Anda di halaman 1dari 13

SCREENING

Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak
melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara
orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.

TUJUAN SCREENING :

Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang- orang yang tampak
sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi terkena
penyakit (Population at risk).

Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas sehingga tidak
membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak menjadi sumber penularan penyakit.

SASARAN

Sasaran penyaringan adalah penyakit kronis seperti :

Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll.

Infeksi Virus (Hepatitis

Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes mellitus, Jantung Koroner, Ca Serviks, Ca Prostat,


Glaukoma)

HIV-AIDS

PROSES PENYARINGAN

Proses pelaksanaan sceening adalah :

Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko
tinggi menderita penyakit.

Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.

Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2

Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik

Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.


Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik).

SENSITIVITAS

Sensitivitas (sensitivity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat,
dengan hasil tes positif dan benar sakit.

Sensitivitas = a/a+c

SPESIFISITAS

Spesifisitas (specificity) : kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan tepat,
dengan hasil negatif dan benar tidak sakit.

Spesivisitas = d/b+d

POSITIVE PREDICTIVE VALUE (PPV)

Persentase pasien yang menderita sakit dengan hasil test Positive.

PPV = a/a+b

NEGATIVE PREDICTIVE VALUE (NPV)

Persentase pasien yang tidak menderita sakit dengan hasil test negative.

NPV = d/c+d
2.1 Pengertian Screening Dalam Epidemiologi.
Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/mencari penderita
dengan penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan
berdasarkan gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan
yang sehat dan yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan
pengobatan.

Contoh Screening :
1. Mammografi untuk mendeteksi Ca Mammae
2. Pap smear untuk mendeteksi Ca Cervix
3. Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
4. Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
5. Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
6. Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
2.2 Tujuan Screening Dalam Epidemiologi.
Tujuan screening adalah untuk :
1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang-
orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang
mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).
2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara
tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak menjadi
sumber penularan penyakit.

Proses uji tapis terdiri dari dua tahap :


1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai
resiko tinggi menderita penyakit dan bila hasil test negatif maka dianggap orang
tersebut tidak menderita penyakit.
 Bila hasil test positif maka dilakukan test/pemeriksaan diagnostik. Test skrening dapat
dilakukan dengan menggunakan :
1. Pertanyaan / kuisioner
2. pemeriksaan fisik
3. pemeriksaan laboratorium
4. X Ray termasuk diagnostik imaging
Jenis penyakit yang tepat untuk screening
 Merupakan penyakit yang serius
 Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan setelah gejala
muncul
 Prevalensi penyakit preklinik harus tinggi padapopulasi yang discreening.

Sasaran
Sasaran penyaringan adalah penyakit kronis seperti :
 Infeksi Bakteri (Lepra, TBC dll.)
 Infeksi Virus (Hepatitis)
 Penyakit Non-Infeksi : (Hipertensi, Diabetes mellitus, Jantung Koroner, Ca Serviks, Ca
Prostat, Glaukoma)
 HIV-AIDS
Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan :
1. Dengan cepat dapat memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut.
2. Tidak mahal
3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
4. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa.
Pertimbangan dilakukannya screening yaitu
 Penyakit harus merupakan masalah kesehatanmasyarakat yang penting
 Harus ada pengobatan yang efektif
 Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosis
 Diketahui stadium prepatogenesis dan patogenesis
 Test harus cocok hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat diterima oleh
masyarakat
 Telah dimengerti perjalanan alamiah penyakit
 Harus ada policy yang jelas
 Biaya harus seimbang, biaya screening harus sesuai dengan hilangnya konsekuensi
kesehatan
 Penemuan harus terus – menerus

Jenis- jenis screening :


1. Opportunistik screening
Adalah penjaringan yang dilakukan pada pasien yang datang untuk
memeriksakan kesehatannya
2. Mass Screening
Adalah screening yang dilakukan secara masal (melibatkan populasi secara
keseluruhan)
3. Selectiv Screening
Adalah screening yang dilakukan pada kelompok tertentu
4. Singgle Disease Screening
Adalah screening yang dilakukan pada satu jenis penyakit saja
5. Multiphasic Screening
Adalah screening yang dilakukan dengan menggunakan berbagai metode tertentu
6. Chase Finding Screning
Adalah screening yang dilakukan karena penemuan kasus baru
7. Penyaringan Yang Ditargetkan
Penyaringan yang dilakukan pada kelompok-kelompok yang terkena paparan yang
spesifik.

2.3 Cara Melakukan Screening Dalam Epidemiologi.


1. Dapat dilakukan secara massal pada suatu penduduk tertentu. Berat dari segi
operasional di lapangan, biaya
2. Dilakukan seacar selectif maupun random terutama mereka dengan risiko yang lebih
besar. Misalnya : pemeriksaan HIV (PSK, Waria)
3. Dilakukan untuk suatu penyakit atau serentak untuk >1 penyakit.
Bentuk screening dikenal 2 bentuk :
a. Penyaringan Seri
Berupa dua penyaringan dinyatakan hasilnya posistif (+) bila posistif (+) pada
pemeriksaan I & II yang dilakukan menyusul (HIV ; elisa dan wester blood)
b. Penyaringan Paralel
Dilakukan bersamaan, dinyatakan hasilnya posistif (+) bila salah satu hasil tes
dinyatakan posistif (+)
 Ke duanya punya kelebihan dan kelemahan

2.4 Test Diagnostik Dalam Epidemiologi.


Adalah upaya untuk menegakkan atau mengetahui jenis penyakit yang diderita
seseorang
Tiga cara utama :
a. Anamnese; informasi berdasarkan hasil observasi subjektif pasien terhadap dirinya
(keluhan)
b. Tanda (sign); hasil pengamatan dokter atau pemeriksa kesehatan, merupakan
observasi objektif terhadap penderita
c. Tes (uji/pemeriksaan); upaya diagnostik dengan mempergunakan bantuan hasil uji
alat-alat

2.5 Peralatan Yang Digunakan Dalam Screening Epidemiologi.


 Kriteria Menilai, Suatu Alat Ukur
Suatu alat (test) scereening yang baik adalah yang mempunyai tingkat validitas dan
reabilitas yang tinggi yaitu mendekati 100%. Validitas merupakan petunjuk tentang
kemampuan suatu alat ukur (test) dapat mengukur secara benar dan tepat apa yang
akan diukur. Sedangkan reliabilitas menggambarkan tentang keterandalan atau
konsistensi suatu alat ukur.
 Contoh ‘Screening’ Beserta Alat Yang Digunakan
1. Mammografi dan Termografi; Untuk mendeteksi Ca Mammae. Kadangkala
dokter-dokter juga menganjurkan penggunaan dari screening magnetic resonance
imaging (MRI) pada wanita-wanita lebih muda dengan jaringan payudara yang
padat.
2. Pap smear; Pap smear merupakan kepanjangan dari Papanicolau test. Tes ini
ditemukan oleh Georgios Papanikolaou. Tes ini merupakan tes yang digunakan
untuk melakukan skrening terhadap adanya proses keganasan (kanker) pada daerah
leher rahim (servik). Peralatan yang digunakan yaitu; spatula/sikat halus, spekulum,
kaca benda, dan mikroskop.
3. Sphygmomanometer dan Stetoscope; Untuk mendeteksi hipertensi. Risiko
hipertensi (tekanan darah tinggi) meningkat seiring bertambahnya usia, berat badan
dan gaya hidup. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi yang cukup
parah tanpa ada gejala sebelumnya. Tekanan darah tinggi juga dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Tekanan darah normal adalah kurang dari 120/80. Tekanan darah cukup tinggi
adalah 140/90 atau lebih. Dan tekanan darah di antara kedua nilai tersebut disebut
prehipertensi. Seberapa sering tekanan darah harus diperiksa tergantung pada
seberapa tinggi nilainya dan apa faktor-faktor risiko lainnya yang dimiliki.
4. Photometer; Merupakan alat untuk memeriksa kadar gula darah melalui tes
darah. Mula-mula darah diambil menggunakan alat khusus yang ditusukkan ke jari.
Darah yang menetes keluar diletakkan pada suatu strip khusus. Strip tersebut
mengandung zat kimia tertentu yang dapat bereaksi dengan zat gula yang terdapat
dalam darah. Setelah beberapa lama, strip tersebut akan mengering dan
menunjukkan warna tertentu. Warna yang dihasilkan dibandingkan dengan deret
(skala) warna yang dapat menunjukkan kadar glukosa dalam darah tersebut. Tes ini
dilakukan sesudah puasa (minimal selama 10 jam) dan 2 jam sesudah makan.
5. Plano Test; Untuk mendeteksi kehamilan (memeriksa kadar HCG dalam darah)
6. EKG (Elektrokardiogram); Untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner.
7. Pita Ukur LILA; Untuk mendeteksi apakah seorang ibu hamil menderita
kekurangan gizi atau tidak dan apakah nantinya akan melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR) atau tidak.
8. X-ray, pemeriksaan sputum BTA; Untuk mendeteksi penyakit TBC
9. Pemeriksaan fisik Head to Toe; Untuk mendeteksi adanya keadaan abnormal
pada ibu hamil.
10. Rectal toucher; Yang dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi adanya ‘cancer
prostat’. Tes skrining mampu mendeteksi kanker ini sebelum gejala-gejalanya
semakin berkembang, sehingga pengobatan/ treatmennya menjadi lebih efektif. Pria
dengan resiko tinggi terhadap kanker prostat adalah pria usia 40 tahunan.
11. Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST – II; PDDST-II
adalah salah satu alat skrening yang telah dikembangkan oleh Siegel B. dari
Pervasive Developmental Disorders Clinic and Laboratory, Amerika Serikat sejak
tahun 1997. Perangkat ini banyak digunakan di berbagai pusat terapi gangguan
perilaku di dunia. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang cukup baik sebagai
alat bantu diagnosis atau skrening Autis.
12. CHAT (Checklist Autism in Toddlers, di atas usia 18 bulan); Terdapat
beberapa perangkat diagnosis untuk skreening (uji tapis) pada penyandang autism
sejak usia 18 bulan sering dipakai di adalah CHAT (Checklist Autism in Toddlers).
13. Audio Gram dan Typanogram; Untuk mendeteksi adanya kelainan atau
gangguan pendengaran
14. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CAT Scans (Computer Assited
Axial Tomography); Sangat menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur otak,
karena dapat melihat struktur otak secara lebih detail.
15. Optalmoskop dan Tonometer; Pemeriksaan syaraf optik dengan alat
optalmoskop, pemeriksaan tekanan mata dengan tonometer, jika perlu pemeriksaan
lapang pandangan. Penyakit mata ini akan merusak saraf optik dan dapat
menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan timbul bahkan sebelum orang
tersebut menyadari gejala-gejalanya. Tes skrining glukoma mencari tekanan tinggi
abnormal di dalam mata, untuk mencegahnya sebelum terjadi kerusakan pada saraf
optik Tes skrining glukoma berdasarkan umur dan faktor resiko lainnya dilakukan
setiap 2-4 tahun untuk umur kurang dari 40 tahun, untuk usia 40-45 tahun
dilakukan skrining tiap 1-3 tahun, usia 55-64 tahun skrining tiap 1-2 tahun, dan
untuk usia 65 tahun ke atas setiap 6-12 bulan.
16. Penapisan (skrining) premarital; Amat penting dilakukan guna mengetahui
“status” kesehatan yang sebenarnya dari pasangan yang akan menikah. Tujuan
dilakukannya pemeriksaan premarital untuk mendeteksi dan mengobati jika ada
penyakit yang belum terdeteksi sebelumnya, mencegah penularan penyakit yang
dapat mempengaruhi seperti siflis, rubella, kelainan hemoglobin, hepatitis B dan
HIV/AIDS. Skrining mendeteksi dan mencegah timbulnya penyakit yang diturunkan
(genetik) seperti penyakit thalassemia, sickle cell anemia (anemia set sabit), dan
penyakit Tay-Sachs. Beberapa pemeriksaan yang umum dilakukan sebelum menikah
antara lain hematologi rutin, golongan darah dan rhesus, profil TORCH, hepatitis B,
dan VDRL/RPR.
2.6 Cara Menyimpulkan Hasil Screening Dalam Epidemiologi.
Untuk menilai hasil screening dibutuhkan kriteria tertentu seperti berikut :
1. Validasi
Validasi adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan individu yang
benar-benar sakit terhadap yang sehat.Validasi mempunyai dua komponen :
a. Sensitivitas
Sensivitas mengacu pada peluang bahwa seorang individu yang sakit akan
diklasifikasikan sebagai sakit.
b. Spesifisitas
Spesifisitas mengacu pada peluang bahwa seorang individu yang sehat akan
diklasifikasikan sebagai sehat.Secara ideal, hasil test untuk screening harus 100%
sensitif dan 100% spesifik, tetapi dalam praktik hal ini tidak pernah ada dan
biasanya sensitivitas berbanding terbalik dengan spesivisitas. Bila hasil tes
mempunyai sensivitas yang tinggi, maka akan diikuti spesivitas yang rendah, dan
sebaliknya.
HASIL KEADAAN PENDERITA
SCREENING SAKIT TIDAK SAKIT
POSITIF A B Ketera
NEGATIF C D ngan :
a = p
ositif benar
b = positif palsu
Keterangan :
A = positif benar
B = positif palsu
C = negatif palsu
D = negatif benar

PERHITUNGAN VALIDITAS SUATU UJI SCREENING


STATUS PENYAKIT
Ada Tidak Ada Total
Positif A B a+b
UJI SKREENING
Negatif C D c+d
JUMLAH a+c b+d a+b+c+d

Keterangan : a = Jumlah Positif Benar c = Jumlah Negatif


Palsu
b = Jumlah Positif palsu d = Jumlah Negatif
Benar
Rumus :
Sensitifitas = a / (a + c )
Spesifisitas = d / (b + d )

Penilaian hasil screening dengan menghitung sensitivitas dan spesifisitas mempunyai


beberapa kelemahan sebagai berikut :
a. Tidak semua hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan tegas “ya” atau “tidak”
b. Perhitungan ini tidak sesuai dengan kenyataan karena perhitungan sensitivitas dan
spesifisitas setelah penyakit di diagnosis, sedangkan tujuan screening adalah
mendeteksi penyakit yang belum tampak dan bukan untuk menguji kemampuan alat
tes yang digunakan.

2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah kemampuan suatu tes memberikan hasil yang sama / konsisten
bila tes diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang
sama.
ò Ada 2 faktor yang mempengaruhi :
a. Variasi cara screening : stabilitas alat, fluktuasi keadaan (demam)
b. Kesalahan / perbedaan pengamat: pengamat beda / pengamat sama dengan hasil
yang beda.
ò Upaya meningkatkan reliabilitas :
a. Pembakuan /standarisasi cara screening
b. Peningkatan ketrampilan pengamat
c. Pengamatan yang cermat pada setiap nilai pengamatan
d. Menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk setiap pengamatan
e. Memperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila kondisi penyakit juga
bervariasi / bertingkat.
3. Derajat Screening (yield)
Yielod adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala melalui
screening, sehingga dapat ditegakkan diagnosis pasti serta pengobatan dini.

2.7 Intervensi Terapeutik Dalam Epidemiologi.


Setelah diketahui hasil screening maka perlu dilakukan intervensi terapetik sesuai
dengan kasus dan diagnosis screening.
ò Contoh-contoh intervensi terapetik :
a. Untuk kasus TBC maka perlu intervensi pengobatan seperti INH, dll
b. Untuk tekanan darah tinggi perlu intervensi terapetik pengaturan diit rendah garam,
tinggi protein, pengaturan emosi, dll
c. Untuk Ca serviks perlu intervensi terapetik kemoterapi, dll
d. Untuk penyakit jantung perlu intervensi pemberian obat jantung, diit, dll
e. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan intervensi berupa
stimulasi-stimulasi, penambahan gizi, terapi, dll
f. Untuk HIV diperlukan intervensi
Apa Itu Screening

 Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/ mencari penderita dengan penyakit
tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang ada atau
pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang kemungkinan sakit, selanjutnya
diproses melalui diagnosis dan pengobatan

Tujuan Screening

 Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya


 Mencegah meluasnya penyakit
 Mendidik masyarakat melakukan general check up
 Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit (waspada mulai dini)
 Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi

Bentuk Pelaksanaan Screening

 Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu


 Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu, contoh
pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita yang sudah menikah
 Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit
 Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis penyakit
contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas

Kriteria Program Penyaringan

 Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas


 Tersedia obat potensial untuk terapi nya
 Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya
 Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus
 Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
 Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat
 Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti
 Ada SOP tentang penyakit tersebut
 Biaya screening harus seimbang (lebih rendah) dengan resiko biaya bila tanpa screening
 Penemuan kasus terus menerus

Contoh Screening

 Mammografi untuk mendeteksi ca mammae


 Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
 Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
 Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
 Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
 Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner

Apa Itu Validitas

 Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar
sakit terhadap yang sehat
 Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang sebenarnya
(sehat atau sakit)
 Validitas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test diagnostik

Komponen Validitas

 Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang positif
betul-betul sakit
 Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang negatif
betul-betul tidak sakit

Hasil Screening

Rumus
Sensitivitas: TP / (TP + FN)

Spesivisitas: TN / (TN + FP)

Contoh Soal

Hitung berapa sensitivitas dan spesivisitas test diatas?

Latihan:

1. Hasil pemeriksaan screening terhadap 5000 orang PSK dengan pemeriksaan HIV
cara dipstik didapatkaan hasil sebagai berikut: 100 orang hasil test positif, diantaranya
dikonfirmasi dengan Western Blot positif 20, untuk yang dipstik negatif positif 1. Hitung
sensitivitas dan spesificitas alat tersebut

1. Pemeriksaan Hb terhadap 1000 MHS D3 Kebidanan Stikes Sehat dengan cara Sahli
didapatkan hasil yang anemia 400 MHS, konfirmasi dengan alat HB meter ternyata yang
anemia 300 MHS, yang tidak anemia dengan cara Sahli didapatkan 30 MHS anemia. Hitung
efektivitas dan spesifisitasnya
Apa Itu Reliabilitas

 Reliabilitas adalah kemampuan suatu test memberikan hasil yang sama/ konsisten bila test
diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama
Ada 2 faktor yg mempengaruhi;

1. Variasi cara screening: stabilitas alat; fluktuasi keadaan (demam)


2. Kesalahan/perbedaan pengamat: pengamat beda/ pengamat sama dengan hasil
beda

Upaya Meningkatkan Reliabilitas

 Pembakuan/standarisasi cara screening


 Peningkatan ketrampilan pengamat
 Pengamatan yg cermat pada setiap nilai pengamatan
 Menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk setiap pengamatan
 Memperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila kondisi penyakit juga bervariasi/
bertingkat

Bentuk mScreening

 Screening Seri adalah screening yang dilakukan 2 kali penyaringan dan hasilnya dinyatakan
positif jika hasil kedua penyaringan tersebut positif
 Bentuk screening seri akan menghasilkan positive palsu rendah, negative palsu meningkat
 Screenig paralel adalah screening yang dilakukan 2 kali penyaringan dan hasilnya dinyatakan
positif jika hasil salah satu hasil penyaringan adalah positive
 Bentuk screening paralel akan menghasilkan positive palsu meningkat; negative palsu lebih
rendah

Predictive Value

 Nilai Prediktif adalah besarnya kemungkinan sakit terhadap suatu hasil tes
 Nilai prediktif positive adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes positive yang benar
benar sakit
 Nilai prediktif negative adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes negative yang benar
benar tidak sakit

Rumus predictive Value:

PPV: TP / (TP + FP)

NPV: TN / (TN + FN)

Latihan:

 Pemeriksaan terhadap 500 Napi untuk penyakit HIV/AIDS dengan cara ELISA didapat hasil
50 Napi positif diantaranya yang benar menderita HIV 5 Napi, dan diantara yang negative ada 1 Napi
yang menderita HIV. Hitung PPV dan NPV

 Pemeriksaan kehamilan dengan tes urine terhadap 100 Ibu didapatkan hasil 40 ibu positif,
ternyata yang benar hamil 25, sedang yang hasil urine negatif terdapat 2 ibu yang benar hamil.
Hitung PPV dan NPV
Derajat Screening (Yied)

 Yied adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala melalui screening,
sehingga dapat ditegakan diagnosis pasti serta pengobatan dini
Faktor yg mempengaruhi:

1. Derajat sensitivitas tes


2. Prevalensi penyakit
3. Frekuensi penyaringan
4. Konsep sehat masyarakat sehari-hari
https://www.slideshare.net/eramuliana/screening-epidemiologi

Anda mungkin juga menyukai