritual terhadap Perilaku Etis sebesar 13,9% dan besarnya sumbangan relatif
sebesar 41,4%.
Hal ini berarti bahwa variabel Kecerdasan Spiritual lebih dominan dan
sumbangan efektif sebesar 33,7% terhadap Perilaku Etis dan 66,3% diberikan oleh
Emosional (X1) berpengaruh positif secara parsial terhadap Perilaku Etis. Hal
ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X1 sebesar 0,240 menyatakan bahwa
Perilaku Etis sebesar 0,240 satuan. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5%
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
sekeliling sehingga dapat bersikap dan dapat menempatkan diri dengan baik.
menangani dan mengelola emosi. Selain itu, seseorang mampu mengetahui dan
menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan
tugasnya dan mampu berpikir dengan jernih agar semua berjalan dengan baik
pengaturan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan kemampuan sosial
Intelektual (X2) berpengaruh positif secara parsial terhadap Perilaku Etis. Hal
ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X2 sebesar 0,472 menyatakan bahwa
Perilaku Etis sebesar 0,472 satuan. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5%
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
tepat dan lebih efektif. Banyak orang yang menganggap bahwa jika seseorang
memiliki tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut
memiliki banyak peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar dibanding
orang lain. Padahal, hal tersebut belum dapat dipastikan. Banyak orang yang
memiliki tingkat Kecerdasan Intelektual yang tinggi, tapi terkalahkan oleh orang
akan mampu berpikir, bertindak efektif dan berperilaku etis. Dari uraian tersebut
Perilaku Etis.
Spiritual (X3) berpengaruh positif secara parsial terhadap Perilaku Etis. Hal ini
Perilaku Etis sebesar 0,257 satuan. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5%
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
memaknai arti hidup yang dijalani dan kemampuan nilai yang terkandung dari
hidup yang disertai oleh visi dan nilai-nilai seperti prinsip/pegangan hidup yang
baik, hal jahat dan berhubungan dengan agama. Padahal kenyataannya tidak
Spiritual yang tinggi. Banyak orang humanis dan ateis memiliki Kecerdasan
Spiritual sangat tinggi, namun orang yang aktif beragama memiliki Kecerdasan
positif secara bersama-sama terhadap Perilaku Etis. Hal ini ditunjukkan oleh
yang berbeda. Kecerdasan Emosional (EQ) memiliki peran yang jauh lebih
(IQ) dan Kecerdasan Emosional (EQ) saja tidaklah cukup untuk membawa diri
Selain itu, masih ada nilai-nilai lain yang juga penting yaitu Kecerdasan
(melebihi IQ maupun EQ) yang diwujudkan dalam sikap moral yang luhur
Perilaku Etis
F. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan dan dilakukan sesuai prosedur ilmiah, namun
sedangkan dalam penelitian ini hanya terdiri dari tiga variabel, yaitu
Hasil penelitian ini perilaku etis hanya bisa dijelaskan sebesar 33,7 oleh
ketiga variabel bebas, untuk peneliti yang akan datang sebaiknya menambah